34 - سبإ - Saba
Sheba
Meccan
أَفْتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَم بِهِۦ جِنَّةٌۢ ۗ بَلِ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ فِى ٱلْعَذَابِ وَٱلضَّلَٰلِ ٱلْبَعِيدِ 8
(8) Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila?" (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh.
(8)
أَفْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَمْ بِهِ جِنَّةٌ
Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila? (Saba:8)
Maka Allah Swt. berfirman, menyanggah tuduhan mereka itu:
بَلِ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ فِي الْعَذَابِ وَالضَّلالِ الْبَعِيدِ
(Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (Saba:8)
Yakni duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan dan tidak pula seperti apa yang mereka tuduhkan. Bahkan Nabi Muhammad Saw. adalah orang yang benar, berbakti, lagi berakal yang datang membawa perkara yang hak; sedangkan yang dusta, bodoh, lagi dungu adalah mereka sendiri.
Yang dimaksud dengan 'azab' dalam ayat ini adalah kekufuran yang menjerumuskan mereka kepada azab Allah Swt. Sedangkan 'sesat yang jauh' maksudnya jauh dari perkara yang benar di dunia ini.
Kemudian Allah Swt. mengingatkan kepada mereka akan kekuasaanNya yang mampu menciptakan langit dan bumi. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
أَفَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَىٰ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ ۚ إِن نَّشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ ٱلْأَرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًۭا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةًۭ لِّكُلِّ عَبْدٍۢ مُّنِيبٍۢ 9
(9) Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya).
(9)
أَفَلَمْ يَرَوْا إِلَى مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? (Saba:9)
Yakni ke mana pun mereka pergi, langit tetap menaungi mereka dan bumi berada di bawah mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain, yaitu:
وَالسَّمَاءَ بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ. وَالأرْضَ فَرَشْنَاهَا فَنِعْمَ الْمَاهِدُونَ
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). (Az-Zariyat:47-48)
Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah mereka tidak melihat langit dan bumi yang ada di hadapan dan di belakang mereka? (Saba:9) Bahwa jika engkau melihat ke arah kanan atau arah kirimu atau memandang ke depanmu atau ke belakangmu, niscaya kamu melihat langit dan bumi.
Firman Allah Swt.:
إِنْ نَشَأْ نَخْسِفْ بِهِمُ الأرْضَ أَوْ نُسْقِطْ عَلَيْهِمْ كِسَفًا مِنَ السَّمَاءِ
Jika Kami menghendaki, niscaya Kami benamkan mereka di bumi atau Kami jatuhkan kepada mereka gumpalan dari langit. (Saba:9)
Yakni seandainya Kami menghendaki hal tersebut, tentulah Kami dapat melakukannya disebabkan kezaliman mereka dan kekuasaan Kami atas mereka. Tetapi Kami sengaja menangguhkan hal tersebut karena sifat penyantun Kami dan sifat pemaaf Kami. Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Tuhan) bagi setiap hamba yang kembali (kepada-Nya). (Saba:9)
Menurut Ma'mar dari Qatadah, makna munib ialah bertobat. Sufyan dari Qatadah mengatakan bahwa al-munib artinya kembali kepada jalan Allah Swt.
Dengan kata lain, sesungguhnya seorang hamba yang cerdik pandai lagi banyak mengingat Allah bila memperhatikan penciptaan langit dan bumi benar-benar dapat menyimpulkan kekuasaan Allah Swt. yang dapat membangkitkan jasad-jasad yang telah mati dan menghidupkan mereka kembali. Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakan langit yang begitu tinggi lagi luas, dan yang menciptakan bumi yang terhampar luas, benar-benar mampu pula untuk mengembalikan tubuh dan tulang belulang yang telah bercerai-berai menjadi satu, lalu menghidupkannya kembali. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَوَلَيْسَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يَخْلُقَ مِثْلَهُمْ بَلَى
Dan Tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. (Yasin:81)
Dan Firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu-min:57)
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُۥدَ مِنَّا فَضْلًۭا ۖ يَٰجِبَالُ أَوِّبِى مَعَهُۥ وَٱلطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ ٱلْحَدِيدَ 10
(10) Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya,
(10)
Allah Swt. menceritakan tentang nikmat yang telah Dia karuniakan kepada hamba dan rasul-Nya Daud a.s., yaitu Dia telah memberinya keutamaan yang jelas, menghimpunkan baginya antara kenabian dan kerajaan yang kokoh, dan bala tentara yang berperalatan lengkap serta banyak bilangannya, Allah juga telah memberinya suara yang indah apabila ia bertasbih, maka ikut bertasbih pula bersamanya gunung-gunung yang terpancang dengan kokohnya lagi tinggi-tinggi itu, dan semua burung yang terbang terhenti karenanya, lalu menjawab tasbihnya dengan berbagai bahasa.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. mendengar suara Abu Musa Al-Asy'ari r.a. di malam hari sedang membaca Al-Qur'an. Maka beliau berhenti dan mendengarkan bacaannya, kemudian bersabda:
" لَقَدْ أُوتِيَ هَذَا مِزْمَارًا مِنْ مَزَامِيرِ آلِ دَاوُدَ"
Sesungguhnya orang ini benar-benar telah dianugrahi sebagian dari suara merdunya keluarga Daud.
Abu Usman An-Nahdi mengatakan bahwa ia belum pernah mendengar suara alat musik apa pun (di masanya) yang lebih indah dan lebih merdu daripada suara Abu Musa Al-Asy'ari r a.
Firman Allah Swt:
أَوِّبِي
bertasbihlah berulang-ulang. (Saba: 10)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang artinya ialah bertasbihlah.
Abu Maisarah menduga bahwa awwibi berasal dari bahasa Habsyah yang artinya bertasbihlah, tetapi kebenarannya masih diragukan, karena ta-wib menurut istilah bahasa Arab artinya menjawab, yakni gunung-gunung dan burung-burung diperintahkan untuk menjawab tasbihnya Nabi Daud menurut caranya masing-masing.
Abul Qasim alias Abdur Rahman Ibnu Ishaq Az-Zujaji mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Al-Jumal, Bab "Nida", sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud. (Saba: 10) Yakni berjalanlah bersamanya di siang hari sepenuhnya, karena makna التَّأْوِيبُ ialah berjalan di siang hari seluruhnya, sedangkan kebalikannya ialah الْإِسْآدُ yang artinya berjalan di malam hari seluruhnya.
Demikianlah teks pendapat Abul Qasim. Tetapi pendapatnya ini aneh sekali, kami tidak menemukannya pada yang lain, sekalipun bila ditinjau dari segi lugah (bahasa) ada alasan yang mendukungnya. Akan tetapi, jauh dari makna yang dimaksud oleh ayat ini. Pendapat yang benar adalah makna yang pertama tadi, yaitu bertasbihlah bersama Daud. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt:
وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ
dan kami telah melunakkan besi untuknya. (Saba: 10)
Al-Hasan Al-Basri, Qatadah, Al-A'masy, dan lain-lainnya mengatakan bahwa untuk melunakkan besi bagi Nabi Daud tidak perlu memasukkannya ke dalam tungku api, dan tidak perlu palu untuk membentuknya, tetapi Daud dapat memintalnya dengan tangannya seperti halnya memintal kapas untuk menjadi benang. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
أَنِ ٱعْمَلْ سَٰبِغَٰتٍۢ وَقَدِّرْ فِى ٱلسَّرْدِ ۖ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌۭ 11
(11) (yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya; dan kerjakanlah amalan yang saleh. Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.
(11)
أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ
buatlah baju besi yang besar-besar. (Saba: 11)
Yaitu baju-baju besi yang dianyam lagi besar-besar.
Qatadah mengatakan bahwa Daud adalah orang yang mula-mula membuat baju besi dengan dianyam. Dan sesungguhnya sebelum itu baju besi-hanya berupa lempengan-lempengan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Sama'ah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Damrah, dari Ibnu Syauzab yang mengatakan bahwa Daud a.s. setiap hari dapat membuat sebuah baju besi, lalu ia menjualnya dengan harga enam ribu dirham; dua ribu untuk dirinya dan keluarganya, sedangkan yang empat ribu dia belikan makanan pokok untuk memberi makan kaum Bani Israil.
وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ
dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11)
Ini merupakan petunjuk dari Allah Swt. kepada Daud dalam mengajarinya cara membuat baju besi.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan ukurlah anyamannya. (Saba: 11) Janganlah kamu menjadikan pakunya kecil karena akan membuatnya longgar pada lingkaran. Jangan pula kamu menjadikannya besar karena mengalami keausan, tetapi pakailah paku yang berukuran sedang.
Al-Hakam ibnu Uyaynah mengatakan, bahwa janganlah engkau memakai paku yang besar karena akan aus, jangan pula memakai paku kecil karena longgar. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Qatadah dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan as-sard ialah lingkaran besi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa bila dikatakan baju besi yang dianyam, istilah Arabnya ialah dar'un masrudah.
Sebagai dalilnya ialah ucapan seorang penyair yang mengatakan:
وَعَليهما مَسْرُودَتَان قَضَاهُما ... دَاودُ أَوْ صنعَ السَّوابغ تُبّعُ ...
Keduanya memakai baju besi yang dianyam, sebagaimana baju besi buatan Nabi Daud atau baju besi yang biasa dipakai oleh Tubba' (buatan negeri Yaman).
Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan dalam biografi Daud a.s. melalui jalur Ishaq ibnu Bisyr yang di dalamnya terdapat kisah dari Abul Yas, dari Wahb ibnu Munabbih, yang kesimpulannya seperti berikut:
Bahwa Daud a.s. keluar dengan menyamar, lalu ia menanyakan tentang dirinya kepada kafilah-kafilah yang datang. Maka tidaklah ia menanyai seseorang, melainkah orang tersebut memujinya dalam hal ibadah dan sepak terjangnya.
Wahb ibnu Munabbih melanjutkan, bahwa pada akhirnya Allah mengutus malaikat dalam rupa seorang lelaki. Kemudian lelaki itu dijumpai oleh Daud a.s., lalu Daud menanyakan kepadanya dengan pertanyaan yang biasa ia kemukakan kepada orang lain. Maka malaikat itu menjawab, "Dia adalah seorang yang paling baik buat dirinya sendiri dan buat orang lain, hanya saja di dalam dirinya terdapat suatu pekerti yang seandainya pekerti itu tidak ada pada dirinya, tentulah dia adalah seorang yang kamil." Daud bertanya, "Pekerti apakah itu?" Malaikat menjawab, "Dia makan dan menafkahi anak-anaknya dari harta kaum muslim.' yakni baitul mal.
Maka pada saat itu juga Nabi Daud a.s. menghadapkan diri kepada Tuhannya seraya berdoa, semoga Dia mengajarkan kepadanya suatu pekerjaan yang dilakukan tangannya sendiri sehingga menjadi orang yang berkecukupan dan dapat membiayai anak-anak dan keluarganya. Lalu Allah melunakkan besi baginya dan mengajarkan kepadanya cara membuat baju besi. lalu Daud dikenal sebagai pembuat baju besi; dia adalah orang yang mula-mula membuat baju besi.
Allah Swt. telah berfirman: buatlah baju besi yang besar-besar dan ukurlah anyamannya (Saba: 11) Yang dimaksud dengan sard ialah pakunya lingkaran besi yang dipakai sebagai anyaman baju besi.
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Daud bekerja sebagai pembuat baju besi. Apabila telah selesai, maka ia jual; sepertiga dari hasil penjualan itu dia sedekahkan, sepertiganya lagi ia belikan keperluan hidup untuk mencukupi keluarga dan anak-anaknya, sedangkan yang sepertiganya lagi ia pegang untuk ia sedekahkan setiap harinya, hingga selesai dari membuat baju besi lainnya.
Wahb ibnu Munabbih melanjutkan bahwa sesungguhnya Allah telah memberi sesuatu kepada Daud yang belum pernah Dia berikan kepada orang lain, yaitu berupa suara yang bagus. Disebutkan bahwa sesungguhnya apabila Daud membaca kitab Zabur, maka semua hewan liar berkumpul kepadanya, sehingga Daud dapat memegang lehernya, sedangkan hewan liar itu tidak lari darinya (jinak). Dan tidaklah setan membuat seruling dan alat musik tiup lainnya, melainkan berdasarkan nada suara yang dikeluarkan oleh Daud a.s. Dan Nabi Daud a.s. adalah seorang yang tekun dan pekerja keras. Dan tersebutlah bahwa apabila ia membuka kitab Zabur untuk dibacanya, maka suaranya seakan-akan seperti suara buluh perindu. Disebutkan bahwa Daud telah dianugerahi tujuh puluh suara buluh perindu di tenggorokannya.
Firman Allah Swt.:
وَاعْمَلُوا صَالِحًا
dan kerjakanlah amalan yang saleh. (Saba: 11) Artinya, gunakanlah nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu untuk mengerjakan amal saleh.
إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan. (Saba: 11)
Yakni mengawasi kalian dan melihat semua amal perbuatan dan ucapan kalian, tiada sesuatu pun darinya yang samar bagi Allah Swt.
وَلِسُلَيْمَٰنَ ٱلرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌۭ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌۭ ۖ وَأَسَلْنَا لَهُۥ عَيْنَ ٱلْقِطْرِ ۖ وَمِنَ ٱلْجِنِّ مَن يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِۦ ۖ وَمَن يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ ٱلسَّعِيرِ 12
(12) Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya di waktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
(12)
Setelah Allah Swt. menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia berikan kepada Daud, lalu menyebutkan apa yang telah Dia berikan kepada putra Daud (Sulaiman a.s.), yaitu ditundukkan-Nya angin untuknya hingga angin menerbangkan hamparan permadaninya. Perjalanannya pagi harinya sama dengan jarak satu bulan, dan perjalanan petang harinya sama dengan jarak satu bulan pula.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Sulaiman a.s. berangkat di pagi hari dengan mengendarai permadani terbangnya dari Dimasyq, lalu turun di Astakhr dan makan siang padanya, lalu petang harinya ia pergi lagi dari Astakhr menuju Kabil dan menginap padanya. Jarak antara Dimasyq dan Astakhr dapat ditempuh selama satu bulan bagi orang yang memacu kendaraannya, dan jarak antara Astakhr ke Kabil satu bulan pula.
Firman Allah Swt.:
وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ
dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. (Saba: 12)
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ikrimah, Ata, Al-Khurasani, Qatadah, As-Saddi dan Malik semuanya telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, bahwa yang dimaksud dengan al-qitr adalah tembaga.
Qatadah mengatakan bahwa tembaga itu ada di negeri Yaman, dan semua peralatan yang dibuat oleh manusia berasal dari bahan baku yang dikeluarkan oleh Allah Swt. untuk Sulaiman a.s.
As-Saddi mengatakan, sesungguhnya tembaga itu dicairkan untuknya hanya selama tiga hari.
Firman Allah Swt.:
وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ
Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. (Saba: 12)
Yakni Kami telah menundukkan jin baginya untuk bekerja di hadapannya dengan seizin Tuhannya, untuk membangun gedung-gedung dan lain-lainnya yang disukai oleh Sulaiman a.s. berkat kekuatan dan kekuasaan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada Sulaiman a.s.
وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا
Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami (Saba: 12)
Yaitu barang siapa yang menyimpang dan memberontak di antara mereka dari ketaatan.
نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala. (Saba: 12)
Yang dimaksud dengan sa'ir ialah yang membakar. Ibnu Abu Hatim dalam bab ini telah menyebutkan sebuah hadis yang garib sekali.
قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَير ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ الخُشَنيّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْجِنُّ عَلَى ثَلَاثَةِ أَصْنَافٍ: صِنْفٌ لَهُمْ أَجْنِحَةٌ يَطِيرُونَ فِي الْهَوَاءِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ، وَصِنْفٌ يَحِلُّونَ وَيَظْعُنُونَ".
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahra, dari Jubair ibnu Nafir, dari Abu Sa'labah Al-Khusyani r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Jin itu ada tiga jenis, satu jenis dari mereka mempunyai sayap yang dapat menerbangkan mereka di angkasa, dan satu jenis lagi berupa ular atau anjing, sedangkan jenis yang terakhir ada yang senang menetap dan ada yang senang bepergian.
Predikat marfu' hadis ini garib sekali.
قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا حَرْمَلة، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ مُضَر، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَنْعُمَ أَنَّهُ قَالَ: الْجِنُّ ثَلَاثَةٌ: صِنْفٌ لَهُمُ الثَّوَابُ وَعَلَيْهِمُ الْعِقَابُ، وَصِنْفٌ طَيَّارُونَ فِيمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَصِنْفٌ حَيَّاتٌ وَكِلَابٌ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Harmalah, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Mudar, dari Muhammad ibnu Bujair, dari Ibnu An'am yang mengatakan bahwa jin itu ada tiga jenis, satu jenis ada yang mendapat pahala, ada pula yang mendapat siksa; satu jenis lagi hidupnya terbang di angkasa antara bumi dan langit, dan jenis terakhir berupa ular dan anjing.
Selanjutnya Bakr mengatakan bahwa tidaklah ia tahu melainkan Anas pernah bercerita kepadanya bahwa manusia itu ada tiga macam, sebagian dari mereka ada yang mendapat naungan dari Allah di bawah naungan 'Arasy-Nya pada hari kiamat; dan sebagian yang lain seperti hewan ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi jalannya; dan sebagian lainnya lagi rupa mereka adalah rupa manusia, tetapi kalbu mereka adalah kalbu setan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Salamah (yakni Ibnul Fadl), dari Ismail, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa jin itu adalah anak iblis, dan manusia adalah anak Adam; di antara mereka (jin) ada yang beriman dan di antara mereka (manusia) ada yang beriman, maka mereka bersekutu dalam memperoleh pahala dan hukuman. Barang siapa dari kalangan jin dan manusia beriman, maka dia adalah kekasih Allah; dan barang siapa dari kalangan jin dan manusia yang kafir, maka dia adalah setan.
يَعْمَلُونَ لَهُۥ مَا يَشَآءُ مِن مَّحَٰرِيبَ وَتَمَٰثِيلَ وَجِفَانٍۢ كَٱلْجَوَابِ وَقُدُورٍۢ رَّاسِيَٰتٍ ۚ ٱعْمَلُوٓا۟ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكْرًۭا ۚ وَقَلِيلٌۭ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ 13
(13) Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih.
(13)
Firman Allah Swt.:
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung. (Saba: 13)
Yang dimaksud dengan maharib ialah bagian yang paling baik dan paling mewah di dalam rumah (tempat tinggal).
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maharib ialah bangunan-bangunan, tetapi bukan berupa istana.
Ad-Dahhak mengatakan maharib adalah masjid-masjid. Qatadah mengatakan bahwa maharib ialah gedung-gedung dan masjid-masjid. Menurut Ibnu Zaid adalah tempat-tempat tinggal.
Adapun yang dimaksud dengan tamasil menurut Atiyyah Al-Aufi, Ad-Dahhak, dan As-Saddi artinya patung-patung. Menurut Mujahid patung-patung yang terbuat dari tembaga, sedangkan menurut Qatadah patung-patung yang terbuat dari tanah liat dan kaca.
Firman Allah Swt.:
وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ
dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungkunya). (Saba: 13)
Jawab adalah bentuk jamak dari jabiyah, artinya kolam tempat penampungan air. Sebagaimana pengertian yang diucapkan oleh Maimun ibnu Qais alias Al-A'sya dalam salah satu bait syairnya:
تَرُوحُ عَلَى آلِ المَحَلَّق جَفْنَةٌ ... كَجَابِيَة الشَّيخ العِراقي تَفْهَق
Dikirimkan kepada Ali Al-Muhallaq periuk besar di petang hari, yang besarnya seperti tempat penampungan air milik Syekh Iraqi yang penuh dengan air.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya "Al-jawab "yakni seperti kubangan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah seperti kolam-kolam besarnya.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan al-qudurur rasiyat ialah periuk-periuk yang sangat besar sehingga harus tetap berada di atas tungkunya, tidak dipindah-pindahkan karena sangat berat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, dan selain keduanya.
Menurut Ikrimah termasuk ke dalam pengertian qudurur rasiyat ialah belanga.
Firman Allah Swt.:
اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ شُكْرًا
Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba: 13)
Yakni dan Kami katakan kepada mereka, "Bekerjalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah dilimpahkan Allah kepada kalian untuk kepentingan agama dan dunia kalian."
Syukran adalah bentuk masdar tanpa fi'il, atau menjadi maf'ullah. Berdasarkan kedua hipotesis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa syukur itu adakalanya dengan perbuatan, adakalanya pula dengan lisan dan niat, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang penyair:
أفَادَتْكُمُ النّعْمَاء منِّي ثَلاثةً: ... يدِي، ولَسَاني، وَالضَّمير المُحَجَّبَا ...
Telah kulimpahkan tiga macam nikmat dariku kepada kalian (sebagai rasa terima kasihku), yaitu melalui tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak kelihatan.
Abu Abdur Rahman As-Sulami telah mengatakan bahwa salat adalah ungkapan rasa syukur, puasa juga ungkapan rasa syukur, serta semua amal kebaikan yang engkau kerjakan karena Allah Swt. merupakan ungkapan rasa syukurmu (kepada-Nya). Dan syukur yang paling utama ialah membaca Hamdalah. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan sebuah asar yang bersumber dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa syukur ialah bertakwa kepada Allah Swt. dan mengerjakan amal saleh. Hal ini dikatakan terhadap orang yang mengungkapkannya melalui perbuatan. Dan demikianlah keadaan yang dilakukan oleh keluarga Nabi Daud a.s. di masa silam, mereka bersyukur kepada Allah melalui perbuatan di antara lisan mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa Daud a.s. telah membagi-bagi tugas salat kepada keluarganya, anak-anaknya, dan istri-istrinya. Dan tersebutlah bahwa tiada suatu saat pun, baik di malam hari atau siang hari, melainkan ada seseorang dari keluarga Daud a.s. yang sedang berdiri menunaikan salat, sehingga rahmat terlimpahkan kepada mereka melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba: 13)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"إِنْ أَحَبَّ الصَّلَاةِ إِلَى اللَّهِ صلاةُ داودَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا. وَلَا يَفر إِذَا لَاقَى".
Sesungguhnya salat yang paling disukai oleh Allah adalah salatnya Nabi Daud; dia tidur hingga pertengahan malam, lalu berdiri (salat) sepertiganya dan tidur seperenamnya. Dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Nabi Daud; dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila berperang Daud tidak pernah lari dari medan perang.
وَقَدْ رَوَى أَبُو عَبْدِ اللَّهِ بْنُ مَاجَهْ مِنْ حَدِيثِ سُنيْد بْنِ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ المُنْكَدِر، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم: "قَالَتْ أُمُّ سُلَيْمَانَ بْنِ دَاوُدَ لِسُلَيْمَانَ: يَا بُنَيَّ، لَا تُكْثِرِ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَإِنَّ كَثْرَةَ النَّوْمِ بِاللَّيْلِ تَتْرُكُ الرَّجُلَ فَقِيرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ".
Abu Abdullah ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Sa'id ibnu Daud. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad ibnul Munkadir, dari ayahnya, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ibu Nabi Sulaiman ibnu Daud a.s. berkata kepada putranya Sulaiman, "Wahai anakku, janganlah kamu memperbanyak tidur di malam hari, karena sesungguhnya banyak tidur di malam hari membiarkan seseorang (pelakunya) menjadi orang fakir kelak di hari kiamat.”
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi panjang sekali menceritakan perihal Nabi Daud a.s. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Qubaisah ibnu Ishaq Ar-Ruqqi yang mengatakan bahwa Fudail pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba: 13). Bahwa Daud a.s. berkata, "Ya Tuhanku, bagaimanakah saya harus bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itu sendiri adalah merupakan nikmat dari-Mu?" Maka Allah Swt. menjawabnya melalui firman-Nya, "Sekarang engkau telah bersyukur kepada-Ku karena engkau telah mengetahui bahwa nikmat itu dari-Ku."
Firman Allah Swt.:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba: 13)
Hal ini merupakan berita tentang kenyataannya.
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ ٱلْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِۦٓ إِلَّا دَآبَّةُ ٱلْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُۥ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ ٱلْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ ٱلْغَيْبَ مَا لَبِثُوا۟ فِى ٱلْعَذَابِ ٱلْمُهِينِ 14
(14) Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.
(14)
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ
Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba: 14)
Allah Swt. menceritakan perihal kematian Sulaiman a.s. dan bagaimana Allah Swt. menyembunyikan kematiannya terhadap makhluk jin yang telah Dia tundukkan baginya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berat. Dan sesungguhnya Sulaiman saat kematiannya dalam keadaan sedang bertopang pada tongkatnya, berdiri tegak. Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Al-Hasan dan Qatadah serta yang lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa Nabi Sulaiman dalam keadaan begitu selama kurang lebih satu tahun. Ketika tongkatnya dimakan oleh rayap tanah, maka tongkat penopangnya rapuh dan akhirnya jasad Nabi Sulaiman jatuh. Pada saat itu barulah diketahui bahwa ia telah meninggal dunia, dan sebelum itu dalam waktu yang cukup lama tidak diketahui kematiannya. Dengan demikian, maka diketahui pulalah bahwa makhluk jin itu tidak mengetahui perkara yang gaib, tidak seperti apa yang didugakan dan disangkakan-oleh manusia selama itu.
Sehubungan dengan hal itu ada sebuah hadis marfu' yang menceritakannya, tetapi kesahihannya masih diragukan.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ مَسْعُودٍ أَبُو حُذَيْفَةَ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَان، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "كَانَ سُلَيْمَانُ نَبِيُّ اللَّهِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، إِذَا صَلَّى رَأَى شَجَرَةً نَابِتَةً بَيْنَ يَدَيْهِ فَيَقُولُ لَهَا: مَا اسْمُكِ؟ فَتَقُولُ: كَذَا. فَيَقُولُ: لِأَيِّ شَيْءٍ أَنْتِ؟ فَإِنْ كَانَتْ لِغَرْسٍ غُرِسَتْ، وَإِنْ كَانَتْ لِدَوَاءٍ كُتِبَتْ. فَبَيْنَمَا هُوَ يُصَلِّي ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ رَأَى شَجَرَةً بَيْنَ يَدَيْهِ، فَقَالَ لَهَا: مَا اسْمُكِ؟ قَالَتْ: الْخَرُّوبُ. قَالَ: لِأَيِّ شَيْءٍ أَنْتِ؟ قَالَتْ: لِخَرَابِ هَذَا الْبَيْتِ. فَقَالَ سُلَيْمَانُ: اللَّهُمَّ، عَمّ عَلَى الْجِنِّ مَوْتَتِي حَتَّى يَعْلَمَ الْإِنْسُ أَنَّ الْجِنَّ لَا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ. فَنَحَتَهَا عَصًا، فَتَوَكَّأَ عَلَيْهَا حَوْلًا مَيِّتًا، وَالْجِنُّ تَعْمَلُ. فَأَكَلَتْهَا الْأَرَضَةُ، فَتَبَيَّنَتِ الْإِنْسُ أَنَّ الْجِنَّ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا [حَوْلًا] فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ".
قَالَ: وَكَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَقْرَؤُهَا كَذَلِكَ قَالَ: "فَشَكَرَتِ الْجِنُّ الْأَرَضَةَ ، فَكَانَتْ تَأْتِيهَا بِالْمَاءِ"
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Abu Huzaifah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tahman, dari Ata, dari As-Sa-ib ibnu Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw. yang menceritakan bahwa: Nabi Sulaiman apabila salat selalu melihat pohon yang tumbuh di hadapannya, lalu ia bertanya kepada pohon itu, "Siapakah namamu?" Maka pohon itu menjawab dengan bahasanya sendiri, "Namaku anu." Ia bertanya lagi, "Apakah kegunaanmu?" Jika pohon itu untuk ditanam, maka ia ditanam; dan jika untuk obat, maka dicatat. Ketika Nabi Sulaiman sedang salat di suatu hari, tiba-tiba ia melihat sebuah pohon ada di hadapannya, maka Sulaiman bertanya, "Apakah namamu?" Pohon itu menjawab bahwa namanya adalah Al-Kharub. Sulaiman bertanya, "Apakah kegunaanmu?" Pohon itu menjawab, "Untuk merusak Bait ini (Baitul Maqdis)." Maka Nabi Sulaiman a.s. berdoa, "Ya Allah, butakanlah jin dari kematianku, sehingga manusia mengetahui bahwa jin itu tidak mengetahui hal yang gaib." Lalu Nabi Sulaiman mengukir pohon tersebut menjadi sebuah tongkat, kemudian ia berdiri seraya bersandar pada tongkat itu selama satu tahun dalam keadaan telah wafat, sedangkan jin selama itu tetap bekerja seperti biasanya. Pada akhirnya tongkat itu dimakan oleh rayap (dan robohlah Sulaiman a.s. ke tanah). Maka jelaslah bagi manusia saat itu bahwa seandainya jin itu mengetahui perkara yang gaib, tentulah mereka tidak akan tinggal selama satu tahun dalam siksaan kerja paksa yang menghinakan.
Perawi mengatakan bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan tafsirnya memakai kata haulan. Lalu jin berterima kasih kepada rayap, lalu jin dengan sukarela mendatangkan air kepada rayap.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim melalui hadis Ibrahim ibnu Tuhman dengan sanad yang sama, tetapi predikat marfu '-nya masih diragukan, karena garib dan munkar.
Hal yang benar bila dikatakan sebagai hadis mauquf karena Ata ibnu Abu Muslim Al-Khurrasani mempunyai banyak hadis yang garib dan pada sebagian hadisnya terdapat hal-hal yang diingkari. Menurut As-Saddi, di dalam hadisnya terdapat hal-hal yang diingkari.
As-Saddi telah mengetengahkan sebuah riwayat yang bersumber dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, dari Murrah Al-Hamdani, dari Ibnu Mas'ud r.a. dari seorang sahabat Rasulullah Saw. yang mengatakan bahwa Nabi Sulaiman sering beribadah di dalam Baitul Muqaddas selama satu atau dua tahun, atau sebulan atau dua bulan; adakalanya kurang dari itu dan adakalanya lebih. Jika ia masuk ke dalam Baitullah untuk beribadah, maka ia membawa serta pula makanan dan minumannya. Akhirnya masuklah ia ke dalam Baitul Maqdis di suatu hari yang dia wafat padanya. Sejak semula tiada suatu pagi hari pun bila Sulaiman a.s. berada di dalam Baitul Maqdis melainkan Allah menumbuhkan sebuah pohon di dalamnya, lalu Sulaiman mendatanginya dan menanyai namanya. Lalu dijawab oleh pohon itu bahwa namanya adalah anu dan anu. Jika pohon itu untuk ditanam, maka Sulaiman menanamnya; dan jika untuk obat, maka dijadikan untuk obat. Hingga pada akhirnya tumbuhlah sebuah pohon yang dikenal dengan nama Kharubah, lalu Sulaiman menanyainya, "Siapakah namamu?" Pohon itu menjawab, "Aku adalah Kharubah" Sulaiman bertanya, "Untuk apakah kegunaanmu?" Pohon itu menjawab, "Aku adalah tumbuh-tumbuhan yang ditumbuhkan untuk merusak masjid ini." Maka Sulaiman berkata,, "Allah tidak sekal-kali akan merusak masjid ini, sedangkan saya masih hidup. Jadi, engkaulah pertanda sudah dekat masa kematianku dan hancurnya Baitul Maqdis ini." Lalu Nabi Sulaiman mencabutnya dan menanamnya di salah satu kebun miliknya. Kemudian ia masuk ke dalam mihrab dan berdiri melakukan salat seraya bertopang pada tongkatnya, di saat itulah ia meninggal dunia. Setan-setan tidak ada yang mengetahui kematiannya. Mereka mengira bahwa Sulaiman masih hidup dan mereka takut kepadanya. Karena itu, mereka terus bekerja untuknya. Mereka tidak berani membangkang karena takut bila Sulaiman a.s. mendatangi mereka dan menghukum mereka. Setan-setan bekerja di sekitar mihrab, dan mihrab Sulaiman mempunyai lubang yang terletak di hadapan dan di belakangnya. Dan tersebutlah bahwa ada setan yang hendak kabur berkata, "Bukankah aku ini sakti? Jika aku ingin, dapat saja menembus tembok ini dan keluar dari sebelah lainnya." Lalu ia menembus tembok itu dan keluar dari sisi lain. Ternyata tidak terjadi sesuatu pun padanya. Sebelum itu tidak ada satu setan pun yang berani memandang Nabi Sulaiman a.s. yang sedang berada di mihrabnya karena ia pasti akan terbakar. Kemudian salah satu dari setan itu menembus tembok itu dan kembali, ternyata ketika di dalam ia tidak mendengar suara Nabi Sulaiman. Lalu ia penasaran dan masuk lagi, kemudian kembali dalam keadaan tidak terbakar. Lalu ia kembali lagi masuk ke dalam Baitul Maqdis, dan ternyata dirinya tidak terbakar, dan ia melihat Sulaiman terjatuh dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Kemudian setan itu keluar dan memberitahukan kepada manusia bahwa Sulaiman telah meninggal dunia, lalu mereka mengeluarkannya. Ternyata mereka menjumpai tongkat Nabi Sulaiman yang dijadikan sandaran olehnya telah dimakan oleh rayap. Mereka tidak mengetahui sejak kapan Nabi Sulaiman meninggal dunia, akhirnya mereka letakkan rayap itu di atas tongkat dan mereka biarkan rayap itu memakannya hari demi hari dengan menahannya tetap dalam keadaan demikian. Akhirnya mereka menyimpulkan setelah berlalu masa satu tahun, bahwa Nabi Sulaiman telah wafat sejak setahun yang silam. Karena itulah di dalam qiraat sahabat Abdullah ibnu Mas'ud disebutkan ma labisu haulan fil 'adzabil muhin, dengan memakai kata haulan. Lalu orang-orang tinggal selama satu tahun penuh sesudah kepergian Nabi Sulaiman seraya merasa berutang jasa kepadanya. Dan sejak saat itulah manusia mengetahui bahwa sebelumnya jin adalah tukang berdusta kepada mereka; dan seandainya jin mengetahui perkara gaib, tentulah jin mengetahui kematian Nabi Sulaiman, dan tentulah mereka tidak tinggal dalam siksaan selama satu tahun dalam kerja paksa untuknya. Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang gaib, tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (Saba: 14) Maka jelaslah perkara jin itu bagi manusia bahwa mereka dahulu selalu membohongi manusia. Kemudian setan berkata kepada rayap, "Seandainya kamu pemakan makanan, niscaya akan kudatangkan kepadamu makanan yang paling enak; dan jika kamu minum, niscaya aku datangkan kepadamu minuman yang terbaik. Tetapi mengingat keadaanmu, maka aku akan mendatangkan air dan tanah kepadamu." Maka setan-setan itulah yang menyuplai air kepada rayap di mana pun rayap-rayap berada. Jika kamu lihat tanah yang ada di dalam kayu, maka tanah itulah yang didatangkan oleh setan-setan untuk rayap yang ada di dalamnya sebagai rasa terima kasih mereka kepadanya.
Asar ini hanya Allah Yang Maha Mengetahui, tiada lain termasuk hal-hal yang dinukil dari ulama Ahli Kitab. Maka sikap kita terhadapnya abstain, tidaklah kita membenarkannya kecuali jika sesuai dengan kebenaran, dan tidaklah kita mendustakannya kecuali terhadap apa yang bertentangan dengan kebenaran. Sedangkan terhadap sisanya kita tidak boleh membenarkannya, tidak boleh pula mendustakannya.
Ibnu Wahb dan Asbag Ibnul Faraj telah menceritakan dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. (Saba: 14) Sulaiman pernah berkata kepada malaikat maut, "Jika engkau diperintahkan untuk mencabut nyawaku, maka beritahukanlah terlebih dahulu kepadaku." Maka malaikat maut datang kepadanya dan mengatakan, "Hai Sulaiman, sesungguhnya aku telah diperintahkan untuk mencabut nyawamu, dan engkau masih punya kesempatan kurang dari sesaat." Lalu Sulaiman a.s. memanggil setan-setan dan memerintahkan kepada mereka untuk membangun menara kaca untuknya yang tidak ada pintunya. Lalu Sulaiman a.s. berdiri mengerjakan salatnya seraya bersandar pada tongkatnya. Malaikat maut masuk ke dalam menara kaca itu dan menemuinya, lalu mencabut nyawanya, sedangkan ia (Sulaiman a.s.) dalam keadaan bertopang pada tongkatnya. Sulaiman a.s. melakukan demikian bukan karena lari dari maut. Dan jin terus bekerja di hadapannya seraya memandang ke arahnya dengan dugaan bahwa Sulaiman masih tetap hidup. Lalu Allah Swt. mengirimkan rayap —rayap adalah pemakan kayu—, lalu rayap masuk ke dalam tongkatnya dan memakannya. Setelah rayap memakan bagian dalam tongkat itu, maka rapuhlah tongkat itu dan tidak kuat menyangga tubuh Nabi Sulaiman, akhirnya jasad Nabi Sulaiman ambruk ke tanah. Ketika jin melihat peristiwa tersebut, maka mereka bubar dan pergi. Hal inilah yang dimaksud di dalam firman-Nya: tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. (Saba: 14)
Asbag mengatakan bahwa telah sampai suatu riwayat kepadanya dari orang lain yang mengatakan bahwa rayap itu tinggal di dalam tongkat tersebut dan memakaninya selama satu tahun, sebelum Sulaiman a.s. jatuh tersungkur.
Dan ulama Salaf yang bukan hanya seorang menyebutkan hal yang semisal, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui