52 - الطور - At-Tur
The Mount
Meccan
أَفَسِحْرٌ هَٰذَآ أَمْ أَنتُمْ لَا تُبْصِرُونَ 15
(15) Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat?
(15)
أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ
Maka apakah ini sihir? Ataukah kamu tidak melihat. (Ath-Thur: 15)
ٱصْلَوْهَا فَٱصْبِرُوٓا۟ أَوْ لَا تَصْبِرُوا۟ سَوَآءٌ عَلَيْكُمْ ۖ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 16
(16) Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa yang telah kamu kerjakan.
(16)
اصْلَوْهَا
Masuklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya). (Ath-Thur: 16)
Yaitu masukilah neraka ini dan rasakanlah panas apinya yang membakar kalian dari semua arah.
فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ
maka baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu. (Ath-Thur: 16)
Yakni baik kamu bersabar mengalami azab dan siksanya ataukah tidak sabar, tiadajalan lain bagi kalian darinya dan kalian tidak dapat menghindar darinya.
إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
sesungguhnya kamu hanya diberi apa yang telah kamu kerjakan. (Ath-Thur: 16)
Allah tidak akan berbuat aniaya terhadap seorang pun, bahwa masing-masing mendapat balasan sesuai amal perbuatannya.
إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍۢ وَنَعِيمٍۢ 17
(17) Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan,
(17)
Allah Swt. menceritakan keadaan orang-orang yang berbahagia. Untuk itu Dia berfirman:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَنَعِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan. (Ath-Thur: 17)
Demikian itu kebalikan dari apa yang dialami oleh orang-orang yang berada dalam azab dan siksaan di neraka.
فَٰكِهِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمْ رَبُّهُمْ وَوَقَىٰهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ ٱلْجَحِيمِ 18
(18) mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka.
(18)
فَاكِهِينَ بِمَا آتَاهُمْ رَبُّهُمْ
mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. (Ath-Thur: 18)
Yakni mereka bersenang-senang dengan kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. kepada mereka berupa berbagai nikmat yang tak terperikan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat-tempat tinggal, kendaraan-kendaraan, dan lain-lainnya.
وَوَقَاهُمْ رَبُّهُمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Ath-Thur: 18)
Allah Swt. telah menyelamatkan mereka dari azab neraka, dan itu merupakan nikmat tersendiri selain dari nikmat lainnya, yaitu dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang di dalamnya banyak terdapat kenikmatan yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati manusia.
كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 19
(19) (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan",
(19)
Firman Allah Swt.:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(Dikatakan kepada mereka), "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan.” (Ath-Thur: 19)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
كُلُوا وَاشْرَبُوا هَنِيئًا بِمَا أَسْلَفْتُمْ فِي الأيَّامِ الْخَالِيَةِ
(kepada mereka dikatakan).”Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (Al-Haqqah: 24)
Yakni balasan dari amal perbuatan selama di dunia berupa berbagai macam kenikmatan itu merupakan karunia dari Allah dan kebaikan-Nya.
مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ سُرُرٍۢ مَّصْفُوفَةٍۢ ۖ وَزَوَّجْنَٰهُم بِحُورٍ عِينٍۢ 20
(20) mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.
(20)
Firman Allah Swt.:
مُتَّكِئِينَ عَلَى سُرُرٍ مَصْفُوفَةٍ
mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan. (Ath-Thur: 20)
As'-Sauri telah meriwayatkan dari Husain, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah dipan-dipan yang mempunyai kelambu.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو؛ أنه سمع الهيثم بن مَالِكٍ الطَّائِيَّ يَقُولُ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَّكِئُ الْمُتَّكَأَ مِقْدَارَ أَرْبَعِينَ سَنَةً مَا يَتَحَوَّلُ عَنْهُ وَلَا يَمَلُّهُ، يَأْتِيهِ مَا اشْتَهَتْ نَفْسُهُ وَلَذَّتْ عَيْنُهُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr; ia pernah mendengar Al-Haisam ibnu Malik At-Ta-i yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya seorang (ahli surga) benar-benar bersandar pada dipan sandarannya selama empat puluh tahun tanpa beranjak darinya dan tanpa merasa bosan, sedangkan ia menerima apa yang diingini oleh dirinya dan yang dipandang sedap oleh matanya.
Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hudbah ibnu Khalid, dari Sulaiman ibnul Mugirah, dari Sabit yang mengatakan bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa seseorang (dari ahli surga) benar-benar bersandar di dalam surga selama tujuh puluh tahun, sedangkan di dekatnya terdapat istri-istrinya dan para pelayannya, serta segala sesuatu yang diberikan Allah kepadanya berupa kehormatan dan kenikmatan. Dan apabila matanya melirik, maka ia menjumpai istri-istri yang disediakan untuknya yang sebelum itu dia tidak pernah melihat mereka, lalu mereka berkata: "Sekarang telah tiba saatnya bagimu memberikan bagian kepada kami."
Firman Allah Swt.:
مَصْفُوفَةٌ
berderet-deretan. (Ath-Thur: 20)
Yakni wajah sebagian dari mereka berhadapan dengan wajah sebagian yang lainnya, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
di atas tahta-tahta kebesaran berhadap-hadapan. (Ash-Shaffat: 44)
Adapun firman Allah Swt.:
وَزَوَّجْنَاهُمْ بِحُورٍ عِينٍ
dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli. (Ath-Thur: 20)
Yaitu Kami berikan kepada mereka pendamping-pendamping yang saleh sebagai istri-istri mereka yang cantik-cantik dari bidadari yang bermata jeli.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan Kami kawinkan mereka. (Ath-Thur: 20) Yakni Kami nikahkan mereka dengan bidadari yang bermata jeli.
Mengenai sifat dan gambaran mereka (bidadari-bidadari) telah disebutkan di banyak tempat sehingga tidak perlu diulangi lagi.
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍۢ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌۭ 21
(21) Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
(21)
Allah Swt. menceritakan tentang karunia dan pemberian-Nya kepada makhluk-Nya, juga kebaikan-Nya, bahwa orang-orang mukmin itu apabila anak cucu mereka mengikuti mereka dalam hal keimanan, maka anak cucu mereka itu akan diikutkan kepada mereka dalam kedudukan yang sama, sekalipun anak cucu mereka masih belum mencapai tingkatan amal mereka. Demikian itu agar hati dan pandangan para ayah merasa sejuk dengan berkumpulnya mereka bersama anak-anak mereka, sehingga mereka dapat bergabung bersama-sama dalam keadaan yang sebaik-baiknya dari segala segi. Yaitu Allah telah melenyapkan kekurangan dari amal dan menggantinya dengan amal yang sempurna, tanpa mengurangi amal dan kedudukan yang sempurna, mengingat adanya kesamaan di antara mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (At-- Thur: 21)
As-Sauri telah meriwayatkan dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah benar-benar mengangkat anak cucu orang mukmin menjadi sederajat dengannya, sekalipun amal mereka berada di bawahnya agar dengan keberadaan mereka bersama hatinya menjadi senang. Kemudian Ibnu Abbas membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (Ath-Thur: 21)
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Syu'bah, dari Amr ibnu Murrah dengan sanad yang sama.
Al-Bazzar meriwayatkannya dari Sahl ibnu Bahr, dari Al-Hasan ibnu Hammad Al-Warraq, dari Qais ibnur Rabi', dari Amr ibnu Murrah, dari Sa’id, dari Ibnu Abbas secara marfu'. Lalu ia mengetengahkannya, kemudian ia mengatakan bahwa As-Sauri meriwayatkan hadis ini dari Amr ibnu Murrah, dari Sa'id, dari Ibnu Abbas secara mauquf.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Yazid Al-Bairuni, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Sa'id, telah menceritakan kepadaku Syaiban, telah menceritakan kepadaku Lais, dari Habib ibnu Abu Sabit Al-Asadi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman Allah Swt: Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka. (Ath-Thur: 21) Bahwa mereka adalah keturunan orang mukmin yang mati dalam keadaan beriman. Sekalipun kedudukan ayah dan bapak mereka lebih tinggi daripada mereka, mereka tetap dihubungkan dengan ayah-ayah mereka, tanpa mengurangi pahala amal ayah-ayah mereka barang sedikit pun.
قَالَ الْحَافِظُ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ إِسْحَاقَ التُّسْتَرِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ سَالِمٍ الْأَفْطَسِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -أَظُنُّهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "إِذَا دَخَلَ الرَّجُلُ الْجَنَّةَ سَأَلَ عَنْ أَبَوَيْهِ وَزَوْجَتِهِ وَوَلَدِهِ، فَيُقَالُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَبْلُغُوا دَرَجَتَكَ. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، قَدْ عَمِلْتُ لِي وَلَهُمْ. فَيُؤْمَرُ بِإِلْحَاقِهِمْ بِهِ، وَقَرَأَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍالْآيَةَ
Al-Hafiz Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Ishaq At-Tusturi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Salim Al-Aftas, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menurutnya Ibnu Abbas pasti dari Nabi Saw. Disebutkan: Apabila seseorang masuk surga, maka ia ditanyai tentang kedua orang tuanya, istrinya, dan anak-anaknya. Maka dikatakan, "Sesungguhnya mereka masih belum dapat mencapai derajatmu.” Maka ia berkata, "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah beramal untuk diriku dan juga untuk mereka, " maka diperintahkan agar mereka dihubungkan (digabungkan) bersamanya. Setelah itu Ibnu Abbas r.a. membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. (Ath-Thur: 21), hingga akhir ayat.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan ayat ini, bahwa orang-orang yang anak cucunya beriman, lalu mengerjakan amal ketaatan kepada-Ku, maka Aku akan menghubungkan keturunan mereka dengan mereka di dalam surga, begitu pula anak-anak kecil mereka.
Pendapat ini merujuk kepada tafsir yang pertama, karena pada tafsir yang pertama dijelaskan hal yang lebih gamblang daripada ini. Hal yang sama telah dikatakan oleh Asy-Sya'bi, Sa'id ibnu Jubair, Ibrahim, Qatadah, Abu Saleh, Ar-Rabi' ibnu Anas, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid; pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.
وَقَدْ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا حَمَدُ بْنُ فُضَيْل، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ زَاذَانَ، عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: سألتْ خَدِيجَةُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنْ وَلَدَيْنِ مَاتَا لَهَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هُمَا فِي النَّارِ". فَلَمَّا رَأَى الْكَرَاهَةَ فِي وَجْهِهَا قَالَ: "لَوْ رَأَيْتِ مَكَانَهُمَا لَأَبْغَضْتِهِمَا". قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَوَلَدِي مِنْكَ. قَالَ: " فِي الْجَنَّةِ". قَالَ: ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ الْمُؤْمِنِينَ وَأَوْلَادَهُمْ فِي الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمُشْرِكِينَ وَأَوْلَادَهُمْ فِي النَّارِ". ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ
Abdullah ibnu Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Us'man ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail, dari Muhammad ibnu Us'man, dari Zazan, dari Ali yang mengatakan bahwa Khadijah pernah bertanya kepada Nabi Saw. tentang dua orang anaknya yang telah mati di masa Jahiliyah. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Keduanya berada di dalam neraka." Tetapi ketika beliau melihat roman muka yang tidak enak pada wajah Khadijah r.a., maka beliau bersabda, "Seandainya engkau melihat kedudukan keduanya, niscaya engkau akan marah terhadap keduanya." Khadijah r.a. bertanya, "Lalu bagaimanakah dengan anak-anakku yang darimu?" Rasulullah Saw. bersabda: (Mereka) berada di dalam surga. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya orang-orang mukmin itu dan anak-anak mereka berada di dalam surga. Dan sesungguhnya orang-orang musyrik itu dan anak-anak mereka berada di dalam neraka. Lalu beliau Saw. membacakan firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan. (Ath-Thur: 21), hingga akhir ayat.
Ini merupakan karunia dari Allah Swt. kepada para anak berkat amal bapak-bapak mereka. Adapun mengenai karunia Allah kepada para bapak berkat doa anak-anak yang saleh, maka dalilnya telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ عَاصِمِ بْنِ أَبِي النَّجُود، عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، أَنَّى لِي هَذِهِ؟ فَيَقُولُ: بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ"
telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar meninggikan derajat hamba yang saleh di dalam surga, lalu si hamba bertanya, "Ya Tuhanku, dari manakah semuanya ini buatku?” Maka Allah Swt. menjawab, "Berkat permohonan ampun anakmu untukmu.”
Sanad hadis ini sahih, mereka tidak mengetengahkannya dari jalur ini, tetapi mempunyai syahid di dalam kitab Sahih Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ"
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga hal, yaitu sedekah yang mengalir (pahalanya), atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.
Firman Allah Swt.:
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thur: 21)
Setelah menerangkan tentang karunia yang telah diberikannya, yaitu derajat keturunan ditinggikan sampai mencapai derajat para bapak, tanpa amal kebaikan yang mengharuskannya. Maka Allah menceritakan perihal keadilan-Nya, yaitu bahwa Dia tidak menghukum seseorang karena dosa orang lain. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ
Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (Ath-Thur: 21)
Yakni tergantung kepada amal perbuatannya sendiri, tidak menanggung dosa orang lain, baik bapaknya sendiri ataupun anaknya sendiri. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ إِلا أَصْحَابَ الْيَمِينِ فِي جَنَّاتٍ يَتَسَاءَلُونَ عَنِ الْمُجْرِمِينَ
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya-menanya, tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa. (Al-Muddatstsir: 38-41)
وَأَمْدَدْنَٰهُم بِفَٰكِهَةٍۢ وَلَحْمٍۢ مِّمَّا يَشْتَهُونَ 22
(22) Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.
(22)
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ
Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini. (Ath-Thur: 22)
Maksudnya, Kami beri mereka tambahan nikmat berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang enak-enak dan disukai.
يَتَنَٰزَعُونَ فِيهَا كَأْسًۭا لَّا لَغْوٌۭ فِيهَا وَلَا تَأْثِيمٌۭ 23
(23) Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa.
(23)
Firman Allah Swt.:
يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas). (Ath-Thur: 23)
Yakni mereka saling memberi minuman khamr, menurut Ad-Dahhak.
لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ
yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. (Ath-Thur: 23)
Mereka tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak berguna setelah meminumnya, yakni tidak mengigau, tidak pula berkata kotor (jorok) sebagaimana yang dialami oleh para peminum (khamr) di dunia.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa al-lagwu artinya kata-kata yang batil, dan al-ismu artinya perkataan yang dusta.
Mujahid mengatakan bahwa mereka tidak saling mencaci dan tidak pula saling berbuat dosa.
Qatadah mengatakan bahwa hal tersebut selalu disertai oleh setan ketika di dunia, maka Allah Swt. menyucikan khamr akhirat dari kekotoran khamr dunia dan penyakitnya seperti yang telah disebutkan. Untuk itu khamr akhirat dibersihkan dari pengaruh negatif akibat meminumnya, seperti kepala pusing, perut mual, dan akal sehat tertutup. Allah Swt. menyebutkan pula bahwa khamr akhirat tidak merangsang mereka untuk mengeluarkan kata-kata kotor, kata-kata yang tiada gunanya, serta kata-kata yang tidak karuan. Dan Allah Swt. menceritakan bahwa khamr akhirat di surga baik rupanya serta wangi aroma dan pengaruhnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
بَيْضَاءَ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ لَا فِيهَا غَوْلٌ وَلا هُمْ عَنْهَا يُنزفُونَ
(Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang minum. Tidak ada dalam khamr itu alkohol dan mereka tiada mabuk karenanya. (Ash-Shaffat: 46-47)
لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 19)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ
Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan dosa. (Ath-Thur: 23)
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌۭ لَّهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌۭ مَّكْنُونٌۭ 24
(24) Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan.
(24)
Adapun firman Allah Swt.:
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ
Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang tersimpan. (Ath-Thur: 24)
Ini menceritakan tentang pelayan dan pembantu-pembantu mereka di dalam surga nanti, bahwa rupa mereka bagaikan mutiara yang tua lagi tersimpan dalam hal keindahan, wibawa, dan kebersihan serta keindahan pakaian yang dikenakan mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ إِذَا رَأَيْتَهُمْ حَسِبْتَهُمْ لُؤْلُؤًا مَنْثُورًا
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan. (Al-Insan: 19)
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ يَتَسَآءَلُونَ 25
(25) Dan sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain saling tanya-menanya.
(25)
Adapun firman Allah Swt.:
وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ
Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling bertanya. (Ath-Thur: 25)
Maksudnya, sebagian dari mereka berbincang-bincang dan mengobrol dengan sebagian yang lain menceritakan tentang amal perbuatan dan keadaan mereka ketika di dunia. Perihalnya sama dengan obrolan yang dilakukan oleh para peminum sebagian dari mereka kepada sebagian yang lainnya di dunia ini apabila minuman telah mempengaruhi mereka, yaitu obrolan tentang apa yang pernah mereka alami.
قَالُوٓا۟ إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِىٓ أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ 26
(26) Mereka berkata: "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)".
(26)
قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ
Mereka berkata, "Sesungguhnya kami dahulu, sewaktu berada di tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab)." (Ath-Thur: 26)
Yakni kami dahulu di dunia ketika hidup di tengah-tengah keluarga kami selalu dicekam oleh rasa takut kepada Tuhan kami, takut terhadap siksa dan azab-Nya.
فَمَنَّ ٱللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَىٰنَا عَذَابَ ٱلسَّمُومِ 27
(27) Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
(27)
فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ
Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (Ath-Thur: 27)
Yaitu kemudian Allah memberikan karunia-Nya kepada kami dan menyelamatkan kami dari apa yang kami takuti.
إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلُ نَدْعُوهُ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْبَرُّ ٱلرَّحِيمُ 28
(28) Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.
(28)
إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. (Ath-Thur: 28)
Yakni berendah diri memohon kepada-Nya. Maka Dia memperkenankan bagi kami dan memberi kami apa yang kami minta.
إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ
Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thur: 28)
Sehubungan dengan hal ini ada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab musnadnya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ شَبِيبٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ دِينَارٍ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ صُبَيْحٍ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ اشْتَاقُوا إِلَى الْإِخْوَانِ، فَيَجِيءُ سَرِيرُ هَذَا حَتَّى يُحَاذِيَ سَرِيرَ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ، فَيَتَّكِئُ هَذَا وَيَتَّكِئُ هَذَا، فَيَتَحَدَّثَانِ بِمَا كَانَ فِي الدُّنْيَا، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: يَا فُلَانُ، تَدْرِي أَيَّ يَوْمٍ غَفَرَ اللَّهُ لَنَا؟ يَوْمَ كُنَّا فِي مَوْضِعِ كَذَا وَكَذَا، فَدَعَوْنَا اللَّهَ -عَزَّ وَجَلَّ-فَغَفَرَ لَنَا".
telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan, dari Anas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Apabila ahli surga telah memasuki surga, mereka merasa rindu kepada teman-teman mereka, maka datanglah (kepadanya) singgasana temannya itu hingga berhadapan dengan singgasananya. Lalu keduanya berbincang-bincang seraya bersandar di singgasananya masing-masing. Keduanya membicarakan masa lalu mereka ketika di dunia; salah seorangnya berkata kepada temannya, "Hai Fulan, tahukah kamu hari apakah Allah memberikan ampunan kepada kita? Yaitu di hari ketika berada di tempat anu, lalu kita berdoa kepada Allah (memohon ampun), maka Dia memberi ampun bagi kita.”
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengenal hadis ini diriwayatkan kecuali melalui sanad ini.
Menurut hemat saya (Ibnu Kasir), Sa'id ibnu Dinar Ad-Dimasyqi menurut Abu Hatim orangnya tidak dikenal, dan mengenai syekhnya (gurunya) —yaitu Ar-Rabi' ibnu Sabih— dipertanyakan bukan hanya oleh seorang ulama ditinjau dari segi hafalannya, tetapi dia adalah seorang yang saleh lagi siqah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abdullah Al-Audi, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Aisyah, bahwa ia membaca firman-Nya: Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah Yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang. (Ath-Thur: 27-28) Lalu ia berdoa, '"Ya Allah, berilah kami anugerah (karunia), dan peliharalah kami dari azab neraka. Sesungguhnya Engkau Maha Pelimpah kebaikan lagi Maha Penyayang."
Ditanyakan kepada Al-A'masy, "Apakah ia mengucapkannya dalam salat?" Al-A'masy menjawab, "Ya."
فَذَكِّرْ فَمَآ أَنتَ بِنِعْمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍۢ وَلَا مَجْنُونٍ 29
(29) Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila.
(29)
Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Rasul-Nya agar menyampaikan risalah-Nya kepada semua hamba-Nya dan memberikan peringatan kepada mereka melalui apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Kemudian Allah menafikan tuduhan-tuduhan yang dilancarkan terhadapnya oleh orang-orang pendusta lagi pendurhaka. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلا مَجْنُونٍ
Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. (Ath-Thur:29)
Yakni berkat karunia Allah, engkau bukanlah seorang tukang tenung, tidak seperti yang dikatakan oleh orang-orang bodoh dari kalangan orang-orang kafir Quraisy. Tukang tenung ialah orang yang biasa kedatangan jin (kesurupan), lalu mengucapkan kalimat-kalimat yang dicuri-curi dengar olehnya dari langit.
وَلا مَجْنُونٍ
dan bukan pula seorang gila. (Ath-Thur:29)
Yang dimaksud dengan 'gila' di sini ialah orang yang berperi laku membabi buta karena terkena sentuhan setan atau kesurupan setan. Kemudian Allah Swt. mengingkari tuduhan yang dilancarkan oleh orang-orang Quraisy terhadap diri Rasul Saw.:
أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌۭ نَّتَرَبَّصُ بِهِۦ رَيْبَ ٱلْمَنُونِ 30
(30) Bahkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya".
(30)
أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ
Bahkan mereka mengatakan, Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.” (Ath-Thur:30)
Yaitu malapetaka yang membawa kepada kematiannya. Mereka mengatakan, Kita tunggu dia dan tetap bersikap sabar terhadapnya hingga maut datang menjemputnya, maka kita akan terbebas dari ulahnya dan juga dari urusannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
قُلْ تَرَبَّصُوا۟ فَإِنِّى مَعَكُم مِّنَ ٱلْمُتَرَبِّصِينَ 31
(31) Katakanlah: "Tunggulah, maka sesungguhnya akupun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu".
(31)
قُلْ تَرَبَّصُوا فَإِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُتَرَبِّصِينَ
Katakanlah, Tunggulah, maka sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama kamu.” (Ath-Thur:31)
Maksudnya, tunggulah oleh kalian dan sesungguhnya aku pun menunggu pula bersama kalian, dan kelak kalian akan mengetahui siapakah yang akan mendapat kesudahan yang baik dan pertolongan di dunia dan akhirat.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Abu Najih, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya kaum Quraisy ketika berkumpul di Darun Nudwah merembukkan perkara Nabi Saw. Seseorang dari mereka mengatakan, Kita kurung dia dalam keadaan terikat, lalu kita tunggu maut merenggutnya sampai binasa sebagaimana nasib yang telah dialami oleh pendahulunya dari kalangan penyair, seperti Zuhair dan Nabigah. Sesungguhnya dia (Muhammad) adalah sama dengan mereka. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Bahkan mereka mengatakan, Dia adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.” (Ath-Thur:3) Ini menyitir kata-kata mereka.