5 - المائدة - Al-Maaida

Juz : 6

The Table
Medinan

وَحَسِبُوٓا۟ أَلَّا تَكُونَ فِتْنَةٌۭ فَعَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ ثُمَّ تَابَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ ثُمَّ عَمُوا۟ وَصَمُّوا۟ كَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ ۚ وَٱللَّهُ بَصِيرٌۢ بِمَا يَعْمَلُونَ 71

(71) Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

(71) 

Hanya saja Allah memberikan ampunan kepada mereka atas perbuatan mereka itu.

ثُمَّ عَمُوا وَصَمُّوا

kemudian menjadi buta dan tulilah. (Al-Maidah: 71)

Yakni sesudah itu.

كَثِيرٌ مِنْهُمْ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

kebanyakan dari mereka Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Maidah: 71)

Allah selalu melihat mereka dan mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak disesatkan dari kalangan mereka.


لَقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ ٱلْمَسِيحُ يَٰبَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ رَبِّى وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُۥ مَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِ ٱلْجَنَّةَ وَمَأْوَىٰهُ ٱلنَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنْ أَنصَارٍۢ 72

(72) Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

(72) 

Allah Swt. Berfirman menjatuhkan keputusan kafir terhadap beberapa golongan dari kaum Nasrani —yaitu golongan Malakiyah, Ya'qubiyah, dan Nusturiyah— karena sebagian dari mereka mengatakan bahwa Al-Masih adalah tuhan. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan dan Mahasuci dengan ketinggian yang setinggi-tingginya. Dalam keterang­an sebelumnya telah disebutkan, mereka telah diberi tahu bahwa Al-Masih itu adalah hamba dan utusan Allah. Kalimat yang mula-mula diucapkannya selagi ia masih berada dalam buaian ialah, "Sesungguhnya aku adalah hamba Allah!' Dan ia tidak mengatakan bahwa dirinya adalah Allah, tidak pula sebagai anak Allah, melainkan dia mengatakan:

إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا إِلَى أَنْ قَالَ: وإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

Sesungguhnya aku ini hamba Allah; Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 3) Sampai dengan beberapa ayat berikutnya, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhan kalian, maka sembahlah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (Maryam: 36)

Demikian pula di saat masa dewasanya dan telah diangkat menjadi nabi, dia mengatakan kepada mereka seraya memerintahkan agar mereka menyembah Allah, Tuhannya dan Tuhan mereka semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah dalam surat ini disebutkan melalui firman-Nya:

وَقَالَ الْمَسِيح ُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ

padahal Al-Masih (sendiri) berkata, "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhan kalian.” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah. (Al-Maidah: 72)

yaitu menyembah selain Allah bersama Dia.

فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ

maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka (Al Maidah : 72)

Yakni Allah memastikannya menjadi penghuni neraka dan mengharam­kan surga atasnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam firman lainnya, yaitu:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48)

Dan Allah Swt. telah berfirman:

وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ

Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga, "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepada kalian." Mereka (penghuni surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.”(Al-A'raf: 5)

Di dalam kitab Sahih disebutkan bahwa Nabi Saw.pernah memerintah­kan seorang juru penyeru untuk menyerukan di kalangan khalayak ramai, bahwa sesungguhnya surga itu tiada yang dapat masuk ke dalamnya kecuali jiwa yang muslim. Menurut lafaz yang lain disebutkan jiwa yang mukmin. Dalam pembahasan sebelumnya, yaitu pada permulaan tafsir surat An-Nisa, tepatnya pada pembahasan firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (An-Nisa: 48)

Disebutkan sebuah hadis melalui Yazid ibnu Babnus, dari Siti Aisyah, bahwa diwan (catatan amal) itu ada tiga macam. Lalu disebutkan salah satunya, yaitu suatu diwan yang Allah tidak mau memberikan ampunan padanya, yaitu dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan selain-Nya). Allah Swt. berfirman: Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga. (Al-Maidah: 72)

Hadis ini terdapat di dalam kitab Musnad Imam Ahmad. Karena itu, dalam surat ini disebutkan oleh Allah Swt,, menceritakan keadaan Al-Masih, bahwa dia telah mengatakan kepada kaum Bani Israil:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tem­patnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun. (Al-Maidah: 72)

Yakni di hadapan Allah dia tidak memperoleh seorang penolong pun, tiada yang membantunya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan dia dari apa yang dialaminya.

****

Firman Allah Swt.:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73). Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak).

Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat garib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak. Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya.

Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu —yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah— semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.

As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu.

As-Saddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam akhir surat ini melalui firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'?” Isa menjawab, "Mahasuci Engkau.” (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.

Pendapat inilah yang terkuat.

****

Firman Allah Swt.:

وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ

padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73)

Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk.

Kemudian Allah Swt. berfirman seraya mengancam dan menekan mereka:

وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ

Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73)

Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu.

لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73)

Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.

*****

Kemudian Allah Swt. berfirman:

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah : 74)

Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah Swt. kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.

****

Firman Allah Swt.:

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75)

Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya. Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59)

****

Firman Allah Swt.:

وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ

dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75)

Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.

Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susukanlah dia.” (Al-Qashash: 7)

Pengertian lafaz wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian.

Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah Swt. berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 19)

Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.

****

Firman Allah Swt.:

كَانَا يَأْكُلانِ الطَّعَامَ

kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75)

Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ

Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. ( Al-Maidah: 75)

Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka.

ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75)

Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?


لَّقَدْ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓا۟ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٍۢ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا۟ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 73

(73) Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

(73) 

Firman Allah Swt.:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahw Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah: 73)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan Al-Hasanjani, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Hakam ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl, telah menceritakan kepada kami Abu Sakhr sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah salah satu dari yang tiga. (Al-Maidah; 73). Hat itu seperti perkataan orang-orang Yahudi, bahwa Uzair adalah anak Allah; dan orang-orang Nasrani mengatakan Al-Masih adalah putra Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga (yakni ada tuhan ayah, tuhan ibu, dan tuhan anak).

Tetapi pendapat ini bila dikaitkan dengan tafsir ayat ini berpredikat garib, mengingat pendapat ini mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dua golongan, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani. Pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Nasrani saja secara khusus. Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Kemudian mereka berselisih pendapat mengenainya. Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah orang-orang yang kafir dari kalangan mereka (kaum Ahli Kitab), yaitu mereka yang mengatakan ajaran trinitas, yaitu tuhan ayah, tuhan anak, dan tuhan ibu yang melahirkan tuhan anak. Mahatinggi Allah dari perkataan mereka dengan ketinggian yang Setinggi-tingginya.

Ibnu Jarir dan lain-lainnya mengatakan, ketiga sekte itu —yakni sekte Malakiyah, sekte Ya'qubiyah, dan sekte Nusturiyah— semuanya mengatakan ajaran trinitas ini, sekalipun mereka berbeda pendapat mengenainya dengan perbedaan yang sangat mencolok; pembahasan mengenainya bukan dalam kitab ini. Setiap golongan dari mereka mengafirkan golongan yang lain, tetapi pada prinsipnya ketiga golongan itu semuanya kafir.

As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan sikap mereka yang menjadikan Al-Masih dan ibunya sebagai dua tuhan selain Allah. Mereka menjadikan Allah sebagai salah satu dari yang tiga itu.

As-Saddi mengatakan bahwa makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam akhir surat ini melalui firman-Nya:

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'?” Isa menjawab, "Mahasuci Engkau.” (Al-Maidah: 116), hingga akhir ayat.

Pendapat inilah yang terkuat.

****

Firman Allah Swt.:

وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلا إِلَهٌ وَاحِدٌ

padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. (Al-Maidah: 73)

Dengan kata lain, Tuhan itu tidak berbilang, melainkan Maha Esa, tiada yang menyekutui-Nya, Tuhan semua yang ada, dan Tuhan semua makhluk.

Kemudian Allah Swt. berfirman seraya mengancam dan menekan mereka:

وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ

Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu. (Al-Maidah: 73)

Yakni tidak mau berhenti dari kebohongan dan kedustaan itu.

لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al-Maidah: 73)

Yaitu kelak di hari kemudian, berupa belenggu-belenggu dan berbagai macam siksaan.


أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى ٱللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ 74

(74) Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(74) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

أَفَلا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Maka mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al Maidah : 74)

Demikianlah kemurahan, kedermawanan, kelapangan, kelembutan, dan rahmat Allah Swt. kepada makhluk-Nya. Sekalipun mereka melakukan dosa yang paling besar melalui kebohongan dan kedustaan yang mereka buat-buat terhadap Allah, Allah tetap menyeru mereka untuk bertobat dan memohon ampun; karena setiap orang yang bertobat kepada-Nya, niscaya Dia menerima tobatnya.


مَّا ٱلْمَسِيحُ ٱبْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌۭ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٌۭ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ ٱلطَّعَامَ ۗ ٱنظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلْءَايَٰتِ ثُمَّ ٱنظُرْ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ 75

(75) Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).

(75) 

Firman Allah Swt.:

مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ

Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. (Al-Maidah: 75)

Yakni sama halnya seperti semua rasul yang mendahuluinya. Dengan kata lain, dia adalah salah seorang dari hamba-hamba Allah dan salah seorang dari rasul-rasul-Nya yang mulia. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain:

إِنْ هُوَ إِلا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ

Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. (Az-Zukhruf: 59)

****

Firman Allah Swt.:

وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ

dan ibunya seorang yang sangat benar. (Al-Maidah: 75)

Yaitu beriman kepada Isa dan membenarkannya. Hal ini merupakan kedudukan yang paling tinggi baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa Maryam bukanlah seorang nabi perempuan; tidak seperti apa yang diduga oleh Ibnu Hazm dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa ibu Nabi Ishaq (Sarah), ibu Nabi Musa, dan ibu Nabi Isa semuanya adalah nabi wanita.

Ibnu Hazm mengatakan demikian dengan berdalilkan bahwa para malaikat berbicara dengan Sarah dan Maryam, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ

Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, "Susukanlah dia.” (Al-Qashash: 7)

Pengertian lafaz wa auhaina ini menunjukkan derajat kenabian.

Tetapi menurut pendapat jumhur ulama, Allah belum pernah mengutus seorang nabi melainkan dari kalangan kaum laki-laki. Allah Swt. berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 19)

Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari telah meriwayatkan adanya kesepakatan para ulama akan ketetapan ini.

****

Firman Allah Swt.:

كَانَا يَأْكُلانِ الطَّعَامَ

kedua-duanya biasa memakan makanan. (Al-Maidah: 75)

Yakni mereka memerlukan makanan dan mengeluarkan kotorannya, dan merupakan dua orang hamba, sama dengan manusia lainnya, sama sekali bukan tuhan, tidak seperti apa yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani yang bodoh; semoga laknat Allah terus-menerus menimpa mereka sampai hari kiamat.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

انْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الآيَاتِ

Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (Ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan Kami. ( Al-Maidah: 75)

Yaitu ayat-ayat yang telah Kami jelaskan dan kami tampakkan kepada mereka.

ثُمَّ انْظُرْ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

Kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Al-Maidah: 75)

Yakni kemudian perhatikanlah sesudah penjelasan dan keterangan itu, ke manakah mereka akan pergi, pendapat apakah yang mereka pegang, serta aliran sesat manakah yang mereka tempuh?


قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّۭا وَلَا نَفْعًۭا ۚ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 76

(76) Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

(76) 

Allah Swt. berfirman mengingkari perbuatan orang-orang yang menyembah selain-Nya —yaitu mereka yang menyembah berhala, patung, dan gambar— seraya menjelaskan kepada mereka bahwa semua­nya itu tidak berhak sedikit pun untuk disembah sebagai tuhan.

Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

قُلْ

Katakanlah (Al-Maidah: 76)

hai Muhammad, kepada mereka yang menyembah kepada selain Allah; yakni dari kalangan anak-anak Adam, termasuk orang-orang Nasrani dan lain-lainnya.

أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلا نَفْعًا

Mengapa kalian menyembah selain Allah, sesuatuyang tidak dapat memberi mudarat kepada kalian dan tidak (pula) memberi manfaat? (Al-Maidah: 76)

Yakni yang tidak dapat menolak bahaya dari kalian, tidak pula menyam­paikan manfaat kepada kalian.

وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Maidah: 76)

Yaitu Dia Maha Mendengar semua perkataan hamba-hamba-Nya lagi Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka mengapa kalian menyimpang hingga menyembah benda mati yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, tidak dapat mengetahui sesuatu pun, tidak dapat memberi mudarat dan tidak pula memberi manfaat untuk dirinya sendiri, tidak pula untuk orang lain.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ

Katakanlah "Hai Ahli Kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian.” (Al-Maidah: 77)

Yakni janganlah kalian melampaui batas dalam mengikuti kebenaran, dan janganlah kalian menyanjung orang yang kalian diperintahkan untuk menghormatinya, lalu kalian melampaui batas dalam menyanjungnya hingga mengeluarkannya dari kedudukan kenabian sampai kepada kedudukan sebagai tuhan. Yaitu seperti yang kalian lakukan terhadap Al-Masih, padahal dia adalah salah seorang dari nabi-nabi Allah, tetapi kalian menjadikannya sebagai tuhan selain Allah. Hal ini tidak kalian lakukan melainkan hanya semata-mata kalian mengikuti guru-guru kalian, yaitu guru-guru sesat yang merupakan para pendahulu kalian dari kalangan orang-orang yang sesat di masa lalu.

وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah: 77)

Yakni mereka menyimpang dari jalan yang lurus dan benar, menuju kepada jalan kesesalan dan kesalahan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Abu Ja'far, dari ayahnya, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas yang mengatakan bahwa dahulu ada seorang alim yang mengajarkan Al-Kitab dan Sunnah kepada banyak kaum selama suatu masa. Kemudian datanglah setan dan mengatakan (kepadanya), "Sesungguhnya yang kamu ajarkan hanyalah peninggalan atau perintah yang telah diamalkan sebelum kamu, maka kamu tidak beroleh pujian karenanya. Tetapi buatlah suatu perkara dari dirimu sendiri, lalu ajaklah manusia, dan paksa mereka mengamalkannya." Kemudian orang itu melakukan hal tersebut, tetapi setelah lewat suatu masa ia sadar, Ia bermaksud bertobat dari perbuatannya itu, maka ia melucuti semua kekuasaan dan kerajaannya; dan ia bermaksud melakukan ibadah hingga akhir hayatnya agar semua dosanya terhapus. Setelah beberapa hari dalam ibadahnya, ia didatangi, lalu dikatakan kepadanya, "Sekiranya tobatmu menyangkut dosa antara kamu dengan Tuhanmu (hak Tuhan), maka ada kemungkinan tobatmu dapat diterima. Tetapi kamu harus ingat bahwa si anu dan si anu serta lain-lainnya telah sesat dalam membelamu, sedangkan mereka telah meninggal dunia da­lam keadaan sesat. Maka mana mungkin kamu dapat memberikan pe­tunjuk kepada mereka. Karena itu, tiada tobat bagimu selama- lamanya."

Ar-Rabi’ ibnu Abas mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang seperti itu dan lain-lainnya yang serupa, menurut apa yang kami terima, yakni firman-Nya:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ

Hai Ahli Kitab Janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agama kalian. Dan janganlah kalian mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Al-Maidah: 77)