26 - الشعراء - Ash-Shu'araa

Juz : 19

The Poets
Meccan

إِنْ هَٰذَآ إِلَّا خُلُقُ ٱلْأَوَّلِينَ 137

(137) (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.

(137) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِنْ هَذَا إِلا خُلُقُ الأوَّلِينَ

(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137)

Sebagian ulama ada yang membacanya khalqu, bukan khuluqu.

Ibnu Mas'ud telah mengatakan, dan juga Al-Aufi dan Ibnu Abbas, serta Alqamah dan Mujahid, bahwa mereka bermaksud "tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah kebiasaan orang dahulu," seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kaum Quraisy:

وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ

Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Furqan: 4-5)

Dan firman Allah Swt.:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ مَاذَا أَنزلَ رَبُّكُمْ قَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)

Ulama yang lainnya lagi membacanya khuluqul awwalin, yang artinya agama mereka dan tradisi yang biasa mereka lakukan itu adalah kebiasaan orang dahulu dari kalangan nenek moyang mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kami mengikuti mereka dan menelusuri jejak mereka; kami hidup sebagaimana mereka hidup, dan kami mati sebagaimana mereka mati, tiada hari berbangkit dan tiada hari akhirat. Karena itulah mereka mengatakan:


وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ 138

(138) dan kami sekali-kali tidak akan di "azab".

(138) 

وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ

dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (Asy-Syu 'ara': 138)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu'ara': 137) Yaitu agama orang-orang dahulu.

Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.


فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَٰهُمْ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةًۭ ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ 139

(139) Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.

(139) 

Firman Allah Swt.:

فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan. (Asy-Syu'ara': 139)

Yakni mereka tetap mendustakan Nabi Allah Hud, menentangnya, dan ingkar kepadanya. Maka Allah membinasakan mereka. Mengenai dibinasakan-Nya mereka telah disebutkan di dalam Al-Qur'an bukan hanya pada satu tempat saja, bahwa Allah mengirimkan angin kencang yang dingin lagi kuat. Maka azab inilah yang mengakibatkan kebinasaan mereka, yaitu azab yang sesuai dengan tubuh mereka, karena sesungguhnya mereka adalah makhluk yang paling kejam dan paling sewenang-wenang. Oleh sebab itulah maka Allah menimpakan azab yang lebih kuat dan lebih ganas dari pada mereka. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Ad (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 6-7)

Mereka adalah kaum 'Ad yang terdahulu, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الأولَى

dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama. (An-Najm: 5)

Mereka adalah keturunan Iram ibnu Sam ibnu Nuh.

ذَاتِ الْعِمَادِ

yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (Al-Fajr: 7)

Mereka adalah orang-orang yang mendiami bangunan-bangunan yang tinggi. Pendapat orang yang mengatakan bahwa Iram adalah nama sebuah kota, sesungguhnya ia mengambil sumber dari kisah Israiliyat, yaitu dari perkataan Ka'b dan Wahb. Pendapat seperti itu tidak mempunyai sumber yang asli. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلادِ

yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. (Al-Fajr: 8)

Yakni belum pernah diciptakan makhluk seperti mereka dalam hal kekuatan, kekerasan, dan kesewenang-wenangannya. Seandainya yang dimaksud dengan Iram adalah nama sebuah kota, tentulah ayat tidak menyebutkannya lam yukhlaq (yang belum pernah diciptakan makhluk seperti mereka), melainkan lam yubna (yang belum pernah dibangun suatu kota seperti itu). Allah Swt. telah berfirman:

فَأَمَّا عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ

Adapun kaum 'Ad, maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata, 'Siapakah yang lebih besar kekuatannya daripada kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami. (Fussilat: 15)

Dalam pembahasan terdahulu telah kami sebutkan bahwa Allah tidak mengirimkan angin kencang atas mereka kecuali hanya sebentar. Angin itu menerjang perbendaharaan mereka, dan Allah memerintahkan kepada angin tersebut untuk menghancurkan mereka. Lalu angin itu memorak-porandakan negeri mereka dan segala sesuatu milik mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا

yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya. (Al-Ahqaf: 25), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ

Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)

sampai dengan firman-Nya:

فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

terus-menerus; maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al-Haqqah: 7)

Yakni tinggal tubuh mereka tanpa kepala. Demikian itu karena angin kencang itu menerbangkan setiap orang dari mereka dan membunuhnya, lalu menerbangkannya ke udara, kemudian menjatuhkannya dalam keadaan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur, dan angin itu menjatuhkannya seakan-akan mereka seperti tunggul-tunggul pohon kurma yang telah lapuk. Padahal mereka berlindung di dalam bukit-bukit dan gua-gua serta tempat-tempat perlindungan berupa parit-parit yang mereka gali sampai tubuh mereka tidak kelihatan, tetapi hal tersebut tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun kepada mereka dari azab Allah.

إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ

Sesungguhnya ketetapan Allah apabila telah datang tidak dapat ditangguhkan. (Nuh: 4)

Karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:

فَكَذَّبُوهُ فَأَهْلَكْنَاهُمْ

Maka mereka mendustakan Hud, lalu Kami binasakan mereka. (Asy-Syu'ara': 139)


وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ 140

(140) Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

(140) 

وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Dan sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 140)


كَذَّبَتْ ثَمُودُ ٱلْمُرْسَلِينَ 141

(141) Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul.

(141) 

Berikut ini adalah kisah dari Allah Swt. tentang hamba dan Rasul-Nya Saleh a.s., bahwa Dia telah mengutusnya kepada kaumnya, yaitu Samud. Kaum Samud adalah bangsa Arab yang bertempat tinggal di kota Hajar yang terletak di antara Lembah Qura dan negeri Syam. Bekas tempat tinggal mereka telah dikenal dan termasyhur. Dalam pembahasan terdahulu (yaitu dalam tafsir surat Al-A'raf) telah disebutkan hadis-hadis yang menceritakan tentang berlalunya Rasulullah Saw. di bekas tempat kediaman mereka pada saat beliau hendak menyerang negeri Syam. Beliau sampai di Tabuk, kemudian kembali lagi ke Madinah untuk melakukan persiapan guna menghadapi tujuan tersebut. Kaum Samud adalah kaum sesudah kaum 'Ad, tetapi sebelum masa Nabi Ibrahim a.s.

كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu'ara': 141)

Nabi mereka (yaitu Saleh a.s.) menyeru mereka untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan hendaknya mereka menaati apa yang dia sampaikan kepada mereka sebagai risalah dari Tuhannya. Akan tetapi, mereka menolak dan mendustakannya serta menentangnya, sekalipun dia telah menceritakan kepada mereka bahwa dia tidak meminta upah dari mereka atas seruan yang ia berikan kepada mereka; sesungguh­nya ia hanya mengharapkan pahala tersebut dari Allah Swt. semata. Lalu Saleh mengingatkan kepada mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Untuk itu Saleh mengatakan:


إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَٰلِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ 142

(142) Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?

(142) 

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ صَالِحٌ أَلَا تَتَّقُونَ

Ketika saudara mereka, Shaleh, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?. (Asy-Syu'ara': 142)


إِنِّى لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌۭ 143

(143) Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu,

(143) 

إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu. (Asy-Syu'ara': 143)


فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ 144

(144) maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.

(144) 

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.(Asy-Syu'ara': 144)


وَمَآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِىَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 145

(145) Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.

(145) 

وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ ۖ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَىٰ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 145)


أَتُتْرَكُونَ فِى مَا هَٰهُنَآ ءَامِنِينَ 146

(146) Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman,

(146) 

Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingat­kan mereka akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ

Adakah kamu akan dibiarkan tinggal disini (di negeri kamu ini) dengan aman. (Asy-Syu'ara': 146)


فِى جَنَّٰتٍۢ وَعُيُونٍۢ 147

(147) di dalam kebun-kebun serta mata air,

(147) 

فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ

Di dalam kebun-kebun serta mata air. (Asy-Syu'ara': 147)


وَزُرُوعٍۢ وَنَخْلٍۢ طَلْعُهَا هَضِيمٌۭ 148

(148) dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut.

(148) 

Nabi Saleh berkata kepada mereka seraya menasehati dan memperingat­kan mereka akan siksaan Allah yang akan menimpa mereka, sekaligus mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka melalui rezeki yang berlimpah, dan Allah menjadikan mereka aman dari bahaya, ditumbuhkan-Nyalah bagi mereka kebun-kebun, dan dialirkan-Nya bagi mereka mata air-mata air, serta dikeluar-kan-Nyalah bagi mereka tanam-tanaman dan buah-buahan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ

dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148)

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan Hadim ialah mekar dan masak.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni yang subur.

Ismail ibnu Abu Khalid telah meriwayatkan dari Amr ibnu Abu Amr —yang menjumpai masa sahabat— dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yaitu bila telah masak dan bergayutan; diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Kemudian Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abu Saleh.

Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ala sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Maksudnya, mayang kurma yang berekor (karena isinya yang banyak).

Mujahid mengatakan bahwa hadim ialah bila kering banyak buahnya sehingga berserakan.

Ibnu Juraij mengatakan, ia pernah mendengar Abdul Karim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Umayyah yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. (Asy-Syu'ara': 148) Yakni saat mayang tersebut muncul mengatup dan menutupi buahnya, maka buahnya yang masih basah itu dinamakan hadim. Sedangkan kurma yang kering bila terkatup oleh mayangnya, maka buahnya yang kering itu dinamakan hasyim.

Ikrimah mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa hadim artinya buah kurma yang lembut. Ad-Dahhak mengatakan bahwa apabila tandan kurma banyak buahnya sehingga buahnya sebagian di antaranya bertumpang tindih dengan sebagian yang lain, maka dinamakan hadim. Murrah mengatakan bahwa hadim ialah mayang kurma saat mekar dan kelihatan hijau (yakni subur buahnya).

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, hadim ialah buah kurma yang tidak ada bijinya.

Abu Sakhr mengatakan, "Manakala engkau melihat mayang kurma mekar, lalu engkau lihat buahnya bersusun-susun, maka itulah yang dinamakan hadim.


وَتَنْحِتُونَ مِنَ ٱلْجِبَالِ بُيُوتًۭا فَٰرِهِينَ 149

(149) Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin;

(149) 

Firman Allah Swt.:

وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ

Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. (Asy-Syu'ara': 149)

Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa farihin artinya dengan cerdik. Tetapi menurut riwayat lain yang juga bersumber dari Ibnu Abbas, artinya tamak lagi jahat. Pendapat yang terakhir inilah yang dipilih oleh Mujahid dan sejumlah ulama. Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena sesungguhnya mereka membuat rumah-rumah pahatan di gunung-gunung itu dengan tujuan kesombongan, ketamakan, dan main-main, bukan karena keperluan untuk tempat tinggal. Dan mereka adalah Orang-orang yang ahli dalam hal pahat-memahat seperti yang dapat disaksikan dari bekas peninggalan mereka. Karena itulah nabi mereka berkata kepada mereka:



فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ 150

(150) maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;

(150) 

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku;. (Asy-Syu'ara': 150)


وَلَا تُطِيعُوٓا۟ أَمْرَ ٱلْمُسْرِفِينَ 151

(151) dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas,

(151) 

وَلَا تُطِيعُوا أَمْرَ الْمُسْرِفِينَ

Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. (Asy-Syu'ara': 151)


ٱلَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ 152

(152) yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan".

(152) 


الَّذِينَ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ
Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan". (Asy-Syu'ara': 152)


قَالُوٓا۟ إِنَّمَآ أَنتَ مِنَ ٱلْمُسَحَّرِينَ 153

(153) Mereka berkata: "Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir;

(153) 

Allah menceritakan tentang kaum Samud dalam jawaban mereka kepada nabi mereka Saleh a.s. ketika Saleh a.s. menyeru mereka menyembah Tuhan mereka;

قَالُوا إِنَّمَا أَنْتَ مِنَ الْمُسَحَّرِينَ

Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (Asy-Syu'ara': 153)

Mujahid dan Qatadah mengatakan, mereka bermaksud bahwa Saleh termasuk orang yang terkena sihir.

Abu Saleh telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: salah seorang dari orang-orang yang kena sihir. (AsyrSyu'ara': 153) Bahwa makna musahharin ialah salah seorang makhluk biasa. Sebagian di antara mereka ada yang memakai dalil untuk memperkuat pendapatnya ini dengan perkataan salah seorang penyair:

فَإِنْ تَسْأَلِينَا: فِيمَ نَحْنُ؟ فَإِنَّنَا ... عَصَافِيرُ مِنْ هَذَا الْأَنَامِ الْمُسَحَّرِ

Maka jika engkau bertanya tentang apa yang kami alami, sesungguhnya kami ini makhluk yang kecil lagi lemah, yang diberi paru-paru.

Yakni orang-orang yang mempunyai paru-paru, diambil dari kata as-sahar yang artinya paru-paru. Akan tetapi, pendapat yang kuat sehubungan dengan makna ini adalah pendapat yang dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah. Disebutkan bahwa mereka mengatakan, "Sesungguhnya perkataan yang kamu ucapkan ini tiada lain menunjukkan engkau adalah orang yang terkena sihir," yakni dalam keadaan tidak sadar. Selanjutnya mereka mengatakan:


مَآ أَنتَ إِلَّا بَشَرٌۭ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِـَٔايَةٍ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ 154

(154) Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar".

(154) 

مَا أَنْتَ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا

Kamu tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kami. (Asy-Syu'ara': 154)

Maksudnya, mana mungkin kamu diberi wahyu, sedangkan kami tidak. Seperti juga yang diceritakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ * سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26)

Kemudian mereka meminta kepada Saleh a.s. agar mendatangkan suatu mukjizat kepada mereka sebagai tanda yang membenarkan kerasulan­nya, agar mereka mengetahui kebenaran dari apa yang disampaikannya dari Tuhan mereka. Orang-orang terkemuka mereka berkumpul dan meminta kepada Nabi Saleh agar mengeluarkan seekor unta betina yang telah beranak dari sebuah batu besar saat itu juga, sedangkan batu besar itu telah ditunjuk oleh mereka yang mempunyai ciri khas anu dan anu.

Maka pada saat itu juga Nabi Saleh mengambil janji dan ikrar dari mereka, bahwa sesungguhnya dia sanggup memenuhi permintaan mereka, tetapi mereka sungguh akan beriman kepadanya dan mengikutinya, lalu mereka setuju dengan syarat itu.

Nabi Saleh a.s. berdiri, lalu melakukan salat. Sesudah itu ia berdoa kepada Allah, memohon agar Dia mengabulkan permintaan mereka. Maka terbelahlah batu besar itu yang ditunjuk oleh mereka, dan keluarlah darinya seekor unta betina yang telah beranak menurut spesifikasi yang mereka minta. Maka sebagian dari mereka beriman, sedangkan kebanyakan dari mereka ingkar.


قَالَ هَٰذِهِۦ نَاقَةٌۭ لَّهَا شِرْبٌۭ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍۢ مَّعْلُومٍۢ 155

(155) Shaleh menjawab: "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.

(155) 

قَالَ هَذِهِ نَاقَةٌ لَهَا شِرْبٌ وَلَكُمْ شِرْبُ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

Saleh menjawab, "Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu.”(Asy-Syu'ara': 155)

Yakni unta betina ini mendapat giliran minumnya satu hari, sedangkan pada hari berikutnya adalah giliran minum kalian.


وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوٓءٍۢ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍۢ 156

(156) Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari yang besar".

(156) 

وَلا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابُ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Dan janganlah kalian sentuh unta betina ini dengan sesuatu kejahatan, yang menyebabkan kalian akan ditimpa oleh azab hari yangbesar. (Asy-Syu'ara': 156)

Nabi Saleh memperingatkan mereka akan pembalasan Allah jika mereka berani mengganggu unta betina tersebut. Unta itu tinggal di kalangan mereka selama beberapa lama; unta itu mendapat giliran minumnya seperti biasanya, dan ia makan dedaunan serta rerumputan, sedangkan mereka dapat mengambil manfaat air susunya yang mereka perah dari unta itu dalam jumlah yang cukup buat mereka minum.

Setelah hal itu berlangsung cukup lama di kalangan mereka, lalu muncullah orang-orang yang celaka di antara mereka, selanjutnya orang-orang celaka itu membuat kesepakatan untuk membunuh dan me­nyembelih unta betina tersebut.


فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا۟ نَٰدِمِينَ 157

(157) Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal,

(157) 

فَعَقَرُوهَا فَأَصْبَحُوا نَادِمِينَ 

Kemudian mereka membunuhnya, lalu mereka menjadi menyesal. (Asy-Syu'ara': 157)


فَأَخَذَهُمُ ٱلْعَذَابُ ۗ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةًۭ ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ 158

(158) maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman.

(158) 

 فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ

Maka mereka ditimpa azab. (Asy-Syu'ara': 158)

Azab tersebut berupa gempa hebat yang menimpa tanah tempat mereka tinggal, lalu mereka ditimpa suatu teriakan mengguntur yang membuat hati manusia copot dari tempatnya. Mereka kedatangan azab dari arah yang tidak mereka duga-duga, sehingga jadilah mereka mati ber­gelimpangan di tempat tinggal mereka.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ 

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara': 158)


وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ 159

(159) Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

(159) 

 وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 159)