28 - القصص - Al-Qasas

Juz : 20

The Stories
Meccan

إِنَّ ٱلَّذِى فَرَضَ عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لَرَآدُّكَ إِلَىٰ مَعَادٍۢ ۚ قُل رَّبِّىٓ أَعْلَمُ مَن جَآءَ بِٱلْهُدَىٰ وَمَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍۢ مُّبِينٍۢ 85

(85) Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata".

(85) 

Allah Swt. berfirman seraya memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah dan membacakan Al-Qur'an kepada manusia, yang di dalamnya terkandung berita yang menyatakan bahwa Allah akan mengembalikannya ke tempat kembali, yaitu hari kiamat; lalu akan menanyainya tentang tugas-tugas kenabian yang telah diembankan kepadanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ

Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85)

Yakni Tuhan yang mewajibkanmu menyampaikan Al-Qur'an kepada manusia.

لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ

benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85)

Yaitu pada hari kiamat nanti, lalu Dia akan menanyaimu tentang hal tersebut. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami). (Al-A'raf:6)

يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ فَيَقُولُ مَاذَا أُجِبْتُمْ

(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah bertanya (kepada mereka), Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)mu?” (Al-Maidah:19)

Dan firman Allah Swt.:

وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ

dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az-Zumar:69)

As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melakukan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Yakni benar-benar akan mengembalikan kamu ke surga, kemudian Dia akan menanyaimu tentang Al-Qur'an.

As-Saddi mengatakan bahwa hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sa'id.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Maksudnya, ke hari kiamat; hal yang sama diriwayatkan oleh Malik, dari Az-Zuhri.

As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Yakni kepada kematian.

Hal yang sama telah disebutkan melalui berbagai jalur yang bersumber dari Ibnu Abbas r.a., tetapi pada sebagiannya disebutkan bahwa Dia benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat asalmu di dalam surga.

Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah bahwa Dia benar-benar akan menghidupkan kamu pada hari kiamat nanti. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah, Ata, Sa'id ibnu Jubair, Abu Quza'ah, Abu Malik, dan Abu Saleh.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, Memang benar, demi Allah, sesungguhnya dia (Nabi Muhammad Saw.) benar-benar mempunyai tempat kembali, lalu Allah membangkitkannya pada hari kiamat dan memasukkannya ke dalam surga.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas hal yang selain dari itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muqatil, telah menceritakan kepada kami Ya'la, telah menceritakan kepada kami Sufyan Al-Usfuri, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Yaitu ke Mekah.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab sunannya, juga oleh Ibnu Jarir melalui hadis Ya'la ibnu Ubaid At-Tanafisi dengan sanad yang sama.

Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Yakni benar-benar akan mengembalikanmu ke Mekah, sebagaimana Dia telah mengeluarkanmu darinya.

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Artinya, benar-benar akan mengembalikan kamu ke Mekah tempat kelahiranmu.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Yahya ibnul Jazzar, Sa'id ibnu Jubair, Atiyyah, dan Ad-Dahhak hal yang semisal dengan pendapat di atas. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar yang mengatakan bahwa Sufyan pernah berkata, Kami telah mendengar hadis berikut dari Muqatil sejak tujuh tahun yang silam, dari Ad-Dahhak yang telah menceritakan bahwa ketika Nabi Saw. keluar dari Mekah dan sampai di Juhfah, beliau merasa rindu ke Mekah, maka Allah menurunkan kepadanya ayat berikut, yaitu firman-Nya: 'Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melakukan hukum-hukum) Al-Qur’an, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.' (Al-Qashash:85).” Yakni Mekah.

Ini merupakan perkataan Ad-Dahhak, yang menunjukkan bahwa ayat ini Madaniyyah, sekalipun secara keseluruhan surat ini adalah Makkiyyah, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) bahwa ini merupakan salah satu dari apa yang disembunyikan oleh Ibnu Abbas, yakni tentang makna yang sebenarnya.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya dari Na'im Al-Qari', bahwa ia pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) Yaitu ke Baitul Maqdis.

Pendapat ini —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— merujuk ke pendapat orang yang menafsirkannya dengan pengertian hari kiamat. Karena Baitul Maqdis adalah tanah mahsyar dan tempat dibangkitkannya semua makhluk, hanya Allah-lah yang memberi taufik kepada pendapat yang benar.

Kesimpulan dari semua pendapat menunjukkan bahwa Ibnu Abbas adakalanya menafsirkannya dengan pengertian kembalinya Nabi Saw. ke Mekah, yaitu hari jatuhnya kota Mekah, yang menurut interpretasi Ibnu Abbas merupakan pertanda dekatnya akhir usia Nabi Saw., sebagaimana penafsiran yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr:1), hingga akhir surat.

Bahwa makna ayat menunjukkan dekatnya masa kewafatan Nabi Saw. sebagai belasungkawa yang ditujukan kepadanya.

Hal ini dikemukakan oleh Ibnu Abbas di hadapan Khalifah Umar ibnul Khattab yang menyetujui pendapatnya itu, dan Umar mengatakan, Aku tidak mengetahui selain dari apa yang kamu ketahui. Karena itulah adakalanya Ibnu Abbas menafsirkan firman-Nya: benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. (Al-Qashash:85) dengan pengertian kematian, adakalanya pula dengan pengertian hari kiamat yang kejadiannya adalah sesudah kematian. Adakalanya pula, menafsirkannya dengan pengertian surga yang merupakan pahala dan tempat kembalinya sebagai imbalan dari tugas menunaikan risalah dan menyampaikannya kepada dua makhluk, yaitu jin dan manusia. Juga karena beliau adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan paling fasih secara mutlak.

Firman Allah Swt.:

قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

Katakanlah, Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata.” (Al-Qashash:85)

Yakni katakanlah kepada orang yang menentang dan mendustakanmu, hai Muhammad, dari kalangan kaummu yang musyrik dan orang-orang yang mengikuti kekafiran mereka, bahwasanya Tuhanku lebih mengetahui siapakah yang berhak mendapat petunjuk antara kalian dan aku. Dan kelak kalian akan mengetahui siapakah yang akan mendapat kesudahan yang baik, dan siapakah yang akan mendapat akibat yang terpuji dan pertolongan di dunia dan akhirat.


وَمَا كُنتَ تَرْجُوٓا۟ أَن يُلْقَىٰٓ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبُ إِلَّا رَحْمَةًۭ مِّن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًۭا لِّلْكَٰفِرِينَ 86

(86) Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al Quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.

(86) 

Kemudian Allah Swt. mengingatkan kepada Nabi-Nya akan nikmat-nikmat-Nya yang besar yang telah Dia anugerahkan kepadanya, juga kepada hamba-hamha-Nya yang dia diutus kepada mereka. Hal ini diungkapkan Allah melaui firman-Nya:

وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ

Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al-Qur’an diturunkan kepadamu. (Al-Qashash:86)

Maksudnya, apakah kamu mempunyai dugaan bahwa wahyu akan diturunkan kepadamu sebelum wahyu diturunkan kepadamu.

إِلا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu. (Al-Qashash:86)

Yaitu sesungguhnya wahyu itu diturunkan kepadamu semata-mata dari Allah, dan dari rahmat-Nya kepadamu, juga kepada hamba-hamba-Nya dengan melaluimu. Apabila Dia telah menganugerahkan nikmat yang besar ini kepadamu,

فَلا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ

sebab itu jangan sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir. (Al-Qashash:86)

tetapi menjauhlah dari mereka, dan tentanglah mereka.


وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ ۖ وَٱدْعُ إِلَىٰ رَبِّكَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ 87

(87) Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.

(87) 

وَلا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزلَتْ إِلَيْكَ

Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu. (Al-Qashash:87)

Artinya, janganlah kamu terpengaruh oleh sikap orang-orang yang menentang dan menghambat jalanmu; janganlah kamu membelok dari jalanmu, dan janganlah engkau hiraukan mereka, karena sesungguhnya Allah pasti akan meninggikan kalimahmu, akan mendukung agamamu, serta akan memenangkan agamamu di atas semua agama yang lain. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:

وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ

dan serulah (mereka) kepada (jalan) Tuhanmu. (Al-Qashash:87)

Yakni menyembah Tuhanmu semata, tiada sekutu bagi-Nya.


وَلَا تَدْعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ۘ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥ ۚ لَهُ ٱلْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ 88

(88) Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.

(88) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَلا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ

Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apa pun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. (Al-Qashash:88)

Penyembahan tidak layak dilakukan kecuali hanya kepada-Nya, dan tidak pantas menyandang sifat Tuhan kecuali hanya Dia dengan segala kebesaran-Nya.

Firman Allah Swt.:

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Al-Qashash:88)

Ini merupakan kalimat berita yang menyatakan bahwa Allah adalah Zat Yang Kekal, Abadi, Hidup, Yang Maha Mengatur segalanya; semua makhluk mati, sedangkan Dia tidak mati. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ * وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman:26-27)

Kata wajah dalam ayat ini dimaksudkan Zat, begitu pula yang terdapat di dalam surat Al-Qashash ini, yaitu firman-Nya:

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلا وَجْهَهُ

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat Allah. (Al-Qashash:88)

Yakni kecuali hanya Allah.

Di dalam kitab sahih disebutkan melalui jalur Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

أَصْدَقُ كَلِمَةٍ قَالَهَا شَاعِرٌ [كَلِمَةُ] لَبِيَدٍ: أَلَا كلُّ شَيْء مَا خَلا اللهَ بَاطِلُ

Kalimat yang paling benar yang dikatakan oleh penyair adalah kata-kata Labid, yaitu: Ingatlah, segala sesuatu selain Allah pasti binasa.”

Mujahid dan As-Sauri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. (Al-Qashash:88) Yaitu terkecuali sesuatu yang dimaksudkan demi Dia; Imam Bukhari meriwayatkan pendapat ini di dalam kitab sahihnya seakan-akan dia menyetujuinya.

Menurut Ibnu Jarir, orang yang berpendapat demikian berpegang kepada perkataan seorang penyair yang mengatakan:

أسْتَغْفِرُ اللهَ ذنبًا لَسْتُ مُحْصِيَهُ ... رَبّ العبَاد، إلَيه الوَجْهُ والعَمَلُ ...

Aku memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosa yang aku tidak dapat menghitungnya; Dia adalah Tuhan semua hamba, hanya kepada-Nyalah dihadapkan (ditujukan) wajah (niat) dan amal perbuatan.

Pendapat ini tidak bertentangan dengan pendapat pertama,, karena pendapat ini menyatakan bahwa semua amal perbuatan itu sia-sia, terkecuali amal perbuatan yang dikerjakan demi Zat Allah semata, yaitu amal-amal saleh yang sesuai dengan kaidah syariat.

Sedangkan kesimpulan pendapat pertama menyatakan bahwa eksistensi segala sesuatu pasti binasa kecuali hanya Zat Allah Swt. Yang Mahasuci, karena sesungguhnya Dia Yang Pertama dan Dia pula Yang Akhir, dengan pengertian 'pertamanya Dia tidak ada awalnya, dan terakhirnya Dia tidak ada akhirnya.' Dia ada sebelum segala sesuatu ada, dan Dia tetap ada sesudah segala sesuatu tiada.

Abu Bakar Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia mengatakan di dalam kitab Tafakkur wai I'tibar, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Sulaim Al-Bahili, telah menceritakan kepada kami Abul Walid yang mengatakan bahwa Ibnu Umar r.a. apabila hendak membersihkan hatinya, ia mendatangi tempat yang telah ditinggalkan oleh para penghuninya, lalu berdiri di depan pintunya dan berseru dengan suara yang sedih.”Kemanakah para penghunimu? Kemudian merenungkan dirinya dan membaca firman-Nya: Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Zat Allah. (Al-Qashash:88)

Adapun firman Allah Swt.:

لَهُ الْحُكْمُ

Bagi-Nyalah segala penentuan. (Al-Qashash:88)

Artinya, Dialah Raja dan Yang Memerintah, tiada yang mempertanyakan terhadap ketentuan yang telah diputuskan-Nya.

وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (Al-Qashash:88)

Yakni kelak di hari kemudian, lalu Dia akan membalas semua amal perbuatan kalian. Jika amal kalian baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan kalian buruk, maka balasannya buruk pula.


29 - العنكبوت - Al-Ankaboot

Juz : 20

The Spider
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

الٓمٓ 1

(1) Alif laam miim

(1) 

الم

Alif laam miim. (Al-'Ankabut:1)

Mengenai pembahasan huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada permulaan surat-surat Al-Qur'an telah dibicarakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah.


أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ 2

(2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

(2) 

Firman Allah Swt.:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, Kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji lagi? (Al-'Ankabut:2)

Istifham atau kata tanya menunjukkan makna sanggahan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. pasti akan menguji hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar iman masing-masing, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis sahih yang mengatakan:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي الْبَلَاءِ

Manusia yang paling berat cobaannya ialah para nabi, kemudian orang-orang saleh, lalu orang yang terkemuka. Seseorang akan diuji sesuai dengan kadar agamanya; jika agamanya kuat, maka ujiannya diperberat pula.

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (Ali Imran:142)

Hal yang sama disebutkan di dalam surat At-Taubah, dan di dalam surat Al-Baqarah disebutkan oleh firman-Nya:

أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah:214)


وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ 3

(3) Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

(3) 

Karena itulah dalam surat Al-'Ankabut ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-'Ankabut:3)

Yaitu orang-orang yang benar dalam pengakuan imannya, juga orang-orang yang dusta dalam pengakuan imannya. Allah Swt. mengetahui apa yang telah terjadi di masa lalu, mengetahui apa yang akan terjadi, mengetahui pula apa yang tidak akan terjadi dan apakah akibatnya seandainya hal itu terjadi. Hai ini merupakan sesuatu yang telah disepakati di kalangan semua imam ahli sunnah wal jamaah.

Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas dan lain-lainnya sehubungan dengan hal yang semisal dengan makna firman-Nya:

إِلا لِنَعْلَمَ

melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata). (Al-Baqarah:143)

Maksudnya, melainkan agar Kami melihat. Dikatakan demikian karena penglihatan berkaitan dengan hal yang ada (terjadi), sedangkan pengertian mengetahui mempunyai pengertian yang lebih luas daripada melihat, sebab mencakup hal yang ada dan juga hal yang tidak ada.


أَمْ حَسِبَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ أَن يَسْبِقُونَا ۚ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ 4

(4) Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu.

(4) 

Firman Allah Swt.:

أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ أَنْ يَسْبِقُونَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut:4)

Yakni jangan sekali-kali orang-orang yang belum beriman mengira bahwa mereka luput dari cobaan dan ujian ini, karena sesungguhnya di belakang mereka terdapat siksaan dan pembalasan yang jauh lebih berat dan lebih pedih daripada apa yang mereka alami di dunia. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami. (Al-'Ankabut:4) Maksudnya, selamat dari siksa Kami.

سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ

Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al-'Ankabut:4)

Yakni amatlah buruk dugaan mereka itu.


مَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ ٱللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ ٱللَّهِ لَءَاتٍۢ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 5

(5) Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

(5) 

Firman Allah Swt.:

مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ

Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah. (Al-'Ankabut:5)

Yakni di hari kemudian dan ia mengerjakan amal-amal saleh serta mengharapkan pahala yang berlimpah di sisi Allah, maka sesungguhnya Allah pasti akan merealisasikan harapannya dan menunaikan pahala amalnya dengan sempurna dan berlimpah. Hal tersebut pasti terjadi, karena Allah Maha Mendengar semua doa dan Maha Melihat semua makhluk-Nya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ اللَّهِ فَإِنَّ أَجَلَ اللَّهِ لآتٍ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Barang siapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-'Ankabat:5)


وَمَن جَٰهَدَ فَإِنَّمَا يُجَٰهِدُ لِنَفْسِهِۦٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَٰلَمِينَ 6

(6) Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.

(6) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ

Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. (Al-'Ankabut:6)

Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ

Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. (Fussilat:46)

Yaitu barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya manfaat dari amalnya itu untuk dirinya sendiri; karena sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan) amal perbuatan hamba-hamba-Nya, sekalipun mereka semuanya bertakwa sebagaimana bertakwanya diri seseorang dari mereka. Hal tersebut tidak menambahkan sesuatu apa pun ke dalam kerajaan-Nya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَمَنْ جَاهَدَ فَإِنَّمَا يُجَاهِدُ لِنَفْسِهِ إِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ

Dan barang siapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (Al-'Ankabut:6)

Al-Hasan Al-Basri mengatakan, sesungguhnya seorang lelaki benar-benar dinilai sebagai orang yang berjihad, tetapi dia tidak pernah memukul dengan pedang barang sehari pun (yakni tidak pernah menggunakan senjata).

Kemudian Allah Swt. memberitahukan bahwa sekalipun Dia Maha­kaya tidak memerlukan sesuatu pun dari semua makhluk-Nya dan sekalipun Dia telah berbuat baik kepada mereka, Dia pun membalas orang-orang yang beriman dan beramal saleh dengan pahala yang terbaik. Yaitu Dia menghapuskan dari mereka amal keburukan yang pernah mereka lakukan dan memberikan kepada mereka pahala amal baik mereka dengan balasan yang lebih baik. Dia menerima sedikit amal baik mereka dan memberinya pahala setiap amal baik dengan sepuluh kali lipatnya hingga sampai tujuh ratus kali lipat. Dan Dia membalas setiap amal buruk dengan balasan yang serupa dengan amal buruknya, atau Dia memaaf dan menghapuskannya, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang, walaupun sebesar zarrah; dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (An-Nisa:4) .