57 - الحديد - Al-Hadid
The Iron
Medinan
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصِّدِّيقُونَ ۖ وَٱلشُّهَدَآءُ عِندَ رَبِّهِمْ لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَكَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَآ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَحِيمِ 19
(19) Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang Shiddiqien dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka.
(19)
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ
Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19)
Kalimat ayat ini merupakan kelengkapan dari kalimat yang sebelumnya, dan ini merupakan sifat dari orang-orang yang beriman kepada Allah bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq (membenarkan).
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Bahwa ayat ini terpisah dari ayat yang sebelumnya.dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Abud Duha mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin. (Al-Hadid: 19) Kemudian firman berikutnya adalah kalimat baru, yaitu: dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Masruq, Ad-Dahhak, Muqatil ibnu Hayyan, dan lain-lainnya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka terdiri atas tiga golongan, yaitu orang-orang yang gemar bersedekah, Orang-orang yang siddiq, dan para syuhada. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. (An-Nisa: 69)
Maka dibedakan antara orang-orang yang siddiq dan orang-orang yang mati syahid. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya merupakan dua golongan, dan tidak diragukan lagi bahwa siddiq lebih tinggi kedudukannya daripada syahid, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Malik ibnu Anas rahimahullah di dalam kitab Muwatta '-nya, dari Safwan ibnu Salim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"إِنَّ أَهْلَ الْجَنَّةِ لَيَتَرَاءَوْنَ أَهْلَ الْغُرَفِ مِنْ فَوْقِهِمْ، كَمَا تَتَرَاءَوْنَ الْكَوْكَبَ الدُّرِّيَّ الْغَابِرَ فِي الْأُفُقِ مِنَ الْمَشْرِقِ أَوِ الْمَغْرِبِ، لِتَفَاضُلِ مَا بَيْنَهُمْ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، تِلْكَ مَنَازِلُ الْأَنْبِيَاءِ لَا يَبْلُغُهَا غَيْرُهُمْ؟ قَالَ: "بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، رِجَالٌ آمَنُوا بِاللَّهِ وَصَدَّقُوا الْمُرْسَلِينَ".
Sesungguhnya ahli surga benar-benar memandangi para penghuni guraf (gedung) jyawg ada di atas mereka sebagaimana kamu memandangi bintang yang gemerlapan di ufuk timur atau ufuk barat, karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka (ahli surga). Abu Sa'id Al-Khudri berkata, "Wahai Rasulullah, itu pasti kedudukan para nabi yang tidak dapat dicapai selain oleh mereka." Rasululah Saw. menjawab: Benar, dan demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, dan juga orang-orang yang beriman kepada Allah dan membenarkan rasul-Nya.
Imam Bukhari dan Imam Muslim sepakat dalam pengetengahan hadis ini, yaitu melalui Malik dengan sanad yang sama.
Ulama tafsir lainnya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa makna yang dimaksud ialah berita dari Allah Swt. yang menyatakan orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, bahwa mereka adalah orang-orang yang siddiq dan ada pula yang menjadi syahid. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Mujahid.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:
حدثني صالح ابن حَرْبٍ أَبُو مَعْمَر، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا ابْنِ عَجْلان عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مُؤْمِنُو أُمَّتِي شُهَدَاءُ". قَالَ: ثُمَّ تَلَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ أُولَئِكَ هُمُ الصِّدِّيقُونَ وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ
telah menceritakan kepadaku Saleh ibnu Harb Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Ajian, dari Zaid ibnu Aslam, dari Al-Barra ibnu Azib yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Orang-orang yang beriman dari kalangan umatku adalah orang-orang yang menjadi saksi. Al-Barra ibnu Azib mengatakan bahwa kemudian Nabi Saw. membaca ayat lain, yaitu firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Hadis ini berpredikat garib.
Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu orang-orang siddiqin dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19) Bahwa mereka datang bersama-sama di hari kiamat, sebagaimana berdempetannya dua buah jari.
Firman Allah Swt.:
وَالشُّهَدَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ
dan orang-orang yang menjadi saksi di sisi Tuhan mereka. (Al-Hadid: 19)
Yakni di dalam surga-surga yang penuh dengan kenikmatan. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain:
"إِنَّ أَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ فِي حَوَاصِلِ طَيْرٍ خُضْر تَسْرَحُ فِي الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلَى تِلْكَ الْقَنَادِيلِ، فَاطَّلَعَ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ اطِّلَاعَةً فَقَالَ: مَاذَا تُرِيدُونَ؟ فَقَالُوا: نُحِبُّ أَنْ تَرُدَّنَا إِلَى الدَّارِ الدُّنْيَا فَنُقَاتِلَ فِيكَ فَنَقْتُلَ كَمَا قُتِلنا أَوَّلَ مَرَّةٍ. فَقَالَ إِنِّي قَضَيْتُ أَنَّهُمْ إِلَيْهَا لَا يَرْجِعُونَ"
Sesungguhnya arwah para syuhada berada di dalam perut burung hijau yang terbang bebas di dalam surga sekehendak hatinya, kemudian hinggap pada lentera-lentera itu. Maka Tuhanmu menjenguk mereka, lalu berfirman, 'Apakah yang kamu kehendaki?” Mereka menjawab, "Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dunia, maka kami akan berperang lagi di jalan-Mu sampai gugur sebagaimana keadaan kami yang pertama kali.” Allah berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memutuskan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia.”
Firman Allah Swt.:
لَهُمْ أَجْرُهُمْ وَنُورُهُمْ
Bagi mereka pahala dan cahaya mereka. (Al-Hadid: 19)
Yaitu bagi mereka di sisi Allah ada pahala yang berlimpah dan cahaya yang besar yang menerangi bagian depan mereka, dan mereka dalam hal ini berbeda-beda tingkatannya sesuai dengan amal perbuatan yang telah mereka lakukan ketika di dunia.
قَالَ الْإِمَامُ أحمد: حدثنا يحيى ابن إسحاق، حدثنا بن لَهِيعَة، عَنْ عَطَاءِ بْنِ دِينَارٍ، عَنْ أَبِي يَزِيدَ الْخَوْلَانِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيد يَقُولُ: سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ يَقُولُ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "الشُّهَدَاءُ أَرْبَعَةٌ: رَجُلٌ مُؤْمِنٌ جَيِّدُ الْإِيمَانِ، لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ فَقُتِلَ، فَذَلِكَ الَّذِي يَنْظُرُ النَّاسُ إِلَيْهِ هَكَذَا-وَرَفَعَ رَأْسَهُ حَتَّى سَقَطَتْ قَلَنْسُوة رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَ قَلَنْسُوَةُ عُمَرَ-وَالثَّانِي مُؤْمِنٌ لَقِيَ الْعَدُوَّ فَكَأَنَّمَا يَضْرِبُ ظَهْرَهُ بِشَوْكِ الطَّلْحِ، جَاءَهُ سَهْمٌ غَرْب فَقَتَلَهُ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّانِيَةِ، وَالثَّالِثُ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ خَلَطَ عَمَلًا صَالِحًا وَآخَرَ سَيِّئًا لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الثَّالِثَةِ، وَالرَّابِعُ رَجُلٌ مُؤْمِنٌ أَسْرَفَ عَلَى نَفْسِهِ إِسْرَافًا كَثِيرًا، لَقِيَ الْعَدُوَّ فَصَدَقَ اللَّهَ حَتَّى قُتِلَ، فَذَاكَ فِي الدَّرَجَةِ الرَّابِعَةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, dari Ata ibnu Dinar, dari Abu Yazid Al-Khaulani yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Fudalah ibnu Ubaid mengatakan bahwa ia pernah mendengar Umar ibnul Khattab mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Syuhada itu ada empat macam, yaitu seorang lelaki yang beriman dengan iman yang baik, lalu bersua dengan musuh dan ia membenarkan (janjinya) kepada Allah, hingga gugurlah ia, maka dialah kelak yang akan menjadi pusat perhatian pandangan ahli surga seperti ini. Lalu Umar mengangkat kepalanya, memperagakan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. saat mengucapkannya, dan Umar menjatuhkan pecinya sebagaimana yang dialami oleh beliau Saw.: Kedua ialah seorang mukmin yang bersua dengan musuh, lalu seakan-akan punggungnya terpukul oleh duri pohon talh, panah musuh nyasar mengenainya hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat kedua. Ketiga ialah orang mukmin yang mencampuradukkan amal saleh dengan amal lainnya yang buruk, ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan penuh keikhlasan kepada Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang ketiga. Keempat ialah orang mukmin yang berlebihan terhadap dirinya dengan keberlebihan yang banyak, lalu ia bersua dengan musuh dan menghadapinya dengan ikhlas karena Allah hingga gugurlah dia, maka dia berada di peringkat yang keempat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ali ibnul Madini, dari Abu Daud At-Tayalisi, dari Ibnul Mubarak, dari Ibnu Lahi'ah. Ali ibnul Madini mengatakan bahwa ini merupakan sanad seorang ulama Mesir yang saleh. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Ibnu Lahi'ah, dan ia mengatakan bahwa hadis ini garib.
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni-penghuni neraka. (Al-Hadid: 19)
Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan tempat kembali mereka, lalu mengiringinya dengan menyebutkan nasib dan keadaan orang-orang yang celaka.
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ 20
(20) Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.
(20)
Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya kehidupan dunia dan kerendahannya. Untuk itu maka Dia berfirman:
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الأمْوَالِ وَالأوْلادِ
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak. (Al-Hadid: 20)
Yakni sesungguhnya kesimpulan dari kehidupan dunia bagi para pemiliknya adalah hal-hal tersebut, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Ali Imran: 14)
Kemudian Allah Swt. menggambarkan tentang perumpamaan kehidupan dunia, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu adalah kemewahan yang fana dan nikmat yang pasti lenyap. Untuk itu Dia berfirman:
كَمَثَلِ غَيْثٍ
seperti hujan. (Al-Hadid: 20)
Yaitu hujan yang turun sesudah manusia berputus asa dari kedatangannya, seperti yang diungkapkan oleh firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا
Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28)
Adapun firman Allah Swt.:
أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ
yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani. (Al-Hadid: 20)
Artinya, tanam-tanaman yang ditumbuhkan berkat hujan itu mengagumkan para petaninya. Maka sebagaimana para petani merasa kagum dengan hal tersebut, begitu pula halnya orang-orang kafir mengagumi kehidupan dunia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling menyenanginya dan tiada yang terlintas dalam benak mereka selain darinya.
ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. (Al-Hadid: 20)
Yakni tanam-tanaman itu kering dan kelihatan kuning, padahal sebelumnya tampak hijau dan segar, kemudian semuanya menjadi hancur berantakan alias kering kerontang. Demikian pula kehidupan dunia, pada mulanya kelihatan muda, lalu tumbuh dewasa dan menua, akhirnya pikun dan peot. Demikian pula manusia pada permulaan usianya dan usia mudanya, ia kelihatan segar, padat, berisi, serta penampilannya hebat. Kemudian secara berangsur-angsur mulai menua dan semua wataknya berubah dan merasa kehilangan sebagian dari kekuatannya. Lalu jadilah ia manusia yang lanjut usia dan lemah kekuatannya, sedikit geraknya dan tidak mampu mengerjakan sedikit pekerjaan pun, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Mahakuasa. (Ar-Rum: 54)
Mengingat perumpamaan ini menunjukkan akan lenyapnya dunia dan kehancurannya serta kehabisan usianya sebagai suatu kepastian, dan bahwa negeri akhirat itu ada dan pasti, maka diperingatkanlah untuk berhati-hati dalam menghadapinya, sekaligus mengandung anjuran untuk berbuat kebaikan yang akan membawa pahala kebaikan di negeri akhirat nanti. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)
Artinya, tiada di negeri akhirat yang akan datang dalam waktu yang dekat kecuali ini atau itu, yakni adakalanya azab yang keras dan adakalanya ampunan dari Allah dan rida-Nya. Firman Allah Swt.:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid: 20)
Yakni kesenangan yang fana lagi memperdayakan orang yang cenderung kepadanya, karena hanya dialah yang teperdaya olehnya dan merasa kagum dengannya, hingga ia mempunyai keyakinan bahwa tiada negeri lain selain dunia ini dan di balik ini tidak ada hari berbangkit. Padahal kehidupan dunia ini amatlah hina/rendah bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا عَلَيُّ ابْنُ حَرْبٍ الْمَوْصِلِيُّ، حَدَّثَنَا الْمُحَارِبِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَوْضِعُ سَوْطٍ فِي الجنة خير من الدنيا وما فيها. اقرؤوا: وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Harb Al-Mausuli, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tempat cambuk di dalam surga lebih baik daripada dunia dan seisinya, bacalah oleh kalian akan firman-Nya, "Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Hadis ini telah disebutkan di dalam kitab sahih, tanpa tambahan ayat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ ووَكِيع، كِلَاهُمَا عَنِ الْأَعْمَشُ، عَنْ شَقِيقٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَلْجنة أَقْرَبُ إِلَى أَحَدِكُمْ مِنْ شِرَاك نَعْلِهِ، وَالنَّارُ مِثْلُ ذَلِكَ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir dan Waki', keduanya dari Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya surga itu lebih dekat kepada seseorang dari kamu daripada tali terompahnya, dan neraka pun sama seperti itu.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini secara tunggal di dalam kitab Raqa-iq melalui hadis As-Sauri, dari Al-A'masy dengan sanad yang sama. Di dalam hadis ini terkandung makna yang menunjukkan dekatnya kebaikan dan keburukan dengan manusia.
Oleh karena itulah maka Allah menganjurkan kepada manusia untuk bersegera mengerjakan kebaikan yaitu berupa amal-amal ketaatan, dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan. Karena dengan mengerjakan amal-amal ketaatan terhapuslah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan orang yang bersangkutan, sekaligus menghasilkan baginya pahala dan derajat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
سَابِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ ۚ ذَٰلِكَ فَضْلُ ٱللَّهِ يُؤْتِيهِ مَن يَشَآءُ ۚ وَٱللَّهُ ذُو ٱلْفَضْلِ ٱلْعَظِيمِ 21
(21) Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
(21)
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. (Al-Hadid:21)
Makna yang dimaksud ialah jenis langit dan bumi. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Ali-Imran: 133)
Dan dalam surat ini disebutkan:
أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Hadid: 21)
Yakni apa yang telah disediakan oleh Allah bagi mereka merupakan karunia dan kebaikan dari-Nya kepada mereka. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam hadis sahih yang menyebutkan:
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثور بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ. قَالَ: "وَمَا ذَاكَ؟ ". قَالُوا: يُصلُّون كَمَا نُصَلِّي، وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ، وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ، ويُعتقون وَلَا نُعْتِق. قَالَ: "أَفَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ سَبَقْتُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ: تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُر كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ". قَالَ: فَرَجَعُوا فَقَالُوا: سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ مَا فَعَلْنَا، فَفَعَلُوا مِثْلَهُ! فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يؤتيه من يشاء"
bahwa orang-orang fakir dari kalangan muhajirin berkata, "Wahai Rasulullah, orang-orang yang hartawan telah memborong semua pahala dan derajat yang tinggi serta kenikmatan yang abadi." Rasulullah Saw. bertanya, "Mengapa demikian?" Mereka menjawab, "Mereka salat seperti kami salat, dan mereka puasa seperti kami puasa. Mereka berzakat, sedangkan kami tidak dapat berzakat. Mereka memerdekakan budak, sedangkan kami tidak dapat memerdekakan budak." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Maukah kalian kutunjukkan kepada sesuatu hal yang apabila kalian mengerjakannya dapat mendahului orang-orang yang sesudah kalian, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian kecuali orang yang melakukan hal yang sama dengan kalian. Yaitu hendaknya kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap selesai dari salat kalian sebanyak tiga puluh tiga kali. Tetapi tidak berapa lama mereka kembali lagi kepada Rasulullah Saw. dan berkata, "Saudara-saudara kami yang hartawan telah mendengar apa yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan hal yang semisal dengan kami." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Itu merupakan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ 22
(22) Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(22)
Allah Swt. menceritakan tentang takdir yang telah ditetapkan-Nya atas makhluk-Nya sebelum Dia menciptakan semuanya. Untuk itu Dia berfirman:
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأرْضِ وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid: 22)
Maksudnya, di jagat raya ini dan juga pada diri kalian.
إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. (Al-Hadid: 22)
Yakni sebelum Kami ciptakan manusia dan makhluk lainnya. Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa damir yang terdapat pada lafaz nabra-aha merujuk kepada nufus (yakni anfusikum). Menurut pendapat yang lain, kembali kepada musibah. Tetapi pendapat yang terbaik ialah yang mengatakan kembali kepada makhluk dan manusia, karena konteks pembicaraan berkaitan dengannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Mansur ibnu Abdur Rahman yang mengatakan, "Ketika aku sedang duduk bersama Al-Hasan, tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang menanyakan kepadanya tentang makna firman-Nya: 'Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya' (Al-Hadid: 22) Maka kusampaikan kepadanya pertanyaan lelaki itu, lalu Al-Hasan menjawab, 'Subhanallah, siapakah yang meragukan hal ini; semua musibah yang terjadi di antara langit dan bumi, maka telah berada di dalam kitab Allah (Lauh Mahfuz) sebelum Dia menciptakan manusia."
Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan 'musibah' di sini ialah musim paceklik atau kekeringan.
وَلا فِي أَنْفُسِكُمْ
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid 22)
Yakni berupa rasa sakit dan penyakit. Qatadah mengatakan bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa tiada seorang pun yang terkena luka karena batang dan tidak pula musibah yang menimpa telapak kaki (tertusuk duri) dan tidak pula terkilirnya urat, melainkan karena perbuatan dosa (yang bersangkutan), dan apa yang dimaafkan oleh Allah darinya adalah lebih banyak.
Ayat yang mulia ini juga merupakan dalil yang paling akurat yang membantah golongan Qadariyah yang menafikan adanya pengetahuan Allah yang terdahulu. Semoga Allah mengutuk mereka.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ وَابْنُ لَهِيعة قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو هَانِئٍ الْخَوْلَانِيُّ: أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي يَقُولُ: سَمِعْتُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمرو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قدَّر الله المقادير قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Haiwah dan Ibnu Lahi'ah. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Hani' Al-Khaulani, bahwa ia pernah mendengar Abu Abdur Rahman Al-Habli mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah telah menetapkan ukuran-ukuran (semua makhluk-Nya) sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jarak lima puluh ribu tahun.
Imam Muslim meriwayatkannya di dalam kitab sahihnya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb dan Haiwah ibnu Syuraih dan Nafi' ibnu Yazid, ketiganya dari Abu Hani' dengan sanad yang sama. Dan Ibnu Wahb menambahkan:
"وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ"
sedangkan 'Arasy-Nya berada di atas air.
Imam Turmuzi telah meriwayatkan pula hadis ini, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
*******************
Firman Allah Swt.:
إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22)
Artinya, pengetahuan Allah Swt. mengenai segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu oleh-Nya sesuai dengan kejadiannya di alam kenyataan adalah mudah sekali bagi Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi serta apa yang tidak akan terjadi, dan bagaimana akibatnya bila hal itu terjadi.
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ 23
(23) (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,
(23)
Firman Allah Swt.:
لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23)
Yaitu Kami beri tahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa diri kalian bukanlah hal yang diluputkan dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukanlah untuk ditimpakan kepada kalian. Makajanganlah kamu menyesali apa yang luput dari kamu; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, niscaya akan terjadi.
وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23)
Yakni dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna atakum ialah diberikan-Nya kepadamu; kedua makna saling berkaitan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah kamu berbangga diri terhadap manusia dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Karena sesungguhnya pemberian itu bukanlah dari usaha kamu, bukan pula dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanyalah semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezeki-Nya kepadamu. Makajanganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kamu lupa daratan hingga menjadi orang yang jahat lagi angkuh, lalu kamu membangga-banggakannya terhadap orang lain. Untuk itu, maka disebutkan dalam firman berikutnya:
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Hadid: 23)
Maksudnya, bersikap angkuh dan sombong serta merasa besar diri terhadap orang lain. Ikrimah mengatakan bahwa tiada seorang pun melainkan mengalami gembira dan sedih, maka bersyukurlah kamu di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah dalam menanggung kedukaan (kesedihan).
ٱلَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبُخْلِ ۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ 24
(24) (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. Dan barangsiapa yang berpaling (dari perintah-perintah Allah) maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(24)
Firman Allah Swt.:
الَّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبُخْلِ
(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh manusia berbuat kikir. (Al-Hadid: 24)
Yakni gemar mengerjakan hal yang mungkar dan menganjurkan kepada orang lain untuk melakukannya.
وَمَنْ يَتَوَلَّ
Dan barang siapa yang berpaling. (Al-Hadid: 24)
Yaitu berpaling dari perintah Allah dan jalan ketaatan kepada-Nya.
فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
maka sesungguhnya Allah Dialah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Al-Hadid: 24)
Semakna dengan apa yang dikatakan oleh Musa a.s. yang disitir oleh firman-Nya:
إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ
Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim: 8)