16 - النحل - An-Nahl

Juz : 14

The Bee
Meccan

وَقَالَ ٱلَّذِينَ أَشْرَكُوا۟ لَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِن دُونِهِۦ مِن شَىْءٍۢ نَّحْنُ وَلَآ ءَابَآؤُنَا وَلَا حَرَّمْنَا مِن دُونِهِۦ مِن شَىْءٍۢ ۚ كَذَٰلِكَ فَعَلَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۚ فَهَلْ عَلَى ٱلرُّسُلِ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ 35

(35) Dan berkatalah orang-orang musyrik: "Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apapun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatupun tanpa (izin)-Nya". Demikianlah yang diperbuat orang-orang sebelum mereka; maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

(35) 

Allah Swt. menyebutkan tentang teperdayanya orang-orang musyrik oleh kemusyrikan mereka dan alasan mereka yang berpegang kepada takdir, yang hal ini terungkapkan melalui ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya:

لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ نَحْنُ وَلا آبَاؤُنَا وَلا حَرَّمْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ

Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah suatu apa pun selain Dia, baik kami maupun bapak-bapak kami, dan tidak pula kami mengharamkan sesuatu pun tanpa (izin)-Nya. (An-Nahl: 35)

seperti mengharamkan hewan ternak bahirah, saibah, wasilah, dan lain sebagainya yang mereka buat-buat sendiri tanpa ada keterangan dari Allah yang menjelaskannya.

Dengan kata lain. perkataan mereka mengandung kesimpulan bahwa seandainya Allah Swt. tidak suka dengan apa yang mereka perbuat, tentulah Allah mengingkari perbuatan itu dengan menurunkan hukuman, dan tentulah Dia tidak akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukannya.

Allah Swt. membantah alasan mereka yang keliru itu melalui firman-Nya:

فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ

maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampai­kan (amanat Allah) dengan terang. (An-Nahl: 35)

Yakni duduk perkaranya tidaklah seperti yang kalian duga, bahwa Allah tidak mengingkari perbuatan kalian itu. Sesungguhnya Allah telah meng­ingkari perbuatan kalian dengan pengingkaran yang keras, dan Dia telah melarang kalian melakukannya dengan larangan yang kuat. Dia telah mengutus seorang rasul kepada setiap umat, yakni kepada setiap generasi dan sejumlah manusia. Semua rasul menyeru mereka untuk menyembah Allah dan melarang mereka menyembah selain-Nya:


وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍۢ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ 36

(36) Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

(36) 

أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah Tagut. (An-Nahl: 36)

Allah Swt. terus-menerus mengutus rasul-rasul-Nya kepada manusia dengan membawa risalah (tauhid) itu sejak terjadinya kemusyrikan di kalangan Bani Adam, yaitu sejak kaumnya Nabi Nuh, Allah mengutus Nabi Nuh kepada mereka. Nuh a.s. adalah.rasul yang mula-mula diutus oleh Allah kepada penduduk bumi, lalu diakhiri oleh Nabi Muhammad Saw. yang seruannya mencakup semua lapisan manusia dan jin, di belahan timur dan belahan barat bumi

Semua rasul Allah menyerukan hal yang sama, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah oleh kalian akan Aku.” (Al-Anbiya: 25)

وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رُسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِنْ دُونِ الرَّحْمَنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk di­sembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (Az-Zukhruf: 45)

Dan dalam ayat berikut ini Allah Swt. berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Tagut itu.” (An-Nahl: 36)

Maka sesudah adanya keterangan ini, bagaimanakah seorang musyrik dapat diperkenankan mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:

لَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا عَبَدْنَا مِنْ دُونِهِ مِنْ شَيْءٍ

Jika Allah menghendaki, niscaya kami tidak akan menyembah sesuatu apa pun selain Dia. (An-Nahl: 35)

Kehendak Allah secara syar'i tentang mereka tidak ada, karena Allah Swt. telah melarang mereka berbuat hal itu melalui lisan rasul-rasul-Nya. Adapun mengenai kehendak Allah yang bersifat kauni (kenyataan) yang mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut secara takdir, maka tidak ada hujah (alasan) bagi mereka dalam hal ini. Karena Allah telah menciptakan neraka dan para penduduknya dari kalangan setan dan orang-orang kafir. Dia tidak rela hamba-hamba-Nya berlaku kafir. Dalam menentukan hal tersebut Allah mempunyai alasan yang kuat dan hikmah yang bijak.

Kemudian sesungguhnya Allah Swt. telah memberitakan bahwa Dia mengingkari parbuatan mereka dengan menimpakan siksaan kepada mereka di dunia sesudah para rasul memberikan peringatan kepada mereka. Untuk itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya:

فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kalian di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (An-Nahl: 36)

Dengan kata lain, tanyakanlah nasib yang dialami oleh orang-orang yang mendustakan perkara yang hak dan menentang rasul-rasul Allah, bagaimanakah:

دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا

Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 1)

Allah Swt. telah berfirman pula:

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ

Dan sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka alangkah hebatnya kemurkaan-Ku. (Al-Mulk: 18)

Kemudian Allah Swt. memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa keinginannya yang mendambakan agar mereka (orang-orang kafir) mendapat petunjuk tidak ada manfaatnya bagi mereka bilamana Allah telah menghendaki kesesatan mereka. Sama halnya dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatu pun (yang datang) dari Allah. (Al-Maidah: 41)

Nuh a.s. berkata kepada kaumnya yang disitir oleh firman-Nya:

وَلا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ

Dan tidaklah bermanfaat kepada kalian nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kalian, sekiranya Allah hendak menye­satkan kalian. (Hud: 34)


إِن تَحْرِصْ عَلَىٰ هُدَىٰهُمْ فَإِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَن يُضِلُّ ۖ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ 37

(37) Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya, dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong.

(37) 

Dan dalam ayat berikut ini Allah Swt. berfirman:

إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ

Jika kamu sangat mengharapkan agar mereka dapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. (An-Nahl: 37)

Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

مَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلا هَادِيَ لَهُ وَيَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Barang siapa yang Allah sesatkan, maka baginya tak ada orang yang akan memberi petunjuk. Dan Allah membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan. (Al-A'raf: 186)

إِنَّ الَّذِينَ حَقَّتْ عَلَيْهِمْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ وَلَوْ جَاءَتْهُمْ كُلُّ آيَةٍ حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ الألِيمَ

Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Tuhanmu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih. (Yunus: 96-97)

Adapun firman Allah Swt.:

فَإِنَّ اللَّهَ

maka sesungguhnya Allah. (An-Nahl: 37)

Yakni perihal dan urusan-Nya ialah bahwa apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Dalam ayat berikutnya disebutkan:

لَا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ

tiada memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya. (An-Nahl: 37)

Maka siapakah yang dapat memberinya petunjuk bila bukan Allah? Jawabannya tentu saja tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.

وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ

dan sekali-kali mereka tiada mempunyai penolong. (An-Nahl: 37)

yang dapat menyelamatkan mereka dari azab Allah dan belenggu siksaan-Nya.

أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam. (Al-A'raf: 54)


وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ ۙ لَا يَبْعَثُ ٱللَّهُ مَن يَمُوتُ ۚ بَلَىٰ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّۭا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ 38

(38) Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,

(38) 

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik; mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, yakni dengan sumpah yang berat, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang yang telah mati. Dengan kata lain, mereka menganggap hal tersebut mustahil; mereka mendustakan para rasul yang menyampaikan berita itu, dan mereka bersumpah menentang hal itu. Maka Allah Swt. berfirman, mendustakan mereka dan membantahnya:

بَلَى

(Tidak demikian) bahkan. (An-Nahl: 38)

Yakni tidaklah seperti yang mereka duga, bahkan kebangkitan itu pasti terjadi.

وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا

sebagai suatu janji yang benar dari Allah. (An-Nahl: 38)

Yaitu sebagai suatu hal yang pasti terjadi.

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (An-Nahl: 38)

Karena ketidaktahuan mereka, maka mereka menentang rasul-rasul dan terjerumus ke dalam kekafiran.


لِيُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِى يَخْتَلِفُونَ فِيهِ وَلِيَعْلَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّهُمْ كَانُوا۟ كَٰذِبِينَ 39

(39) agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta.

(39) 

Untuk itu disebutkan dalam firman-Nya:

لِيُبَيِّنَ لَهُمُ

agar Allah menjelaskan kepada mereka. (An-Nahl: 39)

Maksudnya, kepada manusia.

الَّذِي يَخْتَلِفُونَ فِيهِ

apa yang mereka perselisihkan itu. (An-Nahl: 39)

Yaitu segala sesuatunya.

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbual jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ كَانُوا كَاذِبِينَ

dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang berdusta. (An-Nahl: 39)

Yakni dalam sumpah mereka yang menyatakan bahwa Allah tidak akan menghidupkan orang yang mati. Karena itulah, maka kelak di hari kiamat mereka yang berbuat demikian akan diseru untuk masuk neraka Jahannam dengan digiring, dan Malaikat Zabaniyah (juru siksa) berkata kepada mereka:

هَذِهِ النَّارُ الَّتِي كُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ أَفَسِحْرٌ هَذَا أَمْ أَنْتُمْ لَا تُبْصِرُونَ اصْلَوْهَا فَاصْبِرُوا أَوْ لَا تَصْبِرُوا سَوَاءٌ عَلَيْكُمْ إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(Dikatakan kepada mereka), "Inilah neraka yang dahulu kalian selalu mendustakannya.” Maka apakah ini sihir? Ataukah kalian tidak melihat? Masuklah kalian ke dalamnya (rasakanlah panas apinya), maka baik kalian bersabar atau tidak, sama saja bagi kalian, kalian hanya diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan. (Ath-Thur: 14-16)

Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya atas segala sesuatu yang dikehendaki-Nya, bahwa tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, baik di bumi maupun di langit. Dan sesungguhnya urusan Allah itu apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah ia. Dan membangkitkan makhluk yang telah mati termasuk ke dalam pengertian ini. Apabila Allah menghendaki hal itu terjadi, sesungguhnya Dia hanya memerintah­kannya dengan sekali perintah, maka terjadilah apa yang dikehendaki-Nya. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:

وَمَا أَمْرُنَا إِلا وَاحِدَةٌ كَلَمْحٍ بِالْبَصَرِ

Dan perintah Kami hanyalah satu perkataan seperti kejapan mata. (Al-Qamar: 5)

مَا خَلْقُكُمْ وَلا بَعْثُكُمْ إِلا كَنَفْسٍ وَاحِدَةٍ

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kalian (dari dalam kubur) itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membang­kitkan) satu jiwa saja. (Luqman: 28)


إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَىْءٍ إِذَآ أَرَدْنَٰهُ أَن نَّقُولَ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ 40

(40) Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", maka jadilah ia.

(40) 

Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْنَاهُ أَنْ نَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah.” Maka jadilah ia. (An-Nahl: 40)

Artinya, Kami tinggal memerintahkan kepadanya sekali perintah, maka dengan serta merta hal itu telah ada. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang penyair mengatakan dalam salah satu baitnya:

إِذَا مَا أَرَادَ اللَّهُ أَمْرًا فَإِنَّمَا ... يَقُولُ لَهُ: "كُنْ"، قَوْلَةً فَيَكُونُ ...

Apabila Allah menghendaki suatu urusan, maka sesungguhnya

Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah kamu, " dengan sekali perkataan; maka jadilah ia.

Dengan kata lain, Allah tidak memerlukan penegasan apa pun dalam perintah-Nya untuk mengadakan sesuatu. Karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang dapat mencegah kehendak-Nya dan tiada sesuatu pun yang dapat menentang-Nya, sebab hanya Dia sematalah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahabesar, segala sesuatu tunduk di bawah kekuasaan dan keagungan-Nya. Maka tidak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia semata.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah pernah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ata yang pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi-Nya): Anak Adam mencaci-Ku, padahal tidaklah layak baginya mencaci­Ku. Anak Adam mendustakan Aku, padahal tidak layak baginya mendustakan Aku. Adapun pendustaannya kepada-Ku ialah: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati" (An-Nahl: 38). Maka Aku berfirman, "(Tidak demikian) bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak menge­tahui" (An-Nahl: 38). Adapun caciannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan, "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga " (Al-Maidah: 73). Maka Aku berfirman, "Katakan­lah. 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak pula seorangpun yang setara dengan Dia' (Al-Ikhlas: 1 - 4).'"

Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim secara mauquf. tetapi hadis ini dalam kitab Sahihain berpredikat marfu dengan lafaz yang lain.


وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ فِى ٱللَّهِ مِنۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا۟ لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةًۭ ۖ وَلَأَجْرُ ٱلْءَاخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ 41

(41) Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui,

(41) 

Allah Swt. menyebutkan tentang balasan-Nya kepada orang-orang yang berhijrah di jalan-Nya dengan mengharapkan rida-Nya. Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan tempat kelahirannya dan teman-teman­nya serta sanak familinya dengan mengharapkan pahala dan balasan dari Allah Swt.

Dapat pula dikatakan bahwa penyebab turunnya ayat ini berkenaan dengan orang-orang muslim yang berhijrah ke negeri Habsyah (Abesinia), yaitu mereka yang mendapat tekanan keras dari kaumnya di Mekah, hingga terpaksa keluar meninggalkan kaumnya menuju negeri Habsyah, agar mereka dapat menyembah Tuhannya dengan tenang, tiada yang mengganggu. Di antara mereka yang hijrah ke negeri Habsyah dan yang termasuk orang yang paling terhormat di kalangan mereka ialah Usman ibnu Affan dan istrinya (yaitu Siti Ruqayyah binti Rasulullah), Ja'far ibnu Abu Talib (anak paman Rasulullah), Abu Salamah ibnu Abdul Aswad beserta sejumlah orang —kurang lebih delapan puluh orang— yang terdiri atas laki-laki dan wanita, dan istri Abu Bakar As-Siddiq; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka dan memuaskan mereka, Allah memang telah memperkenankannya.

Allah menjanjikan akan memberikan balasan yang baik kepada mereka di dunia dan akhirat.

Allah Swt. berfirman:

لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً

pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. (An-Nahl: 41)

Ibnu Abbas. Asy-Sya'bi. dan Qatadah mengatakan bahwa tempat yang bagus itu adalah kota Madinah.

Menurut pendapat lain adalah rezeki yang baik, kata Mujahid.

Pada hakikatnya di antara kedua pendapat ini tidak ada pertentangan, karena mereka meninggalkan tempat tinggal dan harta benda mereka, maka Allah menggantikannya dengan tempat tinggal dan harta benda yang lebih baik di dunia ini. Karena sesungguhnya barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan memberinya ganti dengan sesuatu yang lebih baik baginya daripada apa yang ditinggalkannya itu. Dan memang kenyataannya demikian, karena sesungguhnya Allah memperkuat mereka tinggal di berbagai negeri dan menjadikan mereka berkuasa atas hamba-hamba-Nya, sehingga jadilah mereka para raja dan para penguasa, dan masing-masing dari mereka menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.

Allah Swt. memberitahukan pula bahwa pahala-Nya bagi orang-orang yang berhijrah di hari akhirat nanti jauh lebih besar daripada apa yang diberikan kepada mereka di dunia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَلأجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ

Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar. (An-Nahl: 41)

Yakni jauh lebih besar daripada apa yang diberikan kepada mereka di dunia.

لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

kalau mereka mengetahui. (An-Nahl: 41)

Maksudnya, seandainya orang-orang yang tidak ikut hijrah bersama kaum Muhajirin mengetahui pahala yang disimpan oleh Allah Swt. di sisi-Nya bagi orang-orang yang taat kepada-Nya dan mengikuti Rasul-Nya.

Hasyim telah meriwayatkan dari Al-Awwam, dari seseorang yang menceritakan kepadanya bahwa Umar ibnul Khattab r.a. bilamana memberikan ‘ata kepada seseorang dari kalangan kaum Muhajirin selalu mengatakan, '"Ambillah, semoga Allah memberkatimu dalam pemberian ini. Inilah balasan yang dijanjikan oleh Allah di dunia, dan apa yang disimpan-Nya buatmu kelak di kampung akhriat adalah jauh lebih utama." Kemudian ia membacakan firman-Nya: pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhriat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui. (An-Nahl: 41)



ٱلَّذِينَ صَبَرُوا۟ وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ 42

(42) (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal.

(42) 

Kemudian Allah Swt. menyebutkan ciri-ciri khas mereka melalui firman-Nya:

الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

(yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakal. (An-Nahl: 42)

Yakni mereka sabar dalam menghadapi gangguan dari kaumnya dan bertawakal kepada Allah Yang memberikan kesudahan yang baik bagi mereka di dunia dan akhirat.