10 - يونس - Yunus
Jonas
Meccan
إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَٱطْمَأَنُّوا۟ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنْ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ 7
(7) Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
(7)
إِنَّ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami. (Yunus: 7)
Allah Swt. berfirman menceritakan keadaan orang-crang yang celaka, yaitu mereka yang ingkar terhadap hari pertemuan dengan Allah kelak pada hari kiamat. Mereka sama sekali tidak percaya dengan hari pertemuan itu, merasa puas dengan kehidupan dunia ini. serta hati dan jiwa mereka merasa tenteram dengan kehidupan dunia.
Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, mereka sama sekali tidak menghiasi dunia dan tidak pula mengangkatnya, melainkan mereka hanya merasa puas dengan kehidupan dunia, sedangkan mereka melupakan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada semesta alam ini, karena mereka tidak mau memikirkannya. Mereka pun melalaikan hukum Allah yang ada pada syariat agama-Nya. Karena itulah maka tempat kembali mereka kelak di hari kiamat adalah neraka, sebagai pembalasan atas apa yang selama di dunia mereka lakukan, yaitu berupa dosa-dosa, kesalahan-kesalahan, dan kejahatan-kejahatan, di samping kekufuran mereka kepada Allah, Rasul-Nya, dan hari kemudian."
أُو۟لَٰٓئِكَ مَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ 8
(8) mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
(8)
أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus: 8)
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُم بِإِيمَٰنِهِمْ ۖ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمُ ٱلْأَنْهَٰرُ فِى جَنَّٰتِ ٱلنَّعِيمِ 9
(9) Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.
(9)
Hal ini merupakan kisah tentang keadaan orang-orang yang berbahagia, yaitu mereka yang beriman kepada Allah dan membenarkan para rasul, serta mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka; karenanya mereka mengerjakan amal-amal saleh. Maka Allah memberi petunjuk kepada mereka berkat keimanannya.
Huruf ba yang terdapat pada lafaz bi imanihim adalah sababiyyah (kausalitas). Bentuk lengkapnya ialah 'disebabkan iman mereka di dunia, maka Allah memberi mereka petunjuk pada hari kiamat ke jalan yang lurus'. Allah membimbing mereka menempuhi siratal mustaqim sehingga mereka selamat dan masuk surga.
Tetapi dapat pula diinterpretasikan dengan makna isti'anah, seperti yang dikatakan oleh Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ ۖ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. (Yunus: 9)
Yakni mereka mempunyai nur (cahaya) yang menerangi jalan mereka (di hari kiamat nanti).
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna ayat, bahwa amalnya diserupakan dalam bentuk yang indah dan berbau wangi. Apabila orang yang bersangkutan bangkit dari kuburnya, maka amalnya datang menjemputnya dan menyampaikan berita gembira kebaikan kepadanya, sehingga orang yang bersangkutan bertanya, "Siapakah kamu?" Maka amalnya menjawab, "Aku adalah amalmu." Lalu diberikan kepadanya nur yang menyinari bagian depannya hingga memasukkannya ke dalam surga. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya. (Yunus: 9)
Sedangkan kalau orang kafir, amal perbuatannya diserupakan dalam bentuk yang sangat buruk dan berbau busuk, lalu ia menguntit pemiliknya dan menyesatkannya hingga menjerumuskannya ke dalam neraka.
Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Qatadah secara mursal.
دَعْوَىٰهُمْ فِيهَا سُبْحَٰنَكَ ٱللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَٰمٌۭ ۚ وَءَاخِرُ دَعْوَىٰهُمْ أَنِ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 10
(10) Do'a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil 'aalamin".
(10)
Firman Allah Swt.:
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Doa mereka di dalamnya ialah 'Subhahakallahumma', dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'. (Yunus: 10)
Demikianlah keadaan ahli surga.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa ia pernah mendengar suatu riwayat yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Doa mereka di dalamnya ialah 'Subhanakallahumma'. (Yunus: 1) Bahwa apabila lewat di hadapan mereka burung yang mereka ingin memakannya, maka mereka berkata, "Mahasuci Engkau, ya Allah." Itulah doa mereka. Lalu malaikat datang kepada mereka dengan membawa apa yang mereka selerai itu. Malaikat itu mengucapkan salam penghormatan kepada mereka, dan mereka menjawab salamnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Yunus: 10) Dan apabila mereka telah memakannya, maka mereka mengucapkan pujian kepada Tuhannya. Yang demikian itulah makna firman-Nya berikut ini: Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil Alamin'. (Yunus: 10)
Muqatil ibnu Hayyan mengatakan bahwa apabila ahli surga bermaksud meminta makan, maka seseorang dari mereka mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus: 10) Maka bangkitlah sepuluh ribu pelayan untuk melayani seseorang dari mereka, masing-masing membawa piring emas berisikan makanan yang berbeda dengan yang dibawa oleh pelayan lainnya. Lalu ahli surga yang bersangkutan memakan semua makanan yang disuguhkan kepadanya itu.
Sufyan As-Sauri mengatakan, bahwa apabila seseorang dari mereka meminta sesuatu, maka ia mengucapkan: Mahasuci Engkau, ya Allah. (Yunus: 10)
Ayat ini mirip dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:
تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا
Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah 'Salam'. (Al-Ahzab: 44), hingga akhir ayat.
لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلا تَأْثِيمًا إِلا قِيلا سَلامًا سَلامًا
Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa, tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 25-26)
سَلامٌ قَوْلا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
(Kepada mereka dikatakan) 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. (Yasin: 58)
وَالْمَلائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ سَلامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
sedangkan malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan), "Salamun 'Alaikum.” (Ar-Ra'd: 23-24), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt.:
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Dan penutup doa mereka ialah 'Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin'. (Yunus: 10)
Hal ini menunjukkan bahwa hanya Allah Swt. sematalah yang terpuji lagi yang disembah untuk selama-lamanya. Karena itulah maka Allah memuji diri-Nya sendiri di saat mulai menciptakan makhluk dan keberlangsungannya, juga menyebut pujian diri-Nya pada permulaan Kitab-Nya serta pada awal penurunannya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنزلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur'an). (Al-Kahfi: 1)
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am: 1)
Masih banyak hal lainnya yang panjang keterangannya. Dan bahwa Allahlah yang terpuji pada permulaan dan akhirnya, dalam kehidupan di dunia dan akhirat serta dalam semua keadaan. Karena itulah disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa sesungguhnya ahli surga mendapat ilham untuk bertasbih dan bertahmid sebagaimana mereka mendapat ilham untuk bernapas. Dikatakan demikian tiada lain karena nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah Swt. kepada mereka kian hari kian bertambah, sehingga ucapan itu terus berulang-ulang seiring dengan penambahan nikmat kepada mereka, maka tidak ada habis-habisnya dan tidak ada batasannya. Tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain-Nya.
وَلَوْ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسْتِعْجَالَهُم بِٱلْخَيْرِ لَقُضِىَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ ۖ فَنَذَرُ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ 11
(11) Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka.
(11)
Allah Swt. menyebutkan tentang sifat penyantun dan lemah lembutNya terhadap hamba-hamba-Nya. Dia tidak memperkenankan bagi mereka jika mereka mendoakan kejahatan buat diri mereka sendiri atau harta benda dan anak-anak mereka, di saat mereka sedang marah dan emosi. Allah Swt. pun mengetahui bahwa mereka tidak sengaja melakukan hal itu, karena itulah maka Dia tidak mengabulkan doa mereka, sebagai kasih sayang dan rahmat buat mereka. Perihalnya berbeda jika mereka mendoakan kebaikan, keberkahan, dan kesuburan buat diri, harta benda, dan anak-anak mereka, maka Allah memperkenankannya bagi mereka. Untuk itulah Allah Swt. berfirman:
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan ragi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. (Yunus:11), hingga akhir ayat.
Dengan kata lain, seandainya setiap mereka mendoakan kejahatan dalam hal tersebut diperkenankan oleh Allah, niscaya doanya itu akan membinasakan diri mereka.
Karena itulah tidak diperkenankan banyak melakukan doa seperti itu, seperti apa yang disebutkan oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَر، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا حَاتِمُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ مُجَاهِدٍ أَبُو حَزْرَة عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الْوَلِيدِ، حَدَّثَنَا جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا تَدْعُوَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، لَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللَّهِ سَاعَةً فِيهَا إِجَابَةٌ فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hatim ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Mujahid Abu Jazarah, dari Ubadah ibnul Walid; Jabir telah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Janganlah mendoakan untuk kebinasaan diri kalian, janganlah mendoakan kecelakaan bagi anak-anak kalian, dan janganlah mendoakan kehancuran bagi harta benda kalian, agar kalian tidak menepati suatu saat ijabah dari Allah, yang karenanya doa kalian diperkenankan.
Imam Abu Daud meriwayatkannya melalui hadis Hatim ibnu Ismail dengan sanad yang sama. Imam Al-Bazzar mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan secara munfarid oleh Ubadah ibnul Walid ibnu Ubadah ibnus Samit Al-Ansari, tanpa ada seorang pun yang menemaninya. Hal ini semakna dengan firman Allah Swt.:
وَيَدْعُ الإنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإنْسَانُ عَجُولا
Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. (Al-Isra:11). hingga akhir ayat.
Mujahid di dalam tafsir ayat ini. yaitu firman-Nya: Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan. (Yunus:11). hingga akhir ayat. mengatakan bahwa perumpamaannya ialah seperti perkataan seorang tua kepada anaknya atau harta bendanya jika ia marah terhadapnya, Ya Allah, janganlah Engkau berkati dia, dan laknatilah dia. Seandainya permintaan mereka itu dikabulkan dengan segera sebagaimana dikabulkan bagi mereka dalam hal kebaikan, niscaya akan binasalah mereka.
وَإِذَا مَسَّ ٱلْإِنسَٰنَ ٱلضُّرُّ دَعَانَا لِجَنۢبِهِۦٓ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَآئِمًۭا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُۥ مَرَّ كَأَن لَّمْ يَدْعُنَآ إِلَىٰ ضُرٍّۢ مَّسَّهُۥ ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 12
(12) Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
(12)
Allah Swt. menceritakan tentang manusia menyangkut kegundahan dan kekhawatirannya apabila ditimpa oleh bahaya, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat:51)
Yaitu banyak melakukan doa. Lafaz 'arid semakna dengan lafaz kasir, yakni banyak. Disebutkan demikian oleh ayat ini karena manusia itu apabila tertimpa oleh malapetaka dan kesusahan, maka ia gelisah dan cemas serta banyak berdoa saat itu. Lalu dia berdoa kepada Allah agar musibah itu dilenyapkan dan dijauhkan darinya, baik dalam keadaan berbaring atau duduk atau berdiri, dan dalam semua keadaan ia selalu berdoa untuk itu. Tetapi apabila Allah melenyapkan musibah dan malapetaka yang menimpanya, maka dengan serta merta ia berpaling dan menjauh dari doanya serta meninggalkan apa yang pernah dilakukannya, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu pun sebelumnya.
مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus:12)
Kemudian Allah Swt. mencela orang yang bersifat demikian dan mempunyai watak seperti itu melalui firman-Nya:
كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus:12)
Adapun orang yang telah dianugerahi oleh Allah hidayah, taufik, bimbingan, dan penyuluhan, maka dia termasuk orang yang dikecualikan dari hal tersebut. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh (Hud:11)
Juga seperti yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. dalam salah satu sabdanya:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ قَضَاءً إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ: إِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ
Sungguh menakjubkan perihal orang mukmin, tidak sekali-kali Allah menakdirkan sesuatu bagi dirinya melainkan hal itu menjadi kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah, maka ia bersabar, dan bersabar itu baik baginya. Dan jika ia mendapat kegembiraan, maka ia bersyukur, dan bersyukur itu baik baginya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh orang mukmin.
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا ٱلْقُرُونَ مِن قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا۟ ۙ وَجَآءَتْهُمْ رُسُلُهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ وَمَا كَانُوا۟ لِيُؤْمِنُوا۟ ۚ كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْقَوْمَ ٱلْمُجْرِمِينَ 13
(13) Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.
(13)
Allah Swt. menceritakan perihal apa yang telah menimpa umat-umat terdahulu karena mereka mendustakan keterangan-keterangan dan hujah-hujah yang jelas yang disampaikan oleh rasul-rasul mereka. Kemudian Allah mengganti mereka dengan kaum lain sesudah mereka, mengutus seorang rasul kepada mereka untuk dilihat sampai di mana ketaatan mereka kepadanya, dan apakah mereka mau mengikuti Rasul-Nya.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Abu Nadrah. dari Abu Sa'id, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرة، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَنَاظِرٌ مَاذَا تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah akan mengganti kalian (dengan kaum yang lain), agar Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Maka hindarilah dunia dan hindarilah pula wanita, karena sesungguhnya fitnah yang mula-mula melanda kaum Bani Israil bersumber dari wanita.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Auf Abu Rabi'ah; dan telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila; Auf ibnu Malik berkata kepada Abu Bakar bahwa dalam mimpinya ia melihat seakan-akan ada tangga yang dijulurkan dari langit. Lalu Rasulullah Saw. menaikinya, kemudian tangga itu dijulurkan kembali dan naiklah Abu Bakar. Kemudian orang-orang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar, lalu mereka memberikan jarak tiga hasta kepada Umar. Maka Umar berkata, Tinggalkanlah kami dari impianmu itu, kami tidak memerlukannya. Ketika Umar menjadi khalifah, ia berkata, Hai Auf, ceritakanlah kembali mimpimu itu. Auf berkata, Bukankah engkau tidak memerlukan mimpiku, dan bukankah engkau dahulu melarangku menceritakannya? Umar menjawab, Celakalah kamu, sesungguhnya aku tidak suka bila engkau mengucapkan belasungkawa kepada khalifah rasulullah”. Lalu Auf menceritakan kembali mimpinya itu. Ketika kisahnya sampai pada orang-orang yang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar selebar tiga hasta, maka Auf berkata.”Adapun salah satunya, maka dia adalah seorang khalifah, dan yang keduanya adalah orang yang tidak takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah, sedangkan yang ketiganya adalah orang yang mati syahid. Auf membacakan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat. (Yunus:14) Sekarang engkau telah menjadi khalifah, hai Umar, maka perhatikanlah apa yang akan kamu perbuat?
Adapun mengenai ucapannya 'sesungguhnya aku tidak pernah takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah', maka hal itu hanya menyangkut apa yang telah dikehendaki oleh-Nya. Sedangkan mengenai ucapan dia yang mengatakan syahid, maka mana mungkin bagi Umar mati syahid, sedangkan kaum muslim meliputi dirinya?
ثُمَّ جَعَلْنَٰكُمْ خَلَٰٓئِفَ فِى ٱلْأَرْضِ مِنۢ بَعْدِهِمْ لِنَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ 14
(14) Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat.
(14)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Abu Nadrah. dari Abu Sa'id, yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرة، وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَنَاظِرٌ مَاذَا تَعْمَلُونَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ؛ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allah akan mengganti kalian (dengan kaum yang lain), agar Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Maka hindarilah dunia dan hindarilah pula wanita, karena sesungguhnya fitnah yang mula-mula melanda kaum Bani Israil bersumber dari wanita.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Auf Abu Rabi'ah; dan telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Sabit Al-Bannani, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila; Auf ibnu Malik berkata kepada Abu Bakar bahwa dalam mimpinya ia melihat seakan-akan ada tangga yang dijulurkan dari langit. Lalu Rasulullah Saw. menaikinya, kemudian tangga itu dijulurkan kembali dan naiklah Abu Bakar. Kemudian orang-orang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar, lalu mereka memberikan jarak tiga hasta kepada Umar. Maka Umar berkata, Tinggalkanlah kami dari impianmu itu, kami tidak memerlukannya. Ketika Umar menjadi khalifah, ia berkata, Hai Auf, ceritakanlah kembali mimpimu itu. Auf berkata, Bukankah engkau tidak memerlukan mimpiku, dan bukankah engkau dahulu melarangku menceritakannya? Umar menjawab, Celakalah kamu, sesungguhnya aku tidak suka bila engkau mengucapkan belasungkawa kepada khalifah rasulullah”. Lalu Auf menceritakan kembali mimpinya itu. Ketika kisahnya sampai pada orang-orang yang mengukur dengan hasta di sekitar mimbar selebar tiga hasta, maka Auf berkata.”Adapun salah satunya, maka dia adalah seorang khalifah, dan yang keduanya adalah orang yang tidak takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah, sedangkan yang ketiganya adalah orang yang mati syahid. Auf membacakan firman-Nya: Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat. (Yunus:14) Sekarang engkau telah menjadi khalifah, hai Umar, maka perhatikanlah apa yang akan kamu perbuat?
Adapun mengenai ucapannya 'sesungguhnya aku tidak pernah takut kepada celaan orang yang mencela karena Allah', maka hal itu hanya menyangkut apa yang telah dikehendaki oleh-Nya. Sedangkan mengenai ucapan dia yang mengatakan syahid, maka mana mungkin bagi Umar mati syahid, sedangkan kaum muslim meliputi dirinya?