6 - الأنعام - Al-An'aam

Juz : 7

The Cattle
Meccan

وَلَوْ أَنَّنَا نَزَّلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ وَكَلَّمَهُمُ ٱلْمَوْتَىٰ وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَىْءٍۢ قُبُلًۭا مَّا كَانُوا۟ لِيُؤْمِنُوٓا۟ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ يَجْهَلُونَ 111

(111) Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.

(111) 

Allah Swt. berfirman bahwa sekiranya Allah memperkenankan permintaan mereka yang bersumpah dengan menyebut nama Allah dengan sumpah yang penuh kesungguhan, sesungguhnya jika datang kepada mereka suatu mukjizat, pastilah mereka akan beriman kepada mukjizat itu. Allah menurunkan malaikat kepada mereka untuk memberitahukan risalah Allah yang dibawa oleh rasul-rasul-Nya agar mereka percaya kepada rasul-rasul itu. Seperti yang mereka mintakan, yang disitir dalam firman-Nya:

أَوْ تَأْتِيَ بِاللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ قَبِيلا

atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikal dengan berhadapan muka dengan kami. (Al-Isra: 92)

قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ

Mereka berkata, "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah.”(Al-An'am: 124)

وَقَالَ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا لَوْلا أُنزلَ عَلَيْنَا الْمَلائِكَةُ أَوْ نَرَى رَبَّنَا لَقَدِ اسْتَكْبَرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ وَعَتَوْا عُتُوًّا كَبِيرًا

Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami, "Mengapakah tidak diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui batas (dalam melakukan) kezaliman. (Al-Furqan: 21)

Adapun firman Allah Swt.:

وَكَلَّمَهُمُ الْمَوْتَى

dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka. (Al-An'am: 111)

Maksudnya, orang-orang yang telah mati itu memberitahukan kepada mereka tentang kebenaran dari apa yang didatangkan oleh para rasul (dalam dialog mereka dengan para malaikat).

وَحَشَرْنَا عَلَيْهِمْ كُلَّ شَيْءٍ قُبُلا

dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka. (Al-An'am: 111)

Sebagian dari ulama membacanya qibalan, berasal dari kata muqabalah dan mu'ayanah (berhadap-hadapan). Sedangkan ulama yang lainnya membaca qubulan, yang menurut suatu pendapat mempunyai makna yang sama, yaitu berasal dari muqabalah dan mu'ayanah juga, seperti yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Al-Aufi, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Mujahid mengatakan, makna qubulan ialah bergelombang-gelombang, yakni ditampilkan kepada mereka semua umat secara bergiliran, satu demi satu, lalu para malaikat memberitahukan kepada mereka tentang kebenaran dari apa yang didatangkan oleh para rasul kepada mereka.

مَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki. (Al-An'am: 111)

Dengan kata lain, sesungguhnya hidayah itu hanyalah diberikan oleh Allah, bukan oleh mereka (para malaikat itu), bahkan Allah memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia Maha Melakukan semua apa yang dikehendaki-Nya. Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23) Berkat ilmu-Nya, hikmah-Nya, kekuasaan-Nya, keperkasaan-Nya, dan kemenangan-Nya.

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ. وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidak akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)


وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّۭا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍۢ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ 112

(112) Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

(112) 

Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami jadikan untukmu wahai Muhammad, musuh-musuh yang menentang, memusuhi dan menyaingimu, Kami jadikan pula bagi setiap nabi yang ada sebelummu musuh-musuh tersebut. Karena itu janganlah engkau bersedih hati akan hal ini." Ayat ini semakna dengan apa yang disebut di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ

jika mereka mendustakan kamu, Maka Sesungguhnya Rasul-rasul sebelum kamupun telah didustakan (pula), (Ali Imran 184)

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka. (Al-An'am: 34), hingga akhir ayat.

مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ

Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih. (Fushshilat: 43)

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ

Dan seperti itulah, telah Kami adakan bagi tiap-tiap nabi, musuh dari orang-orang yang berdosa (Al-Furqan: 31), hingga akhir ayat.

Waraqah ibnu Naufal pernah berkata kepada Rasulullah Saw.: Sesungguhnya tiada seseorang pun yang datang dengan memba­wa semisal dengan apa yang engkau datangkan, melainkan pasti dimusuhi.

*****

Adapun firman Allah Swt.:

شَيَاطِينَ الإنْسِ وَالْجِنِّ

yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112)

Ayat ini berkedudukan sebagai badal dari firman-Nya yang mengatakan, "'Aduwwan (musuh)." Dengan kata lain, para nabi itu mempunyai musuh dari setan-setan yang dari kalangan manusia dan jin. Definisi setan ialah setiap orang yang berbeda dengan sejenisnya karena kejahatannya. Dan tiada yang memusuhi para rasul melainkan hanya setan-setan dari kalangan manusia dan jin. Semoga Allah melaknat dan memburukkan mereka.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112) Bahwa dari kalangan makhluk jin terdapat setan-setan, dan dari kalangan manusia terdapat setan-setannya pula; sebagian dari mereka membisik­kan (mengilhamkan) kepada sebagian yang lain.

قَالَ قَتَادَةُ: وَبَلَغَنِي أَنَّ أَبَا ذَرٍّ كَانَ يَوْمًا يُصَلِّي، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "تَعَوَّذ يَا أَبَا ذَرٍّ مِنْ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". فَقَالَ: أَوَ إِنَّ مِنَ الْإِنْسِ شَيَاطِينَ ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "نَعَمْ".

Qatadah mengatakan, telah sampai kepadaku suatu berita yang menyatakan bahwa di suatu hari Abu Zar hendak melakukan salat, maka Nabi Saw. bersabda: Hai Abu Zar, mintalah perlindungan (kepada Allah) dari (gangguan) setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin! Abu Zar bertanya, "Apakah dari jenis manusia terdapat orang-orang yang menjadi setan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya."

Predikat hadis ini munqati’ antara Qatadah dan Abu Zar. Tetapi hadis ini telah diriwa­yatkan pula melalui jalur lain dari Abu Zar r.a.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّدِ بْنِ أَيُّوبَ وَغَيْرِهِ مِنَ الْمَشْيَخَةِ، عَنِ ابْنِ عَائِذٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فِي مَجْلِسٍ قَدْ أَطَالَ فِيهِ الْجُلُوسَ، قَالَ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قَالَ: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: "قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ". قَالَ: ثُمَّ جِئْتُ فجلستُ إِلَيْهِ، فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَعَوَّذْتَ بِاللَّهِ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ؟ ". قَالَ: قُلْتُ: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لِلْإِنْسِ مِنْ شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ، هُمْ شَرٌّ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ".

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Abu Saleh, menceritakan kepadaku Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abu Abdullah Muhammad ibnu Ayyub dan guru-guru lainnya, dari Ibnu Aiz, dari Abu Zar yang telah mencerita­kan: Saya datang kepada Rasulullah Saw. di suatu majelis yang dalam majelis itu Rasulullah Saw. duduk dalam waktu yang cukup lama. Lalu beliau bersabda, "Hai Abu Zar, apakah kamu sudah salat?" Saya menjawab, "Belum, wahai Rasulullah " Beliau bersabda, "Berdirilah dan lakukanlah salat dua rakaat!" Setelah selesai saya datang dan duduk lagi bersama beliau, lalu beliau bersabda, "Hai Abu Zar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari godaan setan-setan dari jenis jin dan manusia?" Saya menjawab, "Tidak wahai Rasulullah. Tetapi apakah ada setan yang dari jenis manusia?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, bahkan mereka lebih jahat daripada setan dari kalangan jin."

Hadis ini pun berpredikat munqati’ (ada nama perawi yang tidak disebutkan sehingga mata rantainya terputus), tetapi diriwayatkan pula secara muttasil (lawan munqati'), seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيع، حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، أَنْبَأَنِي أَبُو عُمَرَ الدِّمَشْقِيُّ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ الْخَشْخَاشِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ، فَجَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ صَلَّيْتَ؟ ". قُلْتُ: لَا. قَالَ: "قُمْ فَصَلِّ". قَالَ: فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ، ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، تَعَوَّذْ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ". قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ: "نَعَمْ". وَذَكَرَ تَمَامَ الْحَدِيثِ بِطُولِهِ.

Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Al-Mas'udi, telah mewartakan kepada kami Abu Umar Ad-Dimasyqi, dari Ubaid ibnul Husaihas, dari Abu Zar yang menceritakan: Saya datang kepada Nabi Saw. yang sedang berada di dalam masjid, lalu saya duduk, maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, apakah engkau telah salat?” Saya menjawab, "Belum.” Beliau bersabda, "Berdirilah dan salatlah!" Lalu saya berdiri dan salat, setelah itu saya duduk kembali. Maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Zar, apakah engkau meminta perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan dari kalangan manusia dan jin?" Saya bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?” Beliau Saw. menjawab, "Ya.” Hingga akhir hadis yang cukup panjang.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam tafsirnya melalui hadis Ja'far ibnu Aun, Ya’la ibnu Ubaid, dan Ubaidillah ibnu Musa; ketiga-tiganya dari Al-Mas’udi dengan sanad yang sama.

Jalur lain dari Abu Zar.

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا الْحَجَّاجُ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ حُمَيْدِ بْنِ هِلَالٍ، حَدَّثَنِي رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ دِمَشْقَ، عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ، عَنْ أَبِي ذَرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ، هَلْ تَعَوَّذْتَ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ؟ ". قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ، هَلْ لِلْإِنْسِ مِنْ شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna, menceritakan kepada kami Al-Hajjaj, menceritakan kepada kami Hammad, dari Humaid ibnu Hilal, telah menceritakan kepadaku seorang lelaki dari kalangan ulama Dimasyq, dari Auf ibnu Malik, dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Hai Abu Zar, apakah engkau telah memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan setan manusia dan setan jin?” Saya bertanya.”Wahai Rasulullah, apakah dari kalangan manusia ada yang menjadi setan?”Nabi Saw. menjawab, "Ya.”

Jalur lain bagi hadis ini.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْف الحِمْصي، حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا مُعَانُ بْنُ رِفَاعَةَ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ تعوذتَ مِنْ شَيَاطِينِ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ؟ ". قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَهَلْ لِلْإِنْسِ [مِنْ] شَيَاطِينَ؟ قَالَ: "نَعَمْ، شياطينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, menceritakan kepada kami Abul Mugirah, menceritakan kepada kami Mu'az ibnu Rifa'ah, dari Ali ibnu Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: "Hai Abu Zar, apakah engkau telah meminta perlindungan (kepada Allah) dari setan-setan jin dan manusia?” Abu Zar bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah manusia itu ada yang menjadi setan?” Nabi Saw. menjawab, " Ya. setan-setan dari jenis manusia dan dari jenis jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)."

Demikianlah jalur-jalur periwayatan hadis ini yang keseluruhannya menyimpulkan kekuatan dan kesahihannya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki', menceritakan kepada kami Abu Na'im, dari Syarik, dari Sa'id ibnu Masruq, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: setan-setan dari (jenis) manusia dan (dari jenis) jin. (Al-An'am: 112) Bahwa pada kalangan manusia tidak terdapat setan-setan, tetapi setan-setan dari jenis jin membisikkan kepada setan-setan dari jenis manusia, dan setan-setan dari jenis manusia membisikkan kepada setan-setan dari jenis jin.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, menceritakan kepada kami Abdul Aziz, menceritakan kepada kami Israil, dari As-Saddi, dari Ikrimah sehubungan dengan firman-Nya: sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112) Manusia itu mempunyai setan dan jin mempunyai setan, lalu setan jin membisikkan kepada setan manusia. Maka sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).

Asbat mengatakan dari As-Saddi, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain. (Al-An'am: 112) Adapun yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia ialah setan-setan yang menyesatkan orang lain, dan setan-setan dari jenis jin ialah yang menyesatkan jin lainnya. Keduanya bersua, lalu saling mengatakan kepada temannya, "Sesungguhnya aku telah menyesatkan temanku dengan cara anu dan anu, maka sesatkanlah olehmu temanmu itu dengan cara demikian dan demikian." Maka sebagian dari mereka memberitahukan cara-cara menyesatkan kepada sebagian yang lain.

Dari sini Ibnu Jarir berpemahaman, yang dimaksud dengan setan-setan dari jenis manusia yang ada pada Ikrimah dan As-Saddi ialah setan-setan dari jenis jin; merekalah yang berperan menyesatkan manusia. Pengertiannya bukan berarti bahwa setan-setan dari jenis manusia termasuk dari kalangan mereka. Memang tidak diragukan lagi, hal ini jelas tersimpul dari perkataan Ikrimah. Mengenai perkataan As-Saddi, bukanlah seperti yang dimaksud dalam pengertian ini, tetapi hanya mempunyai kemiripan. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas melalui riwayat Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, "Sesungguhnya dari jenis jin terdapat setan-setan yang menyesatkan sejenisnya, sebagaimana setan-setan dari jenis manusia menyesatkan sesamanya." Kemudian Ibnu Abbas mengatakan, "Lalu keduanya (yakni setan dari jenis manusia dan setan dari jenis jin) bersua dan mengatakan kepada pihak lainnya, 'Saya telah menyesatkannya dengan cara anu dan anu'." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112)

Pada garis besarnya pendapat yang sahih adalah apa yang telah disebutkan oleh hadis Abu Zar yang lalu, yang menyatakan bahwa sesungguhnya dari jenis manusia terdapat setan-setan dari kalangan mereka sendiri. Pengertian setan ialah segala sesuatu yang bersifat membangkang. Karena itu, disebutkan di dalam hadis sahih Muslim dari Abu Zar, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:

"الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ"

Anjing hitam adalah setan.

Makna yang dimaksud —hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa pada hewan anjing terdapat pula setan-setan.

Ibnu Juraij mengatakan, Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa jin kafir adalah setan-setannya; mereka membisikkan kepada setan-setan dari jenis manusia (yakni orang-orang kafir) perkataan yang indah-indah untuk menyesatkan manusia.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ikrimah yang mengatakan bahwa ia pernah berkunjung kepada Al-Mukhtar, dan Al-Mukhtar menghormati kedatangannya dan mendudukkannya hingga hampir tiba saat istirahat malam hari baginya. Ikrimah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Al-Mukhtar berkata kepadanya, "Keluarlah kamu dan temuilah orang-orang, lalu berbicaralah dengan mereka." Lalu aku (Ikrimah) keluar dan ada seorang lelaki datang, kemudian bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu dengan wahyu itu?" Saya jawab bahwa wahyu itu ada dua macam, yaitu pertama disebutkan oleh firman-Nya: dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu. (Yusuf: 3) Dan oleh firman-Nya: setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112). Mendengar jawabanku mereka hampir saja memukuliku, tetapi aku katakan kepada mereka, "Mengapa kalian bersikap demikian? Sesungguhnya aku hanya memberi fatwa kepada kalian dan sebagai tamu kalian." Akhirnya mereka melepaskan diriku.

Sesungguhnya Ikrimah menyindir Al-Mukhtar, anak lelaki Abu Ubaid —semoga Allah memburukkan rupanya— karena dia mendakwakan bahwa dirinya kedatangan wahyu. Padahal saudara perempuannya (yaitu Safiyyah) adalah istri Abdullah ibnu Umar, termasuk seorang wanita saleh. Ketika Abdullah ibnu Umar mendapat berita bahwa Al-Mukhtar mengakui dirinya mendapat wahyu, maka Abdullah ibnu Umar berkata, "Dia benar."

Allah Swt. telah berfirman:

وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَوْلِيَائِهِمْ

Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya (Al-An'am: 121)

*****

Adapun firman Allah Swt.:

يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-An'am: 112)

Maksudnya, sebagian dari mereka membisikkan kata-kata yang indah-indah lagi penuh kepalsuan untuk menipu pendengarnya dari kalangan orang-orang yang tidak mengetahui duduk perkaranya.

وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ

Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerja­kannya. (Al-An'am: 112)

Yang demikian itu terjadi karena takdir Allah, keputusan, kehendak serta kemauan-Nya, bahwa setiap nabi mempunyai musuh dari kalangan mereka yang disebutkan di atas.

فَذَرْهُمْ

maka tinggalkanlah mereka. (Al-An'am: 112)

Maksudnya, biarkanlah mereka.

وَمَا يَفْتَرُونَ

dan apa yang mereka ada-adakan. (Al-An'am: 112)

Yaitu apa yang mereka dustakan. Dengan kata lain, biarkanlah gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah dalam menghadapi permusuhan mereka. Karena sesungguhnya Allah akan mencukupimu dan menolongmu dalam menghadapi mereka.

*****

Firman Allah Swt.:

وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ

Dan (juga) agar mau mendengarnya. (Al-An'am: 113)

Yakni cenderung kepadanya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas.

أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ

hati orang-orang yang tidak beriman kepada adanya hari kemudian. (Al-An’am: 113)

Yaitu hati, akal, dan pendengaran mereka. Menurut pendapat As-Saddi, makna yang dimaksud ialah hati orang-orang kafir.

وَلِيَرْضَوْهُ

dan supaya mereka menyenanginya. (Al-An'am: 113)

Maksudnya, menyukai dan menghendakinya. Sesungguhnya orang-orang yang mau memperkenankan hal tersebut hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

فَإِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ. مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ. إِلا مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ

Maka sesungguhnya kalian dan apa-apa yang kalian sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala-nyala. (Ash-Shaffat: 161-163)

إِنَّكُمْ لَفِي قَوْلٍ مُخْتَلِفٍ. يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ

Sesungguhnya kalian benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan. (ADz-Dzariyat: 8-9)

Adapun firman Allah Swt.:

وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ

dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan. (Al-An’am: 113)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah supaya mereka menghasilkan apa yang telah dihasilkan oleh setan-setan itu. Sedangkan menurut As-Saddi dan Ibnu Zaid ialah agar mereka mengerjakan apa yang dikerjakan oleh setan-setan itu.


وَلِتَصْغَىٰٓ إِلَيْهِ أَفْـِٔدَةُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا۟ مَا هُم مُّقْتَرِفُونَ 113

(113) Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.

(113) 

Firman Allah Swt.:

وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ

Dan (juga) agar mau mendengarnya. (Al-An'am: 113)

Yakni cenderung kepadanya. Demikianlah menurut Ibnu Abbas.

أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ

hati orang-orang yang tidak beriman kepada adanya hari kemudian. (Al-An’am: 113)

Yaitu hati, akal, dan pendengaran mereka. Menurut pendapat As-Saddi, makna yang dimaksud ialah hati orang-orang kafir.

وَلِيَرْضَوْهُ

dan supaya mereka menyenanginya. (Al-An'am: 113)

Maksudnya, menyukai dan menghendakinya. Sesungguhnya orang-orang yang mau memperkenankan hal tersebut hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:

فَإِنَّكُمْ وَمَا تَعْبُدُونَ. مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ بِفَاتِنِينَ. إِلا مَنْ هُوَ صَالِ الْجَحِيمِ

Maka sesungguhnya kalian dan apa-apa yang kalian sembah itu, sekali-kali tidak dapat menyesatkan (seseorang) terhadap Allah, kecuali orang-orang yang akan masuk neraka yang menyala-nyala. (Ash-Shaffat: 161-163)

إِنَّكُمْ لَفِي قَوْلٍ مُخْتَلِفٍ. يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ

Sesungguhnya kalian benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan. (ADz-Dzariyat: 8-9)

Adapun firman Allah Swt.:

وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ

dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan. (Al-An’am: 113)

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah supaya mereka menghasilkan apa yang telah dihasilkan oleh setan-setan itu. Sedangkan menurut As-Saddi dan Ibnu Zaid ialah agar mereka mengerjakan apa yang dikerjakan oleh setan-setan itu.


أَفَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْتَغِى حَكَمًۭا وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ إِلَيْكُمُ ٱلْكِتَٰبَ مُفَصَّلًۭا ۚ وَٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُۥ مُنَزَّلٌۭ مِّن رَّبِّكَ بِٱلْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ 114

(114) Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quran) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quran itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu.

(114) 

Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, "Katakanlah kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah," yaitu mereka yang menyembah selain-Nya:

أَفَغَيْرَ اللَّهِ أَبْتَغِي حَكَمًا

Maka patutkah aku mencari hakim selain dari Allah. (Al-An'am: 114)

Yakni hakim antara aku dan kalian.

وَهُوَ الَّذِي أَنزلَ إِلَيْكُمُ الْكِتَابَ مُفَصَّلا

padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al-Qur'an) kepada kalian dengan terperinci? (Al-An'am: 114)

Maksudnya, dengan dijelaskan.

وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ

Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka. (Al-An'am: 114)

Yaitu dari kalangan orang-orang Yahudi dan Nasrani.

يَعْلَمُونَ أَنَّهُ مُنزلٌ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ

Mereka mengetahui bahwa Al-Qur'an itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. (Al-An'am: 114)

Mereka mengetahui hal ini melalui berita-berita gembira akan kedatanganmu yang ada pada mereka dari nabi-nabi terdahulu.

فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Maka janganlah kalian sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu. (Al-An'am: 114)

Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

فَإِنْ كُنْتَ فِي شَكٍّ مِمَّا أَنزلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكَ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu. Sebab itu, janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Yunus: 94)

Ungkapan ini mengandung syarat, sedangkan syarat itu tidak memberikan kepastian mengenai kejadiannya. Karena itulah di dalam sebuah hadis dari Rasulullah Saw. disebutkan bahwa beliau Saw. bersabda:

"لَا أَشُكُّ وَلَا أَسْأَلُ".

Saya tidak ragu dan tidak akan bertanya.

Firman Allah Swt.:

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)

Qatadah mengatakan, maksudnya benar dalam ucapan-Nya dan adil dalam semua keputusan-Nya, selalu benar dalam pemberitaan, dan adil dalam tuntutan. Setiap yang diberitakan oleh-Nya adalah benar, tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Semua yang diperintahkan oleh-Nya adalah hal yang adil, tiada keadilan selain keadilan-Nya. Dan setiap apa yang dilarang-Nya adalah batil, karena sesungguhnya tidak sekali-kali Dia melarang, melainkan karena adanya mafsadat (kerusakan) pada yang dilarang-Nya itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ

yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.

Mengenai firman Allah Swt.:

لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ

Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya. (Al-An'am: 115)

Artinya, tidak ada seorang pun yang meralat hukum-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

وَهُوَ السَّمِيعُ

dan Dialah Yang Maha Mendengar. (Al-An'am: 115)

semua perkataan hamba-hamba-Nya.

الْعَلِيمُ

lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 115)

semua gerakan dan diamnya mereka. Dialah yang akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.


وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًۭا وَعَدْلًۭا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ 115

(115) Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.

(115) 

Firman Allah Swt.:

وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)

Qatadah mengatakan, maksudnya benar dalam ucapan-Nya dan adil dalam semua keputusan-Nya, selalu benar dalam pemberitaan, dan adil dalam tuntutan. Setiap yang diberitakan oleh-Nya adalah benar, tiada keraguan dan kebimbangan padanya. Semua yang diperintahkan oleh-Nya adalah hal yang adil, tiada keadilan selain keadilan-Nya. Dan setiap apa yang dilarang-Nya adalah batil, karena sesungguhnya tidak sekali-kali Dia melarang, melainkan karena adanya mafsadat (kerusakan) pada yang dilarang-Nya itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ

yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar. (Al-A'raf: 157), hingga akhir ayat.

Mengenai firman Allah Swt.:

لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ

Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya. (Al-An'am: 115)

Artinya, tidak ada seorang pun yang meralat hukum-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

وَهُوَ السَّمِيعُ

dan Dialah Yang Maha Mendengar. (Al-An'am: 115)

semua perkataan hamba-hamba-Nya.

الْعَلِيمُ

lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 115)

semua gerakan dan diamnya mereka. Dialah yang akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.


وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِى ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ 116

(116) Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

(116) 

Allah Swt. memberitahukan perihal kebanyakan penduduk bumi dari kalangan Bani Adam, bahwa mereka dalam keadaan sesat. Seperti yang disebut dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَلَقَدْ ضَلَّ قَبْلَهُمْ أَكْثَرُ الأوَّلِينَ

Dan sesungguhnya telah sesat sebelum mereka (Quraisy) sebagian besar dari orang-orang yang dahulu. (Ash-Shaffat: 71)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 13)

Mereka dalam kesesatannya itu tidak merasa yakin akan perihal mereka sendiri, melainkan mereka berada dalam dugaan yang dusta dan perkiraan yang batil. Sebagaimana yang dinyatakan oleh firman-Nya:

إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. (Al-An'am: 116)

Makna lafaz al-khars ialah al-hazr. artinya mandul. Dikatakan kharasan nakhlu yang artinya pohon kurma itu tidak berbuah; semuanya itu terjadi karena takdir dan kehendak Allah semata.

هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ

Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya. (Al-An'am: 117)

Yakni Allah memudahkannya untuk tersesat.

وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 117)

Maka Dia memudahkannya untuk menempuh hal itu, dan setiap manusia itu dimudahkan untuk menempuh apa yang sengaja dia diciptakan untuk itu (yakni setiap orang itu diciptakan menurut bakatnya masing-masing).


إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَن يَضِلُّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ 117

(117) Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang orang yang mendapat petunjuk.

(117) 


هُوَ أَعْلَمُ مَنْ يَضِلُّ عَنْ سَبِيلِهِ

Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya. (Al-An'am: 117)

Yakni Allah memudahkannya untuk tersesat.

وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 117)

Maka Dia memudahkannya untuk menempuh hal itu, dan setiap manusia itu dimudahkan untuk menempuh apa yang sengaja dia diciptakan untuk itu (yakni setiap orang itu diciptakan menurut bakatnya masing-masing).


فَكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُم بِـَٔايَٰتِهِۦ مُؤْمِنِينَ 118

(118) Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya.

(118) 

Hal ini merupakan izin dari Allah bagi hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memakan sembelihan-sembelihan yang disebutkan nama Allah pada saat menyembelihnya. Kesimpulan dari makna ayat ini menun­jukkan bahwa tidak diperbolehkan memakan hasil sembelihan yang di saat menyembelihnya tidak disebutkan nama Allah, seperti yang diperbolehkan oleh orang-orang kafir Quraisy di masa Jahiliah. Mereka biasa memakan bangkai dan semua sembelihan yang dikorbankan untuk berhala-berhala dan lain-lainnya.

Kemudian Allah menganjurkan (kepada hamba-hamba-Nya yang beriman) agar memakan sembelihan yang disebutkan nama Allah ketika menyembelihnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَمَا لَكُمْ أَلا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ

Mengapa kalian tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kalian apa yang diharamkan-Nya atas kalian. (Al-An'am: 119)

Maksudnya ialah Allah Swt. telah menerangkan kepada kalian semua yang diharamkan atas kalian (memakannya), dan Dia telah menjelaskannya sejelas-jelasnya. Sebagian ulama membaca fassala dengan memakai tasydid, ada pula yang membacanya fasala tanpa memakai tasydid. Tetapi kedua bacaan tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu menjelaskan dan menerangkan.

إِلا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ

kecuali apa yang terpaksa kalian memakannya. (Al-An'am: 119)

Yakni kecuali bila dalam keadaan darurat, karena sesungguhnya saat itu diperbolehkan bagi kaitan memakan apa yang kalian jumpai.

Selanjutnya Allah Swt. menyebutkan tentang kebodohan orang-orang musyrik dalam pandangan mereka yang rusak, karena mereka menghalalkan bangkai dan sembelihan yang disebutkan nama selain Allah ketika menyembelihnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَإِنَّ كَثِيرًا لَيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ

Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas. (Al-An'am: 119)

Artinya, Dia Maha Mengetahui tentang pelanggaran, kedustaan, dan buat-buatan mereka.