15 - الحجر - Al-Hijr

Juz : 14

The Rock
Meccan

قَالَ يَٰٓإِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ ٱلسَّٰجِدِينَ 32

(32) Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?"

(32) 

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا لَكَ أَلَّا تَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ

Allah berfirman: "Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang sujud itu?".  (Al-Hijr: 32)


قَالَ لَمْ أَكُن لِّأَسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُۥ مِن صَلْصَٰلٍۢ مِّنْ حَمَإٍۢ مَّسْنُونٍۢ 33

(33) Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk"

(33) 

Allah Swt. menyebutkan perihal Adam di kalangan para malaikat-Nya sebelum Adam diciptakan dan dimuliakan-Nya dengan memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Allah menyebutkan pula pembangkangan yang dilakukan oleh iblis yang tidak mau bersujud kepada Adam, pada saat itu iblis berada bersama golongan para malaikat. Iblis tidak mau bersujud kepada Adam karena kafir, ingkar, sombong, dan membanggakan dirinya dengan kebatilan. Iblis menjawab alasan penolakannya, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

لَمْ أَكُنْ لأسْجُدَ لِبَشَرٍ خَلَقْتَهُ مِنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَأٍ مَسْنُونٍ

"Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau lelah menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (Al-Hijr: 33)

Dalam ayat lain disebutkan:

أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (Al A’raf: 12; Shad: 76)

Dalam ayat lainnya lagi disebutkan:

أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا

Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? (Al-Isra: 62), hingga akhir ayat.

Dalam bab ini Ibnu Jarir telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi aneh melalui hadis Syabib ibnu Bisyr, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Allah telah menciptakan para malaikat, berfirmanlah Dia: Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Ku, maka hendaklah kalian bersungkur dengan bersujud kepadanya. (Shad: 71-72) Mereka menjawab, "Kami tidak akan menurut." Maka Allah mengirimkan api kepada mereka dan membakar habis mereka. Kemudian Allah menciptakan malaikat lainnya, dan berfirman kepada mereka seperti firman-Nya yang pertama, tetapi mereka menjawab dengan jawaban yang sama seperti pendahulunya. Maka Allah mengirimkan kepada mereka api yang membakar habis mereka semua. Kemudian Allah menciptakan malaikat yang lain, setelah itu Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Apabila Aku telah menciptakannya, maka bersujudlah kalian kepadanya!" Tetapi mereka membangkang. Maka Allah mengirimkan api kepada mereka dan membakar habis mereka semuanya. Kemudian Allah menciptakan malaikat lainnya, lalu berfirman kepada mereka, "Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah, apabila Aku telah menciptakannya, maka bersujudlah kalian kepadanya!" Mereka menjawab, "Kami tunduk dan patuh kepada perintah­Mu," kecuali iblis, dia termasuk kaum yang kafir seperti para pendahulunya.

Akan tetapi, kebenaran asar ini dari Ibnu Abbas masih terlalu jauh dari kebenaran. Jelasnya asar ini berasal dari kisah israiliyat.


قَالَ فَٱخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌۭ 34

(34) Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk,

(34) 

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. (Al-Hijr: 34)


وَإِنَّ عَلَيْكَ ٱللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ 35

(35) dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat".

(35) 

وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ

Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat". (Al-Hijr: 35)


قَالَ رَبِّ فَأَنظِرْنِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ 36

(36) Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan,

(36) 

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. (Al-Hijr: 36)


قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلْمُنظَرِينَ 37

(37) Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh,

(37) 

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ

Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. (Al-Hijr: 37)


إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْوَقْتِ ٱلْمَعْلُومِ 38

(38) sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan,

(38) 

إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ

Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. (Al-Hijr: 38)


قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ 39

(39) Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,

(39) 

Allah menceritakan perihal iblis dan pembangkangan serta keang­kuhannya, bahwa ia berkata kepada Tuhannya:

بِمَا أَغْوَيْتَنِي

oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat. (Al-Hijr: 39)

Sebagian ulama mengatakan bahwa iblis bersumpah atas nama penyesatan Allah terhadap dirinya. Menurut kami, makna ayat dapat ditakwilkan bahwa 'karena Engkau telah menyesatkan aku'.

لأزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأرْضِ

pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi. (Al-Hijr: 39)

Yang dimaksud dengan "mereka' ialah anak cucu dan keturunan Adam a.s. Dengan kata lain iblis mengatakan, "Sesungguhnya aku akan membuat mereka senang dan memandang baik perbuatan-perbuatan maksiat, dan aku akan anjurkan mereka serta menggiring mereka dengan gencar untuk melakukan kemaksiatan."

وَلأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya. (Al-Hijr: 39)

Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku dan menakdirkanku menjadi sesat, maka aku akan berupaya keras untuk menyesatkan mereka.



إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ ٱلْمُخْلَصِينَ 40

(40) kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".

(40) 

إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka. (Al-Hijr: 40)

Ayat ini semakna dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِي إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا

Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil. (Al-Isra: 62)



قَالَ هَٰذَا صِرَٰطٌ عَلَىَّ مُسْتَقِيمٌ 41

(41) Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya).

(41) 

Allah Swt. berfirman dengan nada mengancam:

هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ

Allah berfirman, "Inilah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya)." (Al-Hijr: 41)

Dengan kata lain, kembali kalian semua adalah kepada-Ku, maka Aku akan membalas kalian sesuai dengan amal perbuatan kalian. Jika amal kalian baik, maka balasannya baik, jika buruk, maka balasannya buruk pula. Sama halnya dengan firman-Nya:

إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ

sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Al-Fajr: 14)

Menurut pendapat lain, jalan yang benar kembalinya kepada Allah dan berujung kepada-Nya. Demikianlah menurut Mujahid Al-Hasan dan Qatadah, sama dengan firman-Nya:

وَعَلَى اللَّهِ قَصْدُ السَّبِيلِ

Dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus. (An-Nahl: 9)

Qais ibnu Ubadah, Muhammad ibnu Sirin, dan Qatadah mengartikan ayat ini, yaitu firman-Nya: Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya). (Al-Hijr: 41) Sama dengan firman-Nya:

وَإِنَّهُ فِي أُمِّ الْكِتَابِ لَدَيْنَا لَعَلِيٌّ حَكِيمٌ

Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (Az-Zukhruf: 4)

Yakni bernilai tinggi.

Akan tetapi, pendapat yang terkenal adalah yang pertama tadi.




إِنَّ عِبَادِى لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَٰنٌ إِلَّا مَنِ ٱتَّبَعَكَ مِنَ ٱلْغَاوِينَ 42

(42) Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat.

(42) 

Firman Allah .:

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka. (Al-Hijr: 42)

Yaitu orang-orang yang telah Aku takdirkan mendapat hidayah, tiada jalan bagimu kepada mereka, tidak pula kalian dapat sampai kepada mereka.

إِلا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Al-Hijr: 42)

Istisna dalam ayat ini bersifat munqati’ yakni hanya hamba-hamba Allah yang mengikuti iblis saja, yaitu mereka yang sesat.

Ibnu Jarir dalam bab ini mengetengahkan sebuah hadis melalui Abdullah ibnul Mubarak, dari Abdulah ibnu Mauhib, bahwa telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Qasit, bahwa di masa silam para nabi mempunyai masjid-masjid di luar kota mereka tinggal. Apabila seorang nabi menghendaki munajat kepada Tuhannya untuk menanyakan sesuatu masalah, maka ia keluar menuju masjidnya, lalu melakukan salat seperti yang telah diwajibkan oleh Allah kepadanya, kemudian dia memohon kepada Allah apa yang diinginkannya. Ketika seorang nabi sedang berada di masjidnya, tiba-tiba datanglah musuh Allah —yakni iblis—, lalu iblis duduk antara dia dan arah kiblat. Nabi berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Maka ucapan-ta'awwuz-nya itu mengusir iblis sebanyak tiga kali. Iblis berkata, "Dengan apakah kamu dapat selamat dariku?" Nabi balik bertanya, "Tidak, tetapi ceritakanlah kepadaku, dengan apakah kamu mengalahkan Anak Adam?" Pertanyaan ini diulanginya sebanyak dua kali, maka masing-masing pihak saling bersitegang. Nabi itu mengatakan; "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Musuh Allah iblis berkata, "Tahukah kamu ta'awwuz yang baru kamu ucapkan? Itulah dia yang menyelamatkanmu." Nabi berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk." Maka bacaan itu mengusir iblis sebanyak tiga kali. Musuh Allah —iblis— berkata, "Ceritakanlah kepadaku, karena apakah engkau dapat selamat dariku?" Nabi menjawab, "Tidak, tetapi ceritakanlah kepadaku dengan apakah kamu dapat mengalahkan Ibnu Adam (manusia)?" Sebanyak dua kali. Maka masing-masing pihak saling bersitegang. Akhirnya nabi itu mengatakan bahwa sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Al-Hijr: 42) Musuh Allah —iblis— berkata, "Demi Allah, saya telah mendengar firman ini sebelum kamu dilahirkan." Nabi itu mengatakan bahwa Allah telah berfirman pula: Dan jikar kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raf; 2) "Dan sesungguhnya aku, tidak sekali-kali —demi Allah— merasakan adanya godaanmu melainkan aku berlindung kepada Allah dari godaanmu." Iblis berkata, "Kamu benar, dengan itulah kamu selamat dari godaanku." Nabi bertanya, "Ceritakanlah kepadaku karena apakah kamu dapat mengalahkan manusia?" Iblis menjawab, "Saya merasukinya di saat sedang marah dan melalui hawa nafsunya."



وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ 43

(43) Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.

(43) 

Firman Allah Swt.:

وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ

Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. (Al-Hijr: 43)

Artinya, neraka Jahanam adalah tempat yang dijanjikan bagi semua pengikut iblis. Sama halnya dengan yang disebutkan dalam firman-Nya yang menceritakan tentang Al-Qur'an:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ

Dan barang siapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya (Hud: 17)

Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa neraka Jahanam itu mempunyai tujuh buah pintu:



لَهَا سَبْعَةُ أَبْوَٰبٍۢ لِّكُلِّ بَابٍۢ مِّنْهُمْ جُزْءٌۭ مَّقْسُومٌ 44

(44) Jahannam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka.

(44) 

لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ

Tiap-tiap pintu (telah d itetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44)

Yakni telah ditetapkan bagi tiap-tiap pintu dari neraka Jahanam akan dimasuki oleh para pengikut iblis, mereka tidak dapat menyelamatkan diri darinya; semoga Allah melindungi kita dari neraka Jahanam. Masing-masing pengikut iblis memasuki neraka Jahanam sesuai dengan amal perbuatannya, lalu ia tinggal di lapisan yang sesuai dengan amalnya pula.

Ismail ibnu Aliyyah dan Syu'bah telah meriwayatkan dari Abu Harun Al-Ganawi, dari Hattan ibnu Abdullah; ia pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Ali ibnu Abu Talib berkata dalam khotbahnya, "Sesungguhnya pintu-pintu Jahanam itu bertingkat-tingkat, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain." Abu Harun mengatakan demikian seraya memperagakannya.

Israil telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Hubairah ibnu Abu Maryam, dari Ali r.a. yang mengatakan bahwa pintu-pintu Jahanam itu ada tujuh buah, sebagiannya berada di atas sebagian yang lain. Bila pintu yang pertama penuh, maka pintu yang kedua diisi, kemudian pintu yang ketiga, hingga semuanya penuh.

Ikrimah mengatakan, yang dimaksud dengan tujuh buah pintu ialah tujuh tingkatan.

Ibnu Juraij mengatakan bahwa tujuh buah pintu itu yang pertama dinamakan Jahanam, lalu Laza, lalu Hutamah, lalu Sa'ir, lalu Saqar, lalu Jahim, dan yang terakhir ialah Hawiyah. Ad-Dahhak telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Al-A'masy.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Hal itu —demi Allah— merupakan tingkatan-tingkatan amal perbuatan mereka. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.

Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak sehubungan dengan makna firman-Nya: Jahanam itu mempunyai tujuh pintu. Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Bahwa ada pintu untuk orang-orang Yahudi, pintu untuk orang-orang Nasrani, pintu untuk orang-orang Sabi-in, pintu untuk orang-orang Majusi, pintu untuk orang-orang musyrik (yaitu orang-orang kafir Arab), pintu untuk orang-orang munafik, dan pintu untuk ahli tauhid. Tetapi ahli tauhid mempunyai harapan untuk dikeluarkan, sedangkan yang selain mereka tidak ada harapan sama sekali untuk selama-lamanya.

قَالَ التِّرْمِذِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْد، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَل، عَنْ جُنَيْد عَنِ ابْنِ عُمَرَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ قَالَ: "لِجَهَنَّمَ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ: بَابٌ مِنْهَا لِمَنْ سلَّ السَّيْفَ عَلَى أُمَّتِي -أَوْ قَالَ: عَلَى أُمَّةِ مُحَمَّدٍ.

Imam Turmuzi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdu ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, dari Malik ibnu Mugawwil, dari Humaid ibnu Umar, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Neraka Jahanam mempunyai tujuh buah pintu, sebuah pintu darinya buat orang yang menghunus senjatanya terhadap umatku —atau kepada umat Muhammad—.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan, "Kami tidak mengenal hadis ini selain melalui hadis Malik ibnu Mugawwil."

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا، عَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ الْخَلَّالُ، حَدَّثَنَا زَيْدُ -يَعْنِي: ابْنُ يحيى -حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ أبي نضرة، عَنْ سَمُرَة بْنِ جُنْدَب، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ قَالَ: "إِنَّ مِنْ أَهْلِ النَّارِ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَإِنَّ مِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى حُجزته، وَمِنْهُمْ مَنْ تَأْخُذُهُ النَّارُ إِلَى تَرَاقِيهِ، مَنَازِلُ بِأَعْمَالِهِمْ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ: لِكُلِّ بَابٍ مِنْهُمْ جُزْءٌ مَقْسُومٌ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abbas ibnul Walid Al-Khallal, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir. dari Qatadah. dari AbuNadrah, dari Samu-rah ibnu Jundub, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka. (Al-Hijr: 44) Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya di antara ahli neraka ada yang dimakan api neraka sampai batas kedua mata kakinya, dan sesungguhnya di antara mereka ada yang dimakan api neraka sampai batas pinggangnya, dan di antara mereka ada yang dimakan api neraka sampai batas tenggorokannya. Tempat-tempat mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Yang demikian itu adalah firman Allah Swt. yang mengatakan, "Tiap-tiap pintu (telah ditetapkan) untuk golongan yang tertentu dari mereka " (Al-Hijr: 44).


إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍۢ وَعُيُونٍ 45

(45) Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).

(45) 

Setelah Allah menyebutkan keadaan ahli neraka, maka hal itu diiringi­Nya dengan sebutan tentang ahli surga, bahwa mereka berada di dalam taman-taman yang bermata air banyak.


ٱدْخُلُوهَا بِسَلَٰمٍ ءَامِنِينَ 46

(46) (Dikatakan kepada mereka): "Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera lagi aman"

(46) 

Firman Allah Swt.:

ادْخُلُوهَا بِسَلامٍ

Masuklah ke dalamnya dengan sejahtera. (Al-Hijr: 46)

Yakni dalam keadaan terbebas dari semua penyakit dan kalian selalu dalam keadaan sejahtera.

آمِنِينَ

lagi aman. (Al-Hijr: 46)

Maksudnya, aman dari semua ketakutan dan keterkejutan; dan janganlah kalian takut akan dikeluarkan, jangan pula takut akan terputus serta fana (mati).




وَنَزَعْنَا مَا فِى صُدُورِهِم مِّنْ غِلٍّ إِخْوَٰنًا عَلَىٰ سُرُرٍۢ مُّتَقَٰبِلِينَ 47

(47) Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.

(47) 

Firman Allah Swt.:

وَنزعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)

Al-Qasim telah meriwayatkan dari Abu Umamah yang mengatakan bahwa ahli surga masuk ke dalam surga berikut dengan apa yang terpendam di dalam hati mereka ketika di dunia, yaitu rasa benci dan dendam. Tetapi setelah mereka saling berhadapan dan bersua satu sama lainnya, maka Allah melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hati mereka ketika di dunia. Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka. (Al-Hijr: 47)

Demikianlah menurut riwayat ini, tetapi Al-Qasim ibnu Abdur Rahman dalam riwayatnya yang dari Abu Umamah berpredikat daif.

Sunaid di dalam kitab tafsirnya telah meriwayatkan telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudalah, dari Luqman, dari Abu Umamah yang mengatakan, "Tidaklah masuk surga seorang mukmin sebelum Allah melenyapkan rasa dendam yang ada dalam hatinya. Allah mencabut rasa dendam darinya sebagaimana hewan pemangsa mencabut mangsanya."

Pendapat inilah yang sesuai dengan apa yang terdapat di dalam hadis sahih melalui riwayat Qatadah, telah menceritakan kepada kami Abul Mutawakkil An-Naji; Abu Sa'id Al-Khudri pernah menceritakan hadis kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"يَخْلُص الْمُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ، فيُحبسون عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ، فيُقتص لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضِهِمْ، مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا هُذِّبوا ونُقّوا، أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الْجَنَّةِ"

Orang-orang mukmin diselamatkan dari neraka, lalu mereka ditahan di atas sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan neraka. Maka sebagian dari mereka meng-qisas sebagian yang lainnya menyangkut perkara penganiayaan yang pernah terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah mereka diber­sihkan dan disucikan (dari semua kesalahan), barulah mereka diizinkan untuk masuk surga.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Hisyam, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan bahwa Al-Asytar meminta izin masuk kepada Khalifah Ali r.a. yang saat itu di hadapannya terdapat Ibnu Talhah. Maka Ali menangguhkannya, kemudian memberinya izin untuk masuk. Setelah Al-Asytar masuk, ia berkata, "Sesungguhnya aku berpendapat bahwa tidak sekali-kali engkau menahanku untuk masuk melainkan karena orang ini." Ali menjawab, "Benar." Al-Asytar berkata, "Sesungguhnya aku berpendapat bahwa seandainya di sisimu terdapat anak Usman, tentulah kamu menahanku untuk masuk." Ali menjawab, "Benar, sesungguhnya aku berharap semoga aku dan Usman termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: 'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan' (Al-Hijr: 47).”

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah Ad- Darir, telah menceritakan kepada kami Abu Malik Al-Asyja'i, telah menceritakan kepada kami Abu Habibah maula Talhah yang mengatakan bahwa Imran ibnu Talhah masuk menemui Ali r.a. setelah selesai dari Perang Jamal. Maka Ali menyambutnya dengan hangat dan berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah menjadikan aku dan ayahmu termasuk orang-orang yang disebutkan dalam firman Allah Swt.: 'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan' (Al-Hijr: 47).”

Telah menceritakan pula kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah Ad-Darir (yang tuna netra), telah men­ceritakan kepada kami Abu Malik Al-Asyja'i, dari Abu Habibah maula Talhah yang mengatakan bahwa Imran ibnu Talhah masuk menemui Ali r.a. setelah usai Perang Jamal. Ali menyambutnya dengan hangat seraya berkata, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Allah menjadikan aku dan ayahmu termasuk orang-orang yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: 'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan' (Al-Hijr: 47).” Saat itu di sudut lain dari hamparan tersebut terdapat dua orang lelaki. Lalu kedua lelaki itu berkata, "Allah lebih adil daripada hal tersebut, engkau perangi mereka kemarin, kemudian kalian menjadi bersaudara." Ali r.a. berkata, "Suatu kaum dari tanah yang paling jauh, maka siapakah mereka itu kalaulah bukan aku dan Talhah?" Abu Mu'awiyah melanjut­kan asar ini hingga selesai.

Waki' telah meriwayatkan dari Aban ibnu Abdullah Al-Bajali, dari Na'im ibnu Abu Hindun, dari Rab'i ibnu Khirasy hal yang semisal dengan asar ini.

Di dalam riwayat ini disebutkan bahwa lalu ada seorang lelaki dari Bani Hamdan berdiri dan berkata, "Allah lebih adil daripada hal itu, wahai Amirul Mu’minin." Maka Ali berteriak dengan teriakan yang keras, sehingga saya menduga bahwa gedung (tempat mereka berada) seakan-akan bergetar karena teriakannya, kemudian ia (Ali r.a.) berkata, "Jika bukan kita, lalu siapa lagi mereka?" Sa'id ibnu Masruq telah meriwayatkan dari Abu Talhah, lalu ia mengemukakan hal yang semisal. Di dalam riwayatnya ini disebutkan bahwa Al-Haris ibnu A'war mengatakan kalimat tersebut. Maka Ali r.a. berdiri dan menghampirinya, lalu memukul kepalanya (Al-Haris) dengan sesuatu yang ada di tangannya, seraya berkata, "Hai A'war, siapa lagikah mereka jika bukan kita?"

Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Mansur, dari Ibrahim yang menceritakan bahwa Ibnu Jarmuz —pembunuh Az-Zubair— datang meminta izin masuk menemui Khalifah Ali r.a. Namun Ali menahannya dalam waktu yang cukup lama, kemudian memberinya izin untuk masuk. Ibnu Jarmuz berkata kepada Ali, "Mengapa kamu menjauhi orang-orang yang tertimpa musibah?" Ali berkata, "Semoga mulutmu penuh dengan debu. Sesungguhnya aku berharap semoga aku, Talhah, dan Az-Zubair termasuk orang-orang yang disebutkan Allah dalam firman-Nya: 'Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan' (Al-Hijr: 47).”

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh As-Sauri, dari Ja'far ibnu Muhammad, dari ayahnya, dari Ali.

Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Israil, dari Abu Musa yang telah mendengar Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Ali pernah mengatakan, "Demi Allah, berkenaan dengan kita ahli Badar ayat ini diturunkan," yakni firman Allah Swt.: Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)

Kasir An-Nawa telah mengatakan bahwa ia masuk menemui Abu Ja'far Muhammad ibnu Ali, lalu ia berkata kepadanya,-"Penolongku adalah penolong kamu, perdamaianku adalah perdamaianmu, musuhku adalah musuhmu, perangku adalah perangmu. Aku bertanya kepadamu dengan menyebut nama Allah, apakah engkau berlepas diri dari Abu Bakar dan Umar?" Abu Ja'far menjawab dengan membacakan firman-Nya: sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk (Al-An'am: 56) "Hai Kasir, jadikanlah keduanya sebagai pemimpinmu, dan apa saja yang menimpamu berada pada tanggung jawabku." Kemudian Abu Ja'far membacakan firman-Nya: sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)

Abu Ja'far menakwilkan bahwa mereka adalah Abu Bakar, Umar, dan Ali; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.

As-Sauri telah meriwayatkan dari seorang lelaki, dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47)

Bahwa mereka berjumlah sepuluh orang, yaitu Abu Bakar, Umar, Usman, Ali, Talhah, Az-Zubair, Abdur Rahman ibnu Auf, Sa'd ibnu Abu Waqqas, Sa'id ibnu Zaid, dan Abdullah ibnu Mas'ud; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.

Firman Allah yang mengatakan, ""Mutaqabilin menurut Mujahid artinya sebagian dari mereka tidak membelakangi sebagian yang lainnya. Sehubungan dengan masalah ini terdapat sebuah hadis marfu' yang menerangkannya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Hissan ibnu Hissan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Bisyr, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Mu'in, dari Ibrahim Al-Qaumasi, dari Sa'id ibnu Syurahbil, dari Zaid ibnu Abu Aufa yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. keluar menemui kami, lalu membaca firman-Nya: sedangkan mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan. (Al-Hijr: 47) Yakni merasa bersaudara karena Allah, sebagian dari mereka memandang sebagian yang lain.



لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌۭ وَمَا هُم مِّنْهَا بِمُخْرَجِينَ 48

(48) Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.

(48) 

Firman Allah Swt.:

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya. (Al-Hijr: 48)

Artinya, tidak pernah merasa lelah dan tidak pernah sakit, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis dalam kitab Sahihain:

"إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أُبَشِّرَ خَدِيجَةَ بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قصَب، لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ"

Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepadaku agar menyampaikan berita gembira kepada Khadijah dengan sebuah rumah di dalam surga terbuat dari bambu, tiada kegaduhan di dalamnya dan tidak pula kelelahan.

Adapun firman Allah Swt.:

وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya. (Al-Hijr:48)

Semakna dengan yang diterangkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:

"يُقَالُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، إِنَّ لَكُمْ أَنْ تَصِحُّوا فَلَا تَمْرَضُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَعِيشُوا فَلَا تَمُوتُوا أَبَدًا، وَإِنَّ لَكُمْ أَنْ تَشِبُّوا فَلَا تَهْرَمُوا أبدا، وإن لكم أَنْ تُقِيمُوا فَلَا تَظْعَنُوا أَبَدًا"

Dikatakan kepada ahli surga, "Sesungguhnya kalian tetap sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya. Sesungguhnya kalian tetap hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Sesungguhnya kalian tetap muda dan tidak akan tua selama-lamanya. Dan sesungguhnya kalian tetap tinggal di dalam surga dan tidak akan pindah darinya selama-lamanya.”

خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلا

mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah darinya. (Al-Kahfi: 18)



نَبِّئْ عِبَادِىٓ أَنِّىٓ أَنَا ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ 49

(49) Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,

(49) 

Firman Allah Swt.:

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Al-Hijr: 49)

Maksudnya, beritakanlah —hai Muhammad— kepada hamba-hamba-Ku, bahwasanya Akulah Tuhan yang mempunyai rahmat.


وَأَنَّ عَذَابِى هُوَ ٱلْعَذَابُ ٱلْأَلِيمُ 50

(50) dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih.

(50) 

Firman Allah Swt.:

 وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ

Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 50)

Maksudnya, beritakanlah —hai Muhammad— kepada hamba-hamba-Ku, bahwasanya Akulah Tuhan yang mempunyai azab yang sangat pedih.


وَنَبِّئْهُمْ عَن ضَيْفِ إِبْرَٰهِيمَ 51

(51) Dan kabarkanlah kepada mereka tentang tamu-tamu Ibrahim.

(51) 

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad, bahwa ceritakanlah kepada mereka kisah:

ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ

tamu-tamu Ibrahim. (Al-Hijr: 51)

Lafaz

الضَّيْفُ

dapat dipakai untuk bentuk tunggal dan bentuk jamak sekaligus, perihalnya sama dengan lafaz

الزَّوْرِ

(dosa) dan

السُّفْر

(perjalanan),

yaitu di saat:

دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلامًا قَالَ إِنَّا مِنْكُمْ وَجِلُونَ

masuk ke tempatnya, lalu mereka mengucapkan, "Salam.”Berkata Ibrahim, "Sesungguhnya kami merasa takut kepada kalian.” (Al-Hijr:52)

Yakni Nabi Ibrahim dan istrinya merasa takut kepada tamu-tamunya itu. Disebutkan bahwa rasa takut timbul dalam hati Nabi Ibrahim kepada tamu-tamunya itu tatkala ia melihat tangan mereka tidak mau menyantap suguhan jamuan yang d isediakannya, yaitu anak sapi yang dipanggang.

قَالُوا لَا تَوْجَلْ

Mereka berkata, "Janganlah kamu merasa takut.” (Al-Hijr: 53)

Al-wajal artinya al-khauf, yakni janganlah kamu takut kepada kami. Lalu mereka menyampaikan berita gembira kepada Ibrahim a.s. bahwa dia akan mendapat seorang anak yang 'alim (pandai). Anak yang dimaksud adalah Ishaq a.s., seperti yang telah disebutkan di dalam surat Hud.

Kemudian Nabi Ibrahim berkata dengari nada keheranan, mengingat usianya yang telah lanjut; begitu pula usia istrinya, tetapi perasaan tersebut dibarengi dengan rasa ingin agar janji tersebut segera dinyatakan:

أَبَشَّرْتُمُونِي عَلَى أَنْ مَسَّنِيَ الْكِبَرُ فَبِمَ تُبَشِّرُون

Apakah kalian memberi kabar gembira kepadaku, padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlak­sananya) berita gembira yang kalian kabarkan ini? (Al-Hijr: 54)

Maka mereka menjawabnya dengan nada yang tegas akan terealisasinya berita gembira yang mereka sampaikan kepadanya:

قَالُوا بَشَّرْنَاكَ بِالْحَقِّ فَلا تَكُنْ مِنَ الْقَانِطِينَ

Mereka menjawab, "Kami menyampaikan kabar gembira kepada­mu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.” (Al-Hijr: 55)

Sebagian ulama membacanya

الْقَنِطِينَ.

Maka Ibrahim a.s. menjawab mereka, bahwa sesungguhnya dirinya tidaklah berputus asa, melainkan selalu berharap kepada Allah agar memberinya anak, sekalipun usianya telah lanjut, begitu pula istrinya. Karena sesungguhnya Ibrahim a.s. mengetahui benar akan kekuasaan Allah dan rahmat-Nya yang jauh lebih besar dari hal tersebut.