43 - الزخرف - Az-Zukhruf

Juz : 25

Ornaments of gold
Meccan

وَمَا نُرِيهِم مِّنْ ءَايَةٍ إِلَّا هِىَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا ۖ وَأَخَذْنَٰهُم بِٱلْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 48

(48) Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

(48) 

وَمَا نُرِيهِمْ مِنْ آيَةٍ إِلا هِيَ أَكْبَرُ مِنْ أُخْتِهَا

Dan tidaklah Kami memperlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar daripada mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. (Az-Zukhruf:48)

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal hamba dan rasul-Nya Musa a.s, bahwa Allah Swt. telah mengutusnya kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya yang terdiri dari para amir, para patih, para panglima prajuritnya, juga semua rakyat yang terdiri dari bangsa Egipt dan bangsa Bani Israil. Musa diperintahkan untuk menyeru mereka menyembah Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan melarang mereka menyembah selain-Nya. Dan Allah Swt. memberinya berbagai mukjizat yang luar biasa, seperti tangannya yang menjadi putih menyilaukan, tongkatnya, dan banjir, juga belalang, kutu, katak, dan darah. Selain itu juga mukjizat yang menjadikan mereka mengalami kekurangan pangan dan buah-buahan serta banyak jiwa yang mati. Sekalipun ada semua mukjizat tersebut, mereka menyombongkan dirinya dan tidak mau mengikutinya serta tidak mau tunduk kepadanya. Bahkan mereka mendustakannya, mengejeknya, dan menertawakan rasul yang mendatangkan mukjizat-mukjizat itu kepada mereka.

وَأَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan Kami timpakan kepada mereka azab supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). (Az-Zukhruf:48)

Sekalipun demikian, mereka tetap tidak mau sadar dari kesesatan dan kebodohannya. Dan setiap kali datang kepada mereka salah satu dari mukjizat-mukjizat tersebut, mereka merendahkan diri meminta kepada Musa seraya memohon belas kasihannya, melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:



وَقَالُوا۟ يَٰٓأَيُّهَ ٱلسَّاحِرُ ٱدْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ 49

(49) Dan mereka berkata: "Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk.

(49) 

وَقَالُوا يَا أَيُّهَ السَّاحِرُ ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ إِنَّنَا لَمُهْتَدُونَ

Dan mereka berkata: "Hai ahli sihir, berdoalah kepada Tuhanmu untuk (melepaskan) kami sesuai dengan apa yang telah dijanjikan-Nya kepadamu; sesungguhnya kami (jika doamu dikabulkan) benar-benar akan menjadi orang yang mendapat petunjuk. (Az-Zukhruf:49)

Yang dimaksud dengan ahli sihir ialah orang yang 'alim (pandai). Demikianlah menurut Ibnu Jarir, karena ulama di masa mereka adalah para ahli sihir. Di masa itu sihir bukan merupakan suatu hal yang tercela di kalangan mereka. Dan ungkapan ini bukan mereka maksudkan untuk merendahkan Musa a.s.karena keadaannya adalah keadaan darurat, mereka sangat memerlukan pertolongan Musa, sehingga tidak tepat bila ungkapan ini diartikan merendahkan kedudukan Musa a.s. Bahkan ungkapan ini merupakan suatu kehormatan dan kemuliaan bagi Musa dari mereka, menurut keyakinan mereka.

Setiap kali mereka tertimpa azab dari mukjizat itu, mereka berjanji kepada Musa a.s. bahwa jika Musa dapat melenyapkan azab itu dari mereka, maka mereka bersedia untuk beriman kepadanya dan melepaskan kaum Bani Israil pergi bersamanya. Tetapi setiap kali janji itu terpenuhi, mereka selalu memungkiri apa yang telah mereka janjikan kepadanya. Hal ini sebagaimana yang disebutkan di dalam firman berikut:

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ. وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ. فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُمْ بَالِغُوهُ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ

Maka Kami kirimkan kepada mereka topan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu), mereka pun berkata, Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dari kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya. (Al-A'raf:133-135)


فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ ٱلْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنكُثُونَ 50

(50) Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya).

(50) 

فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الْعَذَابَ إِذَا هُمْ يَنْكُثُونَ

Maka tatkala Kami hilangkan azab itu dari mereka, dengan serta merta mereka memungkiri (janjinya)(Az-Zukhruf:50)


وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِى قَوْمِهِۦ قَالَ يَٰقَوْمِ أَلَيْسَ لِى مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ ٱلْأَنْهَٰرُ تَجْرِى مِن تَحْتِىٓ ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ 51

(51) Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?

(51) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan keadaan Fir'aun dan pembangkangan, keingkaran, kekafiran, dan kesewenang-wenangannya; bahwa dia mengumpulkan kaumnya, lalu berseru kepada mereka seraya memperagakan dan membangga-banggakan dirinya sebagai raja negeri Mesir yang tunduk di bawah pengaturannya:

أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَذِهِ الأنْهَارُ تَجْرِي مِنْ تَحْتِي

Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku. (Az-Zukhruf:51)

Qatadah mengatakan bahwa mereka memang mempunyai taman-taman dan sungai-sungai.

أَفَلا تُبْصِرُونَ

maka apakah kamu tidak melihat (nya)? (Az-Zukhruf:51)

Yakni tidakkah kalian melihat kebesaran dan kerajaan yang kumiliki? sedang­kan Musa dan para pengikutnya adalah orang-orang yang fakir lagi lemah. Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَحَشَرَ فَنَادَى. فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى. فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى

Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya, (seraya) berkata, Akulah Tuhanmu yang paling tinggi.”Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (An-Nazi'at:23-25)




أَمْ أَنَا۠ خَيْرٌۭ مِّنْ هَٰذَا ٱلَّذِى هُوَ مَهِينٌۭ وَلَا يَكَادُ يُبِينُ 52

(52) Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)?

(52) 

Firman Allah Swt. yang menyitir kata-kata Fir'aun:

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ

Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya) ? (Az-Zukhruf:52)

As-Saddi mengatakan bahwa Fir'aun mengatakan, Tidak, aku lebih baik daripada orang ini yang tidak dapat menjelaskan perkataannya.

Hal yang sama dikatakan oleh sebagian ulama Nahwu Basrah, bahwa am di sini mengandung makna bal. Dan pendapat ini dikuatkan dengan adanya apa yang diriwayatkan oleh Imam Farra dari sebagian ahli qira'at, bahwa dia membacanya:

أَمَا أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ

Ibnu Jarir menjawab bahwa seandainya qiraat ini benar, tentulah maknanya pun benar dan jelas, tetapi qiraat ini bertentangan dengan qiraat semua ulama yang ada di kota-kota besar Islam, karena sesungguhnya mereka membacanya seperti berikut:

أَمْ أَنَا خَيْرٌ مِنْ هَذَا الَّذِي هُوَ مَهِينٌ

Bukankah aku lebih baik daripada orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf:52)

dengan memakai istifham, yaitu am.

Menurut hemat kami, berdasarkan hipotesis mana pun kesimpulannya menunjukkan bahwa sesungguhnya yang dimaksud oleh Fir'aun tiada lain suatu pernyataan bahwa dirinya lebih baik dari Musa a.s. padahal kenyataannya Fir'aun dusta secara terang-terangan. Semoga laknat Allah terus menimpanya sampai hari kiamat.

Dan yang dimaksud dengan lafaz mahin, menurut Sufyan ialah rendah. Menurut Qatadah dan As-Saddi artinya lemah. Menurut Ibnu Jarir artinya tidak memiliki kerajaan, tidak memiliki pengaruh, dan tidak pula memiliki harta.

وَلا يَكَادُ يُبِينُ

dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf:52)

Yakni hampir tidak dapat berbicara dengan fasih, karena lisannya pelat.

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya). (Az-Zukhruf:52) Maksudnya, hampir saja tidak dipahami perkataanya.

Qatadah, As-Saddi, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa lisan Musa pelat.

Sufyan mengatakan bahwa pada lisan Musa terdapat luka bekas bara api saat ia memakan bara api semasa kecilnya.

Dan apa yang dikatakan oleh Fir'aun la 'natullah ini dusta dan buat-buatannya (rekayasanya) sendiri. Sesungguhnya yang mendorongnya berkata demikian hanyalah kekufuran dan keingkarannya, hal inilah yang menyebabkan dia memandang Musa a.s. dengan pandangan mata kekafiran dan kerendahan. Padahal sesungguhnya penampilan Musa a.s. sangat anggun dan mulia lagi berwibawa sehingga memukau pandangan orang-orang yang berakal sehat.

Ucapannya terhadap Musa a.s. sebagai seorang yang hina adalah dusta, justru dia sendirilah yang hina lagi rendah, baik dari segi penampilan, akhlak, maupun agamanya. Dan Musalah orang yang mulia, seorang pemimpin, benar, berbakti, lagi mendapat petunjuk. Dan ucapannya yang disitir oleh firman-Nya: dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (Az-Zukhruf:52) merupakan buat-buatan dan rekayasa Fir'aun pula yang ia tuduhkan kepada Musa a.s. Karena sekalipun lisan Musa benar mengalami sesuatu akibat dari bara api yang dikunyahnya, maka sesungguhnya dia telah memohon kepada Allah Swt. agar Dia melepaskan kesulitan lidahnya, supaya mereka dapat memahami perkataannya, Dan Allah Swt. mengabul­kan permintaannya itu, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى

Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa. (Thaha:36)

Seandainya masih ada sesuatu yang membekas pada lisannya yang tidak dimintakan olehnya agar dilenyapkan, seperti apa yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, maka sesungguhnya dia telah memohon kepada Allah agar dirinya dibebaskan dari akibat kepelatan lisannya dalam tugas menyampaikan dan memberi pengertian. Karena hal-hal yang timbul dari cacat kejadian yang merupakan hal yang di luar kekuasaan seorang hamba, maka ia tidak dicela dan tidak pula dicaci karenanya. Sedangkan Fir'aun sendiri sebagai seorang yang mempunyai pengertian dan akal, dia menyadari kenyataan ini. Dan sesungguhnya tujuannya ialah hendak mengelabui rakyatnya karena mereka terdiri dari orang-orang yang tidak mengerti.


فَلَوْلَآ أُلْقِىَ عَلَيْهِ أَسْوِرَةٌۭ مِّن ذَهَبٍ أَوْ جَآءَ مَعَهُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ مُقْتَرِنِينَ 53

(53) Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya?"

(53) 

Demikian pula ucapan Fir'aun yang disitir oleh firman-Nya:

فَلَوْلا أُلْقِيَ عَلَيْهِ أَسَاوِرَةٌ مِنْ ذَهَبٍ

Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang dari emas. (Az-Zukhruf:53)

Yang dimaksud dengan aswirah ialah perhiasan emas yang dikenakan di tangan alias gelang, demikianlah menurut Ibnu Abbas dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

أَوْ جَاءَ مَعَهُ الْمَلائِكَةُ مُقْتَرِنِينَ

atau malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya. (Az-Zukhruf:53)

Yakni para malaikat itu meluputinya, melayaninya, serta menjadi saksi akan kebenarannya. Fir'aun hanya memandang penampilan lahiriah saja dan tidak memahami rahasia maknawi yang seandainya dia mengerti jauh lebih jelas dan terang ketimbang pandangannya yang hanya sebatas lahiriah saja itu. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


فَٱسْتَخَفَّ قَوْمَهُۥ فَأَطَاعُوهُ ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَوْمًۭا فَٰسِقِينَ 54

(54) Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik.

(54) 

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ

Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az-Zukhruf:54)

Akal dan pemikiran kaumnya dangkal. Pada saat Fir'aun menyeru mereka kepada kesesatan, mereka langsung menaatinya dan menyambut seruannya.

إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا فَاسِقِينَ

Karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (Az-Zukhruf:54)


فَلَمَّآ ءَاسَفُونَا ٱنتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَٰهُمْ أَجْمَعِينَ 55

(55) Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

(55) 


Firman Allah Swt.:

فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ أَجْمَعِينَ

Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf:55)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya, Asafuna, mereka membuat Kami murka.

Ad-Dahak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang di maksud ialah mereka membuat Kami marah.

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya dari kalangan mufassirin.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنِ أَخِي ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنَا عَمِّي، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ مُسْلِمٍ التُّجِيبِيِّ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الْعَبْدَ مَا شَاءَ، وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيهِ، فَإِنَّمَا ذَلِكَ اسْتِدْرَاجٌ مِنْهُ لَهُ ثُمَّ تَلَا فَلَمَّا آسَفُونَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak keponakanku, telah menceritakan kepada kami pamanku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Uqbah ibnu Muslim At-Tajibi, dari Uqbah ibnu Amir r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kamu melihat seorang hamba mendapatkan sesuatu yang dikehendakinya dari Allah Swt., sedangkan si hamba yang bersangkutan tetap tenggelam dalam kemaksiatannya, maka sesungguhnya hal itu semata-mata hanyalah istidraj dari Allah terhadapnya. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf:55)

Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami Qais ibnur Rabi', dari Qais ibnu Muslim, dari Tariq ibnu Syihab yang mengatakan bahwa ketika ia sedang berada di rumah Abdullah ibnu Mas'ud r.a, lalu diceritakan kepadanya tentang kematian yang mendadak. Maka Ibnu Mas'ud berkata, Itu merupakan keringanan bagi orang mukmin, dan merupakan kekecewaan bagi orang kafir. Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membacakan firman-Nya: Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf:55)

Umar ibnu Abdul Aziz r.a. telah mengatakan bahwa ia menemukan makna azab bersamaan dengan keadaan lalai. Yang ia maksudkan adalah firman Allah Swt.: Maka tatkala mereka membuat Kami murka, kami menghukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). (Az-Zukhruf:55)


فَجَعَلْنَٰهُمْ سَلَفًۭا وَمَثَلًۭا لِّلْءَاخِرِينَ 56

(56) dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.

(56) 

Adapun firman Allah Swt.:

فَجَعَلْنَاهُمْ سَلَفًا وَمَثَلا لِلآخِرِينَ

dan Kami jadikan mereka sebagai pelajaran dan contoh bagi orang-orang yang kemudian. (Az-Zukhruf:56)

Abu Mijlaz mengatakan, makna yang dimaksud ialah sebagai pelajaran dan contoh bagi orang yang melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh mereka. Abu Mijlaz dan Mujahid mengatakan bahwa matsalan artinya pelajaran bagi orang-orang yang sesudah mereka (agar tidak mengerjakan seperti apa yang telah dilakukan oleh mereka).


وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ 57

(57) Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamnaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.

(57) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang kebandelan orang-orang Quraisy dalam kekafirannya dan kesengajaan mereka bersikap ingkar dan mendebat Nabi Saw.

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quarisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57)

Bukan hanya seorang telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Mujahid, Ikrimah, As-Saddi, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka tertawa, yakni merasa heran dengan perumpamaan tersebut. Qatadah mengatakan bahwa mereka merasa tekejut dengan perumpamaan itu, lalu tertawa. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa mereka berpaling darinya.

Latar belakang turunnya ayat ini seperti yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah disebutkan bahwa menurut berita yang sampai kepadanya, pada suatu hari Rasulullah Saw. duduk bersama Al-Walid ibnul Mugirah di dalam Masjidil Haram. Lalu datanglah An-Nadr ibnul Haris yang langsung bergabung dengan mereka di majelis itu, dan di dalam majelis tersebut terdapat banyak lelaki dari kaum Quraisy.

Maka Rasulullah Saw. membuka pembicaraan, tetapi pembicaraannya di tentang oleh An-Nadr ibnul Haris. Maka Rasulullah Saw. membalasnya hingga mengalahkannya, lalu beliau Saw. membacakan kepada An-Nadr ibnul Haris dan juga kepada mereka firman Allah Swt.:

إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ أَنْتُمْ لَهَا وَارِدُونَ

Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), dan beberapa ayat berikutnya.

Kemudian Rasulullah Saw. bangkit, dan saat itu datanglah Abdullah ibnuz Zaba'ri At-Tamimi, lalu ikut bergabung ke dalam mejelis tersebut. Maka Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepadanya, "Demi Allah, An-Nadr ibnul Haris tidak mau berdiri untuk anak Abdul Muttalib (maksudnya Nabi Saw.) dan tidak mau pula duduk (dengannya). Sesungguhnya Muhammad menduga bahwa kita dan apa yang kita sembah selain Allah ini akan menjadi umpan neraka Jahanam."

Abdullah ibnuz Zaba'ri berkata, "Ingatlah, demi Allah; seandainya aku menjumpainya, niscaya aku debat dia. Tanyakanlah kepada Muhammad, 'Apakah semua yang disembah selain Allah dimasukkan ke dalam Jahanam bersama para pengabdinya?' Kita menyembah para malaikat, orang-orang Yahudi menyembah Uzair, dan orang-orang Nasrani menyembah Al-Masih Isa ibnu Maryam."

Maka merasa heranlah Al-Walid bersama orang-orang yang ada di dalam majelis itu terhadap ucapan Abdullah ibnuz Zaba'ri, dan mereka berpandangan bahwa Abdullah ibnuz Zaba'ri telah mendebat dan mengalahkan alasan Muhammad.

Lalu hal tersebut diceritakan kepada Rasulullah Saw, maka beliau Saw. bersabda:

"كُلُّ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُعْبَدَ مِنْ دُونِ اللَّهِ، فَهُوَ مَعَ مَنْ عَبَدَهُ، فَإِنَّهُمْ إِنَّمَا يَعْبُدُونَ الشَّيْطَانَ وَمَنْ أَمَرَهُمْ بِعِبَادَتِهِ"

Barang siapa yang senang dirinya disembah selain Allah, maka dia bersama dengan orang-orang yang menyembahnya. Dan sesungguhnya yang mereka sembah itu hanyalah setan dan orang-orang yang memerintahkan kepada mereka untuk menyembahnya.

Lalu turunlah firman Allah Swt.:

إِنَّ الَّذِينَ سَبَقَتْ لَهُمْ مِنَّا الْحُسْنَى أُولَئِكَ عَنْهَا مُبْعَدُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah ada untuk mereka ketetapan yang baik dari Kami, mereka itu dijauhkan dari neraka. (Al-Anbiya: 11)

Yaitu Isa dan Uzair serta orang-orang yang disembah lainnya bersama keduanya dari kalangan para rahib dan para pendeta yang telah menjalani masa hidupnya dalam ketaatan kepada Allah Swt. Lalu oleh orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan orang-orang yang sesat, mereka dijadikan sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

Telah disebutkan pula di dalam Al-Qur'an yang mengisahkan bahwa mereka menyembah para malaikat yang mereka anggap sebagai anak-anak perempuan Allah, yaitu melalui firman-Nya:

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ

Dan mereka bekata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Mahasuci Allah Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. (Al-Anbiya: 26)

Disebutkan pula perihal Isa a.s, bahwa dia disembah selain Allah. Maka Al-Walid dan orang-orang yang ada di dalam majelis itu merasa kagum dengan hujah dan alasan yang dikemukakan oleh Abdullah ibnuz Zaba'ri.

وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ

Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57)

Yakni mereka menyoraki ucapanmu itu. kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya perihal Isa a.s.:

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ. وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ. وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ

Ia tiada lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan kalau kami kehendaki. benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf 59-61)

Yakni mukjizat-mukjizat yang telah diberikan kepadanya, seperti menghidupkan orang-orang yang mati dan menyembuhkan segala macam penyakit; hal itu sudah cukup sebagai bukti yang menunjukkan akan pengetahuan tentang hari kiamat. Dalam firman berikutnya disebutkan:

فَلا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus. (Az-Zukhruf: 61)

Ibnu Jarir menyebutkan melalui riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Yakni kaum Quraisy. Dan tatkala disebutkan kepada mereka firman-Nya: Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam, kamu pasti masuk ke dalamnya. (Al-Anbiya: 98), hingga beberapa ayat sesudahnya. Maka orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi Saw, "Siapakah Ibnu Maryam itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Mereka berkata, "Demi Allah, tiada yang dikehendaki oleh orang ini melainkan agar kita menjadikannya sebagai tuhan, sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan Isa putra Maryam sebagai tuhan yang disembah mereka." Maka Allah Swt. berfirman: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasym ibnul Qasim, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Razin, dari Abu Yahya maula Ibnu Aqil Al-Ansari yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku mengetahui suatu ayat dari Al-Qur'an (makna yang dimaksud olehnya) tiada seorang pun yang menanyakannya kepadaku. Dan aku tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahuinya hingga mereka tidak menanyakannya, ataukah memang mereka tidak mengetahuinya yang karenanya mereka tidak menanyakannya?" Kemudian Ibnu Abbas r.a. melanjutkan pembicaraannya dengan kami, dan ketika ia bangkit meninggalkan kami, maka kami saling mencela di antara sesama kami, mengapa kami tidak menanyakan tentang ayat itu. Lalu aku (Abu Yahya) berkata, "Akulah yang akan menanyakannya besok." Dan pada keesokan harinya aku bertanya, "Hai Ibnu Abbas, kemarin engkau mengatakan bahwa ada suatu ayat Al-Qur'an yang tiada seorang pun menanyakannya kepadamu, sedangkan engkau tidak mengetahui apakah orang lain telah mengetahui (makna)nya ataukah mereka tidak mengetahuinya." Aku melanjutkan pertanyaanku, "Maka ceritakanlah kepadaku tentang ayat tersebut dan ayat yang telah engkau baca sebelumnya." Ibnu Abbas r.a. bersedia, lalu ia mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada orang-orang Quraisy:

"يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ، إِنَّهُ لَيْسَ أَحَدٌ يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ فِيهِ خَيْرٌ"

Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tiada seorang pun yang disembah selain Allah terdapat kebaikan pada dirinya.

Dan orang-orang Quraisy telah mengetahui bahwa orang-orang Nasrani menyembah Isa putra Maryam dan pendapat mereka terhadap Muhammad Saw. Maka mereka mengatakan, "Hai Muhammad, bukankah engkau mengira bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah yang saleh? Maka jika engkau benar, dia adalah tuhan mereka seperti apa yang dikatakan oleh mereka." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57) Aku bertanya, "Apakah arti yasiduna?" Ibnu Abbas menjawab, "Mereka tertawa karenanya." Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Az-Zukhruf: 61) Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah munculnya Isa putra Maryam a.s. sebelum hari kiamat.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ya'qub Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Ahmad maula Al-Ansar, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda: Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya tiada seorang pun yang di sembah selain Allah pada dirinya terkandung kebaikan. Maka mereka mengatakan kepadanya, "Bukankah engkau meyakini bahwa Isa putra Maryam adalah seorang nabi dan hamba Allah yang saleh yang juga disembah selain dari Allah? Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan, tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. (Az-Zukhruf: 57)

Mujahid sehubungan dengan ayat ini mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, orang-orang Quraisy mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad menginginkan agar dirinya disembah oleh kita sebagaimana Isa disembah oleh kaumnya." Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah.


وَقَالُوٓا۟ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ ۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًۢا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ 58

(58) Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.

(58) 

Firman Allah Swt.:

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ

Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia?” (Az-Zukhruf: 58)

Qatadah mengatakan bahwa orang-orang Quraisy mengatakan, "Tuhan-tuhan kami lebih baik daripada dia."

Qatadah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini dengan bacaan berikut:

"وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هَذَا"

Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau ini?”

Yang mereka maksudkan adalah Muhammad Saw.

Firman selanjutnya:

مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا

Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja. (Az-Zukhruf: 58)

Yakni dengan tujuan membantah, padahal mereka mengetahui bahwa Isa tidak termasuk ke dalam pengertian ayat, karena ungkapannya memakai kata yang ditujukan kepada yang tidak berakal alias benda mati, yaitu firman Allah Swt.

إِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَصَبُ جَهَنَّمَ

Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahanam. (Al-Anbiya: 98)

Kemudian khitab ini ditujukan kepada orang-orang Quraisy, dan mereka tiada lain hanyalah penyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka ada-adakan. Mereka sama sekali bukan penyembah Al-Masih, dan itu tidak mungkin termasuk ke dalam pengertian ini. Karena itulah maka ucapan mereka tiada lain hanya semata-mata sebagai bantahan dari mereka, bukan berarti mereka meyakini kebenarannya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي غَالِبٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوا عَلَيْهِ، إِلَّا أُورِثُوا الْجَدَلَ"، ثُمَّ تَلَا هَذِهِ الْآيَةَ: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Dinar, dari Abu Galib, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidak sekali-kali suatu kaum sesat sesudah mendapat petunjuk yang telah ada di kalangan mereka, melainkan akan diwariskan kepada mereka suka berbantah. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58)

Imam Turmuzi, Imam Ibnu Majah, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini melalui Hajjaj ibnu Dinar dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih, kami tidak mengenalnya melainkan melalui riwayat Hajjaj ibnu Dinar. Demikianlah menurut apa yang dikatakannya.

Hadis yang semisal diriwayatkan pula melalui jalur lain dari Abu Umamah r.a. dengan sedikit tambahan. Untuk itu Ibnu Abu Hatim mengatakan:

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ عَيَّاشٍ الرَّمْلِيُّ، حَدَّثَنَا مؤمَّل، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، أَخْبَرَنَا ابْنُ مَخْزُومٍ، عَنِ الْقَاسِمِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الشَّامِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ -قَالَ حَمَّادٌ: لَا أَدْرِي رَفَعَهُ أَمْ لَا؟ -قَالَ: مَا ضَلَّتْ أُمَّةٌ بَعْدَ نَبِيِّهَا إِلَّا كَانَ أَوَّلَ ضَلَالِهَا التَّكْذِيبُ بِالْقَدَرِ، وَمَا ضَلَّتْ أُمَّةٌ بَعْدَ نَبِيِّهَا إِلَّا أُعْطُوا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ: مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Iyasy Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ibnu Makhzum, dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman As-Sami, dari Abu Umamah r.a. —Hammad mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apakah Abu Umamah me-rafa'-kan hadis ini atau tidak—disebutkan: Tidak sekali-kali suatu umat sesat sepeninggal nabinya, melainkan mula-mula kesesatan yang dilakukannya ialah mendustakan takdir. Dan tidak sekali-kali suatu umat sesat sepeninggal nabinya, melainkan mereka akan diberi berbantah-bantahan (suka membantah kebenaran). Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58)

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبَّادِ بْنِ عَبَّادٍ، عَنْ جَعْفَرٍ، عَنِ الْقَاسِمِ ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يَتَنَازَعُونَ فِي الْقُرْآنِ، فَغَضِبَ غَضَبًا شَدِيدًا حَتَّى كَأَنَّمَا صُبَّ عَلَى وَجْهِهِ الْخَلُّ، ثُمَّ قَالَ: "لَا تَضْرِبُوا كِتَابَ اللَّهِ بَعْضَهُ بِبَعْضٍ، فَإِنَّهُ مَا ضَلَّ قَوْمٌ قَطُّ إِلَّا أُوتُوا الْجَدَلَ"، ثُمَّ تَلَا مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلا جَدَلا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, dari Ubadah ibnu Abbad, dari Ja'far, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. keluar menemui orang-orang yang saat itu sedang berbantah-bantahan mengenai Al-Qur'an. Maka beliau Saw. marah dengan kemarahan yang sangat sehingga seakan-akan seperti dituangkan cuka pada wajah beliau Saw, lalu beliau Saw. bersabda: Janganlah kalian mengadukan sebagian Kitabullah dengan sebagian yang lain. Karena sesungguhnya tidak sekali-kali suatu kaum sesat, melainkan diberikan kepada mereka suka membantah. Kemudian beliau Saw. membaca firman-Nya: Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu, melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (Az-Zukhruf: 58)


إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَٰهُ مَثَلًۭا لِّبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ 59

(59) Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani lsrail

(59) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepada nya nikmat. (Az-Zukhruf: 59)

Yakni tiada lain Isa adalah seorang hamba Allah Swt. yang telah diberi karunia kenabian dan kerasulan dari-Nya.

وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59)

Yaitu sebagai bukti, alasan, dan keterangan yang menunjukkan kekuasaan Kami terhadap apa yang Kami kehendaki.


وَلَوْ نَشَآءُ لَجَعَلْنَا مِنكُم مَّلَٰٓئِكَةًۭ فِى ٱلْأَرْضِ يَخْلُفُونَ 60

(60) Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun.

(60) 

Firman Allah Swt.:

وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ أَيْ: بَدَلَكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ

Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi malaikat-malaikat yang turun temurun. (Az-Zukhruf: 60)

As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti kalian di muka bumi.

Ibnu Abbas r.a. mengatakan —juga Qatadah— bahwa makna yang dimaksud ialah sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain, sebagaimana sebagian dari kalian mengganti sebagian yang lain.

Pendapat ini pada garis besarnya sama dengan pendapat yang pertama.

Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menjadi pengganti dari kalian dalam meramaikan bumi.