35 - فاطر - Faatir

Juz : 22

The Originator
Meccan

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَكُمْ خَلَٰٓئِفَ فِى ٱلْأَرْضِ ۚ فَمَن كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُۥ ۖ وَلَا يَزِيدُ ٱلْكَٰفِرِينَ كُفْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًۭا ۖ وَلَا يَزِيدُ ٱلْكَٰفِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًۭا 39

(39) Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

(39) 

هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ فِي الأرْضِ

Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. (Fathir: 39)

Yakni suatu kaum menggantikan kaum yang lain sebelum mereka dan suatu generasi datang menggantikan generasi yang sebelumnya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ

dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi (An-Naml: 62)

Adapun firman Allah Swt.:

فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ

Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. (Fathir: 39)

Yakni sesungguhnya akibat dari perbuatan kafirnya itu akan memudaratkan dirinya sendiri, bukan orang lain.

وَلا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلا مَقْتًا

Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya. (Fathir: 39)

Yakni selama mereka berada dalam kekufurannya, maka Allah terus-menerus murka terhadap mereka, dan selama mereka masih tetapi kafir, mereka merugikan dirinya sendiri dan keluarganya kelak di hari kiamat. Berbeda keadaannya dengan orang-orang mukmin, karena sesungguhnya manakala seseorang dari mereka diberi usia panjang dan beramal baik, maka derajatnya makin tinggi, begitu pula kedudukannya di dalam surga' Pahala yang diterimanya bertambah dan Tuhan yang menciptakannya makin mencintai dan menyukainya.


قُلْ أَرَءَيْتُمْ شُرَكَآءَكُمُ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَرُونِى مَاذَا خَلَقُوا۟ مِنَ ٱلْأَرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌۭ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ أَمْ ءَاتَيْنَٰهُمْ كِتَٰبًۭا فَهُمْ عَلَىٰ بَيِّنَتٍۢ مِّنْهُ ۚ بَلْ إِن يَعِدُ ٱلظَّٰلِمُونَ بَعْضُهُم بَعْضًا إِلَّا غُرُورًا 40

(40) Katakanlah: "Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. Perlihatkanlah kepada-Ku (bahagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas daripadanya? Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebahagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebahagian yang lain, melainkan tipuan belaka".

(40) 

Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya agar mengatakan kepada orang-orang musyrik:

أَرَأَيْتُمْ شُرَكَاءَكُمُ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ

Terangkanlah kepada-Ku tentang sekutu-sekutumu yang kamu seru selain Allah. (Fathir: 4)

Maksudnya, berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang kalian sembah-sembah selain Allah.

أَرُونِي مَاذَا خَلَقُوا مِنَ الأرْضِ أَمْ لَهُمْ شِرْكٌ فِي السَّمَوَاتِ

Perlihatkanlah kepada-Ku (bagian) manakah dari bumi ini yang telah mereka ciptakan ataukah mereka mempunyai saham dalam (penciptaan) langit. (Fathir: 4)

Artinya, mereka tidak memiliki andil dalam hal tersebut barang sekulit ari pun.

**********

Firman Allah Swt.:

أَمْ آتَيْنَاهُمْ كِتَابًا فَهُمْ عَلَى بَيِّنَةٍ مِنْهُ

atau adakah Kami memberi kepada mereka sebuah Kitab sehingga mereka mendapat keterangan-keterangan yang jelas darinya. (Fathir: 4)

Yakni ataukah Kami telah menurunkan kepada mereka sebuah Kitab yang mendukung kemusyrikan dan kekufuran yang mereka katakan itu? Kenyataannya tidaklah demikian.

بَلْ إِنْ يَعِدُ الظَّالِمُونَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا إِلا غُرُورًا

Sebenarnya orang-orang yang zalim itu sebagian dari mereka tidak menjanjikan kepada sebagian yang lain, kecuali tipuan belaka.” (Fathir: 4)

Yaitu sesungguhnya dalam hal tersebut mereka hanya semata-mata mengikuti hawa nafsu, angan-angan, dan pendapat mereka sendiri yang direkayasa oleh diri mereka sendiri, padahal kenyataanya adalah tipuan, kebatilan, dan kepalsuan belaka. Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, yang dengan kekuasaan-Nya itulah langit dan bumi berdiri tegak dengan seizin-Nya, dan dengan kekuasaan-Nya itu pula Dia menjadikan pada bumi dan langit kekuatan yang menjaga kelestariannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. (Fathir: 41)

Yakni agar jangan bergeser dari tempatnya masing-masing, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ

Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. (Al-Hajj: 65)

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. (Ar-Rum: 25)

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ

dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Fathir: 41)

Artinya, tiada yang dapat mempertahankan kelestarian dan keutuhan keduanya selain Dia sendiri, dan Dia selain itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Dengan kata lain, Dia Maha Melihat tingkah laku hamba-hamba-Nya yang kafir dan durhaka kepada-Nya, namun Dia menyantuni mereka dan memberikan masa tangguh dan tempo bagi mereka untuk bertobat, dan Dia tidak segera mengazab mereka. Selain itu Dia memaafkan dan mengampuni sebagian yang lainnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Fathir: 41)

Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis garib, bahkan munkar. Untuk itu dia mengatakan:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، عَنْ أُمَيَّةَ بْنِ شِبْلٍ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، عَنْ عِكْرِمَة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي عَنْ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ: "وَقَعَ فِي نَفْسِ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: هَلْ يَنَامُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَأَرْسَلَ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا، فَأَرَّقَهُ ثَلَاثًا ، وَأَعْطَاهُ قَارُورَتَيْنِ، فِي كُلِّ يَدٍ قَارُورَةٌ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَحْتَفِظَ بِهِمَا. قَالَ: فَجَعَلَ يَنَامُ وَتَكَادُ يَدَاهُ تَلْتَقِيَانِ، ثُمَّ يَسْتَيْقِظُ فَيَحْبِسُ إِحْدَاهُمَا عَنِ الْأُخْرَى، حَتَّى نَامَ نَوْمَهُ، فَاصْطَفَقَتْ يَدَاهُ فَتَكَسَّرت الْقَارُورَتَانِ. قَالَ: ضَرَبَ اللَّهُ لَهُ مَثَلًا أَنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ يَنَامُ لَمْ تَسْتَمْسِكِ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ".

telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Yusuf, dari Umayyah ibnu Sahl, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda menceritakan perihal Nabi Musa a.s. yang saat itu Nabi Saw. berada di atas mimbarnya: bahwa dalam hati Nabi Musa pernah terdetik suatu pertanyaan, apakah Allah Swt. tidur? Maka Allah Swt. mengirimkan malaikat kepada Musa untuk memberikan dua buah botol kaca, lalu membuatnya mengantuk; masing-masing tangan memegang sebuah botol. Lalu malaikat itu memerintahkan kepada Musa agar menjaga kedua botol itu jangan sampai pecah. Maka Musa pun tertidur dan hampir saja kedua botol yang dipegangnya itu beradu. Tetapi keburu ia terbangun, lalu ia menahan kedua botol itu agar tidak beradu. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia tertidur lagi dan kedua botol itu beradu hingga pecah. Allah Swt. melakukan hal itu terhadap Musa sebagai tamsil, bahwa sesungguhnya bila Allah tidur, niscaya bumi dan langit ini tidak dapat ditahan.

Makna lahiriah hadis ini menunjukkan bukan sebagai hadis yang marfu', bahkan termasuk salah satu dari kisah Israiliyat yang munkar. Karena sesungguhnya merupakan suatu hal yang mustahil bila Nabi Musa mempunyai prasangka bahwa Allah tidur. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman di dalam kitab-Nya (Al-Qur'an) yang mulia:

الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ

Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. (Al-Baqarah: 255)

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Musa Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يُخْفِضُ القِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ أَوِ النَّارُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سبُحات وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ".

Sesungguhnya Allah Swt. tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya tidur; Dia merendahkan neraca dan meninggikannya; dilaporkan kepada-Nya amal pebuatan di malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari, tirai-Nya adalah nur atau api. Seandainya Dia membuka tirai-Nya, niscaya kesucian Zat-Nya dapat membakar habis semua makhluk yang terjangkau oleh penglihatan-Nya.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abu Wa'il yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Darimanakah kamu tiba?" Ia menjawab, "Dari negeri Syam." Ibnu Mas'ud bertanya, "Siapa yang kamu jumpai di sana?" Ia menjawab, "Ka'b." Ibnu Mas'ud bertanya, "Apakah yang diceritakan olehnya kepadamu?" Ia menjawab, bahwa Ka'b mengatakan kepadanya, "Langit itu berputar di atas pundak seorang malaikat," Ibnu Mas'ud bertanya kepada lelaki itu, "Apakah kamu membenarkannya ataukah mendustakannya?" Lelaki itu menjawab, "Saya tidak mendustakannya dan tidak pula membenarkannya." Ibnu Mas'ud berkata, "Sekiranya saja engkau tebus perjalananmu itu kepada Ka'b dengan kendaraan dan bekalmu (yakni tidak pergi ke sana). Ka'b dusta, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Fathir: 41)

Sanad asar ini sahih sampai kepada Ka'b dan juga Ibnu Mas'ud. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Jarir, dari Mugirah, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Jundub Al-Bajali datang kepada Ka'b di Syam, lalu disebutkan asar yang semisal.

Sesungguhnya saya pernah membaca hasil karya pena Al-Faqih Yahya ibnu Ibrahim ibnu Muzayyan At-Tulaitali yang diberi judul ASairul Fuqaha, diketengahkan asar tersebut dari Muhammad ibnu Isa ibnut Taba', dari Waki', dari A'masy dengan lafaz yang sama. Kemudian disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Zaunan alias Abdul

Malik ibnul Husain, dari Ibnu Wahb, dari Malik yang mengatakan bahwa langit itu tidak berputar, lalu ia memperkuat pendapatnya ini dengan dalil ayat ini dan sebuah hadis yang mengatakan:

"إِنَّ بِالْمَغْرِبِ بَابًا لِلتَّوْبَةِ لَا يَزَالُ مفتوحا حتى تطلع الشمس منه"

Sesungguhnya di ufuk barat terdapat pintu tobat yang masih tetap dalam keadaan terbuka, hingga matahari terbit dari arahnya.

Menurut hemat saya hadis ini sahih, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


إِنَّ ٱللَّهَ يُمْسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ أَن تَزُولَا ۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍۢ مِّنۢ بَعْدِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًۭا 41

(41) Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

(41) 

 Untuk itu Allah Swt. berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ أَنْ تَزُولا

Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap. (Fathir: 41)

Yakni agar jangan bergeser dari tempatnya masing-masing, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَيُمْسِكُ السَّمَاءَ أَنْ تَقَعَ عَلَى الأرْضِ إِلا بِإِذْنِهِ

Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya. (Al-Hajj: 65)

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالأرْضُ بِأَمْرِهِ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. (Ar-Rum: 25)

Adapun firman Allah Swt.:

وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ

dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Fathir: 41)

Artinya, tiada yang dapat mempertahankan kelestarian dan keutuhan keduanya selain Dia sendiri, dan Dia selain itu Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Dengan kata lain, Dia Maha Melihat tingkah laku hamba-hamba-Nya yang kafir dan durhaka kepada-Nya, namun Dia menyantuni mereka dan memberikan masa tangguh dan tempo bagi mereka untuk bertobat, dan Dia tidak segera mengazab mereka. Selain itu Dia memaafkan dan mengampuni sebagian yang lainnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Fathir: 41)

Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan ayat ini telah mengetengahkan sebuah hadis garib, bahkan munkar. Untuk itu dia mengatakan:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ الْجُنَيْدِ، حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنِي هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، عَنْ أُمَيَّةَ بْنِ شِبْلٍ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، عَنْ عِكْرِمَة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْكِي عَنْ مُوسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ: "وَقَعَ فِي نَفْسِ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَامُ: هَلْ يَنَامُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فَأَرْسَلَ اللَّهُ إِلَيْهِ مَلَكًا، فَأَرَّقَهُ ثَلَاثًا ، وَأَعْطَاهُ قَارُورَتَيْنِ، فِي كُلِّ يَدٍ قَارُورَةٌ، وَأَمَرَهُ أَنْ يَحْتَفِظَ بِهِمَا. قَالَ: فَجَعَلَ يَنَامُ وَتَكَادُ يَدَاهُ تَلْتَقِيَانِ، ثُمَّ يَسْتَيْقِظُ فَيَحْبِسُ إِحْدَاهُمَا عَنِ الْأُخْرَى، حَتَّى نَامَ نَوْمَهُ، فَاصْطَفَقَتْ يَدَاهُ فَتَكَسَّرت الْقَارُورَتَانِ. قَالَ: ضَرَبَ اللَّهُ لَهُ مَثَلًا أَنَّ اللَّهَ لَوْ كَانَ يَنَامُ لَمْ تَسْتَمْسِكِ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ".

telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Yusuf, dari Umayyah ibnu Sahl, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda menceritakan perihal Nabi Musa a.s. yang saat itu Nabi Saw. berada di atas mimbarnya: bahwa dalam hati Nabi Musa pernah terdetik suatu pertanyaan, apakah Allah Swt. tidur? Maka Allah Swt. mengirimkan malaikat kepada Musa untuk memberikan dua buah botol kaca, lalu membuatnya mengantuk; masing-masing tangan memegang sebuah botol. Lalu malaikat itu memerintahkan kepada Musa agar menjaga kedua botol itu jangan sampai pecah. Maka Musa pun tertidur dan hampir saja kedua botol yang dipegangnya itu beradu. Tetapi keburu ia terbangun, lalu ia menahan kedua botol itu agar tidak beradu. Akan tetapi, tidak lama kemudian ia tertidur lagi dan kedua botol itu beradu hingga pecah. Allah Swt. melakukan hal itu terhadap Musa sebagai tamsil, bahwa sesungguhnya bila Allah tidur, niscaya bumi dan langit ini tidak dapat ditahan.

Makna lahiriah hadis ini menunjukkan bukan sebagai hadis yang marfu', bahkan termasuk salah satu dari kisah Israiliyat yang munkar. Karena sesungguhnya merupakan suatu hal yang mustahil bila Nabi Musa mempunyai prasangka bahwa Allah tidur. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman di dalam kitab-Nya (Al-Qur'an) yang mulia:

الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ

Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nyalah apa yang di langit dan di bumi. (Al-Baqarah: 255)

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan sebuah hadis melalui Abu Musa Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"إِنَّ اللَّهَ لَا يَنَامُ، وَلَا يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَنَامَ، يُخْفِضُ القِسْطَ وَيَرْفَعُهُ، يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ اللَّيْلِ، حِجَابُهُ النُّورُ أَوِ النَّارُ، لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سبُحات وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ".

Sesungguhnya Allah Swt. tidak tidur dan tidak layak bagi-Nya tidur; Dia merendahkan neraca dan meninggikannya; dilaporkan kepada-Nya amal pebuatan di malam hari sebelum siang hari, dan amal siang hari sebelum malam hari, tirai-Nya adalah nur atau api. Seandainya Dia membuka tirai-Nya, niscaya kesucian Zat-Nya dapat membakar habis semua makhluk yang terjangkau oleh penglihatan-Nya.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abu Wa'il yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Maka Ibnu Mas'ud bertanya, "Darimanakah kamu tiba?" Ia menjawab, "Dari negeri Syam." Ibnu Mas'ud bertanya, "Siapa yang kamu jumpai di sana?" Ia menjawab, "Ka'b." Ibnu Mas'ud bertanya, "Apakah yang diceritakan olehnya kepadamu?" Ia menjawab, bahwa Ka'b mengatakan kepadanya, "Langit itu berputar di atas pundak seorang malaikat," Ibnu Mas'ud bertanya kepada lelaki itu, "Apakah kamu membenarkannya ataukah mendustakannya?" Lelaki itu menjawab, "Saya tidak mendustakannya dan tidak pula membenarkannya." Ibnu Mas'ud berkata, "Sekiranya saja engkau tebus perjalananmu itu kepada Ka'b dengan kendaraan dan bekalmu (yakni tidak pergi ke sana). Ka'b dusta, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. (Fathir: 41)

Sanad asar ini sahih sampai kepada Ka'b dan juga Ibnu Mas'ud. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ibnu Humaid, dari Jarir, dari Mugirah, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Jundub Al-Bajali datang kepada Ka'b di Syam, lalu disebutkan asar yang semisal.

Sesungguhnya saya pernah membaca hasil karya pena Al-Faqih Yahya ibnu Ibrahim ibnu Muzayyan At-Tulaitali yang diberi judul ASairul Fuqaha, diketengahkan asar tersebut dari Muhammad ibnu Isa ibnut Taba', dari Waki', dari A'masy dengan lafaz yang sama. Kemudian disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Zaunan alias Abdul

Malik ibnul Husain, dari Ibnu Wahb, dari Malik yang mengatakan bahwa langit itu tidak berputar, lalu ia memperkuat pendapatnya ini dengan dalil ayat ini dan sebuah hadis yang mengatakan:

"إِنَّ بِالْمَغْرِبِ بَابًا لِلتَّوْبَةِ لَا يَزَالُ مفتوحا حتى تطلع الشمس منه"

Sesungguhnya di ufuk barat terdapat pintu tobat yang masih tetap dalam keadaan terbuka, hingga matahari terbit dari arahnya.

Menurut hemat saya hadis ini sahih, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ لَئِن جَآءَهُمْ نَذِيرٌۭ لَّيَكُونُنَّ أَهْدَىٰ مِنْ إِحْدَى ٱلْأُمَمِ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُمْ نَذِيرٌۭ مَّا زَادَهُمْ إِلَّا نُفُورًا 42

(42) Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran),

(42) 

Allah Swt. menceritakan perihal kaum Quraisy dan orang-orang Arab, bahwa mereka bersumpah dengan menyebut nama Allah dengan sumpah yang sekuat-kuatnya sebelum Rasul diutus kepada mereka; bahwa sesungguhnya jika rasul itu datang kepada mereka memberi peringatan, tentulah mereka akan menjadi salah satu umat yang paling mendapat petunjuk dibandingkan dengan umat-umat lainnya yang para utusan terdahulu pernah diutus kepada mereka. Demikianlah menurut pendapat Ad-Dahhak. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ

أَيْ: مِنْ جَمِيعِ الْأُمَمِ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمُ الرُّسُلُ. قَالَهُ الضَّحَّاكُ وَغَيْرُهُ، كَقَوْلِهِ تَعَالَى:

أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنزلَ الْكِتَابُ عَلَى طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا لَوْ أَنَّا أُنزلَ عَلَيْنَا الْكِتَابُ لَكُنَّا أَهْدَى مِنْهُمْ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَّبَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَصَدَفَ عَنْهَا

(Kami turunkan Al-Qur'an itu) agar kamu (tidak) mengatakan bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami, dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca. Atau agar kamu (tidak) mengatakan, "Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka.” Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya? (Al-An'am: 156-157)

وَإِنْ كَانُوا لَيَقُولُونَ لَوْ أَنَّ عِنْدَنَا ذِكْرًا مِنَ الأوَّلِينَ لَكُنَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ فَكَفَرُوا بِهِ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Sesungguhya mereka benar-benar akan berkata, "Kalau sekiranya di sisi kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, benar-benar kami akan menjadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa).” Tetapi mereka mengingkarinya (Al-Qur'an); maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). (As-Saffaat: 167-17)

Adapun firman Allah Swt.:

فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ

Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan. (Fathir: 42)

Yaitu Nabi Muhammad Saw. dengan membawa Kitab yang mulia (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya.

مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا

maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran). (Fathir: 42)

Maksudnya, tidak menambahkan kepada mereka selain kekafiran di samping kekafiran yang telah ada pada diri mereka. Kemudian dalam firman selanjutnya dijelaskan:

اسْتِكْبَارًا فِي الأرْضِ

karena kesombongan (mereka) di muka bumi. (Fathir: 43)

Yakni mereka sombong tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah.

وَمَكْرَ السَّيِّئِ

dan karena rencana (mereka) yang jahat. (Fathir: 43)

Yaitu mereka membuat makar terhadap orang lain dengan cara menghalang-halangi mereka dari mengikuti jalan Alah.

وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri (Fathir: 43)

Dengan kata lain, barang siapa yang menggali lubang, dia sendiri yang terjerumus ke dalamnya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذَكَرَ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي زَكَرِيَّا الْكُوفِيِّ عَنْ رَجُلٍ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِيَّاكَ وَمَكْرَ السَّيِّئِ، فَإِنَّهُ لَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ، وَلَهُمْ مِنَ اللَّهِ طَالِبٌ"،

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Ali ibnul Husain mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Zakaria Al-Kufi, dari seorang lelaki yang menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kamu membuat makar yang jahat, karena sesungguhnya makar (rencana) yang jahat itu tidak menimpa kecuali orang yang merencakannya sendiri, dan mereka akan dituntut oleh Allah.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi pernah mengatakan bahwa ada tiga perkara yang barang siapa mengerjakannya tidak akan selamat kecuali bila meninggalkannya, yaitu rencana jahat, zalim, dan melanggar janji. Hal yang membenarkannya dari Kitabullah ialah firman Allah Swt.: Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. (Fathir: 43) sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri. (Yunus: 23) Dan firman Allah Swt.: maka barang siapa yang melanggar janjinya, maka akibat pelanggaran janjinya itu akan menimpa dirinya sendiri. (Al-Fat-h: 1)

**************

Adapun firman Allah Swt.:

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ

Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. (Fathir: 43)

Artinya, siksaan Allah yang akan menimpa diri mereka akibat mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang mereka yang membawa perintah Allah Swt.

فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا

Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah. (Fathir: 43)

Sunnah Allah tidak dapat diubah dan tidak dapat pula diganti, melainkan ia akan tetap berjalan seperti apa yang telah ditetapkan-Nya di tempat mana pun orang yang mendustakan Allah berada.

وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا

dan sekali-sekali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (Fathir: 43)

Dengan kata lain, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya. (Ar-Ra'd: 11)

Yakni tiada yang dapat menghilangkannya atau mengalihkannya dari mereka selain Allah Swt. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


ٱسْتِكْبَارًۭا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَكْرَ ٱلسَّيِّئِ ۚ وَلَا يَحِيقُ ٱلْمَكْرُ ٱلسَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِۦ ۚ فَهَلْ يَنظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ ٱلْأَوَّلِينَ ۚ فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَبْدِيلًۭا ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَحْوِيلًا 43

(43) karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.

(43) 

Kemudian dalam firman selanjutnya dijelaskan:

اسْتِكْبَارًا فِي الأرْضِ

karena kesombongan (mereka) di muka bumi. (Fathir: 43)

Yakni mereka sombong tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah.

وَمَكْرَ السَّيِّئِ

dan karena rencana (mereka) yang jahat. (Fathir: 43)

Yaitu mereka membuat makar terhadap orang lain dengan cara menghalang-halangi mereka dari mengikuti jalan Alah.

وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ

Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri (Fathir: 43)

Dengan kata lain, barang siapa yang menggali lubang, dia sendiri yang terjerumus ke dalamnya.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذَكَرَ عَلِيُّ بْنُ الْحُسَيْنِ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي زَكَرِيَّا الْكُوفِيِّ عَنْ رَجُلٍ حَدَّثَهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِيَّاكَ وَمَكْرَ السَّيِّئِ، فَإِنَّهُ لَا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ ، وَلَهُمْ مِنَ اللَّهِ طَالِبٌ"،

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Ali ibnul Husain mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Zakaria Al-Kufi, dari seorang lelaki yang menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Janganlah kamu membuat makar yang jahat, karena sesungguhnya makar (rencana) yang jahat itu tidak menimpa kecuali orang yang merencakannya sendiri, dan mereka akan dituntut oleh Allah.

Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi pernah mengatakan bahwa ada tiga perkara yang barang siapa mengerjakannya tidak akan selamat kecuali bila meninggalkannya, yaitu rencana jahat, zalim, dan melanggar janji. Hal yang membenarkannya dari Kitabullah ialah firman Allah Swt.: Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. (Fathir: 43) sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri. (Yunus: 23) Dan firman Allah Swt.: maka barang siapa yang melanggar janjinya, maka akibat pelanggaran janjinya itu akan menimpa dirinya sendiri. (Al-Fat-h: 1)

**************

Adapun firman Allah Swt.:

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ

Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. (Fathir: 43)

Artinya, siksaan Allah yang akan menimpa diri mereka akibat mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang mereka yang membawa perintah Allah Swt.

فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا

Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah. (Fathir: 43)

Sunnah Allah tidak dapat diubah dan tidak dapat pula diganti, melainkan ia akan tetap berjalan seperti apa yang telah ditetapkan-Nya di tempat mana pun orang yang mendustakan Allah berada.

وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا

dan sekali-sekali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (Fathir: 43)

Dengan kata lain, semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ

Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya. (Ar-Ra'd: 11)

Yakni tiada yang dapat menghilangkannya atau mengalihkannya dari mereka selain Allah Swt. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


أَوَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَيَنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَكَانُوٓا۟ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةًۭ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعْجِزَهُۥ مِن شَىْءٍۢ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلْأَرْضِ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًۭا قَدِيرًۭا 44

(44) Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

(44) 

Allah Swt. berfirman, "Hai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang yang mendustakan risalah yang engkau sampaikan kepada mereka, hendaklah mereka berjalan di muka bumi dan memperhatikan bagaimanakah kesudahan yang menimpa orang-orang yang telah mendustakan para rasul. Bagaimanakah Allah menghancurkan mereka, dan bagi orang-orang kafir akan mendapat siksaan yang serupa, maka akan menjadi sepi dan lengganglah tempat-tempat tinggal mereka karena mereka semuanya dibinasakan dan semua kenikmatan dan harta benda yang mereka miliki dirampas, padahal sebelum itu mereka kuat dan memiliki persenjataan dan bilangan personel yang kuat pula. Mereka juga memiliki banyak anak yang mendukung mereka, tetapi semuanya itu tidak dapat memberikan manfaat apa pun kepada mereka, tidak pula dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah barang sedikitpun, manakala azab Allah datang menimpa mereka. Karena sesungguhnya Allah Swt. apabila perintah (azab)-Nya telah ditetapkan, baik di langit maupun di bumi, tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan (mencegah)-Nya".

إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Fathir: 44)

Yakni Maha Mengetahui semua makhluk yang ada, lagi Mahakuasa atas kesemuanya. Kemudian Allah Swt. berfirman:

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَى ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ

Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun. (Fathir: 45)

Yaitu sekiranya Allah menghukum mereka karena dosa-dosa mereka, tentulah akan binasa semua penduduk langit dan bumi dan segala sesuatu yang dimiliki oleh mereka berupa hewan ternak (harta kekayaan) dan sumber-sumber penghidupan mereka.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Saurr, dari Abu Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah yang mengatakan bahwa hampir saja serangga tanah disiksa di dalam liangnya karena dosa yang dilakukan oleh anak manusia. Kemudian Abdullah (Ibnu Mas'ud r.a.) membaca firman-Nya: Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun. (Fathir: 45)

Sa'id ibnu Jubair dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun. (Fathir: 45) Yakni niscaya Allah tidak memberi mereka air hujan, akhirnya semua hewan melata pun binasa semuanya.

*************

وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى

Akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu. (Fathir: 45)

Maksudnya, Allah menangguhkan mereka sampai hari kiamat, lalu Dia akan menghisab mereka di hari itu dan setiap orang akan mendapat balasan dari amal perbuatannya. Orang yang taat akan mendapat pahala, sedangkan orang yang durhaka akan mendapat azab dan siksaan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا

maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (Fathir: 45)

Demikianlah akhir tafsir surat Fathir, segala puji dan karunia adalah milik Allah semata.