31 - لقمان - Luqman

Juz : 21

Luqman
Meccan

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَيُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ كُلٌّۭ يَجْرِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى وَأَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌۭ 29

(29) Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(29) 

Allah Swt. menceritakan bahwa:

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ

Allah memasukkan malam ke dalam siang. (Luqman:29)

Yakni mengambil sebagian dari waktu malam dimasukkan ke dalam waktu siang sehingga siang menjadi panjang, sedangkan malam pendek. Hal ini terjadi pada musim panas, karena di musim panas itu siang hari sangat panjang. Kemudian secara perlahan panjang siang hari berkurang, sedangkan malam hari bertambah, sehingga pada akhirnya malam hari panjang dan siang hari pendek. Hal ini terjadi pada musim dingin.

وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. (Luqman:29)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah sampai pada tujuan yang telah ditetapkan. Dan menurut pendapat lain, sampai hari kiamat. Kedua pendapat itu benar belaka; pendapat yang pertama didukung oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Zar r.a. yang terdapat di dalam kitab Sahihain. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

يَا أَبَا ذَرٍّ، أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ هَذِهِ الشَّمْسُ؟ . قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: فَإِنَّهَا تَذْهَبُ فَتَسْجُدُ تَحْتَ الْعَرْشِ، ثُمَّ تَسْتَأْذِنُ ربَّها فَيُوشِكُ أَنْ يُقَالَ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ

Wahai Abu Zar, tahukah kamu ke manakah matahari ini pergi?” Aku menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw. bersabda, Sesungguhnya matahari ini pergi dan sujud di bawah 'Arasy kemudian ia meminta izin kepada Tuhannya. Maka sudah dekat masanya akan dikatakan kepada matahari, Kembalilah kamu ke arah kamu datang (yakni terbitlah kamu dari arah barat).”

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub, dari Ibnu Juraij, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari itu sama kedudukannya dengan penggembala, ia beredar di siang hari pada garis edarnya; dan apabila tenggelam, maka beredar di malam hari pada garis edarnya di bawah bumi hingga terbit dari arah timurnya. Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa hal yang sama terjadi juga pada rembulan. Sanad riwayat ini sahih.

Firman Allah Swt.:

وَأَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Luqman:29)

Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالأرْضِ

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi. (Al-Hajj:7)

Makna ini menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah Yang Menciptakan lagi Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. (At-Talaq:12), hingga akhir ayat.


ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ 30

(30) Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

(30) 

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil. (Luqman:30)

Yakni sesungguhnya Dia menampakkan kepada kalian tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kalian dapat menyimpulkan darinya bahwa Dialah Yang hak yakni benar ada-Nya dan Tuhan yang sebenarnya, dan bahwa semua yang selain Dia adalah batil belaka. Maka sesungguhnya Dia Mahakaya dari selain-Nya, dan segala sesuatu berhajat kepada-Nya, karena semua yang ada di langit dan yang ada di bumi merupakan makhluk dan hamba-hamba-Nya. Tiada seorang pun dari mereka yang dapat menggerakkan suatu zarrah pun kecuali dengan seizin-Nya. Seandainya seluruh penduduk bumi berkumpul (bersatu) untuk menciptakan seekor lalat, tentulah mereka tidak akan mampu melakukannya. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ الْبَاطِلُ وَأَنَّ اللَّهَ هُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Luqman:30)

Allah Mahatinggi, tiada yang lebih tinggi daripada-Nya; lagi Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Dia lebih besar daripada segala sesuatu, dan segala sesuatu tunduk lagi hina di hadapan-Nya.


أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱلْفُلْكَ تَجْرِى فِى ٱلْبَحْرِ بِنِعْمَتِ ٱللَّهِ لِيُرِيَكُم مِّنْ ءَايَٰتِهِۦٓ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّكُلِّ صَبَّارٍۢ شَكُورٍۢ 31

(31) Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

(31) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah menundukkan laut agar bahtera dapat berlayar di permukaannya dengan seizin-Nya, yakni berkat tatanan­-Nya yang sangat halus dan ditundukkan-Nya sedemikian rupa untuk hal tersebut. Karena sesungguhnya andaikata Allah tidak menciptakan daya energi pada laut, tentulah bahtera tidak dapat berlayar di permukaannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

لِيُرِيَكُمْ مِنْ آيَاتِهِ

supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya (Luqman: 31)

Maksudnya, sebagian dari kekuasaan-Nya.

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. (Luqman: 31)

Yakni sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kenikmatan.


وَإِذَا غَشِيَهُم مَّوْجٌۭ كَٱلظُّلَلِ دَعَوُا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ فَلَمَّا نَجَّىٰهُمْ إِلَى ٱلْبَرِّ فَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌۭ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِـَٔايَٰتِنَآ إِلَّا كُلُّ خَتَّارٍۢ كَفُورٍۢ 32

(32) Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar.

(32) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ

Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung. (Luqman: 32)

Yaitu sebesar gunung dan awan.

دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (Luqman: 32)

Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فِي الْبَحْرِ ضَلَّ مَنْ تَدْعُونَ إِلا إِيَّاهُ

Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra: 67)

Dan firman Allah Swt.:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Maka apabila mereka naik kapal. (Al-'Ankabut: 65), hingga akhir ayat.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ فَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ

maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. (Luqman: 32)

Mujahid mengatakan bahwa makna muqtasid ialah kafir. Mujahid menafsirkannya dengan pengertian ingkar, semakna dengan apa yang terdapat di dalam firman-Nya:

فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). (Al-'Ankabut: 65)

Ibnu Zaid mengatakan, makna yang dimaksud ialah pertengahan dalam beramal. Apa yang dikatakan oleh Ibnu Zaid ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ

lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan. (Fatir: 32), hingga akhir ayat.

Pengertian muqtasid dalam ayat ini ialah pertengahan dalam beramal. Dapat pula takwil ini diterapkan ke dalam ayat surat Luqman yang sedang kita bahas. Pengertian ini pun termasuk ke dalam sikap yang ingkar bagi orang yang telah menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan kejadian yang menakutkan serta tanda-tanda kekuasaan-Nya yang jelas selama ia di laut. Kemudian setelah Allah memberinya keselamatan dari bahaya tersebut sebagai nikmat karunia dari-Nya, seharusnya orang yang bersangkutan bersyukur kepada Allah dengan mengerjakan amal yang sempurna lagi terus-menerus dalam beribadah dan bersegera mengerjakan kebaikan. Dan barang siapa yang hanya bersikap pertengahan sesudah peristiwa tersebut, maka ia termasuk ke dalam kategori orang-orang yang melalaikan nikmat Allah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا كُلُّ خَتَّارٍ كَفُورٍ

Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (Luqman: 32)

Makna khattar ialah pengkhianat menurut Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Malik, dari Zaid ibnu Aslam. Jelasnya khattar ialah orang yang setiap kali berjanji selalu mengkhianati janjinya. Dan al-khatr artinya pengkhianatan berat. Seperti pengertian yang terdapat di dalam syair Amr ibnu Ma'di Kariba, yaitu:

وَإنَّكَ لَو رَأيتَ أبَا عُمَير ... مَلأتَ يَديْكَ مِنْ غَدْر وَخَتْر

Dan sesungguhnya kamu bila melihat Abu Umair, tentulah kamu akan menyaksikan kecurangan dan pengkhianatan yang banyak darinya.

Adapun firman Allah Swt.:

كَفُورٍ

lagi ingkar. (Luqman: 32)

Artinya, sangat ingkar kepada nikmat-nikmat Allah dan tidak mensyukurinya, bahkan sengaja melupakannya.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ وَٱخْشَوْا۟ يَوْمًۭا لَّا يَجْزِى وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيْـًٔا ۚ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ 33

(33) Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.

(33) 

Allah Swt. memperingatkan manusia terhadap hari berbangkit dan memerintahkan kepada mereka untuk bertakwa kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan khawatir menghadapi hari kiamat, karena pada hari itu:

لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ

seorang bapak tidak dapat menolong anaknya. (Luqman:33)

Yakni seandainya seorang bapak hendak menebus anaknya dengan dirinya, pastilah permintaan tebusannya itu ditolak. Demikian pula halnya seandainya seorang anak bermaksud menebus bapaknya dengan dirinya, tidak diterima pula.

Kemudian Allah Swt. kembali menasihati mereka melalui firman-Nya:

فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا

maka jangan sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu. (Luqman:33)

Maksudnya, jangan sekali-kali membuat dirimu terlena kerena hidup tenang di dunia hingga melupakan negeri akhirat.

وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

dan jangan pula penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah. (Luqman:33)

Jangan pula kamu biarkan setan memperdayakanmu. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Ad-Dahhak, dan Qatadah; karena sesungguhnya setan itu selalu memperdayakan manusia, menjanjikan dan memberikan angan-angan kepadanya. Padahal tiada sesuatu pun dari apa yang dijanjikan setan itu terpenuhi, bahkan sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا

Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (An-Nisa:12)

Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan bahwa Uzair a.s. pernah berkata, Ketika aku menyaksikan musibah yang menimpa kaumku, maka kesedihanku makin berat, kesusahanku bertambah banyak, dan tidak dapat tidur. Maka aku memohon kepada Tuhanku dengan merendahkan diri kepada-Nya, mengerjakan salat dan puasa, dan selama kujalani hal itu tiada henti-hentinya aku menangis. Tiba-tiba datanglah malaikat kepadaku, lalu aku bertanya kepadanya, 'Ceritakanlah kepadaku, apakah arwah orang-orang yang siddiqin (beriman) dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada arwah orang-orang yang zalim, atau para bapak dapatkah memberi syafaat kepada anak-anak mereka?' Malaikat itu menjawab, 'Sesungguhnya hari kiamat adalah hari keputusan peradilan dan kekuasaan yang maha menang, tiada kemurahan padanya dan tiada seorang pun yang dapat berbicara kecuali dengan seizin Tuhan Yang Maha Pemurah. Seorang bapak tidak dapat dihukum karena dosa anaknya, begitu pula seorang anak tidak dapat dihukum karena dosa orang tuanya, dan seseorang tidak dapat dihukum karena dosa yang dilakukan saudaranya, dan seorang budak tidak dapat dihukum karena dosa majikannya. Tiada seorang pun yang diperhatikannya melainkan hanya dirinya sendiri, tiada seorang pun yang bersedih hati karena kesedihan orang lain, dan tiada seorang pun yang merasa kasihan kepada orang lain. Masing-masing orang di hari kiamat hanya kasihan kepada dirinya sendiri. Tiada seseorang pun yang dihukum karena kesalahan orang lain; setiap orang disibukkan oleh kesusahannya sendiri, menangis karena kesalahannya sendiri, dan ia hanya memikul dosanya sendiri, dan tidak dibebankan kepada seseorang dosa orang lain, ia hanya menanggung dosanya sendiri'. Riwayat Ibnu Abu Hatim.


إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ ٱلْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِى ٱلْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًۭا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍۢ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ 34

(34) Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

(34) 

Apa yang disebutkan oleh ayat ini merupakan kunci-kunci kegaiban yang hanya Allah sendirilah yang mengetahuinya. Maka tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali setelah ia diberi tahu oleh Allah Swt. tentangnya. Pengetahuan mengenai saat hari kiamat tiada seorang pun dari kalangan nabi yang diutus atau malaikat yang terdekat mengetahuinya.

لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ

tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu kedatangan­nya selain Dia. (Al-A'raf: 187)

Demikian pula mengenai turunnya hujan, tiada yang mengetahuinya selain Allah Swt. Tetapi bila Allah memerintahkan untuk turunnya hujan, barulah para malaikat yang diserahi tugas untuk menurunkannya mengetahuinya, demikian pula orang yang dikehendaki Allah dari kalangan makhluk-Nya. Tiada yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, yakni apa yang bakal diciptakan-Nya selain hanya Dia sendiri. Tetapi bila Allah telah memerintahkan agar yang di dalam rahim menjadi laki-laki atau perempuan, atau menjadi orang yang celaka atau menjadi orang yang bahagia, barulah para malaikat yang diserahi tugas untuk menjaganya mengetahui hal itu, juga orang yang dikehendaki oleh Allah dari kalangan makhluk-Nya (mengetahuinya pula).

Selain itu tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok di dunianya dan di akhiratnya.

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34)

Yakni di negerinyakah atau di negeri lain di antara negeri-negeri yang ada; tiada seorang pun yang mengetahui hal ini. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلا هُوَ

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59), hingga akhir ayat.

Kelima perkara ini disebutkan pula di dalam sunnah dengan istilah "kunci-kunci kegaiban".

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي حُسَيْنُ بْنُ وَاقَدٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيدة، سَمِعْتُ أَبِي -بُرَيدة - يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Buraidah; ia pernah mendengar Abu Buraidah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Ada lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt.; sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nyalah pengetahuan mengenai hari kiamat, Dialah yang menurunkan hujan, Dia mengetahui apa yang terdapat di dalam rahim, dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Hadis Ibnu Umar.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kunci-kunci semua yang gaib itu ada lima, tiada seorang pun yang mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya di sisi-Nyalah pengetahuan tentang hari kiamat; Dialah yang menurunkan hujan; Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim; tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan diusahakannya besok; dan tiada seorang pun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari secara tunggal. Dia meriwayatkannya di dalam Kitabul Istisqa, bagian dari kitab sahihnya, melalui Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Sufyan ibnu Sa'id As-Sauri dengan sanad yang sama.

Dia meriwayatkannya pula di dalam kitab tafsir melalui jalur lain.

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمَانَ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ: أَنَّ أَبَاهُ حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَفَاتِيحُ الْغَيْبِ خَمْسٌ". ثُمَّ قَرَأَ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ

Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad ibnu Zaid ibnu Abdullah ibnu Umar; ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa Abdullah ibnu Umar pernah berkata, "Nabi Saw. pernah bersabda bahwa sesungguhnya kunci-kunci semua yang gaib ada lima. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman: 34)

Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dengan tunggal.

وَرَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنْ غُنْدَر، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدٍ؛ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَاهُ يُحَدِّثُ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُوتِيتُ مَفَاتِيحَ كُلِّ شَيْءٍ إِلَّا الْخَمْسَ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Imam Ahmad meriwayatkannya melalui Gundar, dari Syu'bah, dari Umar ibnu Muhammad; ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis ini dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda, bahwa sesungguhnya beliau telah dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)

Hadis Ibnu Mas'ud.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ شُعْبَةَ، حَدَّثَنِي عَمْرِو بْنِ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَلَمَةَ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : أُوتِيَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَفَاتِيحَ كُلِّ شَيْءٍ غَيْرَ خَمْسٍ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Syu'bah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Murrah, dari Abdullah ibnu Salamah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan bahwa Nabi kalian dianugerahi kunci-kunci segala sesuatu kecuali lima perkara, yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ja'far, dari Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama, tetapi di akhirnya ditambahkan bahwa perawi menanyakannya kepada Abdullah ibnu Salamah, "Apakah engkau mendengarnya dari Ibnu Mas'ud?" Abdullah ibnu Salamah menjawab, "Ya, lebih dari lima puluh kali." Waki' telah meriwayatkannya pula dari Mis'ar, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama. Sanad hadis ini hasan dengan syarat ashabus sunan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.

Hadis Abu Hurairah.

قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَ تَفْسِيرِ هَذِهِ الْآيَةِ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ، عَنْ جَرِيرٍ، عَنْ أَبِي حَيَّانَ، عَنْ أَبِي زُرْعَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَوْمًا بَارِزًا لِلنَّاسِ، إِذْ أَتَاهُ رَجُلٌ يَمْشِي، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: "الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَلِقَائِهِ، وَتُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ الْآخَرِ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ: "الْإِسْلَامُ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تشرك به شيئا، وتقيم الصلاة، وتؤتي الزكاة الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ: "الْإِحْسَانُ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ: "مَا الْمَسْؤُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا: إِذَا وَلَدَتِ الأمَةُ رَبَّتَهَا، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا. وَإِذَا كَانَ الْحُفَاةُ العُرَاة رُؤُوسَ النَّاسِ، فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا، فِي خمس لا يعلمهن إِلَّا اللَّهُ. إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ ، ثُمَّ انْصَرَفَ الرَّجُلُ فَقَالَ: "ردُّوه عَلَيَّ". فَأَخَذُوا لِيَرُدُّوهُ، فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا، فَقَالَ: "هَذَا جِبْرِيلُ، جَاءَ لِيُعَلِّمَ النَّاسَ دِينَهُمْ"

Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, dari Jarir, dari Abu Hayyan, dari Abu Zar'ah, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari duduk dikelilingi oleh orang banyak, tiba-tiba datanglah kepadanya seorang lelaki jalan kaki, lalu lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah iman itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Iman itu hendaknya kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab­Nya, rasul-rasul-Nya, serta hari pertemuan dengan-Nya, dan hendaknya kamu beriman kepada adanya hari berbangkit." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah Islam itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Islam ialah hendaknya engkau menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan hendaknya engkau mengerjakan salat, menunaikan zakat yang difardukan, dan puasa bulan Ramadan." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ihsan ialah hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak dapat melihat­Nya, sesungguhnya Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui daripada orang yang bertanya, tetapi aku akan menceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya. Yaitu apabila seorang budak perempuan melahirkan majikannya, maka itu pertanda akan dekat hari kiamat. Dan apabila ada orang-orang yang tidak beralas kaki lagi telanjang menjadi para pemimpin, itu salah satu pertanda dekatnya kiamat, hal itu merupakan salah satu dari lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah. Yaitu sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim," hingga akhir ayat. Kemudian lelaki itu pergi dan Rasulullah Saw. bersabda, "Panggillah lelaki itu kembali kepadaku!" Maka mereka mencarinya untuk memanggil kembali lelaki itu, tetapi ternyata mereka tidak melihatnya. Rasulullah Saw. kembali bersabda: Orang ini adalah Jibril yang sengaja datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang agama mereka.

Imam Bukhari meriwayatkannya pula di dalam Kitabul Iman, juga Imam Muslim melalui berbagai jalur dari Abu Hayyan dengan sanad yang sama. Kami telah membicarakan tentang hadis ini dalam permulaan Syarah Bukhari, dan telah kami sebutkan pula di dalam kitab yang sama hadis Amirul Mu-minin Umar ibnul Khattab mengenai masalah ini dengan panjang lebar. Hadis ini merupakan salah satu dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim secara tunggal.

Hadis Ibnu Abbas.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضْرِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ، حَدَّثَنَا شَهْر، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَجْلِسًا لَهُ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَجَلَسَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى رُكْبَتِي النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، [حَدِّثْنِي] مَا الْإِسْلَامُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْإِسْلَامُ أَنْ تُسْلِمَ وَجْهَكَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَتَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ". قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ فَقَدْ أَسْلَمْتُ؟ قَالَ: "إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَقَدْ أَسْلَمْتَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فحدِّثني مَا الْإِيمَانُ؟ قَالَ: "الْإِيمَانُ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ، وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَالْمَلَائِكَةِ، وَالْكِتَابِ، وَالنَّبِيِّينَ، وَتُؤْمِنَ بِالْمَوْتِ، وَبِالْحَيَاةِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَتُؤْمِنَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ، وَالْحِسَابِ وَالْمِيزَانِ، وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ". قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ فَقَدْ آمَنْتُ؟ قَالَ: "إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ فَقَدْ آمَنْتَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَدِّثْنِي مَا الْإِحْسَانُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْمَلَ لِلَّهِ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ كُنْتَ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَحَدِّثْنِي مَتَى السَّاعَةُ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "سُبْحَانَ اللَّهِ. فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا هُوَ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ، وَلَكِنْ إِنْ شِئْتَ حَدَّثْتُكَ بِمَعَالِمَ لَهَا دُونَ ذَلِكَ؟ ". قَالَ: أَجَلْ، يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَحَدِّثْنِي. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا رَأَيْتَ الأمَة وَلَدَتْ رَبَّتَها -أَوْ: رَبَّهَا -وَرَأَيْتَ أَصْحَابَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ، وَرَأَيْتَ الْحُفَاةَ الْجِيَاعَ الْعَالَةَ [كَانُوا رُؤُوسَ النَّاسِ، فَذَلِكَ مِنْ مَعَالِمِ السَّاعَةِ وَأَشْرَاطِهَا". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ومَنْ أَصْحَابُ الشَّاءِ وَالْحُفَاةِ الْجِيَاعِ الْعَالَةِ؟ قَالَ: "الْعَرَبُ"]

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Bahz, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abbas r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. duduk di suatu majelis, maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung duduk di hadapan Rasulullah Saw. seraya meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua lutut Nabi Saw. Lalu Jibril bertanya, "Apakah Islam itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Islam ialah hendaknya engkau menyerahkan dirimu kepada Allah Swt. semata, dan engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Jika kamu telah melakukan hal tersebut, berarti engkau telah Islam." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Apabila kamu telah melakukan hal tersebut, berarti kamu telah Islam." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah iman itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Iman ialah hendaknya engkau beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, Al-Kitab (Al-Qur'an), para nabi; engkau beriman kepada kematian dan kehidupan sesudah mati, dan kamu beriman kepada adanya surga, neraka, hisab, dan timbangan amal perbuatan; kamu juga beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah." Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kamu telah melakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Rasulullah Saw. bersabda lagi, "Bila kamu lakukan hal itu, berarti kamu telah beriman." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku apakah ihsan itu?" Rasulullah Saw. bersabda, "Ihsan ialah hendaknya engkau beramal hanya karena Allah seakan-akan engkau melihat-Nya; dan jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia selalu melihatmu." Lelaki itu bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku bilakah hari kiamat itu?" Rasulullah Saw. menjawab, bahwa hari kiamat itu—Mahasuci Allah— termasuk lima perkara yang tiada seorang pun mengetahuinya selain Allah: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34); Tetapi jika kamu bersikeras menanyakannya, maka aku hanya dapat menyebutkan tentang tanda-tandanya saja. Lelaki itu berkata, "Baiklah, wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang tanda-tandanya itu." Rasulullah Saw. bersabda, "Apabila kamu telah melihat seorang budak perempuan melahirkan majikannya atau tuannya, dan kamu lihat para ahli bangunan mulai saling berlomba meninggikan bangunannya, dan kamu lihat orang-orang yang tak beralas kaki, lapar, lagi miskin menjadi pemimpin manusia, maka itulah pertanda dekatnya hari kiamat." Lelaki itu bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah para ahli bangunan yang tak beralas kaki, lapar, lagi miskin itu?" Rasulullah Saw. menjawab, "Orang Arab."

Hadis ini garib, mereka tidak mengetengahkannya.

Hadis seorang lelaki dari kalangan Bani Amir.

رَوَى الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شعبة، عن مَنْصُورٍ، عَنْ رِبْعي بْنِ حِرَاش، عَنْ رَجُلٍ مِنْ بَنِي عَامِرٍ؛ أَنَّهُ اسْتَأْذَنَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَأَلِجُ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِخَادِمِهِ: "اخرُجي إِلَيْهِ، فَإِنَّهُ لَا يُحْسِنُ الِاسْتِئْذَانَ فَقُولِي لَهُ: فَلْيَقُلْ: "السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ " قَالَ: فسَمعتهُ يَقُولُ ذَلِكَ، فَقُلْتُ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟ فَأَذِنَ، فَدَخَلْتُ، فَقُلْتُ: بِمَ أَتَيْتَنَا بِهِ؟ قَالَ: "لَمْ آتِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، أَتَيْتُكُمْ أَنْ تَعْبُدُوا اللَّهَ وَحْدَهُ لا شريك له، وأن تَدَعوا اللَّاتَ وَالْعُزَّى، وَأَنْ تُصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ خَمْسَ صَلَوَاتٍ؛ وَأَنْ تَصُومُوا مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا، وَأَنْ تَحُجُّوا الْبَيْتَ، وَأَنْ تَأْخُذُوا الزَّكَاةَ مِنْ مَالِ أَغْنِيَائِكُمْ فَتَرُدُّوهَا عَلَى فُقَرَائِكُمْ". قَالَ: فَقَالَ: فَهَلْ بَقِيَ مِنَ الْعِلْمِ شَيْءٌ لَا تَعْلَمُهُ؟ قَالَ: "قَدْ عَلم اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرًا، وَإِنَّ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَا يَعْلَمُهُ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْخَمْسُ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Mansur, dari Rab'i ibnu Hirasy, dari seorang lelaki dari kalangan Bani Amir yang menceritakan bahwa ia pernah meminta izin masuk menemui Rasulullah Saw., lalu ia berkata, "Bolehkah saya masuk?" Maka Nabi Saw. bersabda kepada pelayannya, "Keluarlah dan temui dia, sesungguhnya dia masih belum mengetahui cara meminta izin masuk. Katakanlah kepadanya, hendaklah dia mengucapkan, 'Assalamu 'alaikum, bolehkah saya masuk?'." Lelaki dari Bani Amir mengatakan bahwa ia mendengar sabda Nabi Saw. itu, lalu ia mengucapkannya, "Assalamu 'alaikum, bolehkah saya masuk?" Lalu ia masuk dan bertanya, "Apakah yang engkau bawa kepada kami?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidaklah aku datang kepada kalian melainkan membawa kebaikan belaka. Aku datang kepada kalian dengan membawa perintah hendaknya kalian menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan kamu tinggalkan penyembahan kepada Lata dan 'Uzza, dan kamu kerjakan salat di malam dan siang hari sebanyak lima kali, dan kamu puasa setiap tahunnya selama satu bulan, dan kamu berhaji ke Baitullah, dan kamu pungut zakat dari harta orang-orang kaya kalian, lalu kamu berikan kepada kaum fakir miskin kalian. Lelaki itu bertanya lagi, "Apakah masih ada sesuatu dari pengetahuan yang tidak kamu ketahui?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengajarkan kebaikan kepadanya dan sesungguhnya ada di antara ilmu yang tiada seorang pun mengetahuinya kecuali hanya Allah Swt., yaitu ada lima perkara: 'Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. ' (Luqman: 34), hingga akhir ayat.

Sanad hadis ini sahih.

Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa pernah ada seorang lelaki Badui, lalu lelaki itu bertanya (kepada Nabi Saw.), "Sesungguhnya istriku mengandung, maka ceritakanlah kepadaku apa yang bakal dilahirkannya (laki-laki ataukah perempuan). Negeri kami sedang musim paceklik, maka ceritakanlah kepadaku bilakah hujan turun. Dan sesungguhnya engkau telah mengetahui kapan aku lahir, maka ceritakanlah kepadaku bilakah aku mati?" Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) sampai dengan firman-Nya: Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34) Mujahid mengatakan bahwa itulah yang dimaksudkan kunci-kunci semua yang gaib yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. (Al-An'am: 59)

Hadis riwayat Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Asy-Sya'bi telah meriwayatkan dari Masruq, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Siapa pun yang berkata kepadamu bahwa dia mengetahui apa yang bakal terjadi besok, sesungguhnya dia telah berdusta." Kemudian Siti Aisyah membacakan firman-Nya: Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34)

************

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ

Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34)

Qatadah mengatakan bahwa ada beberapa perkara yang hanya diketahui oleh Allah saja. Dia tidak memperlihatkannya, baik kepada seorang malaikat yang terdekat ataupun kepada seorang nabi yang diutus. Perkara tersebut yaitu: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui bila hari kiamat terjadi, di tahun berapa, di bulan apa, di malam hari ataukah di siang hari. dan Dialah Yang menurunkan hujan. (Luqman: 34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui bila hujan akan turun, di siang hari atau di malam hari. dan Dia mengetahui apa yang ada di dalam rahim. (Luqman:34) Maka tiada seorang pun yang mengetahui apa yang ada di dalam rahim, laki-laki ataukah perempuan, berkulit merah ataukah berkulit hitam, dan bagaimanakah nasibnya kelak. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. (Luqman: 34) Apakah kebaikan ataukah keburukan. Dan kamu tidak mengetahui, hai anak Adam, bilakah kamu mati, barangkali besok kamu akan mati, dan barangkali besok kamu tertimpa musibah. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. (Luqman: 34) Yakni tiada seorang pun yang mengetahui di mana ia akan mati, di bumi ataukah di laut, di hutan, di lembah, ataukah di bukit.

Di dalam sebuah hadis disebutkan:

"إِذَا أَرَادَ اللَّهُ قبض عبد بأرض، جعل له إليها حاجة"

Apabila Allah hendak mencabut nyawa seorang hamba di suatu negeri, maka Allah menggerakkan hamba yang bersangkutan ke negeri itu untuk suatu keperluan.

فَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ فِي مُعْجَمِهِ الْكَبِيرِ، فِي مُسْنَدِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا جَعَلَ اللَّهُ ميتَة عَبْدٍ بِأَرْضٍ إِلَّا جَعَلَ لَهُ فِيهَا حَاجَةً"

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan di dalam kitab Mu’jam­nya yang besar, yaitu dalam musnad Usamah ibnu Zaid. Dia menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih, dari Usamah ibnu Zaid yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri melainkan Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu).

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا أَبُو داود الحَفَريّ، عن سُفْيَانَ، عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنْ مَطَر بْنِ عُكَامِس قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا قَضَى اللَّهُ مَيْتَةَ عَبْدٍ بِأَرْضٍ، جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً"

Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Matar ibnu Akamis yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah telah menetapkan kematian seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang menggerakkannya ke negeri itu).

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Bab 'Takdir' melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama, kemudian ia mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan belum pernah diketahui bahwa Matar menerima hadis langsung dari Nabi Saw. selain hadis ini. Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam hadis-hadis mursal-nya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ أَبِي عَزَّةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إذا أَرَادَ اللَّهُ قَبْضَ رُوحِ عَبْدٍ بِأَرْضٍ جَعَلَ لَهُ فِيهَا -أَوْ قَالَ: بِهَا -حَاجَةً".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Abul Malih ibnu Usamah, dari Abu Izzah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa, seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya di negeri itu suatu keperluan (yang mendorongnya pergi ke negeri itu).

Abu Izzah ini adalah Basysyar ibnu Ubaidillah, yang juga dikenal dengan nama Ibnu Abdul Huzali. Imam Turmuzi mengetengahkannya melalui hadis Ismail ibnu Ibrahim, yaitu Ibnu Ulaiyyah; dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عِصَامٍ الْأَصْفَهَانِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُؤَمَّلُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ]، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي حُمَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أَبِي عَزَّةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إذا أراد الله قبض عبد بأرض، جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً، فَلَمْ يَنْتَهِ حَتَّى يَقْدُمَهَا". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنزلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isam Al-Asfahani, telah menceritakan kepada kami Al-Muammal ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Humaid, dari Abul Malih, dari Abu Izzah Al-Huzali yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan baginya suatu keperluan, dan si hamba yang bersangkutan tetap bersikeras hingga mendatangi negeri itu. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. (Luqman: 34) sampai dengan firman-Nya: Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)

Hadis lain.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ ثَابِتٍ الجَحْدَري وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى القُطَعي قَالَا حَدَّثَنَا عُمَر بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ، عَنْ قَيْسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "إذا أراد الله قبض عبد بِأَرْضٍ جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً".

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sabit Al-Juhdari dan Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Qais dari Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila Allah berkehendak akan mencabut nyawa seseorang hamba di suatu negeri, maka Dia menjadikan suatu keperluan baginya di negeri itu.

Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini, sepanjang pengetahuan kami tiada seorang pun yang me-rafa '-kannya selain Umar ibnu Ali Al-Maqdami.

Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Abu Masih yang mengatakan bahwa Muhammad ibnul Hakam telah membacakan kepadanya bait-bait syair milik A'sya Hamdan, yaitu:

فَمَا تَزَوّدَ ممَّا كَانَ يَجْمَعُه ... سِوَى حَنُوط غَدَاةَ البَيْن مَع خرَق ...

وَغَيْرِ نَفْحة أعْوَاد تُشَبّ لَه ... وَقلّ ذَلكَ مِنْ زَاد لمُنْطَلق! ...

لَا تَأسَيَنّ عَلَى شَيْء فَكُلّ فَتَى ... إلَى مَنيّته سَيَّارُ فِي عَنَق

وَكُلّ مَنْ ظَنّ أَنَّ الموتَ يُخْطِئهُ ... مُعَلَّلٌ بأعَاليل مِنَ الحَمق ...

بأيّمَا بَلْدَة تُقْدَر مَنِيَّتُهُ ... إنْ لَا يُسَيَّرْ إلَيها طَائعًا يُسَق ...

Tiada yang dapat dijadikan bekal dari apa yang telah dihimpunkan seseorang selain kapur barus untuk menjelang hari perpisahannya, dan kain kafan, juga kayu cendana .yang mengharumkannya. Tetapi amatlah sedikit hal itu dijadikan bekal bagi orang yang bepergian. Janganlah engkau berputus asa atas sesuatu, karena setiap pemuda itu pasti berjalan ke arah kematiannya dengan langkah yang cepat. Setiap orang yang menduga bahwa kematian luput darinya, pastilah dia seorang yang jahil murakkab (bodoh berat). Di negeri mana saja telah ditakdirkan bagi kematiannya, tiada lain dia pasti mengarah ke negeri itu dengan langkah yang pasti selama ia masih hidup.

Al-Hafiz Ibnu Asakir rahimahullah menyebutkannya di dalam biografi Abdur Rahman ibnu Abdullah ibnul Haris, dialah A'sya Hamdan. Asy-Sya'bi adalah suami saudara perempuannya, dan sebaliknya A'sya Hamdan pun mengawini saudara perempuan Asy-Sya'bi.

A'sya Hamdan pada mulanya termasuk salah seorang yang menuntut ilmu sambil mencari nafkah, tetapi kemudian ia beralih profesi menjadi penggubah syair, akhirnya dia terkenal sebagai seorang penyair.

وَقَدْ رَوَاهُ ابْنُ مَاجَهْ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ ثَابِتٍ وعُمَر بْنِ شَبَّة، كِلَاهُمَا عَنْ عُمَرَ بْنِ عَلِيٍّ مَرْفُوعًا: "إِذَا كَانَ أَجَلُ أَحَدِكُمْ بِأَرْضٍ أوثَبَتْه إِلَيْهَا حَاجَةٌ، فَإِذَا بَلَغَ أَقْصَى أَثَرَهُ، قَبَضَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَتَقُولُ الْأَرْضُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَبِّ، هَذَا مَا أَوْدَعْتَنِي"

Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ahmad ibnu Sabit dan Umar ibnu Syabbah, kedua-duanya dari Umar ibnu Ali secara marfu', bahwa apabila ajal seseorang telah ditetapkan di suatu negeri, maka ada suatu keperluan yang mendatangkannya ke negeri itu. Apabila ia telah mencapai upaya terakhirnya, barulah Allah Swt. mencabut nyawanya. Dan bumi kelak di hari kiamat akan berkata: Ya Tuhanku, inilah apa yang Engkau titipkan kepadaku.

قَالَ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ أُسَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "مَا جَعَلَ اللَّهُ مَنِيَّةَ عَبْدٍ بِأَرْضٍ، إِلَّا جَعَلَ لَهُ إِلَيْهَا حَاجَةً"

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Ayyub, dari Abul Malih, dari Usamah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan kematian seseorang hamba di suatu negeri, melainkan Dia menjadikan suatu keperluan baginya di negeri itu.

Demikianlah akhir surat Luqman, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dan cukuplah bagi kami Allah sebagai Penolong, dan Dia adalah sebaik-baik Pelindung.