28 - القصص - Al-Qasas
The Stories
Meccan
فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى ٱلْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِۦٓ ءَانَسَ مِن جَانِبِ ٱلطُّورِ نَارًۭا قَالَ لِأَهْلِهِ ٱمْكُثُوٓا۟ إِنِّىٓ ءَانَسْتُ نَارًۭا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍۢ مِّنَ ٱلنَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ 29
(29) Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan".
(29)
Dalam tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa Musa a.s. telah menunaikan masa yang paling banyak, paling baik, paling sempurna, dan paling bersih dari kedua masa itu. Hal tersebut dapat disimpulkan pula dari kelompok ayat ini yang pada permulaannya disebutkan oleh firman-Nya:
فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الأجَلَ
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan. (Al-Qashash: 29)
Yakni yang paling sempurna dari kedua masa itu.
Ibnu Juraij mengatakan dari Mujahid, bahwa Musa menyelesaikan masa sepuluh tahun dan juga sepuluh tahun berikutnya. Tetapi pendapat ini menurut hemat saya tiada yang mengatakannya selain pendapat ini, dan Ibnu Abu Hatim serta Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
وَسَارَ بِأَهْلِهِ
dan dia berangkat bersama keluarganya. (Al-Qashash: 29)
Mereka mengatakan bahwa Musa merasa rindu dengan tanah tempat kelahirannya dan juga sanak keluarganya, maka ia bertekad untuk mengunjungi mereka dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Fir'aun dan kaumnya. Ia berangkat bersama istrinya dan ternak kambing yang hasil pemberian mertuanya, lalu menempuh jalan di malam yang gelap lagi hujan deras dan cuaca yang dingin. Maka ia turun istirahat di suatu tempat; dan setiap kali ia menyalakan pemantik apinya, ternyata tidak mau juga menyala. Hal ini membuatnya terheran-heran. Ketika ia dalam keadaan demikian,
آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا
dilihatnyalah api di lereng gunung. (Al-Qashash: 29)
Yaitu ia melihat nyala api yang terang dari kejauhan.
قَالَ لأهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا
ia berkata kepada keluarganya, "Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api.” (Al-Qashash: 29)
Yakni aku akan berangkat menuju ke tempat api itu.
لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ
mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu. (Al-Qashash: 29)
Demikian itu karena pada saat itu Musa sesat jalan.
أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ
atau membawa sesuluh api. (Al-Qashash: 29)
Yakni sebagian dari nyala api itu,
لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ
agar kamu dapat menghangatkan badan.” (Al-Qashash: 29)
Maksudnya, untuk berdiang kamu agar jangan kedinginan oleh cuaca yang sangat dingin ini.
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ مِن شَٰطِئِ ٱلْوَادِ ٱلْأَيْمَنِ فِى ٱلْبُقْعَةِ ٱلْمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّىٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ 30
(30) Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.
(30)
Firman Allah Swt.:
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya. (Al-Qashash: 30)
Yaitu dari pinggir lembah yang ada di sebelah bukit itu yang berada di sebelah kanannya dari arah barat, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الْغَرْبِيِّ إِذْ قَضَيْنَا إِلَى مُوسَى الأمْرَ
Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al-Qashash: 44)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Musa menuju ke arah tempat api itu yang mengarah ke kiblat, sedangkan bukit yang ada di barat berada di sebelah kanannya. Ia menjumpai api itu menyala besar pada sebuah pohon hijau di lereng bukit yang bersebelahan dengan lembah itu. Musa berdiri tertegun keheranan menyaksikan pemandangan tersebut. Maka Tuhannya menyerunya:
مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ
dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya yang diberkati dari sebatang pohon kayu. (Al-Qashash: 30)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari 'Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan pohon yang Musa diseru darinya. Pohon itu adalah pohon samurah yang hijau berdaun lebat.
Sanad hadis di atas berpredikat muqarib.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang yang tidak diragukan, dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon 'aliq. Sebagian Ahli Kitab mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon 'ausaj. Qatadah mengatakan, pohon itu adalah pohon 'ausaj, dan tongkat Musa a.s. terbuat dari kayu pohon 'ausaj.
Firman Allah Swt.:
أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Yaitu, "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Qashash: 30)
Maksudnya, Yang sedang berbicara kepadamu ini adalah Tuhan semesta alam Yang Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya, tiada Tuhan dan tiada Rabb selain Dia Yang Mahatinggi, lagi Mahasuci dari kemiripan dengan makhluk-Nya dalam zat, sifat, dan perbuatan-Nya.
وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ ۖ فَلَمَّا رَءَاهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَآنٌّۭ وَلَّىٰ مُدْبِرًۭا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَٰمُوسَىٰٓ أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ ۖ إِنَّكَ مِنَ ٱلْءَامِنِينَ 31
(31) dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): "Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.
(31)
Firman Allah Swt.:
وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ
dan lemparkanlah tongkatmu. (Al-Qashash: 31)
yang ada di tanganmu itu.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَا مُوسَى قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَى غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَى
"Apakah itu yang ada di tangan kananmu, hai Musa?” Musa menjawab, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.” (Tana: 17-18)
Makna yang dimaksud ialah bahwa adapun tongkatmu yang telah kamu kenal itu, lemparkanlah ia.
فَأَلْقَاهَا فَإِذَا هِيَ حَيَّةٌ تَسْعَى
Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba tongkat itu menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. (Taha: 2)
Sejak itulah Musa mengetahui dan merasa yakin bahwa yang berbicara kepadanya adalah Tuhan Yang mengatakan kepada sesuatu, "Jadilah kamu," maka jadilah ia, sebagaimana yang telah diterangkan di dalam tafsir surat Taha.
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ
Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit. (Al-Qashash: 31)
ular itu dalam gerakannya sangat cepat, padahal bentuknya sangat besar, banyak kakinya, lebar mulutnya, dan taring-taring serta gigi-giginya berderak-derak; tiada suatu batu besar pun yang dilaluinya melainkan ditelannya, lalu masuk ke dalam mulutnya dan masuk ke dalam perutnya mengeluarkan suara dentuman seakan-akan terjatuh dari atas jurang. Maka pada saat itu,
وَلَّى مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ
larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Al-Qashash: 31)
Yaitu tanpa menoleh lagi karena ngeri yang sangat, mengingat tabiat manusia merasa takut melihat pemandangan seperti itu. Tatkala Allah Swt. berfirman kepadanya:
يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الآمِنِينَ
Hai Musa, datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. (Al-Qashash: 31)
Maka Musa kembali ke tempat yang semula. Kemudian Allah Swt. berfirman:
ٱسْلُكْ يَدَكَ فِى جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَآءَ مِنْ غَيْرِ سُوٓءٍۢ وَٱضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ ٱلرَّهْبِ ۖ فَذَٰنِكَ بُرْهَٰنَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦٓ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَوْمًۭا فَٰسِقِينَ 32
(32) Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir'aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik".
(32)
اسْلُكْ يَدَكَ فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاءَ مِنْ غَيْرِ سُوءٍ
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit. (Al-Qashash: 32)
Yakni apabila kamu masukkan tanganmu ke leher bajumu, lalu kamu keluarkan, maka sesungguhnya tanganmu itu akan mengeluarkan sinar berkilauan seakan-akan sinar kilat yang menyilaukan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
مِنْ غَيْرِ سُوءٍ
bukan karena penyakit. (Al-Qashash: 32)
Maksudnya, bukan karena terkena penyakit.
Firman Allah Swt.:
وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ الرَّهْبِ
dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan. (Al-Qashash: 32)
Mujahid mengatakan bahwa hal itu dilakukan bila merasa terkejut. Qatadah mengatakan bila merasa takut. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan Ibnu Jarir mengatakan, hal tersebut dilakukan bila ia merasa takut terhadap ular itu. Tetapi makna yang dimaksud lebih umum daripada semua pendapat di atas. Jelasnya, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa bila ia merasa takut hendaknya mendekapkan tangannya ke dadanya; apabila Musa melakukan hal tersebut, niscaya akan hilanglah rasa takutnya. Dan barangkali bila seseorang melakukan hal tersebut hanya sekadar ikut-ikutan, saat ia merasa takut, lalu ia meletakkan tangannya ke dadanya, niscaya akan lenyaplah atau menjadi ringanlah rasa takutnya dengan seizin Allah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi ibnu Taglab Asy-Syekh Saleh, telah menceritakan kepada kami Abu Isma'il Al-Muaddib, dari Abdullah ibnu Muslim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa sebelum itu hati Musa a.s. selalu dicekam oleh rasa takut terhadap Fir'aun. Dan apabila dia melihat Fir'aun, ia membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَدْرَأُ بِكَ فِي نَحْرِهِ، وَأُعَوِّذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pertolongan kepadaMu dalam menghadapinya dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejahatannya.
Maka Allah mencabut dari hati Musa a.s. rasa takut yang mencekamnya dan mengalihkannya ke dalam hati Fir'aun. Sejak saat itu apabila Fir'aun melihat Musa, maka ia terkencing-kencing bagaikan keledai karena ketakutan terhadap Musa.
Firman Allah Swt.:
فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِنْ رَبِّكَ
maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu. (Al-Qashash: 32)
Yakni tongkat yang dilemparkan kemudian berubah wujud menjadi ular, dan memasukkan tangan ke leher baju, setelah dikeluarkan tangan mengeluarkan cahaya yang bukan karena penyakit. Keduanya merupakan bukti akurat yang jelas menunjukkan kekuasaan Tuhan Yang Maha Berbuat lagi Maha Melakukan apa yang dikehendaki-Nya, juga menunjukkan kebenaran predikat kenabian orang yang menimbulkan peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam tersebut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ
(yang akan kamu kemukakan) kepada Fir’aun dan pembesar-pembesar (kerajaan)nya. (Al-Qashash: 32)
Yaitu kepada para pemimpin dan para pembesar kerajaan Fir'aun dan juga para pengikutnya.
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ
Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik. (Al-Qashash: 32)
Artinya, keluar dari jalan ketaatan kepada Allah lagi menentang perintah dan agama-Nya.
قَالَ رَبِّ إِنِّى قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًۭا فَأَخَافُ أَن يَقْتُلُونِ 33
(33) Musa berkata: "Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.
(33)
Tatkala Allah memerintahkan kepada Musa untuk berangkat menemui Fir'aun, yang sesungguhnya ia keluar dari negeri Mesir karena melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan takut terhadap pembalasannya,
قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ نَفْسًا
Musa berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka.” (Al-Qashash: 33)
Yakni seorang Egypt yang telah diceritakan tadi pada ayat sebelumnya.
فَأَخَافُ أَنْ يَقْتُلُونِ
maka aku takut mereka akan membunuhku. (Al-Qashash: 33)
jika mereka melihat diriku.
وَأَخِى هَٰرُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّى لِسَانًۭا فَأَرْسِلْهُ مَعِىَ رِدْءًۭا يُصَدِّقُنِىٓ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ 34
(34) Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku".
(34)
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku. (Al-Qashash: 34 )
Demikian itu karena Musa a.s. mengalami kekakuan pada lisannya karena memakan bara api semasa kecilnya ketika ia disuruh memilih antara bara api dan buah kurma. Lalu ia memungut bara api dan memakannya sehingga lisannya terbakar dan tidak dapat bertutur kata dengan fasih. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي. يَفْقَهُوا قَوْلِي. وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي. هَارُونَ أَخِي. اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي. وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku; dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku; teguhkanlah dengan dia kekuatanku dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku. (Taha: 27-32)
yang meringankan tugas berat yang telah Engkau embankan kepada diriku, yaitu mengemban tugas kenabian dan menyampaikan risalah kepada raja yang sombong, sewenang-wenang, lagi pengingkar kebenaran (Fir'aun). Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَانًا فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءًا
Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku. (Al-Qashash: 34)
Yakni sebagai wakil, pembantu, dan memperkuat tugasku. Dia akan menjelaskan apa yang aku sampaikan dari Allah Swt. Karena berita dari dua orang itu lebih mendalam kesahannya dalam jiwa daripada berita yang disampaikan hanya oleh satu orang. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُكَذِّبُونِ
"sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.” (Al-Qashash: 34)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku. (Al-Qashash: 34) Yakni yang menjelaskan kepada mereka apa yang aku katakan kepada mereka, karena sesungguhnya saudaraku memahami diriku apa yang tidak dapat mereka pahami.
Tatkala Musa mengajukan permintaannya itu, maka Allah Swt. berfirman:
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَٰنًۭا فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا ۚ بِـَٔايَٰتِنَآ أَنتُمَا وَمَنِ ٱتَّبَعَكُمَا ٱلْغَٰلِبُونَ 35
(35) Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.
(35)
سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ
Kami akan membantumu dengan saudaramu. (Al-Qashash: 35)
Maksudnya, Kami akan memperkuat urusanmu dan membantumu dengan saudaramu sesuai dengan apa yang kamu minta buatnya hendaknya dia diangkat menjadi nabi pula bersamamu. Hal ini dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى
Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Taha: 36)
Dan firman Allah Swt.:
وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi. (Maryam: 53)
Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa tiada seorang pun yang sangat berutang budi kepada saudaranya selain dari Harun kepada Musa. Karena sesungguhnya Musa mendoakan baginya hingga ia diangkat menjadi seorang nabi dan rasul oleh Allah bersama Musa untuk menyampaikan risalah Allah kepada Fir'aun dan pembesar pembesar kerajaannya. Karena itulah Allah Swt. menyebutkan perihal kedudukan Musa melalui salah satu firman-Nya yang mengatakan:
وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا
Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al-Ahzab: 69)
Adapun firman Allah Swt.:
وَنَجْعَلُ لَكُمَا سُلْطَانًا
dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar. (Al-Qashash: 35)
Yakni hujah dan bukti yang mengalahkan.
فَلا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا
maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami. (Al-Qashash: 35)
Yaitu tiada jalan bagi mereka untuk menyakiti kamu berdua bila kamu berdua menyampaikan ayat-ayat Allah, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67)
sampai dengan firman-Nya:
وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)
Dan firman Allah Swt.:
الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pembuat perhitungan. (Al-Ahzab: 39)
Artinya, cukuplah Allah sebagai Penolong, Pembantu, dan Pendukung. Karena itulah diberitakan oleh Allah kepada keduanya bahwa akibat yang terpuji hanyalah bagi mereka berdua dan orang-orang yang mengikuti mereka di dunia dan akhirat. Untuk itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
أَنْتُمَا وَمَنِ اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ
kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35)
Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa. (Al-Mujadilah: 21)
Dan firman Allah Swt.:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia. (Al-Mu-min: 51), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir memberikan pengarahannya bahwa makna firman Allah Swt.: dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu. (Al-Qashash: 35) Kemudian firman berikutnya dianggap sebagai kalimat baru, yaitu: (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami, kamu berdua dan orang-orang yang mengikuti kamulah yang menang. (Al-Qashash: 35)
Makna yang dimaksud ialah bahwa kamu berdua dan orang-orang yang mengikutimulah yang beroleh kemenangan berkat ayat-ayat (mukjizat-mukjizat) Kami. Tidak diragukan lagi bahwa makna ini sahih, namun makna yang sama terkandung pula dalam pengarahan pertama (makna pertama), untuk itu tidak diperlukan lagi adanya pengarahan ini.