29 - العنكبوت - Al-Ankaboot

Juz : 20

The Spider
Meccan

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ ٱلَّذِى كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 7

(7) Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.

(7) 

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَحْسَنَ الَّذِي كَانُوا يَعْمَلُونَ

Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. (Al-'Ankabut:7)


وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حُسْنًۭا ۖ وَإِن جَٰهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۭ فَلَا تُطِعْهُمَآ ۚ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 8

(8) Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(8) 

Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya masing-masing, yang hal ini disebutkan-Nya sesudah menganjurkan (memerintahkan) mereka untuk berpegang teguh kepada ajaran tauhid. Karena sesungguhnya kedua ibu bapak adalah penyebab keberadaan seseorang. Seseorang diharuskan berbuat baik kepada kedua orang ibu bapaknya, sedangkan orang tua laki-laki diharuskan memberi nafkah kepada anaknya dan orang tua perempuan memelihara anaknya dengan kasih sayang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلا كَرِيمًا، وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّي ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (Al-Isra:23-24)

Perintah untuk memperlakukan kedua orang tua dengan perlakuan kasih sayang dan bersikap baik kepada keduanya serta penuh hormat adalah sebagai imbalan dari kebaikan keduanya, seperti yang telah disebutkan di atas.

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut:8)

Yakni jika kedua orang tuamu menginginkan dengan sangat agar kamu mengikuti agama keduanya (selain Islam) bila keduanya musyrik, maka hati-hatilah kamu. Janganlah kamu mengikuti keduanya, karena sesungguhnya kembali kalian kelak di hari kiamat adalah kepada-Ku. Lalu Aku akan membalas kebaikanmu kepada keduanya, juga pahala kesabaranmu dalam memegang teguh agamamu, serta Aku akan menghimpunkanmu bersama orang-orang yang saleh, bukan dengan kedua orang tuamu, sekalipun kamu adalah orang yang terdekat kepada keduanya sewaktu di dunia. Karena sesungguhnya seseorang itu akan dihimpunkan kelak di hari kiamat bersama orang-orang yang dicintainya dengan cinta agama. 


وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِى ٱلصَّٰلِحِينَ 9

(9) Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh.

(9) 

Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَنُدْخِلَنَّهُمْ فِي الصَّالِحِينَ

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh benar-benar akan Kami masukkan mereka ke dalam (golongan) orang-orang yang saleh. (Al-'Ankabut:9)

Imam Turmuzi mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan hadis berikut dari ayahnya (yaitu Sa'd) yang mengatakan, telah diturunkan empat buah ayat berkenaan dengan peristiwa yang dialaminya, lalu ia menceritakan kisahnya. Antara lain ia menceritakan bahwa ibunya (yaitu Ummu Sa'd) pernah berkata kepadanya, Bukankah Allah telah memerintahkan kepadamu untuk berbakti kepada ibumu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan juga tidak akan minum hingga aku mati atau kamu mau kafir.

Sa'd melanjutkan kisahnya, bahwa keluarganya bila hendak memberi makan ibunya terpaksa harus membukakan mulutnya dengan paksa. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. (Al-'Ankabut:8), hingga akhir ayat.

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Muslim, Imam Ahmad, Imam Abu Daud, dan Imam Nasai; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.


وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ فَإِذَآ أُوذِىَ فِى ٱللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ ٱلنَّاسِ كَعَذَابِ ٱللَّهِ وَلَئِن جَآءَ نَصْرٌۭ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ ۚ أَوَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِى صُدُورِ ٱلْعَٰلَمِينَ 10

(10) Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?

(10) 

Allah Swt. menceritakan tentang sifat-sifat kaum yang mendustakan (Allah dan Rasul-Nya), yaitu mereka yang lisannya mengakui beriman, padahal iman tidak berakar dalam dada mereka. Bahwa apabila cobaan dan ujian di dunia menimpa mereka, maka mereka berkeyakinan bahwa hal tersebut merupakan azab Allah kepada mereka, karenanya mereka murtad dari Islam. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ

Dan di antara manusia ada orang yang berkata, Kami beriman kepada Allah, maka apabila ia disakiti (karena beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. (Al-'Ankabut:10)

Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan fitnah manusia ialah bila orang yang bersangkutan murtad dari agamanya karena disakiti sebab keimanannya kepada Allah. Hal yang sama dikatakan oleh ulama Salaf lainnya. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ

Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. (Al-Hajj:11)

sampai dengan firman-Nya:

ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ

Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (Al-Hajj:12)

Kemudian disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ

Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, Sesungguhnya kami adalah besertamu.” (Al-'Ankabut:10)

Yaitu jika datang pertolongan dalam waktu yang dekat dari Tuhanmu dan kemenangan serta ganimah yang banyak, hai Muhammad, tentulah mereka mengatakan kepadamu, Sesungguhnya kami adalah besertamu, yakni saudara-saudara seagamamu. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:

الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah, mereka berkata, Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?” Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan), mereka berkata, Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin. (An-Nisa:141)

Maka Allah menjawab mereka melalui firman-Nya:

فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ

Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (Al-Maidah:52)

Allah Swt. menceritakan perihal mereka melalui surat Al-'Ankabut ini, yaitu melalui firman-Nya: Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata, Sesungguhnya kamu adalah besertamu.” (Al-'Ankabut:10)

Adapun firman Allah Swt.:

أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ

Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia. (Al-'Ankabut:10)

Maksudnya, bukankah Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka dan semua yang disembunyikan di dalam perasaan mereka, sekalipun mereka menampakkan kepada kalian sikap setuju?


وَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ 11

(11) Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik.

(11) 

Firman Allah Swt.:

وَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْمُنَافِقِينَ

Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman; dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (Al-'Ankabut:11)

Yakni sungguh Allah akan menguji manusia dengan suka dan duka, kesengsaraan dan kebahagiaan agar dapat dibedakan siapa yang taat kepada Allah dalam keadaan suka dan duka, dan siapa yang ketaatannya hanyalah berdasarkan keuntungan yang diperolehnya. Hal yang sama dikatakan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad:31)

Dan Allah berfirman sesudah Perang Uhud yang mengandung cobaan dan ujian yang berat bagi kaum muslim:

مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ

Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dan yang baik (mukmin). (Ali-Imran:179), hingga akhir ayat.


وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّبِعُوا۟ سَبِيلَنَا وَلْنَحْمِلْ خَطَٰيَٰكُمْ وَمَا هُم بِحَٰمِلِينَ مِنْ خَطَٰيَٰهُم مِّن شَىْءٍ ۖ إِنَّهُمْ لَكَٰذِبُونَ 12

(12) Dan berkatalah orang-orang kafir kepada orang-orang yang beriman: "Ikutilah jalan kami, dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu", dan mereka (sendiri) sedikitpun tidak (sanggup), memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta.

(12) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang kafir Quraisy, bahwa mereka mengatakan kepada Orang-orang yang beriman dari kalangan mereka lagi mengikuti jalan hidayah, "Berbaliklah (murtadlah) kalian dari agama kalian, lalu kembali kepada agama kami dan mengikuti jalan kami."

وَلْنَحْمِلْ خَطَايَاكُمْ

dan nanti kami akan memikul dosa-dosamu. (Al-'Ankabut: 12)

Maksudnya, jika kalian mempunyai dosa-dosa dalam kemurtadan kalian, maka kamilah yang akan menanggungnya. Perihalnya sama dengan per­kataan seseorang, "Lakukanlah ini, dosamu akulah yang menanggungnya." Allah Swt. menjawab ucapan mereka seraya mendustakannya:

وَمَا هُمْ بِحَامِلِينَ مِنْ خَطَايَاهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

dan mereka (sendiri) sedikit pun tidak (sanggup) memikul dosa-dosa mereka. Sesungguhnya mereka adalah benar-benar orang pendusta. (Al-'Ankabut: 12)

Yakni dusta dalam ucapan mereka yang menyatakan bahwa mereka sanggup memikul beban dosa-dosa orang-orang yang mereka suruh untuk murtad dari agamanya. Karena sesungguhnya tiada seorang pun yang menanggung dosa orang lain. Sehubungan dengan hal ini Allah Swt. telah berfirman dalam ayat lain:

وَإِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ إِلَى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى

Dan jika seorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu, tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikit pun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. (Fatir: 18)

وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ

Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedang mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 1-11)


وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالًۭا مَّعَ أَثْقَالِهِمْ ۖ وَلَيُسْـَٔلُنَّ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ عَمَّا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ 13

(13) Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan.

(13) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ

Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri. (Al-'Ankabut: 13)

Ini menceritakan keadaan para penyeru kekafiran dan kesesatan, bahwa kelak di hari kiamat mereka memikul beban dosa-dosa mereka sendiri, juga beban-beban dosa lain disebabkan mereka telah menyesatkan orang lain, tanpa mengurangi dosa mereka yang telah disesatkannya barang sedikit pun, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلا سَاءَ مَا يَزِرُونَ

(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang-orang yang telah mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan). (An-Nahl: 25), hingga akhir ayat.

Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:

"مَنْ دَعَا إِلَى هَدْيٍ كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنِ اتَّبَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا"

Barang siapa yang menyeru kepada jalan petunjuk, maka baginya pahala yang semisal dengan pahala-orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka baginya dosa yang semisal dengan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya sampai hari kiamat tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.

Hadis lainnya yang juga di dalam kitab sahih menyebutkan:

"مَا قُتِلَتْ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الْأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا؛ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنّ الْقَتْلَ"

Tidaklah suatu jiwa terbunuh secara aniaya melainkan atas anak Adam yang pertama terpikulkan sebagian dari darahnya (dosanya), karena dialah orang yang mula-mula melakukan pembunuhan.

Firman Allah Swt.:

وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ

dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)

Yakni apa yang selalu mereka buat-buat berupa kedustaan.

Sehubungan dengan tafsir ayat ini Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis:

حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَفْصِ بْنِ أَبِي الْعَالِيَةِ، حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ بْنُ حَبِيبٍ الْمُحَارِبِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلَّغَ مَا أُرْسِلَ بِهِ، ثُمَّ قَالَ: "إِيَّاكُمْ وَالظُّلْمَ، فَإِنَّ اللَّهَ يَعْزِمُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُ: وَعِزَّتِي لَا يَجُوزُنِي الْيَوْمَ ظُلْمٌ! ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ فَيَقُولُ: أَيْنَ فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ؟ فَيَأْتِي يَتْبَعُهُ مِنَ الْحَسَنَاتِ أَمْثَالُ الْجِبَالِ، فَيُشْخِصُ النَّاسُ إِلَيْهَا أَبْصَارَهُمْ حَتَّى يَقُومَ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يَأْمُرُ الْمُنَادِي فَيُنَادِي مَنْ كَانَتْ لَهُ تِبَاعة -أَوْ: ظُلامة -عِنْدَ فُلَانِ ابْنِ فُلَانٍ، فَهَلُمَّ. فَيُقْبِلُونَ حَتَّى يَجْتَمِعُوا قِيَامًا بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ، فَيَقُولُ الرَّحْمَنُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: كَيْفَ نَقْضِي عَنْهُ؟ فَيَقُولُ لَهُمْ: خُذُوا لَهُمْ مِنْ حَسَنَاتِهِ. فَلَا يَزَالُونَ يَأْخُذُونَ مِنْهَا حَتَّى لَا يَبْقَى لَهُ حَسَنَةٌ، وَقَدْ بَقِيَ مِنْ أَصْحَابِ الظُّلَامَاتِ، فَيَقُولُ: اقْضُوا عَنْ عَبْدِي. فَيَقُولُونَ: لَمْ يَبْقَ لَهُ حَسَنَةٌ. فَيَقُولُ: خُذُوا مِنْ سَيِّئَاتِهِمْ فَاحْمِلُوهَا عَلَيْهِ". ثُمَّ نَزَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذِهِ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ: وَلَيَحْمِلُنَّ أَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ وَلَيُسْأَلُنَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَمَّا كَانُوا يَفْتَرُونَ

bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Hafs ibnu Abul Aliyah, telah menceritakan kepadakami Sulaiman ibnu Habib Al-Muharibi, dari Abu Umamah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. menyampaikan apa yang telah diwahyukan kepadanya, kemudian beliau bersabda: Janganlah kalian berbuat zalim, karena sesungguhnya Allah Swt. kelak di hari kiamat akan berfirman dengan tegas, "Demi keagungan dan kebesaran-Ku, pada hari ini tiada suatu perbuatan zalim pun yang Kulewatkan.” Kemudian berserulah penyeru dan mengatakan, "Di manakah Fulan bin Fulan?” Maka datanglah orang yang dimaksud seraya diikuti oleh amal-amal kebaikannya yang sebesar gunung. Maka mata semua orang tertuju kepadanya, hingga ia berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Kemudian Allah memerintahkan kepada penyeru untuk menyeru­kan, "Barang siapa yang mempunyai sangkut paut dengan si Fulan atau pernah dizalimi olehnya, hendaklah ia kemari!" Maka mereka berdatangan sehingga berkumpul dalam keadaan berdiri di hadapan Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman (kepada para malaikat), "Bayarkanlah utang hamba-Ku!" Mereka bertanya, "Bagaimanakah cara membayarkannya?” Tuhan Yang Maha Pemurah berfirman, "Ambillah sebagian dari amal baiknya buat mereka.” Maka para malaikat terus-menerus mengambil kebaikannya, hingga tiada yang tersisa suatu kebaikan pun padanya, sedangkan orang-orang yang pernah dizaliminya masih belum terlunaskan. Allah berfirman, "Bayarkanlah utang-utang hamba-Ku.” Para malaikat berkata, "Tiada suatu kebaikan pun yang tersisa padanya.” Allah berfirman, "Ambillah sebagian dari keburukan mereka, lalu bebankanlah kepadanya.” Kemudian Nabi Saw. membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan beban-beban (dosa yang lain) di samping beban-beban mereka sendiri, dan sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu mereka ada-adakan. (Al-'Ankabut: 13)

Hadis ini mempunyai syahid yang menguatkannya terdapat di dalam kitab sahih melalui jalur lain yang menyebutkan:

«إن الرجل ليأتي يوم القيامة بحسنات أمثال الجبال وقد ظلم هذا، وأخذ من مال هذا، وأخذ من عرض هذا، فيأخذ هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإذا لم تبق له حسنة، أخذ من سيئاتهم فطرح عليه»

Sesungguhnya seorang lelaki benar-benar didatangkan pada hari kiamat dengan membawa amal-amal baik yang besar-besar seperti gunung, sedangkan ia pernah berbuat zalim kepada si anu dan pernah mengambil harta si anu serta pernah mengambil kehormatan si anu; maka orang yang pertama mengambil kebaikannya, dan orang yang kedua mengambil kehormatannya pula. Dan apabila tiada lagi amal baik yang tersisa padanya, maka diambillah sebagian dari dosa-dosa mereka (yang pernah dianiaya olehnya), lalu dibebankan kepadanya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحِوَارِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو بِشْرٍ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الثُّمَالِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ يُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى عَنْ كُحْل عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ ، فَلَا ألْفَيَنَّكَ تَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَاكَ اللَّهُ مِنْكَ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr Al-Hazza, dari Abu Hamzah As-Samali, dari Mu'az ibnu Jabal r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Hai Mu'az, sesungguhnya orang mukmin kelak akan ditanya pada hari kiamat tentang semua perbuatannya, sehingga ditanya tentang celak matanya, dan serpihan tanah liat yang dipegang-pegang oleh kedua jarinya. Maka semoga aku tidak menjumpaimu datang pada hari kiamat, sedangkan ada orang lain yang lebih berbahagia darimu dalam hal pahala yang telah diberikan oleh Allah kepadamu.


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًۭا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمْ ظَٰلِمُونَ 14

(14) Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim.

(14) 

Ini merupakan hiburan dari Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Allah menceritakan kepadanya tentang Nuh a.s., bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya dalam masa yang sangat lama seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Seruan itu dilakukannya siang malam, dan secara rahasia dan terang-terangan. Tetapi sekalipun demikian, tiada menambah mereka melainkan makin menjauh dari perkara hak dan berpaling darinya serta mendustakan Nuh, dan tiada yang beriman bersama Nuh melainkan hanya sedikit orang saja. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Al-'Ankabut: 14)

Yakni sesudah masa yang sangat lama itu penyampaian Nuh dan peringatannya masih belum berhasil terhadap mereka. Maka kamu Muhammad, janganlah menyesali sikap orang-orang yang kafir terhadapmu dari kalangan kaummu, jangan pula kamu bersedih hati atas sikap mereka, karena sesungguhnya Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia pulalah yang akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Di tangan kekuasaan-Nyalah semua urusan, dan hanya kepada-Nyalah kembali semua urusan.

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan. (Yunus: 96-97), hingga akhir ayat.

Dan ketahuilah bahwa Allah pasti akan memunculkanmu, menolongmu, menguatkanmu, menghinakan musuh-musuhmu serta mengalahkan mereka, dan menjadikan mereka berada di dasar neraka yang paling bawah.

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahik, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nuh diutus oleh Allah sejak usia empat puluh tahun, dan tinggal di kalangan kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun, serta hidup sesudah masa banjir besar selama enam puluh tahun, hingga manusia bertambah populasi (jumlah)nya dan menyebar.

Qatadah mengatakan bahwa menurut suatu pendapat, sesungguhnya jumlah seluruh usia Nuh adalah sembilan ratus lima puluh tahun. Ia tinggal di kalangan kaumnya sebelum menyeru mereka ke jalan Allah selama tiga ratus tahun, dan menyeru mereka selama tiga ratus tahun, serta tinggal sesudah masa banjir besar selama tiga ratus lima puluh tahun. Tetapi pendapat ini garib. Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa Nuh tinggal di kalangan kaumnya seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah selama sembilan ratus lima puluh tahun.

Aun ibnu Abu Syaddad telah mengatakan bahwa Allah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya saat ia berusia tiga ratus lima puluh tahun, lalu Nuh a.s. menyeru mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun. Kemudian ia hidup sesudah itu selama tiga ratus lima puluh tahun. Pendapat ini pun berpredikat garib, diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir serta dikatakan oleh suatu pendapat yang bersumber dari Ibnu Abbas, hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar pernah bertanya kepadaku, "Berapa lamakah Nuh tinggal bersama kaumnya?" Mujahid mengatakan, bahwa lalu ia menjawab, "Sembilan ratus lima puluh tahun." Lalu Ibnu Umar mengatakan, "Sesungguhnya manusia itu masih terus mengalami pengurangan dalam usia mereka, kebaligan mereka, dan bentuk tubuh mereka, sampai masamu sekarang ini."