5 - المائدة - Al-Maaida

Juz : 6

The Table
Medinan

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّـَٔاتِهِمْ وَلَأَدْخَلْنَٰهُمْ جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ 65

(65) Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

(65) 

Selanjutnya Allah Swt. berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ آمَنُوا وَاتَّقَوْا

Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa. (Al-Maidah: 65)

Yaitu seandainya mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi apa yang biasa mereka kerjakan berupa dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan yang haram.

لَكَفَّرْنَا عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخَلْنَاهُمْ جَنَّاتِ النَّعِيمِ

tentulah Kami hapus kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. (Al-Maidah: 65)

Yakni niscaya akan Kami hapuskan dari mereka hal-hal yang tidak di­inginkan, dan Kami hantarkan mereka kepada tujuan yang didambakan.


وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِم مِّن رَّبِّهِمْ لَأَكَلُوا۟ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم ۚ مِّنْهُمْ أُمَّةٌۭ مُّقْتَصِدَةٌۭ ۖ وَكَثِيرٌۭ مِّنْهُمْ سَآءَ مَا يَعْمَلُونَ 66

(66) Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.

(66) 

وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ وَمَا أُنزلَ إِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ

Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan Al-Qur’an yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya. (Al-Maidah: 66)

Menurut Ibnu Abbas dan lain-lainnya, yang dimaksud dengan "apa yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya" ialah Al-Qur'an.

لأكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-Maidah: 66)

Yaitu seandainya mereka mengamalkan kandungan kitab-kitab yang ada di tangan mereka dari nabi-nabi mereka dengan apa adanya tanpa penyimpangan, pergantian, dan perubahan, niscaya mereka akan terbim­bing untuk mengikuti kebenaran dan mengamalkan apa yang sesuai dengan risalah yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Saw. karena sesungguhnya di dalam kitab-kitab mereka tertulis pernyata­an yang membenarkan risalah Nabi Muhammad dan perintah untuk mengikutinya secara tegas tanpa ada pilihan lain. Adapun firman Allah Swt. berikut:

لأكَلُوا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ أَرْجُلِهِمْ

Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bahwa kaki mereka. (Al-Maidah: 66)

Makna yang dimaksud ialah banyak rezeki yang turun kepada mereka dari langit dan yang tumbuh dari tanah.

Ali ibnu Abu Talhah mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka. (Al-Maidah: 66) Yakni niscaya Kami akan turunkan hujan dari langit kepada mereka. dan dari bawah kaki mereka. (Al-Maidah: 66) Yaitu akan dikeluarkan dari bumi keberkahan yang ada di dalamnya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Qatadah, dan As-Saddi.

Perihalnya semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. (Al-A'raf: 96), hingga akhir ayat.

Dan Allah Swt. telah berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. (Ar-Rum: 41), hingga akhir ayat.

Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa firman-Nya: niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. (Al-Maidah: 66) Makna yang dimaksud ialah, mereka memperolehnya tanpa susah payah dan tanpa mengeluarkan tenaga serta bebas dari kesengsaraan.

Ibnu Jarir mengatakan, sebagian dari mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah "niscaya mereka berada dalam kebaikan". Perihalnya sama dengan perkataan seseorang , "Dia berada dalam kebaikan dari atas sampai ke bawahnya." Tetapi Ibnu Jarir setelah mengemukakannya membantah pendapat ini, mengingat hal itu bertentangan dengan pen­dapat-pendapat ulama Salaf.

Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan firman-Nya: Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil. (Al-Maidah: 66) menyebutkan sebuah hadits.

حَدِيثَ عَلْقَمَةَ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يُوشِكُ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ". فَقَالَ زِيَادُ بْنُ لَبِيدٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يُرْفَعُ الْعِلْمُ وَقَدْ قَرَأْنَا الْقُرْآنَ وَعَلَّمْنَاهُ أَبْنَاءَنَا؟! قَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا ابْنَ لَبِيدٍ! إِنْ كُنْتُ لَأَرَاكَ مِنْ أَفْقَهِ أَهْلِ الْمَدِينَةِ، أَوَلَيِسَتِ (التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ بِأَيْدِي الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى، فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ حِينَ تَرَكُوا أَمْرَ اللَّهِ" ثُمَّ قَرَأَ وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ

Untuk itu, ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Alqamah, dari Safwan ibnu Amr, dari Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sudah dekat waktunya ilmu akan diangkat Allah. Maka Ziyad ibnu Labid bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin ilmu diangkat, sedangkan kami membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada anak-anak kami." Nabi Saw. bersabda: Semoga ibumu kehilangan kamu, hai Ibnu Labid. Sekalipun aku memandang engkau termasuk orang yang paling alim dari kalangan penduduk Madinah, tetapi bukankah kitab Taurat dan kitab Injil berada di tangan orang-orang Yahudi dan Nasrani, tetapi tidak bermanfaat bagi mereka karena mereka meninggalkan perintah. Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil. (Al-Maidah: 66)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim secara mu’allaq pada permulaan sanadnya, sedangkan pada akhirnya secara mursal.

وَقَدْ رَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ متصلا موصولا فقال: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الجَعْد، عَنْ زِيَادِ بْنِ لَبِيد قَالَ: ذَكَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا فَقَالَ: "وَذَاكَ عِنْدَ ذَهَابِ الْعِلْمِ". قَالَ: قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ يَذْهَبُ الْعِلْمُ وَنَحْنُ نَقْرَأُ الْقُرْآنَ ونُقْرئه أَبْنَاءَنَا، ويُقْرئه أَبْنَاؤُنَا أَبْنَاءَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: "ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا ابْنَ أُمِّ لَبِيدٍ، إِنْ كنتُ لَأَرَاكَ مِنْ أَفْقَهِ رَجُلٍ بِالْمَدِينَةِ، أَوْ لَيْسَ هَذِهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَلَا يَنْتَفِعُونَ مِمَّا فِيهِمَا بِشَيْءٍ"

Imam Ahmad ibnu Hambal telah meriwayatkan secara muttasil lagi mausul. Untuk itu, ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Salim ibnu Abul Ja'd, dari Ziyad ibnu Lubaid, bahwa Nabi Saw. pernah menye­butkan suatu hal dan pada akhirnya beliau bersabda: Yang demikian itu pertanda akan lenyapnya ilmu. Ziyad ibnu Lubaid melanjutkan kisahnya: Kami mengajukan per­tanyaan, "Wahai Rasulullah, mana mungkin ilmu dapat lenyap, sedang­kan kami selalu membaca Al-Qur'an dan mengajarkannya kepada anak-anak kami, anak-anak kami pun mengajarkannya kepada anak-anak mereka sampai hari kiamat?" Rasulullah Saw. bersabda: Semoga ibumu kehilangan kamu, hai Ibnu Labid. Sekalipun aku memandangmu termasuk orang yang paling alim di Madinah, tetapi bukankah orang-orang Yahudi dan Nasrani ini membaca Taurat dan Injil, tetapi mereka tidak mengambil manfaat dari apa yang terkandung di dalam kedua kitab tersebut barang sedikit pun.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Bakr ibnu Abu Syaibah, dari Waki' dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Sanad hadis ini sahih.

****

Firman Allah Swt.:

مِنْهُمْ أُمَّةٌ مُقْتَصِدَةٌ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ سَاءَ مَا يَعْمَلُونَ

Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. (Al-Maidah: 66)

Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَمِنْ قَوْمِ مُوسَى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ

Dan di antara kaum Musa itu terdapat umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan hak itulah mereka menjalankan keadilan (Al A’raf : 159)

Sama dengan firman Allah Swt. yang menyebutkan perihal para pengikut Nabi Isa, yaitu:

فَآتَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا مِنْهُمْ أَجْرَهُمْ

Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya. (Al-Hadid: 27)

Maka Allah menjadikan kedudukan yang tertinggi dari mereka (Ahli Kitab yang beriman) ialah pertengahan, sedangkan kedudukan tersebut merupakan kedudukan menengah dari umat Nabi Muhammad Saw. Dan kedudukan yang lebih tinggi daripada itu ialah kedudukan sabiqun (bersegera dalam mengerjakan kebaikan), seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا

Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka) surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya. (Fatir: 32-33) hingga akhir ayat.

Pendapat yang benar mengatakan bahwa ketiga golongan dari umat ini semuanya masuk surga.

قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ الضَّبِّي، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا أَبُو مَعْشَر، عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ يَزِيدَ بْنِ طَلْحَةَ، عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "تَفَرَّقَتْ أُمَّةُ مُوسَى عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ مِلَّةً، سَبْعُونَ مِنْهَا فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَتَفَرَّقَتْ أُمَّةُ عِيسَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً، وَاحِدَةٌ مِنْهَا فِي الْجَنَّةِ وَإِحْدَى وَسَبْعُونَ مِنْهَا فِي النَّارِ، وَتَعْلُو أُمَّتِي عَلَى الْفِرْقَتَيْنِ جَمِيعًا. وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ". قَالُوا: مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "الْجَمَاعَاتُ الْجَمَاعَاتُ".

Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yunus Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'syar, dari Ya'qub ibnu Yazid ibnuTalhah, dari Zaid ibnu Aslam, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa ketika kami (para sahabat) sedang berada bersama Rasulullah Saw., beliau bersabda: Umat Nabi Musa berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan; tujuh puluh golongan darinya masuk neraka, sedangkan yang satu golongan lagi masuk surga Dan Umat Nabi Isa berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan; segolongan di antara mereka masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh satu golongan masukneraka. Tetapi umatku jauh lebih tinggi daripada gabungan kedua umat itu, yaitu satu golongan masuk ke dalam surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk neraka. Mereka (para sahabat) bertanya, "Siapakah mereka yang masuk surga itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. menjawab: Tetaplah pada jamaah, tetaplah pada jamaah!;

Ya'qub ibnu Zaid mengatakan, apabila Khalifah Ali ibnu Abu Talib menceritakan hadis Rasulullah Saw. yang ini, maka ia selalu membaca firman-Nya: Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka, dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan. (Al Maidah : 65) Sampai dengan firman-Nya: Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. (Al-Maidah: 66) Juga firman-Nya: Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (Al-A'raf: 181) Yakni umat Nabi Muhammad Saw.

Tetapi asar ini garib sekali bila ditinjau dari segi konteksnya.

Hadis mengenai berpecah-belahnya berbagai umat sampai menjadi tujuh puluh golongan lebih diriwayatkan melalui berbagai jalur, semuanya telah kami sebutkan dalam kitab yang lain.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ 67

(67) Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

(67) 

Allah Swt. berfirman seraya ber-khitab kepada hamba dan Rasul-Nya —yaitu Nabi Muhammad Saw.— dengan menyebut kedudukannya sebagai seorang rasul. Allah memerintahkan kepadanya untuk menyam­paikan semua yang diutuskan oleh Allah melaluinya, dan Rasulullah Saw. telah menjalankan perintah tersebut serta menunaikannya dengan sempurna.

Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibuu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ismail, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan, "Barang siapa yang mengatakan bahwa Muhammad menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan oleh Allah kepadanya, sesungguhnya dia telah berdusta," seraya membacakan firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67). hingga akhir ayat.

Demikianlah bunyi riwayat ini secara ringkas dalam kitab ini.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya di berbagai tempat dalam kitab Sahih masing-masing secara panjang lebar.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman. Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsir dari kitab Sunnan-nya. telah meriwayatkannya melalui berbagai jalur, dari Amir Asy-Sya'bi, dari Masruq ibnul Ajda', dari Siti Aisyah r.a.

Di dalam kitab Sahihain, dari Siti Aisyah r.a. disebutkan bahwa ia pernah mengatakan,

لَوْ كَانَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَاتِمًا مِنَ الْقُرْآنِ شَيْئًا لَكَتَمَ هَذِهِ الْآيَةَ: وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللَّهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ

"Seandainya Muhammad Saw. menyembunyikan sesuatu dari Al-Qur'an, niscaya dia akan menyembunyikan ayat ini," yaitu firman-Nya: sedangkan kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedangkan Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. (Al Ahzab : 37)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur Ar-Ramadi, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Harun ibnu Antrah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Ibnu Abbas, tiba-tiba datanglah seorang lelaki. Kemudian lelaki itu berkata, "Sesungguhnya banyak orang yang berdatangan kepada kami. Mereka menceritakan kepada kami bahwa pada kalian terdapat sesuatu yang belum pernah Rasulullah Saw. jelaskan kepada orang lain." Maka Ibnu Abbas menjawab, "Bukankah kamu ketahui bahwa Allah Swt. telah berfirman: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67) Demi Allah, Rasulullah Saw. tidak mewariskan kepada kami (ahlul bait) sesuatu hal yang disembunyikan."

Sanad asar ini berpredikat jayyid.

Hal yang sama disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari melalui riwayat Abu Juhaifah, yaitu Wahb ibnu Abdullah As-Sawa-i, yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a., "Apakah di kalangan kalian (ahlul bait) terdapat sesuatu dari wahyu yang tidak terdapat di dalam Al-Qur'an?" Maka Khalifah Ali r.a. menjawab, "Tidak, demi Tuhan yang menumbuhkan biji-bijian dan yang menciptakan manusia, kecuali hanya pemahaman yang diberi­kan oleh Allah kepada seseorang mengenai Al-Qur'an dan apa yang terdapat di dalam lembaran ini." Aku bertanya, "Apakah yang terdapat di dalam lembaran ini?" Khalifah Ali ibnu Abu Talib r.a. menjawab, "Masalah aql (diat), mem­bebaskan tawanan, dan seorang muslim tidak boleh dihukum mati karena membunuh seorang kafir."

Imam Bukhari mengatakan bahwa Az-Zuhri pernah berkata, "Risalah adalah dari Allah, dan Rasul berkewajiban menyampaikannya, sedangkan kita diwajibkan menerimanya. Umatnya telah menyaksikan bahwa beliau Saw. telah menyampaikan risalah dan menunaikan amanat Tuhannya, serta menyampaikan kepada mereka dalam perayaan yang paling besar melalui khotbahnya, yaitu pada haji wada'. Saat itu di tempat tersebut terdapat kurang lebih empat puluh ribu orang dari kalangan sahabat-sahabatnya."

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Jabir ibnu Abdullah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam khotbah haji wada'nya:

"أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَسْئُولُونَ عَنِّي، فَمَا أَنْتُمْ قَائِلُونَ؟ " قَالُوا: نَشْهَدُ أَنَّكَ قَدْ بَلّغت وأدّيتَ وَنَصَحْتَ. فَجَعَلَ يَرْفَعُ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ ويَقلبها إِلَيْهِمْ وَيَقُولُ: "اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ، اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ".

Hai manusia, sesungguhnya kalian akan ditanyai mengenai diriku, maka apakah yang akan kalian katakan? Mereka menjawab, "Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan risalah dan menyampaikan amanat serta menasihati umat." Maka Rasulullah Saw. mengangkat jari telunjuknya ke langit, lalu menun­jukkannya kepada mereka seraya bersabda: Ya Allah apakah aku telah menyampaikan?

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا ابْنُ نُمير، حَدَّثَنَا فُضَيْلٌ -يَعْنِي ابْنَ غَزْوان-عَنْ عِكْرمَة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم في حجة الوداع: "يأيها النَّاسُ، أَيُّ يَوْمٍ هَذَا؟ " قَالُوا: يَوْمٌ حَرَامٌ. قَالَ: "أَيُّ بَلَدٍ هَذَا؟ " قَالُوا: بَلَدٌ حَرَامٌ. قَالَ: "فَأَيُّ شَهْرٍ هَذَا؟ " قَالُوا: شَهْرٌ حَرَامٌ. قَالَ: "فَإِنَّ أَمْوَالَكُمْ وَدِمَاءَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ، كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا، فِي بَلَدِكُمْ هَذَا، فِي شَهْرِكُمْ هَذَا". ثُمَّ أَعَادَهَا مِرَارًا. ثُمَّ رَفَعَ إِصْبَعَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ! " مِرَارًا -قَالَ: يَقُولُ ابْنُ عَبَّاسٍ: وَاللَّهِ لَوصِيَّةٌ إِلَى رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ-ثُمَّ قَالَ: "أَلَّا فَلْيُبْلِغِ الشاهدُ الغائِبَ، لَا تَرْجِعُوا بَعْدِي كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Fudail (yakni ibnu Gazwan), dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam haji wada', "Hai manusia hari apakah sekarang?" Mereka menjawab, "Hari yang suci." Rasulullah Saw. bersabda, "Negeri apakah ini?" Mereka menjawab, "Negeri (kota) yang suci." Rasulullah Saw. bertanya, "Bulan apakah sekarang?" Mereka menjawab, "Bulan suci." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Maka sesungguhnya harta kalian, darah kalian, dan kehormatan kalian diharamkan atas kalian sebagaimana haramnya hari kalian sekarang ini di negeri kalian ini dan dalam bulan kalian ini. Rasulullah Saw. mengulangi ucapan ini berkali-kali, lalu mengangkat telunjuknya ke (arah) langit dan bersabda: Ya Allah, apakah aku telah menyampaikan? Ucapan ini diulangnya berkali-kali. Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, hal ini merupakan wasiat yang beliau tunjukkan kepada Tuhannya, yakni beliau Saw. menitipkan umatnya kepada Allah Swt." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Ingatlah, hendaklah orang yang hadir menyampaikannya kepada orang yang tidak hadir. Janganlah kalian kembali menjadi kufur sesudahku, sebagian dari kalian memukul leher sebagian yang lainnya.

Imam Bukhari telah meriwayatkan dari Ali ibnul Madini, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Fudail ibnu Gazwan dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.

*****

Firman Allah Swt.

وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ

jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. (Al-Maidah: 67)

Yakni jika engkau tidak menyampaikannya kepada manusia apa yang telah Aku perintahkan untuk menyampaikannya, berarti engkau tidak menyampaikan risalah yang dipercayakan Allah kepadamu. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa telah diketahui konsekuensi hal tersebut seandainya terjadi.

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. (Al-Maidah: 67) Yaitu jika engkau sembunyikan barang suatu ayat yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, berarti engkau tidak menyampaikan risalah-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Qubaihah ibnu Uqbah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari seorang laki-laki, dari Mujahid yang mengatakan bahwa ketika diturunkan firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-Maidah: 67) Nabi Muhammad berkata, "Ya Tuhanku, apakah yang harus aku perbuat, sedangkan aku sendirian, tentu mereka akan mengeroyokku." Maka tu­runlah firman-Nya: Jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. (Al-Maidah: 67)

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui jalur Sufyan As-Sauri dengan sanad yang sama.

****

Firman Allah Swt.:

وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Yakni sampaikanlah olehmu risalah-Ku, dan Aku akan memeliharamu, menolongmu, dan mendukungmu serta memenangkanmu atas mereka. Karena itu kalian jangan takut dan jangan pula bersedih hati, karena tiada seorang pun dari mereka dapat menyentuhmu dengan keburukan yang menyakitkanmu. Sebelum ayat ini diturunkan, Nabi Saw. selalu dikawal.

كَمَا قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، حَدَّثَنَا يَحْيَى، قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ يُحَدِّثُ: أَنَّ عَائِشَةَ كَانَتْ تُحَدِّثُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَهِر ذَاتَ لَيْلَةٍ، وَهِيَ إِلَى جَنْبِهِ، قَالَتْ: فقلتُ: مَا شَأْنُكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "لَيْتَ رَجُلًا صَالِحًا مِنْ أَصْحَابِي يَحْرُسُنِي اللَّيْلَةَ؟ " قَالَتْ: فَبَيْنَا أَنَا عَلَى ذَلِكَ إِذْ سَمِعْتُ صَوْتَ السِّلَاحِ فَقَالَ: "مَنْ هَذَا؟ " فَقَالَ: أَنَا سَعْدُ بْنُ مَالِكٍ. فَقَالَ: "مَا جَاءَ بِكَ؟ " قَالَ: جِئْتُ لِأَحْرُسَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَتْ: فَسَمِعْتُ غَطِيطَ رسول الله صلى الله عليه وسلم في نَوْمِهِ.

Seperti yang disebutkan oleh Imam Ahmad, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Yahya yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amir ibnu Rabi'ah menceritakan, "Siti Aisyah pernah bercerita bahwa di suatu malam Rasulullah Saw. begadang, sedangkan Siti Aisyah r.a. berada di sisinya. Siti Aisyah bertanya, 'Apakah gerangan yang membuatmu gelisah, wahai Rasulullah Saw.?' Maka Rasulullah bersabda: Mudah-mudahan ada seorang lelaki saleh dari sahabatku yang mau menjagaku malam ini'." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, "Ketika kami berdua dalam keadaan demikian, tiba-tiba aku (Siti Aisyah) mendengar suara senjata, maka Rasulullah Saw. bertanya, 'Siapakah orang ini?' Seseorang menjawab, 'Saya Sa'd ibdu Malik.' Rasulullah Saw. bertanya, 'Apa yang sedang kamu lakukan?' Sa'd menjawab, 'Aku datang untuk menjagamu, wahai Rasulullah'." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, "Tidak lama kemudian aku mendengar suara tidur Rasulullah Saw."

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui jalur Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari dengan lafaz yang sama.

Menurut suatu lafaz, Rasulullah Saw. begadang di suatu malam, yaitu setibanya di Madinah sesudah hijrahnya dan sesudah mencampuri Siti Aisyah r.a. Hal ini terjadi pada tahun dua Hijriah.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَرْزُوقٍ الْبَصْرِيُّ نَزِيلُ مِصْرَ، حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا الْحَارِثُ بْنُ عُبَيد -يَعْنِي أَبَا قُدَامَةَ-عَنِ الجُرَيري، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيق، عَنْ عَائِشَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا] قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحْرَس حَتَّى نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ قَالَتْ: فَأَخْرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رأسه من القُبَّة، وقال: "يأيها النَّاسُ، انْصَرِفُوا فَقَدْ عَصَمَنِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Marzuq Al-Basri yang tinggal di Mesir, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu Ubaid (yakni Abu Qudamah), dari Al- Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Siti Aisyah yang menceritakan bahwa Nabi Saw. selalu dikawal dan dijaga sebelum ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, "Setelah itu Rasulullah Saw. mengeluarkan kepala dari kemahnya dan bersabda: Hai manusia, bubarlah kalian, sesungguhnya Allah Swt. telah menjaga diri kami"

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui Abdu ibnu Humaid dan Nasr ibnu Ali Al-Jahdami, keduanya dari Muslim ibnu Ibrahim dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib.

Juga telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui jalur Muslim ibnu Ibrahim dengan sanad yang sama, kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadis ini sahih, tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mengetengahkannya.

Telah diriwayatkan pula oleh Sa'id ibnu Mansur, dari Al-Haris ibnu Ubaid Abu Qudamah Al-Ayadi, dari Al-Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq, dari Siti Aisyah dengan lafaz yang sama.

Imam Turmuzi mengatakan, sebagian dari mereka ada yang meriwayatkan hadis ini dari Al-Jariri, dari Ibnu Syaqiq yang telah menceritakan bahwa pada mulanya Nabi Saw. selalu dikawal sebelum ayat ini diturunkan. Tetapi di dalam riwayat ini tidak disebutkan nama Siti Aisyah. Menurut hemat kami, demikian pula yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Ismail ibnu Ulayyah; dan Ibnu Murdawaih melalui jalur Wuhaib, keduanya dari Al-Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq secara mursal. Hadis ini telah diriwayatkan secara mursal melalui Sa'id ibnu Jubair dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi. Keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Ar-Rabi' ibnu Anas, dan ibnu Murdawaih.

Ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Rasyidin Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Abdus Salam As-Sadfi, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnul Mukhtai, dari Abdullah ibnu Mauhib, dari Ismah ibnu Malik Al-Katmi yang menceritakan bahwa kami selalu mengawal Rasulullah Saw. di malam hari hingga turun firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67). Setelah ayat ini diturunkan, pengawalan pun dibubarkan.

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ahmad Abu Nasr Al-Katib Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Kardus ibnu Muhammad Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Ya'la ibnu Abdur Rahman, dari Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyyah. dari Abu Sa'id Al-khudri yang menceritakan bahwa Al- Abbas —paman Rasulullah Saw.—termasuk salah seorang yang ikut mengawal Nabi Saw. Setelah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67) maka Rasulullah Saw. meninggalkan penjagaan, yakni tidak mau dikawal lagi.

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ أَبِي حَامِدٍ الْمَدِينِيُّ، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُفَضَّل بْنِ إِبْرَاهِيمَ الْأَشْعَرِيُّ، حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا الزُّبَيْرِ الْمَكِّيَّ يُحَدِّثُ، عَنْ جَابِرِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا خَرَجَ بَعَثَ مَعَهُ أَبُو طَالِبٍ مَنْ يَكْلَؤُهُ، حَتَّى نَزَلَتْ: وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ فَذَهَبَ لِيَبْعَثَ مَعَهُ، فَقَالَ: "يَا عَمُّ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ عَصَمَنِي، لَا حَاجَةَ لِي إِلَى مَنْ تَبْعَثُ".

Telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Hamid Al-Madini, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mufaddal ibnu Ibrahim Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mu'awiyah ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami ayahku, bahwa ia pernah mendengar Abuz Zubair Al-Makki menceritakan hadis berikut dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa dahulu apabila Rasulullah Saw. keluar, maka Abu Talib mengirimkan seseorang untuk menjaganya, hingga turun firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67). Setelah ayat ini diturunkan dan Abu Talib mengutus seseorang untuk menjaga Rasulullah Saw., maka Rasulullah Saw. bersabda: Hai paman, sesungguhnya Allah telah menjaga diriku (dari gangguan manusia), maka sekarang aku tidak memerlukan lagi penjaga (pengawal pribadi) yang engkau kirimkan.

Hadis ini garib, dan di dalamnya terdapat hal yang tidak dapat diterima, mengingat ayat ini adalah Madaniyah: sedangkan pengertian hadis menunjukkan kejadiannya berlangsung dalam periode Makkiyyah.

Sulaiman ibnu Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdul Majid Al-Hammani, dari An-Nadr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa dahulu Rasulullah Saw. selalu dikawal. Abu Taliblah yang selalu mengirimkan beberapa orang lelaki dari kalangan Bani Hasyim untuk mengawal dan menjaga Nabi Saw. setiap harinya hingga turun kepada Nabi Saw. firman Allah Swt. yang mengatakan: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67). Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, "Lalu paman Nabi Saw. bermaksud mengirimkan orang-orang untuk mengawal Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah memelihara diriku dari (gangguan) jin Dan manusia.

Imam Tabrani meriwayatkannya dari Ya'qub ibnu Gailan Al-Ammani. dari Abu Kuraib dengan sanad yang sama.

Hadis ini pun berpredikat garib, karena pendapat yang benar ialah yang mengatakan bahwa ayat ini adalah Madaniyah, bahkan ayat ini termasuk salah satu dari ayat-ayat yang paling akhir diturunkan oleh Allah Swt.

Termasuk pemeliharaan Allah Swt. kepada Rasul-Nya ialah Allah menjaga Rasulullah Saw. dari perlakuan jahat penduduk Mekah, para pemimpinnya, orang-orangnya yang dengki dan yang menentang beliau, serta para hartawannya yang selalu memusuhi dan membenci beliau, selalu memeranginya siang dan malam. Allah memelihara diri Nabi Saw. dari ulah jahat mereka dengan berbagai sarana yang diciptakan oleh-Nya melalui kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya yang besar.

Pada permulaan masa risalah Nabi Saw., Allah memelihara beliau melalui pamannya, yaitu Abu Talib; mengingat Abu Talib adalah seorang pemimpin yang besar lagi ditaati di kalangan orang-orang Quraisy. Allah menciptakan rasa cinta secara naluri kepada Rasulullah Saw. di dalam kalbu Abu Talib, tetapi bukan cinta secara syar'i. Seandainya Abu Talib adalah orang yang telah masuk Islam, niscaya orang-orang kafir dan para pembesar Mekah berani mengganggu Nabi Saw. Akan tetapi, karena antara Abu Talib dan mereka terjalin kekufuran yang sama, maka mereka menghormati dan segan kepadanya.

Setelah paman Nabi Saw. —yaitu Abu Talib— meninggal dunia, orang-orang musyrik baru dapat menimpakan sedikit gangguan yang menyakitkan terhadap diri Nabi Saw. Tetapi tidak lama kemudian Allah membentuk kaum Ansar yang menolongnya; mereka berbaiat kepadanya untuk Islam serta meminta kepada beliau agar pindah ke negeri mereka, yaitu Madinah.

Setelah Nabi Saw. tiba di Madinah, maka orang-orang Ansar membela Nabi Saw. dari gangguan dan serangan segala bangsa. Setiap kali seseorang dari kaum musyrik dan kaum Ahli Kitab melancarkan tipu muslihat jahat terhadap diri beliau Saw., maka Allah menangkal tipu daya mereka dan mengembalikan tipu muslihat itu kepada perencananya sendiri.

Orang Yahudi pernah melancarkan tipu muslihat terhadap diri Nabi Saw. melalui sihirnya, tetapi Allah memelihara diri Nabi Saw. dari keja­hatan sihir mereka, dan diturunkan-Nya kepada Nabi Saw. dua surat mu'awwizah sebagai obat untuk menangkal penyakit itu.

Dan ketika seorang Yahudi meracuni masakan kaki (kikil) kambing yang mereka kirimkan kepadanya di Khaibar, Allah memberitahukan hal itu kepada Nabi Saw. dan memelihara diri Nabi Saw. dari racun tersebut.

Hal-hal seperti itu banyak sekali terjadi, kisahnya panjang bila dituturkan; antara lain ialah apa yang disebutkan oleh ulama tafsir dalam pembahasan ayat ini.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah mencerita­kan kepada kami Abu Ma'syar, dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi dan lain-lainnya yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. apabila turun di suatu tempat, maka para sahabatnya memilihkan buatnya sebuah pohon yang rindang, lalu beliau Saw. merebahkan diri beristirahat di bawahnya. Dan ketika beliau Saw. dalam keadaan demikian, datanglah seorang lelaki Arab Badui, lalu mencabut pedangnya, kemudian ber­kata "Siapakah yang melindungi dirimu dariku?" Nabi Saw. menjawab, "Allah Swt." Maka tangan orang Badui itu gemetar sehingga pedang terjatuh dari tangannya, lalu kepala orang Badui itu dipukulkan ke pohon hingga pecah dan otaknya berhamburan. Kemudian Allah Swt. menurun­kan firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan. telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ubaidah, telah menceritakan kepadaku Zaid ibnu Aslam, dari Jabir ibnu Abdullah Al-Ansari yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Saw. berperang melawan Bani Anmar, beliau turun istirahat di Zatur Riqa’, yaitu di daerah Nakhl yang tinggi. Ketika beliau sedang duduk di pinggir sebuah sumur seraya menjulurkan kedua kakinya (ke dalam sumur itu), berkatalah Al-Haris dari kalangan Bani Najjar . Aku benar-benar akan membunuh Muhammad maka teman-temannya berkata kepadanya, "Bagaimanakah cara kamu membunuh dia?" Al-Haris berkata, "Aku akan katakan kepadanya, 'Berikanlah pedangmu kepadaku* Apabila dia telah memberikan pedangnya kepada­ku, maka aku akan membunuhnya dengan pedang itu.

Al-Haris datang kepada Nabi Saw. dan berkata, "Hai Muhammad, berikanlah pedangmu kepadaku, aku akan melihat-lihatnya dengan menghunusnya." Maka Nabi Saw. memberikan pedangnya kepada Al-Haris. Tetapi setelah Al-Haris menerimanya dan menghunusnya, tiba-tiba tangan Al-Haris gemetar hingga pedang itu terjatuh dari tangannya Maka Rasulullah Saw. bersabda: Allah menghalang-halangi antara kamu dan apa yang kamu inginkan. Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Bila ditinjau dari segi konteksnya, hadis ini berpredikat garib. Kisah Gauras ibnul Haris ini terkenal di dalam kitab Sahih.

قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا أَبُو عَمْرٍو أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ، حَدَّثَنَا آدَمُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كُنَّا إِذَا صَحِبْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ تَرَكْنَا لَهُ أَعْظَمَ شَجَرَةٍ وَأَظَلَّهَا، فَيَنْزِلُ تَحْتَهَا، فَنَزَلَ ذَاتَ يَوْمٍ تَحْتَ شَجَرَةٍ وَعَلَّقَ سَيْفَهُ فِيهَا، فَجَاءَ رَجُلٌ فَأَخَذَهُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مَنْ يَمْنَعُكَ مِنِّي؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "اللَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْكَ، ضَعِ السَّيْفَ". فَوَضَعَهُ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul Wahhab, telah men­ceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang menceritakan: Bila kami menemani Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan, kami mencarikan sebuah pohon yang paling besar dan paling rindang untuknya, lalu beliau turun istirahat di bawahnya. Pada suatu hari beliau Saw. turun di bawah sebuah pohon, kemudian beliau gantungkan pedangnya pada pohon tersebut. Lalu datanglah seorang lelaki dan mengambil pedang itu, kemudian lelaki itu berkata, "Hai Muhammad, siapakah yang akan melindungimu dariku?" Nabi Saw. bersabda: Allahlah yang akan melindungiku darimu. Sekarang letakkanlah pedang itu, maka seketika itu juga dia langsung meletakkan pedangnya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Hatim ibnu Hibban di dalam kitab Shahih-nya, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Ishaq Ibnu Ibrahim, dari Al-Muammal ibnu Ismail, dari Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حدثنا شعبة، سَمِعْتُ أَبَا إِسْرَائِيلَ -يَعْنِي الجُشَمي-سَمِعْتُ جَعْدَة -هُوَ ابْنُ خَالِدِ بْنِ الصِّمَّة الْجُشَمِيُّ-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَأَى رَجُلًا سَمِينًا، فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُومِئُ إِلَى بَطْنِهِ بِيَدِهِ وَيَقُولُ: "لَوْ كَانَ هَذَا فِي غَيْرِ هَذَا لَكَانَ خَيْرًا لَكَ". قَالَ: وَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِرَجُلٍ فَقَالَ: هَذَا أَرَادَ أَنْ يَقْتُلَكَ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلم: "لم تُرَع، ولم تُرَع، وَلَوْ أردتَ ذَلِكَ لَمْ يُسَلِّطْكَ اللَّهُ عليَّ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah; ia pernah mendengar Aba Israil —yakni Al-Jusyami— mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ja'dah —yakni Ibnu Khalid ibnus Summah Al-Jusyami r.a. —menceritakan hadis berikut, bahwa ia pernah mendengar sebuah kisah mengenai Nabi Saw. Ketika beliau Saw. melihat seorang lelaki yang gemuk, Nabi Saw. menunjuk ke arah perutnya dan bersabda: Seandainya ini bukan di bagian ini, niscaya lebih baik darimu. Pernah pula didatangkan kepada Nabi Saw. seorang lelaki lain, lalu dikatakan kepada Nabi Saw. bahwa orang ini bermaksud membunuhnya. Maka Nabi Saw. bersabda: Jangan takut, seandainya kamu bermaksud melakukan niatmu itu, Allah tidak akan membiarkanmu dapat menguasai diriku.

*****

Firman Allah Swt.:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ

Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Maidah: 67)

Yakni sampaikanlah (risalah ini) olehmu, dan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dia akan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lainnya, yaitu firman Allah Swt.:

لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)

فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ

karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang­kan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 4)


قُلْ يَٰٓأَهْلَ ٱلْكِتَٰبِ لَسْتُمْ عَلَىٰ شَىْءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًۭا مِّنْهُم مَّآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَٰنًۭا وَكُفْرًۭا ۖ فَلَا تَأْسَ عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ 68

(68) Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu.

(68) 

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya untuk mengatakan:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ

Hai Ahli Kitab, kalian tidak dipandang beragama sedikit pun. (Al-Maidah: 68)

Yaitu sama sekali bukan sebagai pemeluk agama.

حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ

hingga kalian menegakkan ajaran-ajaran Taurat dan Injil. (Al-Maidah: 68)

Yakni hingga kalian beriman kepada semua apa yang terkandung di dalam kitab-kitab yang ada di tangan kalian, yang diturunkan oleh Allah melalui nabi-nabi-Nya, dan mengamalkan semua apa yang terkandung di dalamnya. Antara lain berisikan wajib beriman kepada Nabi Muhammad Saw. dan perintah mengikutinya, iman kepada kerasulannya serta menaati syariatnya.

Karena itulah menurut Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid, disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan (menegakkan ajaran-ajaran) Al-Kitab yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian. (Al-Maidah: 68). Makna yang dimaksud ialah Al-Qur'an yang agung.

Firman Allah Swt.:

وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا

Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka. (Al-Maidah: 68)

Tafsir ayat ini telah disebutkan di atas.

فَلا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. (Al-Maidah: 68)

Yakni jangan kamu sedihkan perihal mereka dan janganlah kamu merasa gentar dalam menghadapi sikap mereka yang demikian itu. Kemudian Allah Swt. berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا

Sesungguhnya orang-orang mukmin. (Al-Maidah: 69)

Yaitu kaum muslim.

وَالَّذِينَ هَادُوا

orang-orang Yahudi. (Al-Maidah: 69)

Yakni orang-orang yang memegang kitab Taurat.

وَالصَّابِئُونَ

dan orang-orang Sabiin. (Al-Maidah: 69)

Mengingat pemisahnya terlalu jauh, maka peng-'ataf-an ini dinilai baik jika dengan rafa' (hingga dibaca was sabi-un, bukan was sabi- in, pent.)-

Kaum Sabi-in ialah segolongan orang dari kalangan umat Nasrani dan orang-orang Majusi yang tidak mempunyai agama. Demikianlah menurut Mujahid; dan dari Mujahid disebutkan bahwa mereka adalah segolongan dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Majusi.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, mereka adalah segolongan orang dari kaum Yahudi dan Nasrani. Menurut Al-Hasan dan Al-Hakam, mereka sama dengan orang-orang Majusi.

Menurut Qatadah, mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat dan salat dengan menghadap ke arah selain kiblat serta membaca kitab Zabur.

Wahb ibnuMunabbih mengatakan, mereka adalah suatu kaum yang mengenal Allah semata, tetapi tidak mempunyai syariat yang mereka amalkan, dan mereka tidak melakukan suatu kekufuran pun.

Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa sabi-in adalah suatu kaum yang tinggal di daerah yang bertetangga dengan negeri Irak, tepatnya di Kausa. Mereka beriman kepada semua nabi. puasa setiap tahunnya selama tiga puluh hari, dan mengerjakan salat menghadap ke negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali. Pendapat yang lain mengatakan selain itu.

Adapun orang-orang Nasrani, seperti yang telah dikenal; mereka adalah orang-orang yang berpegang kepada kitab Injil.

Makna yang dimaksud ialah bahwa setiap golongan beriman kepada Allah dan hari kemudian serta hari kembali dan hari pembalasan pada hari kiamat nanti, dan mereka mengamalkan amal saleh." Akan tetapi, hal tersebut tidak akan terealisasikan kecuali jika sesuai dengan syariat Nabi Muhammad sesudah beliau diutus kepada semua makhluk, baik jenis manusia maupun jin. Maka barang siapa yang menyandang sifat ini, disebutkan oleh firman-Nya:

فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ

maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-Maidah: 69)

Yakni tidak ada kekhawatiran dalam menghadapi masa depan, tidak pula terhadap masa lalu mereka.

وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Maidah: 69)

Tafsiran terhadap hal yang semisal telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan yang cukup hingga tidak perlu lagi diulangi di sini.


إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَادُوا۟ وَٱلصَّٰبِـُٔونَ وَٱلنَّصَٰرَىٰ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 69

(69) Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

(69) 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا

Sesungguhnya orang-orang mukmin. (Al-Maidah: 69)

Yaitu kaum muslim.

وَالَّذِينَ هَادُوا

orang-orang Yahudi. (Al-Maidah: 69)

Yakni orang-orang yang memegang kitab Taurat.

وَالصَّابِئُونَ

dan orang-orang Sabiin. (Al-Maidah: 69)

Mengingat pemisahnya terlalu jauh, maka peng-'ataf-an ini dinilai baik jika dengan rafa' (hingga dibaca was sabi-un, bukan was sabi- in, pent.)-

Kaum Sabi-in ialah segolongan orang dari kalangan umat Nasrani dan orang-orang Majusi yang tidak mempunyai agama. Demikianlah menurut Mujahid; dan dari Mujahid disebutkan bahwa mereka adalah segolongan dari orang-orang Yahudi dan orang-orang Majusi.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan, mereka adalah segolongan orang dari kaum Yahudi dan Nasrani. Menurut Al-Hasan dan Al-Hakam, mereka sama dengan orang-orang Majusi.

Menurut Qatadah, mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat dan salat dengan menghadap ke arah selain kiblat serta membaca kitab Zabur.

Wahb ibnuMunabbih mengatakan, mereka adalah suatu kaum yang mengenal Allah semata, tetapi tidak mempunyai syariat yang mereka amalkan, dan mereka tidak melakukan suatu kekufuran pun.

Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa sabi-in adalah suatu kaum yang tinggal di daerah yang bertetangga dengan negeri Irak, tepatnya di Kausa. Mereka beriman kepada semua nabi. puasa setiap tahunnya selama tiga puluh hari, dan mengerjakan salat menghadap ke negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali. Pendapat yang lain mengatakan selain itu.

Adapun orang-orang Nasrani, seperti yang telah dikenal; mereka adalah orang-orang yang berpegang kepada kitab Injil.

Makna yang dimaksud ialah bahwa setiap golongan beriman kepada Allah dan hari kemudian serta hari kembali dan hari pembalasan pada hari kiamat nanti, dan mereka mengamalkan amal saleh." Akan tetapi, hal tersebut tidak akan terealisasikan kecuali jika sesuai dengan syariat Nabi Muhammad sesudah beliau diutus kepada semua makhluk, baik jenis manusia maupun jin. Maka barang siapa yang menyandang sifat ini, disebutkan oleh firman-Nya:

فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ

maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka. (Al-Maidah: 69)

Yakni tidak ada kekhawatiran dalam menghadapi masa depan, tidak pula terhadap masa lalu mereka.

وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ

dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al-Maidah: 69)

Tafsiran terhadap hal yang semisal telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan yang cukup hingga tidak perlu lagi diulangi di sini.


لَقَدْ أَخَذْنَا مِيثَٰقَ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ وَأَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمْ رُسُلًۭا ۖ كُلَّمَا جَآءَهُمْ رَسُولٌۢ بِمَا لَا تَهْوَىٰٓ أَنفُسُهُمْ فَرِيقًۭا كَذَّبُوا۟ وَفَرِيقًۭا يَقْتُلُونَ 70

(70) Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh.

(70) 

Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah mengambil perjanjian dan ikatan atas kaum Bani Israil, mereka harus tunduk dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Tetapi mereka melanggar perjanjian dan ikatan tersebut, lalu mereka mengikuti pendapat dan hawa nafsunya sendiri. Mereka memprioritaskannya di atas semua syariat, maka hal-hal yang bersesuaian dengan keinginan mereka dari syariat itu mereka terima; sedangkan hal-hal yang bertentangan dengan kemauan hawa nafsu dan pendapat mereka, mereka tolak. Karena itulah Allah Swt. berfirman:

كُلَّمَا جَاءَهُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُهُمْ فَرِيقًا كَذَّبُوا وَفَرِيقًا يَقْتُلُونَ وَحَسِبُوا أَلا تَكُونَ فِتْنَةٌ

Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana pun (terhadap mereka). (Al-Maidah: 7-71)

Yaitu mereka menduga tidak akan ada suatu bencana pun yang menimpa mereka karena perbuatan mereka itu. Dan ternyata perbuatan mereka itu membawa akibat bencana, yaitu mereka menjadi buta, tidak dapat mengenal perkara yang hak; dan tuli, tidak dapat mendengar perkara yang hak serta tidak mendapat petunjuk untuk mengetahui perkara yang hak. Hanya saja Allah memberikan ampunan kepada mereka atas perbuatan mereka itu.

ثُمَّ عَمُوا وَصَمُّوا

kemudian menjadi buta dan tulilah. (Al-Maidah: 71)

Yakni sesudah itu.

كَثِيرٌ مِنْهُمْ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

kebanyakan dari mereka Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Maidah: 71)

Allah selalu melihat mereka dan mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak disesatkan dari kalangan mereka.