22 - الحج - Al-Hajj
The Pilgrimage
Medinan & Meccan
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌۭ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًۭا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًۭٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلْمَطْلُوبُ 73
(73) Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
(73)
Allah Swt. berfirman menyoroti kehinaan berhala-berhala itu dan ketidakwarasan akal para pengabdinya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan. (Al-Hajj: 73)
Yakni tentang apa yang disembah-sembah oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah lagi mempersekutukan-Nya.
فَاسْتَمِعُوا لَهُ
maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. (Al-Hajj: 73)
Artinya, perhatikanlah dan dengarkanlah baik-baik, serta pahamilah dengan benar.
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ
Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. (Al-Hajj: 73)
Yaitu sekalipun semua berhala yang disembah mereka itu bersatu untuk menciptakan seekor lalat, niscaya mereka tidak akan mampu melakukannya.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ. حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ، حَدَّثَنَا شَرِيك، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ، عَنْ أَبِي زُرْعة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -رَفَعَ الْحَدِيثَ-قَالَ: "وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ خَلَقَ [خَلْقًا] كَخَلْقِي؟ فَلْيَخْلُقُوا مِثْلَ خَلْقِي ذَرّة، أَوْ ذُبَابَةً، أَوْ حَبَّة"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Imarah ibnul Qa'qa', dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah secara marfu': Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan (sesuatu) seperti ciptaan-Ku, maka hendaklah mereka menciptakan seperti ciptaan-Ku, baik berupa semut kecil, atau lalat atau biji?
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Imarah, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذَهَبَ يَخْلُقُ كَخَلْقِي؟ فَلْيَخْلُقُوا ذَرَّةً، فَلْيَخْلُقُوا شُعَيْرَةً"
Allah Swt. berfirman, "Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang sengaja menciptakan (sesuatu) seperti ciptaan-Ku, maka hendaklah mereka menciptakan semut kecil (jika mampu), dan hendaklah mereka menciptakan sebiji gandum.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ
Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu.'(Al-Hajj: 73)
Yakni mereka tidak akan mampu menciptakan seekor lalat pun. Bahkan yang lebih jelas daripada itu mereka tidak mampu mempertahankan diri dari lalat itu dan tidak dapat menolong dirinya sendiri seandainya lalat itu merampas sesuatu yang ada padanya, misalnya wewangian yang ada padanya (yang diletakkan oleh para penyembahnya). Dan seandainya berhala-berhala itu berkehendak merebut kembali apa yang dirampas darinya, niscaya tidak akan mampu melakukannya; padahal lalat adalah makhluk Allah yang paling lemah dan paling hina. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (Al-Hajj: 73)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa talib artinya berhala, sedangkan matlub artinya lalat. Lalu dipilih oleh Ibnu Jarir, hal ini berdasarkan konteks lahiriahnya. As-Saddi dan selainnya mengatakan bahwa tdlib artinya penyembah, sedangkan matlub artinya berhala. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. (Al-Hajj: 74)
Maksudnya, mereka tidak mengetahui tentang kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya saat mereka menyembah selain-Nya di samping Dia dibandingkan dengan berhala-berhala yang tidak mampu mempertahankan diri terhadap lalat yang menyerangnya karena berhala-berhala itu lemah dan tidak mempunyai kekuatan apa pun.
إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 74)
Yakni Dia Mahakuat yang dengan kekuasaan serta kekuatan-Nya menciptakan segala sesuatu.
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ. إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 12-13)
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat: 58)
Adapun firman Allah Swt.:
عَزِيزٌ
lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 74)
Artinya, Dia Mahaperkasa atas segala sesuatu. Maka Dia mengalahkan dan menundukkannya, tiada yang dapat mencegah dan tiada yang dapat menang atas-Nya, berkat kebesaran dan kekuasaan-Nya. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.
مَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ 74
(74) Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(74)
مَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. (Al-Hajj: 74)
Maksudnya, mereka tidak mengetahui tentang kekuasaan Allah dan kebesaran-Nya saat mereka menyembah selain-Nya di samping Dia dibandingkan dengan berhala-berhala yang tidak mampu mempertahankan diri terhadap lalat yang menyerangnya karena berhala-berhala itu lemah dan tidak mempunyai kekuatan apa pun.
إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 74)
Yakni Dia Mahakuat yang dengan kekuasaan serta kekuatan-Nya menciptakan segala sesuatu.
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ. إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَيُعِيدُ
Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar keras. Sesungguhnya Dialah Yang menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali). (Al-Buruj: 12-13)
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi Rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat: 58)
Adapun firman Allah Swt.:
عَزِيزٌ
lagi Mahaperkasa. (Al-Hajj: 74)
Artinya, Dia Mahaperkasa atas segala sesuatu. Maka Dia mengalahkan dan menundukkannya, tiada yang dapat mencegah dan tiada yang dapat menang atas-Nya, berkat kebesaran dan kekuasaan-Nya. Dialah Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa.
ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًۭا وَمِنَ ٱلنَّاسِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌۭ 75
(75) Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia; sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
(75)
Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia memilih rasul-rasul-Nya dari kalangan malaikat menurut apa yang dikehendaki-Nya untuk menyampaikan syariat dan takdir-Nya (kepada para rasul), juga dari kalangan manusia untuk menyampaikan risalah itu (kepada umat manusia).
إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat, (Al-Hajj: 75)
Yakni Maha Mendengar semua perkataan hamba-hamba-Nya, lagi Maha Melihat mereka dan Maha Mengetahui siapa yang paling berhak untuk menerima tugas ini di antara mereka, sama dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al-An'am: 124)
Adapun firman Allah Swt.:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ
Allah mengetahui apa yang di hadapan dan di belakang mereka. Dan bahwa kepada Allah dikembalikan semua urusan (Al-Hajj-76)
Maksudnya, Dia mengetahui apa yang bakal dilakukan oleh rasul-rasul-Nya terhadap risalah yang dibebankan-Nya kepada mereka; tiada sesuatu pun dari urusan mereka yang tersembunyi oleh-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. (Al-Jin: 26)
sampai dengan firman-Nya:
وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا
dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jin: 28)
Allah Swt. Maha Mengawasi mereka lagi Maha Menyaksikan semua ucapan yang dikatakan mengenai mereka, lagi Maha Memelihara mereka dan menolong mereka.
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
الْآيَةَHai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67), hingga akhir ayat.
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرْجَعُ ٱلْأُمُورُ 76
(76) Allah mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka. Dan hanya kepada Allah dikembalikan semua urusan.
(76)
Adapun firman Allah Swt.:
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الأمُورُ
Allah mengetahui apa yang di hadapan dan di belakang mereka. Dan bahwa kepada Allah dikembalikan semua urusan (Al-Hajj-76)
Maksudnya, Dia mengetahui apa yang bakal dilakukan oleh rasul-rasul-Nya terhadap risalah yang dibebankan-Nya kepada mereka; tiada sesuatu pun dari urusan mereka yang tersembunyi oleh-Nya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang gaib itu. (Al-Jin: 26)
sampai dengan firman-Nya:
وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا
dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (Al-Jin: 28)
Allah Swt. Maha Mengawasi mereka lagi Maha Menyaksikan semua ucapan yang dikatakan mengenai mereka, lagi Maha Memelihara mereka dan menolong mereka.
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
الْآيَةَHai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67), hingga akhir ayat.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱرْكَعُوا۟ وَٱسْجُدُوا۟ وَٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱفْعَلُوا۟ ٱلْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ۩ 77
(77) Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.
(77)
Para Imam berselisih pendapat dalam ayat ini sehubungan dengan sajdah kedua dalam surat Al-Hajj. Apakah disyariatkan sujud tilawah pada ayat ini ataukah tidak? Ada dua pendapat mengenainya. Dalam keterangan yang telah lalu —yakni pada sujud tilawah yang pertama-— telah disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
"فُضلت سُورَةُ الْحَجِّ بِسَجْدَتَيْنِ، فَمَنْ لَمْ يَسْجُدْهُمَا فَلَا يَقْرَأْهُمَا".
Surat Al-Hajj mempunyai kelebihan dengan dua sajdahnya. Maka barang siapa yang tidak melakukan sujud pada keduanya, janganlah membacanya.
Firman Allah Swt.:
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (Al-Hajj: 78)
Yakni dengan harta benda, lisan, dan jiwa kalian. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 12)
Firman Allah Swt.:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ
Dia telah memilih kalian. (Al-Hajj: 78)
hai umat ini, Allah telah memilih kalian di atas semua umat, juga mengutamakan, serta memuliakan kalian, dan mengkhususkan kalian dengan rasul yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna.
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Yakni Dia tidak membebankan kepada kalian apa-apa yang tidak mampu kalian kerjakan; Dia pun tidak mengharuskan sesuatu yang sangat berat bagi kalian, melainkan Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar yang menuntaskannya. Salat yang merupakan rukun Islam yang terbesar sesudah membaca dua kalimah syahadat, wajib dilakukan empat rakaat dalam keadaan di tempat, tetapi dalam perjalanan diringkas menjadi dua rakaat. Dan dalam situasi khauf (perang), salat boleh dikerjakan hanya dengan satu rakaat (menurut sebagian imam), sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam sebuah hadis. Kemudian salat tersebut dalam situasi khauf dapat dikerjakan dengan jalan kaki dan berkendaraan; dan baik menghadap kiblat atau pun tidak, semuanya sah. Hal yang sama dilakukan pula bagi salat sunat dalam perjalanan, boleh menghadap ke arah kiblat dan boleh tidak. Berdiri dalam salat merupakan suatu hal yang wajib, tetapi menjadi gugur bagi orang yang sakit. Karena itu, seorang yang sakit di perbolehkan mengerjakannya sambil duduk; jika duduk tidak mampu, maka sambil berbaring pada salah satu sisi lambung dan lain sebagainya yang termasuk rukhsah dan kemurahan serta keringanan dalam semua hal yang fardu dan yang wajib. Karena itulah Nabi Saw. pernah bersabda:
"بُعِثْتُ بالحنِيفيَّة السَّمحة"
Aku diutus dengan membawa agama Islam yang hanif lagi penuh toleransi.
Rasulullah Saw. bersabda kepada Mu'az dan Abu Musa, saat beliau mengutus keduanya menjadi amir di negeri Yaman:
"بَشِّرا ولا تُنَفِّرَا، ويَسِّرا وَلَا تُعسِّرَا"
Sampaikanlah berita gembira dan janganlah kamu berdua membuat mereka lari (darimu); dan bersikap mudahlah kamu berdua, janganlah kamu berdua bersikap mempersulit.
Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak, karena itulah sahabat Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Al-haraj artinya kesempitan.
*******************
Firman Allah Swt.:
مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ
(ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. (Al-Hajj: 78)
Menurut Ibnu Jarir, lafaz millata menjadi keterangan dari firman-Nya:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Yakni suatu kesempitan pun, bahkan meluaskannya bagi kalian seperti agama orang tua kalian Ibrahim.
Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan, bahwa dapat pula dikatakan millata di-nasab-kan karena menyimpan kata ilzamu, yang artinya ikutilah agama orang tuamu Ibrahim.
Menurut saya, pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.” (Al-An'am: 16l), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78).
Imam Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Al-Hajj: 78) diatas, bahwa yang dimaksud dengan Dia adalah Allah Swt.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan Qatadah.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu (Al-Hajj: 78) Bahwa yang dimaksud dengan Dia dalam ayat ini adalah Ibrahim. Demikian itu karena ada firman Allah Swt. yang menyebutkan tentang doa Ibrahim, yaitu:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (umat muslimah). (Al-Baqarah: 128)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terakhir ini tidak beralasan, karena sudah dimaklumi bahwa Ibrahim a.s. tidak menyebutkan dalam Al-Qur'an nama umat ini dengan sebutan muslimin (melainkan muslimah). Allah Swt. telah berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78)
Mujahid mengatakan bahwa Allah menamai kalian muslimin dari dahulu di dalam kitab-kitab terdahulu, juga di dalam Az-Zikir (Al-Qur'an). Hal yang sama telah dikatakan oleh selain Ibnu Jarir.
Menurut saya, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir benar, karena Allah Swt. telah berfirman:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Kemudian Allah menggugah mereka dan membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. dengan menyebutkan bahwa agama Islam itu adalah agama orang tua mereka, yaitu Ibrahim Al-Khalil. Setelah itu Allah menyebutkan tentang karunia-Nyayang telah Dia limpahkan kepada umat ini, yang di dalamnya diisyaratkan pujian yang baik dan sebutan yang baik terhadap umat ini sejak zaman dahulu, yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi dan dibaca oleh banyak rahib dan pendeta. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78) Yakni sebelum masa Al-Qur'an. dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78)
Imam Nasai mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa:
أَنْبَأَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيب، أَنْبَأَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ أَنَّ أَخَاهُ زَيْدَ بْنَ سَلَّامٍ أَخْبَرَهُ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ قَالَ: أَخْبَرَنِي الْحَارِثُ الْأَشْعَرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَإِنَّهُ مِنْ جِثيّ جَهَنَّمَ". قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى، فَادْعُوَا بِدَعْوَةِ اللَّهِ الَّتِي سَمَّاكُمْ بِهَا الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ"
telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, bahwa saudara lelakinya (yaitu Zaid ibnu Salam) pernah menceritakan kepadanya suatu berita dari Abu Salam, bahwa al-Haris Al-Asy'ari pernah menceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang berseru dengan seruan Jahiliah, maka sesungguhnya dia akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Kemudian ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat?” Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, sekalipun dia puasa dan salat.” Karena itu, hai hamba-hamba Allah, berserulah kalian dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian orang-orang muslim dan orang-orang mukmin dalam seruan itu.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis ini dengan panjang lebar, yaitu pada tafsir firman Allah Swt.:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al-Baqarah: 21)
Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78)
Yaitu sesungguhnya Kami jadikan kalian demikian sebagai umat yang pertengahan, adil lagi terpilih; dan keadilan kalian telah disaksikan oleh semua umat, agar kalian semua kelak di hari kiamat.
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78)
Karena di hari itu semua umat telah mengakui kepenghuluan umat Muhammad dan keutamaannya yang berada di atas semua umat lainnya. Maka kesaksian mereka atas segenap manusia di hari kiamat dapat diterima, yang isinya menyatakan bahwa para rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhan mereka (kepada umatnya masing-masing); dan Rasul Saw. menjadi saksi atas umatnya, bahwa dia telah menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (Al-Baqarah: 143)
Dalam pembahasan ini telah kami ketengahkan pula kisah Nabi Nuh dan umatnya, sehingga cukup jelas dan tidak perlu diulangi dalam tafsir ayat ini.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat. (Al-Hajj: 78)
Yakni terimalah nikmat yang besar ini dengan menunaikan rasa syukurnya. Dan tunaikanlah hak Allah yang ada pada kalian, yaitu dengan mengerjakan semua yang difardukan-Nya, menaati segala yang diwajibkan-Nya, dan meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Di antaranya yang terpenting ialah mendirikan salat dan menunaikan zakat, yang pengertiannya sama saja dengan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Yaitu sebagai hak orang fakir yang diambil dari sebagian kecil harta orang kaya setiap tahun sekali, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin, orang-orang lemah, dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Keterangan tentang masalah ini telah dirinci di dalam tafsir ayat zakat, bagian dari surat At-Taubah.
Firman Allah Swt.:
وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ
dan berpeganglah kalian pada tali Allah. (Al-Hajj: 78)
Maksudnya, berpegang eratlah kalian pada tali Allah; mintalah pertolongan kepada-Nya, bertakwalah kepada-Nya, serta mintalah dukungan dariNya.
هُوَ مَوْلاكُمْ
Dia adalah Pelindung kalian. (Al-Hajj: 78)
Yakni Pemelihara, Penolong, dan yang memenangkan kalian atas musuh-musuh kalian.
فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj: 78)
Yaitu sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong terhadap musuh adalah Allah.
Wuhaib ibnul Ward mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman:
ابْنَ آدَمَ، اذْكُرْنِي إِذَا غضبتَ أَذْكُرُكَ إِذَا غضبتُ، فَلَا أَمْحَقُكَ فِيمَنْ أَمْحَقُ، وَإِذَا ظُلمتَ فَاصْبِرْ، وَارْضَ بِنُصْرَتِي، فَإِنَّ نُصْرَتِي لَكَ خَيْرٌ مِنْ نُصْرَتِكَ لِنَفْسِكَ
Hai anak Adam, ingatlah Aku jika engkau marah, niscaya Aku mengingatmu jika Aku marah, maka Aku tidak memasukkan ke dalam golongan orang-orang yang Aku binasakan. Dan apabila engkau dianiaya, bersabarlah dan relalah dengan pertolonganKu, karena sesungguhnya pertolongan-Ku kepadamu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
وَجَٰهِدُوا۟ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ ۚ هُوَ ٱجْتَبَىٰكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍۢ ۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَٰهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَفِى هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعْتَصِمُوا۟ بِٱللَّهِ هُوَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ فَنِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ 78
(78) Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
(78)
Firman Allah Swt.:
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ
Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (Al-Hajj: 78)
Yakni dengan harta benda, lisan, dan jiwa kalian. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 12)
Firman Allah Swt.:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ
Dia telah memilih kalian. (Al-Hajj: 78)
hai umat ini, Allah telah memilih kalian di atas semua umat, juga mengutamakan, serta memuliakan kalian, dan mengkhususkan kalian dengan rasul yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna.
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Yakni Dia tidak membebankan kepada kalian apa-apa yang tidak mampu kalian kerjakan; Dia pun tidak mengharuskan sesuatu yang sangat berat bagi kalian, melainkan Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar yang menuntaskannya. Salat yang merupakan rukun Islam yang terbesar sesudah membaca dua kalimah syahadat, wajib dilakukan empat rakaat dalam keadaan di tempat, tetapi dalam perjalanan diringkas menjadi dua rakaat. Dan dalam situasi khauf (perang), salat boleh dikerjakan hanya dengan satu rakaat (menurut sebagian imam), sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam sebuah hadis. Kemudian salat tersebut dalam situasi khauf dapat dikerjakan dengan jalan kaki dan berkendaraan; dan baik menghadap kiblat atau pun tidak, semuanya sah. Hal yang sama dilakukan pula bagi salat sunat dalam perjalanan, boleh menghadap ke arah kiblat dan boleh tidak. Berdiri dalam salat merupakan suatu hal yang wajib, tetapi menjadi gugur bagi orang yang sakit. Karena itu, seorang yang sakit di perbolehkan mengerjakannya sambil duduk; jika duduk tidak mampu, maka sambil berbaring pada salah satu sisi lambung dan lain sebagainya yang termasuk rukhsah dan kemurahan serta keringanan dalam semua hal yang fardu dan yang wajib. Karena itulah Nabi Saw. pernah bersabda:
"بُعِثْتُ بالحنِيفيَّة السَّمحة"
Aku diutus dengan membawa agama Islam yang hanif lagi penuh toleransi.
Rasulullah Saw. bersabda kepada Mu'az dan Abu Musa, saat beliau mengutus keduanya menjadi amir di negeri Yaman:
"بَشِّرا ولا تُنَفِّرَا، ويَسِّرا وَلَا تُعسِّرَا"
Sampaikanlah berita gembira dan janganlah kamu berdua membuat mereka lari (darimu); dan bersikap mudahlah kamu berdua, janganlah kamu berdua bersikap mempersulit.
Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak, karena itulah sahabat Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78) Al-haraj artinya kesempitan.
*******************
Firman Allah Swt.:
مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ
(ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. (Al-Hajj: 78)
Menurut Ibnu Jarir, lafaz millata menjadi keterangan dari firman-Nya:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Yakni suatu kesempitan pun, bahkan meluaskannya bagi kalian seperti agama orang tua kalian Ibrahim.
Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan, bahwa dapat pula dikatakan millata di-nasab-kan karena menyimpan kata ilzamu, yang artinya ikutilah agama orang tuamu Ibrahim.
Menurut saya, pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ إِنَّنِي هَدَانِي رَبِّي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ دِينًا قِيَمًا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.” (Al-An'am: 16l), hingga akhir ayat.
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78).
Imam Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Al-Hajj: 78) diatas, bahwa yang dimaksud dengan Dia adalah Allah Swt.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan Qatadah.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu (Al-Hajj: 78) Bahwa yang dimaksud dengan Dia dalam ayat ini adalah Ibrahim. Demikian itu karena ada firman Allah Swt. yang menyebutkan tentang doa Ibrahim, yaitu:
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (umat muslimah). (Al-Baqarah: 128)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terakhir ini tidak beralasan, karena sudah dimaklumi bahwa Ibrahim a.s. tidak menyebutkan dalam Al-Qur'an nama umat ini dengan sebutan muslimin (melainkan muslimah). Allah Swt. telah berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78)
Mujahid mengatakan bahwa Allah menamai kalian muslimin dari dahulu di dalam kitab-kitab terdahulu, juga di dalam Az-Zikir (Al-Qur'an). Hal yang sama telah dikatakan oleh selain Ibnu Jarir.
Menurut saya, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir benar, karena Allah Swt. telah berfirman:
هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan. (Al-Hajj: 78)
Kemudian Allah menggugah mereka dan membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. dengan menyebutkan bahwa agama Islam itu adalah agama orang tua mereka, yaitu Ibrahim Al-Khalil. Setelah itu Allah menyebutkan tentang karunia-Nyayang telah Dia limpahkan kepada umat ini, yang di dalamnya diisyaratkan pujian yang baik dan sebutan yang baik terhadap umat ini sejak zaman dahulu, yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi dan dibaca oleh banyak rahib dan pendeta. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al-Hajj: 78) Yakni sebelum masa Al-Qur'an. dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini. (Al-Hajj: 78)
Imam Nasai mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa:
أَنْبَأَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ شُعَيب، أَنْبَأَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ سَلَّامٍ أَنَّ أَخَاهُ زَيْدَ بْنَ سَلَّامٍ أَخْبَرَهُ، عَنْ أَبِي سَلَّامٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ قَالَ: أَخْبَرَنِي الْحَارِثُ الْأَشْعَرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَنْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ فَإِنَّهُ مِنْ جِثيّ جَهَنَّمَ". قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى، فَادْعُوَا بِدَعْوَةِ اللَّهِ الَّتِي سَمَّاكُمْ بِهَا الْمُسْلِمِينَ الْمُؤْمِنِينَ عِبَادَ اللَّهِ"
telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, bahwa saudara lelakinya (yaitu Zaid ibnu Salam) pernah menceritakan kepadanya suatu berita dari Abu Salam, bahwa al-Haris Al-Asy'ari pernah menceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang berseru dengan seruan Jahiliah, maka sesungguhnya dia akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Kemudian ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat?” Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, sekalipun dia puasa dan salat.” Karena itu, hai hamba-hamba Allah, berserulah kalian dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian orang-orang muslim dan orang-orang mukmin dalam seruan itu.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis ini dengan panjang lebar, yaitu pada tafsir firman Allah Swt.:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al-Baqarah: 21)
Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78)
Yaitu sesungguhnya Kami jadikan kalian demikian sebagai umat yang pertengahan, adil lagi terpilih; dan keadilan kalian telah disaksikan oleh semua umat, agar kalian semua kelak di hari kiamat.
شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
menjadi saksi atas segenap manusia. (Al-Hajj: 78)
Karena di hari itu semua umat telah mengakui kepenghuluan umat Muhammad dan keutamaannya yang berada di atas semua umat lainnya. Maka kesaksian mereka atas segenap manusia di hari kiamat dapat diterima, yang isinya menyatakan bahwa para rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhan mereka (kepada umatnya masing-masing); dan Rasul Saw. menjadi saksi atas umatnya, bahwa dia telah menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (Al-Baqarah: 143)
Dalam pembahasan ini telah kami ketengahkan pula kisah Nabi Nuh dan umatnya, sehingga cukup jelas dan tidak perlu diulangi dalam tafsir ayat ini.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat. (Al-Hajj: 78)
Yakni terimalah nikmat yang besar ini dengan menunaikan rasa syukurnya. Dan tunaikanlah hak Allah yang ada pada kalian, yaitu dengan mengerjakan semua yang difardukan-Nya, menaati segala yang diwajibkan-Nya, dan meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Di antaranya yang terpenting ialah mendirikan salat dan menunaikan zakat, yang pengertiannya sama saja dengan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Yaitu sebagai hak orang fakir yang diambil dari sebagian kecil harta orang kaya setiap tahun sekali, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin, orang-orang lemah, dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Keterangan tentang masalah ini telah dirinci di dalam tafsir ayat zakat, bagian dari surat At-Taubah.
Firman Allah Swt.:
وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ
dan berpeganglah kalian pada tali Allah. (Al-Hajj: 78)
Maksudnya, berpegang eratlah kalian pada tali Allah; mintalah pertolongan kepada-Nya, bertakwalah kepada-Nya, serta mintalah dukungan dariNya.
هُوَ مَوْلاكُمْ
Dia adalah Pelindung kalian. (Al-Hajj: 78)
Yakni Pemelihara, Penolong, dan yang memenangkan kalian atas musuh-musuh kalian.
فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al-Hajj: 78)
Yaitu sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong terhadap musuh adalah Allah.
Wuhaib ibnul Ward mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman:
ابْنَ آدَمَ، اذْكُرْنِي إِذَا غضبتَ أَذْكُرُكَ إِذَا غضبتُ، فَلَا أَمْحَقُكَ فِيمَنْ أَمْحَقُ، وَإِذَا ظُلمتَ فَاصْبِرْ، وَارْضَ بِنُصْرَتِي، فَإِنَّ نُصْرَتِي لَكَ خَيْرٌ مِنْ نُصْرَتِكَ لِنَفْسِكَ
Hai anak Adam, ingatlah Aku jika engkau marah, niscaya Aku mengingatmu jika Aku marah, maka Aku tidak memasukkan ke dalam golongan orang-orang yang Aku binasakan. Dan apabila engkau dianiaya, bersabarlah dan relalah dengan pertolonganKu, karena sesungguhnya pertolongan-Ku kepadamu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.