32 - السجدة - As-Sajda

Juz : 21

The Prostration
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

الٓمٓ 1

(1) Alif Laam Miim

(1) 

الم

Alif Laam Miim. (As-Sajdah:1)

Dalam pembahasan yang lalu telah diterangkan huruf-huruf hijaiyah (yang mengawali surat-surat Al-Qur'an) di dalam surat Al-Baqarah, yaitu dengan keterangan yang cukup memuaskan hingga tidak perlu diulangi lagi di sini.


تَنزِيلُ ٱلْكِتَٰبِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِن رَّبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 2

(2) Turunnya Al-Quran yang tidak ada keraguan di dalamnya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.

(2) 

Firman Allah Swt.:

تَنزيلُ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ

Turunnya Al-Qur’an yang tidak ada keraguan padanya. (As-Sajdah:2)

Tiada syak wasangka dan tiada kebimbangan, bahwa sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan,

مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ

dari Tuhan semesta alam. (As-Sajdah:2)

Selanjutnya Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang musyrik melalui firman-Nya:


أَمْ يَقُولُونَ ٱفْتَرَىٰهُ ۚ بَلْ هُوَ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ لِتُنذِرَ قَوْمًۭا مَّآ أَتَىٰهُم مِّن نَّذِيرٍۢ مِّن قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ 3

(3) Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: "Dia Muhammad mengada-adakannya". Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.

(3) 

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ

Tetapi mengapa mereka (orang-orang kafir) mengatakan, Dia (Muhammad) mengada-adakannya.” (As-Sajdah:3)

Bahkan mereka mengatakan bahwa Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu dari dirinya sendiri,

بَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Sebenarnya Al-Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk. (As-Sajdah:3)

Yakni mau mengikuti perkara yang hak.


ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِى سِتَّةِ أَيَّامٍۢ ثُمَّ ٱسْتَوَىٰ عَلَى ٱلْعَرْشِ ۖ مَا لَكُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَلِىٍّۢ وَلَا شَفِيعٍ ۚ أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ 4

(4) Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?

(4) 

Allah Swt. memberitahukan bahwa Dialah Yang Menciptakan segala sesuatu, dan Dia menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia berkuasa di atas 'Arasy. Pembahasan mengenai makna bersemayam (berkuasa) ini telah dijelaskan sebelumnya.

مَا لَكُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا شَفِيعٍ

Tidak ada bagi kamu selain dari-Nya seorang penolong pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafaat. (As-Sajdah:4)

Bahkan Dialah Yang Menguasai semua urusan, Yang Menciptakan sesuatu bagimu, Yang Mengatur segala sesuatu, Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Maka tiada seorang penolong pun bagi makhluk-Nya selain Dia. Tiada pula seorang pemberi syafaat pun memberikan syafaatnya kecuali setelah mendapat izin dari-Nya.

أَفَلا تَتَذَكَّرُونَ

Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (As-Sajdah:4)

Hai orang-orang yang menyembah selain Allah dan yang berserah diri kepada selain Dia. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dari semua tandingan atau sekutu atau pembantu atau lawan atau imbangan; tidak ada Tuhan dan tidak ada Rabb selain Dia.

Imam Nasai sehubungan dengan hal ini telah mengetengahkan sebuah hadis.

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ، حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدَةَ الْحَدَّادُ، حَدَّثَنَا الْأَخْضَرُ بْنُ عَجْلان، عَنْ أَبِي جُريْج الْمَكِّيِّ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِي فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ، ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ فِي الْيَوْمِ السَّابِعِ، فَخَلَقَ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، وَالْجِبَالَ يَوْمَ الْأَحَدِ، وَالشَّجَرَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَالْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ، وَالنُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، وَالدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ، وَآدَمَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِي آخِرِ سَاعَةٍ مِنَ النَّهَارِ بَعْدَ الْعَصْرِ، وَخَلَقَهُ مِنْ أَدِيمِ الْأَرْضِ، بِأَحْمَرِهَا وَأَسْوَدِهَا، وَطِيبِّهَا وَخَبِيثِهَا، مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ جَعَلَ اللَّهُ مَنْ بَنِي آدَمَ الطَّيِّبَ وَالْخَبِيثَ

Untuk itu dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnus Sabbah, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaidah Al-Haddad, telah menceritakan kepada kami Al-Akhdar ibnu Ajian, dari Abu Juraij Al-Makki, dari Ata, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. memegang tangannya, lalu bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya selama enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy pada hari ketujuhnya. Dia menciptakan bumi pada hari Sabtu, gunung-gunung pada hari Ahad, pepohonan pada hari Senin, hal yang tidak disukai pada hari Selasa, Cahaya pada hari Rabu, hewan-hewan pada hari Kamis, dan Adam pada hari Jumat; yaitu di penghujung siang hari sesudah Asar. Allah menciptakannya dari lapisan tanah yang merah, dan yang hitam, dan yang baik, serta yang buruknya; karena itulah maka Allah menjadikan sebagian dari Bani Adam ada yang baik dan ada yang buruk.

Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Nasai berikut sanad dan matannya.

Imam Muslim dan Imam Nasai telah mengetengahkannya pula melalui hadis Hajjaj ibnu Muhammad Al-A'war, dari Ibnu Juraij, dari Ismail ibnu Umayyah, dari Ayyub ibnu Khalid, dari Abdullah ibnu Rafi', dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. dengan lafaz yang semisal dengan hadis di atas.

Imam Bukhari menilainya lemah hadis ini di dalam kitab Tarikhul Kabir-nya, untuk itu Imam Bukhari mengatakan bahwa sebagian dari mereka ada yang menuturkan bahwa Abu Hurairah menerima hadis ini dari Ka'bul Ahbar; dan inilah yang paling sahih. Hal yang sama dikatakan oleh para ahli huffaz hadis yang bukan hanya seorang, mereka mengatakan bahwa hadis ini lemah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍۢ كَانَ مِقْدَارُهُۥٓ أَلْفَ سَنَةٍۢ مِّمَّا تَعُدُّونَ 5

(5) Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu

(5) 

Firman Allah Swt.:

يُدَبِّرُ الأمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الأرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ

Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya. (As-Sajdah:5)

Yaitu perintah-Nya turun dari langit yang tertinggi sampai ke lapisan yang paling bawah dari bumi lapis ketujuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ وَمِنَ الأرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنزلُ الأمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah-lah Yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya. (At-Talaq:12), hingga akhir ayat.

Semua amal perbuatan dilaporkan oleh para malaikat pencatatnya ke atas langit yang terdekat, sedangkan jarak antara langit yang terdekat dan bumi sama dengan jarak perjalanan lima ratus tahun, dan ketebalan langit sama dengan jarak lima ratus tahun.

Mujahid, Qatadah, dan Ad-Dahhak mengatakan bahwa jarak yang ditempuh oleh malaikat yang turun ke bumi adalah lima ratus tahun. Begitu pula naiknya sama dengan perjalanan lima ratus tahun, tetapi malaikat dapat menempuhnya sekejap mata. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ

Dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu. (As-Sajdah:5)


ذَٰلِكَ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ 6

(6) Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

(6) 

ذَٰلِكَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Yang demikian itu ialah Tuhan Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (As-Sajdah: 6)

Tuhan Yang Mengatur semua urusan ini, Dialah Yang Mengetahui semua amal perbuatan hamba-hamba-Nya. Semua amal perbuatan yang agung dan yang rendah dilaporkan kepada-Nya; juga yang besar dan yang kecilnya, semuanya dilaporkan kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Yang menundukkan segala sesuatu, mengalahkannya dan membuat semua hamba tunduk kepada-Nya, lagi Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Dia Mahaperkasa dalam kasih sayang­Nya, lagi Maha Penyayang dalam keperkasaan-Nya, dan inilah sifat Yang Mahasempurna. Yakni keperkasaan yang disertai dengan kasih sayang, dan kasih sayang yang disertai keperkasaan. Karena itu, Dia Maha Penyayang bukan karena kalah.


ٱلَّذِىٓ أَحْسَنَ كُلَّ شَىْءٍ خَلَقَهُۥ ۖ وَبَدَأَ خَلْقَ ٱلْإِنسَٰنِ مِن طِينٍۢ 7

(7) Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.

(7) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dengan ciptaan yang sebaik-baiknya dan serapi-rapinya. Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya:

الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ

Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya. (As-Sajdah:7)

Yakni Yang Menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, seakan-akan menurut takwilnya terjadi taqdim dan ta'khir dalam ungkapan ayat.

Sesudah Allah menyebutkan tentang penciptaan langit dan bumi, kemudian Dia menyebutkan tentang penciptaan manusia. Untuk itu Dia berfirman:

وَبَدَأَ خَلْقَ الإنْسَانِ مِنْ طِينٍ

dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (As-Sajdah:7)

Maksudnya, Dia menciptakan bapak manusia Adam dari tanah.




ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُۥ مِن سُلَٰلَةٍۢ مِّن مَّآءٍۢ مَّهِينٍۢ 8

(8) Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.

(8) 

ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ

Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati air yang hina. (As-Sajdah:8)

Yaitu mereka berkembang biak melalui nutfah (air mani) yang dikeluarkan dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.


ثُمَّ سَوَّىٰهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِۦ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۚ قَلِيلًۭا مَّا تَشْكُرُونَ 9

(9) Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

(9) 

ثُمَّ سَوَّاهُ

Kemudian Dia menyempurnakannya. (As-Sajdah:9)

Ketika Allah menciptakan Adam dari tanah, Dia menciptakannya dengan ciptaan yang sempurna lagi utuh.

وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ

dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-iVya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (As-Sajdah:9)

Yaitu akal.

قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ

(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajdah:9)

Yakni dengan adanya kekuatan tersebut yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt. kepada kalian. Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menggunakannya untuk ketaatan kepada Tuhannya.


وَقَالُوٓا۟ أَءِذَا ضَلَلْنَا فِى ٱلْأَرْضِ أَءِنَّا لَفِى خَلْقٍۢ جَدِيدٍۭ ۚ بَلْ هُم بِلِقَآءِ رَبِّهِمْ كَٰفِرُونَ 10

(10) Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?" Bahkan mereka ingkar akan menemui Tuhannya.

(10) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal kaum musyrik yang menganggap mustahil hari berbangkit itu ada. Karena mereka mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

أَئِذَا ضَلَلْنَا فِي الأرْضِ

Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah. (As-Sajdah: 10)

Maksudnya, tubuh kami telah hancur berserakan di dalam tanah dan lenyap.

أَئِنَّا لَفِي خَلْقٍ جَدِيدٍ

(apakah) kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. (As-Sajdah: 10)

Yakni apakah kita benar-benar akan dihidupkan kembali sesudah itu? Mereka menganggap mustahil hal tersebut, dan sesungguhnya hal itu memang mustahil bila dikaitkan dengan kemampuan mereka yang terbatas, bukan dikaitkan dengan kekuasaan Allah yang menciptakan mereka pada yang pertama kali dan menciptakan mereka dari tiada menjadi ada. Dialah Allah Yang apabila menghendaki sesuatu, Dia berfirman kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

بَلْ هُمْ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ كَافِرُونَ

Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya. (As-Sajdah: 10)


قُلْ يَتَوَفَّىٰكُم مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ 11

(11) Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan".

(11) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ

Katakanlah, "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.” (As-Sajdah: 11)

Makna lahiriah ayat menunjukkan bahwa malaikat maut tersebut adalah malaikat yang tertentu di antara malaikat-malaikat lainnya, sebagaimana yang tersimpulkan dari makna hadis Al-Barra yang telah disebutkan di dalam tafsir surat Ibrahim. Sebagian asar menyebutnya malaikat Izra'il, pendapat inilah yang terkenal, dikatakan oleh Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Malaikat maut mempunyai banyak pembantu yang terdiri dari malaikat lainnya. Dan memang demikianlah disebutkan di dalam sebuah hadis yang menyebutkan bahwa para pembantu malaikat maut mencabut roh dari semua bagian tubuh. Dan manakala roh telah sampai di tenggorokan orang yang bersangkutan, barulah malaikat maut yang mencabutnya.

Mujahid mengatakan bahwa dilipatkan baginya bumi ini dan dijadikan seperti piala, dia dapat mengambil sebagian darinya manakala dia menginginkannya. Zuhair ibnu Muhammad telah meriwayatkan hal yang semisal dari Nabi Saw. secara mursal. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَبِي يَحْيَى الْمَقْرِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ شَمِرٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ: نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَلَكِ الْمَوْتِ عِنْدَ رَأْسِ رَجُلٍ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مَلَكَ الْمَوْتِ، ارْفُقْ بِصَاحِبِي فَإِنَّهُ مُؤْمِنٌ". فَقَالَ مَلَك الْمَوْتِ: يَا مُحَمَّدُ، طِبْ نَفْسًا وقَر عَيْنًا فَإِنِّي بِكُلِّ مُؤْمِنٍ رَفِيقٌ، وَاعْلَمْ أَنَّ مَا فِي الْأَرْضِ بَيْتُ مَدَر وَلَا شَعَر، فِي بَرٍّ وَلَا بَحْرٍ، إِلَّا وَأَنَا أَتَصَفَّحُهُ فِي كُلِّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ، حَتَّى إِنِّي أعرفُ بِصَغِيرِهِمْ وَكَبِيرِهِمْ مِنْهُمْ بِأَنْفُسِهِمْ، وَاللَّهِ يَا مُحَمَّدُ، لَوْ أَنِّي أَرَدْتُ أَنْ أَقْبِضَ رُوحَ بَعُوضَةٍ مَا قَدَرتُ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ هُوَ الْآمِرُ بِقَبْضِهَا.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Yahya Al-Muqri, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Samurah, dari Ja'far ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut, bahwa Rasulullah Saw. melihat malaikat maut berada di kepala seorang lelaki dari kalangan Ansar. Maka Nabi Saw. bersabda kepadanya: Hai malaikat maut, lemah lembutlah terhadap sahabatku ini, karena sesungguhnya dia adalah orang mukmin. Malaikat maut menjawab, "Hai Muhammad, tenangkanlah dirimu dan senangkanlah hatimu, karena sesungguhnya aku selalu berlaku lemah lembut kepada semua orang mukmin. Dan perlu engkau ketahui bahwa tiada suatu penghuni rumah pun di bumi ini, baik di kota maupun di kampung, dan baik di daratan maupun di laut, melainkan aku jabat tangan (roh) mereka setiap harinya sebanyak lima kali, sehingga aku lebih mengetahui siapa yang kecil dan siapa yang besar dari mereka daripada diri mereka sendiri. Demi Allah, hai Muhammad, seandainya aku hendak mencabut nyawa seekor nyamuk, aku tidak mampu melakukannya melainkan setelah mendapat perintah dari Allah yang memerintahkan aku untuk mencabutnya."

Ja'far mengatakan, telah sampai kepadanya suatu riwayat yang menyebutkan bahwa sesungguhnya malaikat maut menyalami mereka hanyalah di saat tiap-tiap waktu salat masuk. Dan apabila malaikat maut datang kepada mereka di waktu ajalnya, maka bila yang bersangkutan termasuk orang-orang yang memelihara salatnya, malaikat maut mendekat kepadanya dan mengusir setan, lalu mengajarinya mengucapkan kalimah "Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah" di saat-saat yang sangat berat itu.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, dari Ibrahim ibnu Maisarah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan, "Tiada suatu rumah pun yang ada di muka bumi ini, baik di kota maupun di kampung, melainkan para penghuninya didatangi oleh malaikat maut sebanyak dua kali setiap harinya."

Ka'bul Ahbar mengatakan, "Demi Allah, tidak ada suatu rumah pun yang di dalamnya ada seseorang yang menghuninya melainkan malaikat maut berdiri di depan pintu rumahnya setiap hari sebanyak tujuh kali. Dia melihat apakah di dalam rumah terdapat seseorang yang dia diperintahkan untuk mencabut nyawanya." Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Firman Allah Swt.:

ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (As-Sajdah: 11)

Yakni di hari kalian dibangkitkan dari kubur agar kalian menerima balasan dari amal perbuatan kalian.