44 - الدخان - Ad-Dukhaan

Juz : 25

The Smoke
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

حمٓ 1

(1) Haa miim.

(1) 

حم

Haa miim. (Ad-Dukhan: 1)







وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ 2

(2) Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,

(2) 

وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ

 Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan. (Ad-Dukhan: 2)

Allah Swt. befirman, menceritakan tentang Al-Qur'an, bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an di malam yang penuh dengan keberkatan. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. (Al-Qadr:1)

yang dalam istilah lain disebut Lailatul Qadar yang jatuh pada bulan Ramadan, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزلَ فِيهِ الْقُرْآنُ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an. (Al-Baqarah:185)

Kami telah menyebutkan hadis-hadis yang menerangkan tentangnya dalam fafsir surat Al-Baqarah, hingga tidak perlu diulangi lagi di sini.

Ada pula ulama yang mengatakan bahwa sesungguhnya malam yang penuh dengan keberkatan itu adalah malam Nisfu Sya’ban, seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah, maka sesungguhnya pendapat ini jauh dari kebenaran. Karena nas Al-Qur'an menyebutkannya di dalam bulan Ramadan.

Dan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah ibnu Saleh, dari Al-Laits, dari Aqil, dari Az-Zuhri menyebutkan bahwa telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Muhammad ibnul Mugirah ibnu Akhnas yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda:

تُقْطَعُ الْآجَالُ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى شَعْبَانَ، حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْكِحُ وَيُولَدُ لَهُ، وَقَدْ أُخْرِجَ اسْمُهُ فِي الْمَوْتَى

Ajal itu diputuskan dari bulan Sya’ban hingga bulan Sya’ban berikutnya, sehingga seorang lelaki benar-benar kawin dan mempunyai anak, sedangkan daftar namanya telah dikeluarkan termasuk orang-orang (yang akan) mati.

Maka hadis ini berpredikat mursal, dan hadis yang seperti ini tidak dapat dijadikan sebagai dalil untuk menentang nas yang jelas.


إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍۢ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ 3

(3) sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.

(3) 


Firman Allah Swt.:

إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan. (Ad-Dukhan: 3)

Yakni memberitahukan kepada manusia segala apa yang bermanfaat dan yang mudarat bagi mereka melalui hukum syara' agar alasan Allah Swt. telah ditegakkan terhadap hamba-hamba-Nya.


فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ 4

(4) Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,

(4) 


Firman Allah Swt.:

فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Ad-Dukhan:4)

Di malam Lailatul Qadar dijelaskan dari Lauh Mahfuz kepada para malaikat pencatat perihal urusan satu tahun dan ajal-ajal yang akan terjadi di tahun itu, dan rezeki-rezeki yang di turunkan tahun itu, serta semua peristiwa yang akan terjadi padanya, dan lain sebagainya. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, Mujahid, Abu Malik, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf.

Firman Allah Swt.:

حَكِيمٌ

yang penuh hikmah. (Ad-Dukhan:4)

Yakni dengan keputusan yang tetap, tidak dapat diganti, tidak dapat pula diubah. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


أَمْرًۭا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ 5

(5) (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,

(5) 

أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا

(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. (Ad-Dukhan:5)

Semua urusan yang akan terjadi yang telah ditetapkan oleh takdir Allah Swt. dan apa yang telah diwahyukan oleh-Nya adalah berdasarkan perintah, izin, dan sepengetahuan-Nya.

إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ

Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul. (Ad-Dukhan:5)

Yakni Kamilah yang mengutus rasul kepada manusia untuk membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah yang jelas, karena sesungguhnya keperluan manusia akan hal ini sangat membutuhkannya, untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


رَحْمَةًۭ مِّن رَّبِّكَ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 6

(6) sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,

(6) 

رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 

sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Ad-Dukhan:6)

Yang menurunkan Al-Qur’an adalah Tuhan yang menguasai langit dan bumi.


رَبِّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَآ ۖ إِن كُنتُم مُّوقِنِينَ 7

(7) Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini.

(7) 

رَبِّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا

Tuhan Yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya. (Ad-Dukhan: 7)

Yang menciptakan dan Yang memiliki keduanya beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya.

إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ

jika kamu adalah orang-orang yang meyakini. (Ad-Dukhan:7 )

Yaitu jika kamu adalah orang-orang yang membuktikannya dengan yakin. Kemudian Allah Swt. menyebutkan dalam firman berikutnya:


لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْىِۦ وَيُمِيتُ ۖ رَبُّكُمْ وَرَبُّ ءَابَآئِكُمُ ٱلْأَوَّلِينَ 8

(8) Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan bapak-bapakmu yang terdahulu.

(8) 

لَا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الأوَّلِينَ

Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Tuhanmu dan Tuhan-bapak-bapakmu yang terdahulu. (Ad-Dukhan: 8)

Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ

Katakanlah, Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Al-A'raf:158), hingga akhir ayat.


بَلْ هُمْ فِى شَكٍّۢ يَلْعَبُونَ 9

(9) Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan.

(9) 

بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ يَلْعَبُونَ

Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. (Ad-Dukhan: 9)

Allah Swt. berfirman, "Tetapi orang-orang musyrik itu tenggelam di dalam keragu-raguannya." Yakni telah datang kepada mereka perkara yang hak lagi diyakini (agama Islam), sedangkan mereka meragukannya dan mendustakannya serta tidak mau membenarkannya. Kemudian Allah Swt. berfirman, mengancam mereka:



فَٱرْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِى ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍۢ مُّبِينٍۢ 10

(10) Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata,

(10) 

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ

Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10)

Sulaiman ibnu Mahran alias Al-A'masy telah meriwayatkan dari Abud Duha alias Muslim ibnu Sabiti, dari masruq yang mengatakan bahwa kami memasuki masjid Kufah yang terletak di dekat pintu gerbang masuk ke Kindah. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang sedang menceritakan kepada teman-temannya tentang makna firman-Nya: hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Tahukah kalian apakah yang dimaksud dengan dukhan (kabut) itu? Kabut itu akan datang menjelang hari kiamat, lalu menimpa pendengaran dan penglihatan orang-orang munafik, sedangkan orang-orang mukmin hanya mengalami hal yang seperti pilek saja akibat kabut tersebut. Masruq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menemui Ibnu Mas'ud r.a. dan menceritakan kepadanya perkataan lelaki itu. Saat itu Ibnu Mas'ud dalam keadaan berbaring, lalu ia terkejut dan duduk, kemudian berkata bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah befirman kepada nabi kalian: Katakanlah (hai Muhammad), "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan." (Shad: 86) Sesungguhnya termasuk pengetahuan itu ialah bila seseorang mengatakan terhadap apa yang tidak diketahuinya, bahwa hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Aku akan menceritakan hal tersebut kepada kalian. Sesungguhnya orang-orang Quraisy itu ketika menghambat agama Islam dan durhaka kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw. berdoa untuk memberi pelajaran kepada mereka agar mereka ditimpa paceklik seperti paceklik yang terjadi di masa Nabi Yusuf. Maka mereka pun tertimpa kepayahan dan kelaparan sehingga terpaksa mereka memakan tulang belulang dan bangkai. Dan mereka menengadahkan pandangannya ke langit, maka tiada yang mereka lihat kecuali hanya kabut.

Menurut riwayat lain, seseorang dari mereka bila melihatkan pandangannya ke langit (mengharapkan hujan), maka dia melihat antara dia dan langit sesuatu yang seperti kabut karena kepayahan yang dialaminya akibat kelaparan. Allah Swt. berfirman: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Ad-Dukhan: 10-11) Maka Rasulullah Saw. di datangi dan dikatakan kepadanya, "Ya Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah buat Mudar, karena sesungguhnya mereka telah binasa (akibat paceklik ini)." Maka Rasulullah Saw. memohon hujan untuk mereka, dan mereka pun diberi hujan, lalu turunlah firman-Nya: Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15)

Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa lalu azab itu dilenyapkan dari mereka; dan ketika keadaannya sudah pulih menjadi makmur, maka mereka kembali kepada keadaannya yang semula, yaitu mengingkari kebenaran. Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghancurkan mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan (Ad-Dukhan: 16)

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa hal ini terjadi dalam Perang Badar. Selanjutnya Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa telah berlalu lima peristiwa, yaitu Dukhan, Rum, Al-Qamar, Al-Batsyah, dan Al-Lizam.

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain.

Iman Ahmad meriwayatkan hadis ini di dalam kitab musnadnya, dan hadis ini pada Imam Turmuzi dan Imam Nasai tertera pada kitab tafsir masing-masing. Dan Jarir serta Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui berbagai jalur dari Al-A'masy dengan sanad yang semisal.

Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsirnya sehubungan dengan ayat ini yang mengatakan bahwa peristiwa Dukhan telah berlalu, sependapat dengan pendapat yang dikemukakan segolongan ulama Salaf, seperti Mujahid, Abul Aliyah, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak dan Atiyyah Al-Aufi pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Musafir, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Hassan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-A'raj sehubungan dengan makna firman-Nya. Hari ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10) Bahwa peristiwa ini terjadi pada hari jatuhnya kota Mekah.

Pendapat ini gharib sekali, bahkan munkar.

Ulama lainnya mengatakan bahwa peristiwa Dukhan masih belum terjadi, bahkan Dukhan merupakan salah satu pertanda hari kiamat, sebagai mana yang disebutkan terdahulu melalui hadis Abu Sarihah alias Huzaifah ibnul Usaid Al-Gifari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. muncul menuju ke arah kami dari 'Arafah, sedangkan kami saat itu sedang membicarakan tentang hari kiamat. Maka beliau bersabda:

"لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَرَوْا عَشْرَ آيَاتٍ: طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَالدُّخَانُ، وَالدَّابَّةُ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَخُرُوجُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَالدَّجَّالُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ: خَسْفٌ بِالْمُشْرِقِ، وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ، وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ تَسُوقُ النَّاسَ -أَوْ: تَحْشُرُ النَّاسَ-: تَبِيتُ مَعَهُمْ حَيْثُ بَاتُوا وَتَقِيلُ مَعَهُمْ حَيْثُ قَالُوا"

Hari kiamat tidak akan terjadi sebelum kalian melihat sepuluh tanda (yang mengawalinya), yaitu terbitnya matahari dari arah barat, Dukhan (kabut), Dabbah (binatang melata), keluarnya ya-juj dan Ma-juj, munculnya Isa putra Maryam dan Dajjal: terjadinya tiga kali gempa hebat, satu kali gempa di timur, satu kali gempa di Barat, dan satu kali lagi gempa di Jazirah Arabia; dan munculnya api dari daerah pedalaman 'Adn yang menggiring manusia —atau menghimpunkan manusia— api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka istirahat.

Hadis ini diketengahkan oleh Imam Muslim secara tunggal di dalam kitab sahihnya. Dan di dalam kitab Sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. berkata kepada Ibnu Sayyad:

"إِنِّي خَبَأْتُ لَكَ خَبْأ" قَالَ: هُوَ الدُّخ. فَقَالَ لَهُ: "اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ" قَالَ: وخبأ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ

"Sesungguhnya aku sekarang menyembunyikan sesuatu terhadapmu" Ibnu Sayyad menjawab, "Itu adalah Ad-Dukh," (Belum lagi Ibnu Sayyad merampungkan ucapannya) Rasulullah Saw. memotongnya, "Terhinalah kamu, kamu tidak akan dapat melampaui takdirmu (kedudukanmu). Rasulullah Saw. menyembunyikan terhadapnya firman Allah Swt.: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata (Ad-Dukhan: 10)

Di dalam hadis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa peristiwa yang dimaksud masih dinanti-nantikan kedatangannya. Ibnu Sayyad mengetahui peristiwa itu melalui cara tenung dan mengatakannya melalui lisan Jin; Jadi jinlah yang mengajarkan kepadanya kalimat itu, karena itulah Ibnu Sayyad mengatakannya bahwa peristiwa tersebut adalah Ad-Dukh, yakni Dukhan. Dan pada saat itu juga Rasulullah Saw. segera mengetahui cara yang dipakai oleh Ibnu Sayyad, bahwa ia memakai cara setan. Maka beliau Saw. segera memotongnya melalui sabdanya: Terhinalah engkau, engkau tidak akan dapat melampaui kedudukanmu.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan:

وَحَدَّثَنِي عِصَامُ بْنُ رَوَّاد بْنِ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ سَعِيدٍ الثَّوْرِيُّ، حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ الْمُعْتَمِرِ، عَنْ رِبْعِي بْنِ حِرَاش قَالَ: سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ الْيَمَانِ يَقُولُ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ الْآيَاتِ الدَّجَّالُ، وَنُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ، وَنَارٌ تَخْرُجُ مِنْ قَعْرِ عَدَنَ أَبْيَنُ، تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ، تَقِيلُ مَعَهُمْ إِذَا قَالُوا، وَالدُّخَانُ-قَالَ حُذَيْفَةُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الدُّخَانُ؟ فَتَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ يَغْشَى النَّاسَ هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ -يَمْلَأُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، يَمْكُثُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا وَلَيْلَةً، أَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُصِيبُهُ مِنْهُ كَهَيْئَةِ الزُّكْمَةِ ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَكُونُ بِمَنْزِلَةِ السَّكْرَانِ، يَخْرُجُ مِنْ مَنْخِرَيْهِ وَأُذُنَيْهِ وَدُبُرِهِ"

telah menceritakan kepadaku Isam ibnu Rawwad ibnul Jarrah, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Abu Sa'id As-Sauri, telah menceritakan kepada kami Mansur ibnu Mu'tamir, dari Rab'i ibnu Hirasy yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Huzaifah ibnul Yaman r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya mula-mula pertanda (kiamat) ialah Dajjal, turunnya Isa Putra Maryam a.s., api yang keluar dari pedalaman 'Adn, yang tampak jelas; api itu menggiring manusia ke tempat Mahsyar dan ikut istirahat bersama mereka di tempat mereka beristirahat, dan munculnya Dukhan (kabut) Huzaifah r.a. bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Dukhan itu?" Rasulullah Saw. menjawab dengan membacakan firman-Nya: Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 10-11) Kabut tersebut memenuhi semua kawasan yang ada di belahan timur dan belahan barat; tinggal selama empat puluh hari empat puluh malam. Adapun orang mukmin hanya mengalami seperti terserang pilek akibat pengaruh kabut itu. Sedangkan orang kafir mengalami seperti orang yang mabuk; kabut itu keluar dari lubang hidungnya, kedua telinganya, dan dubur (liang anus) nya.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa sekiranya hadis ini sahih, tentulah menjadi dalil yang menyelesaikan perbedaan pendapat dan sesungguhnya ia tidak mau menyaksikan kesahihannya karena Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani telah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Rawwad mengenai hadis ini, "Apakah engkau mendengarnya dari Sufyan" Ibnu Rawwad menjawab, "Tidak." Muhammad ibnu Khalaf bertanya lagi, "Apakah engkau membacakan hadis itu terhadapnya" ia menjawab, "Tidak." aku bertanya lagi kepadanya "Apakah dibacakan kepadanya hadis ini, sedangkan kamu menghadirinya, lalu ia mengakui hadis itu? Ia menjawab, "Tidak." aku bertanya, "Lalu dari manakah engkau mendapatkan hadis ini?" Ibnu Rawwad menjawab, "Suatu kaum datang kepadaku, lalu mereka mengemukakan hadis ini kepadaku, dan mereka mengatakan kepadaku bahwa mereka mendengar hadis ini dariku. Kemudian mereka membacakannya kepadaku, setelah itu mereka pergi dengan membaca hadis ini, dan mereka mengatakan bahwa mereka menceritakannya dariku." Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Muhammad ibnu Khalaf Al-Asqalani, atau hal yang semakna dengan kisah ini.

Ibnu Jarir dalam analisisnya terhadap hadis ini cukup jeli dan baik, karena sesungguhnya dengan sanad seperti ini, berarti hadis ini adalah hadis maudu' (buatan). Dan Ibnu Jarir banyak menyerang dan mengecam konteks-konteks yang telah dikemukakan olehnya (Ibnu Rawwad) di berbagai tempat sehubungan dengan tafsir ini: di dalamnya terdapat banyak hal yang mungkar (diingkari), terlebih lagi dalam tafsir surat Bani Israil dan riwayat mengenai Masjidil Aqsa. Hanya Allah-lah yang Maha Mengetahui.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ أَيْضًا: حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرعَة، عَنْ شُريح بْنِ عُبَيْدٍ، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إن رَبَّكُمْ أَنْذَرَكُمْ ثَلَاثًا: الدُّخَانَ يَأْخُذُ الْمُؤْمِنَ كَالزُّكْمَةِ، وَيَأْخُذُ الْكَافِرَ فَيَنْتَفِخُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مَسْمَعٍ مِنْهُ وَالثَّانِيَةُ الدَّابَّةُ وَالثَّالِثَةُ الدَّجَّالُ".

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Auf, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail ibnu Iyasy, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah dari Syuraih ibnu ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Tuhan kalian telah memperingatkan tiga perkara kepada kalian, yaitu Dukhan (kabut) yang mengenai orang mukmin seperti penyakit pilek dan mengenai orang kafir yang menjadikannya kembung hingga kabut itu keluar dari semua lubang tubuhnya. Kedua ialah munculnya hewan dan yang ketiga ialah munculnya Dajjal.

Diriwayatkan juga oleh At Thabrani dari Hasyim bin Yazid, dari Muhammad bin Ismail bin Ayyas, dengan sanad yang sama, dan Sanad ini Jayyid.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَةَ، حَدَّثَنَا صَفْوَانُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ، حَدَّثَنَا خَلِيلٌ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "يَهِيجُ الدُّخَانُ بِالنَّاسِ، فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَأْخُذُهُ كَالزُّكْمَةِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَنْفُخُهُ حَتَّى يَخْرُجَ مِنْ كُلِّ مسمع منه".

Ibnu Abi Hatim berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Zur’ah, menceritakan kepada kami Shafwan, menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Khalil dari Al-Hasan, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Dukhan (kabut) mengguncangkan manusia, tetapi bagi orang mukmim hanya mengalami hal seperti penyakit pilek, sedangkan orang kafir menjadi kembung karenanya sehingga kabut keluar dari semua lubang yang ada pada tubuhnya.

Sa'id ibnu Abu Arubah meriwayatkan hadis ini dari Qatadah, dari Al-Hasan dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a, secara mauquf. Sa'id ibnu Auf meriwayatkan hal yang semisal dari Al-Hasan.

Ibnu Abu Hatim. mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Al-Haris dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa pertanda (hari kiamat) berupa Dukhan (kabut) masih belum terjadi. Kabut itu mengenai orang mukmin bagaikan penyakit pilek, tetapi orang kafir menjadi kembung karenaya hingga menembusnya.

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui Al-Walid ibnu Jami', dari Abdul Malik ibnul Mugirah, Abdur Rahman ibnus Sulaimani, dari Ibnu Umar r.a. yang mengatakan bahwa (kelak sebelum kiamat) muncul Dukhan (kabut) dan melanda orang mukmin bagaikan penyakit pilek, dan kabut itu memasuki semua lubang tubuh orang kafir dan orang munafik sehingga seperti kepala yang dipanggang di atas bara yang panas.

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'kub telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, dari Ibnu Juraij, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah yang mengatakan bahwa pada suatu hari ia pergi mengunjungi Ibnu Abbas r.a. Maka Ibnu Abbas berkata, "Tadi malam aku tidak dapat tidur sampai pagi hari." Aku bertanya, "Mengapa?" Ibnu Abbas menjawab, "Telah muncul bintang yang berekor, maka aku merasa khawatir bila itu pertanda munculnya Dukhan (kabut), hingga aku tidak dapat tidur semalaman sampai pagi hari."

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Ibnu Umar, dari Sufyan, dari Abdullah ibnu Abu Yazid, dari Abdullah ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal yang semisal. Sanad riwayat ini memang sahih sampai kepada Ibnu Abbas r.a. ulama umat ini dan penerjemah Al-Qur'an.

Hal yang sama telah dikatakan oleh orang-orang yang sependapat dengan Ibnu Abbas dari kalangan sahabat dan tabiin, juga hadis-hadis marfu' dalam kitab-kitab sahih dan hasan serta hadis lainnya yang diketengahkan oleh mereka. Di dalamnya terkandung dalil yang jelas dan dapat diterima, menyatakan bahwa Dukhan merupakan salah satu pertanda yang masih ditunggu-tunggu kedatangannya. Selain itu pengertian lahiriah ayat sependapat dengan ini, karena Allah Swt. telah berfirman:

فَارْتَقِبْ يَوْمَ تَأْتِي السَّمَاءُ بِدُخَانٍ مُبِينٍ

Maka tunggulah ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhan: 10)

Yakni kabut yang nyata lagi jelas dapat dilihat oleh setiap orang. Tetapi menurut tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud r.a, sesungguhnya kabut itu hanyalah berasal dari ilusi, yang terlihat oleh mereka akibat kelaparan dan kepayahan yang menimpa mereka. Demikian pula apa yang disebutkan dalam firman berikutnya:



يَغْشَى ٱلنَّاسَ ۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌۭ 11

(11) yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.

(11) 

يَغْشَى النَّاسَ

yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11)

Maksudnya, menutupi mereka semuanya secara merata. Seandainya kabut itu merupakan ilusi, tentulah yang mengalaminya hanyalah penduduk Mekah yang musyrik saja, dan tidak akan disebutkan oleh firman-Nya: yang meliputi manusia. (Ad-Dukhan: 11)

Adapun firman Allah Swt.:.

هَذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Inilah azab yang pedih (Ad-Dukhan: 11)

Dikatakan hal ini kepada mereka dengan nada mengecam dan mencemoohkan. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain yaitu:

يَوْمَ يُدَعُّونَ إِلَى نَارِ جَهَنَّمَ دَعًّا هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ

Pada hari mereka didorong ke neraka Jahanam dengan sekuat-kuatnya (dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya.”(Ath-Thur: 13-14)

Atau dapat pula diartikan bahwa ucapan itu dikatakan oleh sebagian dari mereka kepada sebagian yang lain.


رَّبَّنَا ٱكْشِفْ عَنَّا ٱلْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ 12

(12) (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman".

(12) 

Firman Allah Swt.:

رَبَّنَا اكْشِفْ عَنَّا الْعَذَابَ إِنَّا مُؤْمِنُونَ

(mereka berdoa), "Ya Tuhan kami, lenyapkanlah dari kami azab itu. Sesungguhnya kami akan beriman.” (Ad-Dukhan: 12)

Yakni orang-orang kafir itu —di kala mereka menyaksikan azab Allah dan siksaan-Nya— memohon agar azab dan siksaan itu dilenyapkan dari mereka dan mereka dibebaskan darinya. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). (Al-An'am: 27)

Dan juga apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ

Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul.” (Kepada mereka dikatakan), “Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? (Ibrahim: 44)


أَنَّىٰ لَهُمُ ٱلذِّكْرَىٰ وَقَدْ جَآءَهُمْ رَسُولٌۭ مُّبِينٌۭ 13

(13) Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan,

(13) 

Hal yang sama dikatakan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:

أَنَّى لَهُمُ الذِّكْرَى وَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مُبِينٌ 

Bagaimanakah mereka dapat menerima peringatan, padahal telah datang kepada mereka seorang rasul yang memberi penjelasan,  (Ad-Dukhan: 13)

Allah Swt. berfirman, "Mana mungkin mereka mau menerima peringatan, padahal telah kami utus kepada mereka seorang risalah yang jelas risalah dan peringatan yang dibawanya, 


ثُمَّ تَوَلَّوْا۟ عَنْهُ وَقَالُوا۟ مُعَلَّمٌۭ مَّجْنُونٌ 14

(14) kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang gila".

(14) 

 ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ

Kemudian mereka berpaling darinya dan berkata "Dia adalah seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi seorang yang gila" (Ad-Dukhan: 14)

Allah Swt. berfirman, "tetapi mereka berpaling darinya dan tidak setuju dengannya, bahkan mendustakannya dan mengatakan, 'Dia adalah seorang yang menerima ajaran dari orang lain lagi pula seorang yang gila'." Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الإنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى

Pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya (Al-Fajr: 23)

Semakna pula dengan firman-Nya:

وَلَوْ تَرَى إِذْ فَزِعُوا فَلا فَوْتَ وَأُخِذُوا مِنْ مَكَانٍ قَرِيبٍ وَقَالُوا آمَنَّا بِهِ وَأَنَّى لَهُمُ التَّنَاوُشُ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ

Dan (Alangkah hebatnya) jikalau kamu melihat ketika mereka (orang-orang kafir) terperanjat ketakutan (pada hari kiamat); maka mereka tidak dapat melepaskan diri dan mereka ditangkap dari tempat yang dekat (untuk dibawa ke neraka) dan (diwaktu itu) mereka berkata, 'Kami beriman kepada Allah, bagaimanakah mereka dapat mencapai (keimanan) dari tempat yang jauh itu (Saba: 51 -52) hingga akhir surat.



إِنَّا كَاشِفُوا۟ ٱلْعَذَابِ قَلِيلًا ۚ إِنَّكُمْ عَآئِدُونَ 15

(15) Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaan itu agak sedikit sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar).

(15) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا كَاشِفُوا الْعَذَابِ قَلِيلا إِنَّكُمْ عَائِدُونَ

Sesungguhnya (kalau) Kami akan melenyapkan siksaaan itu agak sedikit, sesungguhnya kamu akan kembali (ingkar). (Ad-Dukhan: 15)

Ada dua takwil sehubungan dengan makna ayat ini. Yang pertama, Allah Swt. berfirman, "Seandainya Kami lenyapkan azab itu dari kalian dan Kami kembalikan kalian ke dunia, niscaya kalian akan kembali mengulangi perbuatan kalian yang terdahulu berupa kekafiran dan mendustakan kebenaran." Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat yang lain, yaitu:

وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al-Mu’minun: 75)

Dan semakna dengan firman-Nya:

وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)

Kedua, dapat diartikan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Kami menangguhkan azab dari kalian barang sebentar sesudah terpenuhi­nya semua penyebab turunnya azab kepada kalian, sedangkan kalian masih terus-menerus melakukan kesesatan dan perbuatan melampaui batas. Dan pengertian 'dilenyapkannya azab dari mereka' bukan berarti mereka sedang mengalaminya, semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:

إِلا قَوْمَ يُونُسَ لَمَّا آمَنُوا كَشَفْنَا عَنْهُمْ عَذَابَ الْخِزْيِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ

Selain kaum Yunus? Tatkala mereka (kaum Yunus itu) beriman, Kami lenyapkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang tertentu. (Yunus: 98)

Azab tidak sedang mereka alami dan masih belum sampai kepada mereka melainkan hanya penyebab-penyebabnya saja. Dan hal ini bukan berarti pula bahwa mereka telah meninggalkan kekafiran mereka, lalu mereka kembali lagi kepada kekafiran itu. Allah Swt. telah berfirman, menceritakan perihal Syu'aib a.s. yang berkata kepada kaumnya saat mereka mengatakan kepadanya:

لَنُخْرِجَنَّكَ يَا شُعَيْبُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا قَالَ أَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِينَ قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللَّه مِنْهَا

"Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu, dari kota kami; kecuali kamu kembali pada agama kami.” Berkata Syu'aib "Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya? Sungguh kami mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami darinya.” (Al-A'raf: 88-89)

Nabi Syu'aib sama sekali tidak pernah memeluk agama mereka dan tidak pula sejalan dengan mereka.

Qatadah mengatakan bahwa makna ayat ialah sesungguhnya kalian akan kembali (melakukan perbuatan-perbuatan yang menjerumuskan diri kalian ke dalam) azab Allah.


يَوْمَ نَبْطِشُ ٱلْبَطْشَةَ ٱلْكُبْرَىٰٓ إِنَّا مُنتَقِمُونَ 16

(16) (Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan.

(16) 

Firman Allah Swt.:

يَوْمَ نَبْطِشُ الْبَطْشَةَ الْكُبْرَى إِنَّا مُنْتَقِمُونَ

(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghantam mereka dengan hantaman yang keras. Sesungguhnya Kami adalah Pemberi balasan. (Ad-Dukhan: 16)

Ibnu Mas'ud menafsirkan makna ayat ini, bahwa hari itu adalah Perang Badar. Dan inilah yang dikatakan oleh sejumlah ulama yang sependapat dengan Ibnu Mas'ud r.a. dalam tafsir Ad-Dukhan (kabut) yang telah diterangkan sebelumnya.

Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas r.a. melalui riwayat Al-Aufi, dari Ibnu Abbas dan dari Ubay ibnu Ka'b r.a. hal yang semisal. Pendapat ini merupakan salah satu dari takwilnya, tetapi lahiriah ayat menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari kiamat, sekalipun dalam Perang Badar dinamakan pula sebagai hari pembalasan.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Ikrimah yang mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan bahwa Ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan bahwa yang di­maksud dengan hantaman yang keras adalah hari Perang Badar, tetapi menurut hemat saya (Ibnu Abbas) peristiwa itu terjadi pada hari kiamat nanti.

Sanad riwayat ini sahih bersumber dari Ibnu Abbas. Pendapat yang semisal dikatakan pula oleh Al-Hasan Al-Basri dan Ikrimah menurut salah satu di antara dua riwayat yang tersahih. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَآءَهُمْ رَسُولٌۭ كَرِيمٌ 17

(17) Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir'aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia,

(17) 

Allah Swt. berfirman, bahwa sesungguhnya sebelum orang-orang musyrik itu Kami telah menguji kaum Fir'aun bangsa Egypt yang tinggal di negeri Mesir.

وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ

Dan telah datang kepada mereka seseorang rasul yang mulia. (Ad-Dukhan: 17)

yaitu Musa a.s. yang pernah diajak berbicara langsung oleh Allah Swt.


أَنْ أَدُّوٓا۟ إِلَىَّ عِبَادَ ٱللَّهِ ۖ إِنِّى لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌۭ 18

(18) (dengan berkata): "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu,

(18) 

أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ

(dengan berkata) "Serahkanlah hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak) kepadaku. (Ad-Dukhan: 18)

semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَأَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلا تُعَذِّبْهُمْ قَدْ جِئْنَاكَ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكَ وَالسَّلامُ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الْهُدَى

Maka lepaskanlah Bani Israil bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan kami) dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang-orang yang mengikuti petunjuk. (Thaha: 47)

Adapun firman Allah Swt.:

إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ

Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu. (Ad-Dukhan: 18)

Yakni dipercaya oleh-Nya untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kalian.