25 - الفرقان - Al-Furqaan
The Criterion
Meccan
وَلَا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلَّا جِئْنَٰكَ بِٱلْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا 33
(33) Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.
(33)
وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33)
Yaitu dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33)
Artinya, tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara yang hak, melainkan Kami sanggah mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas, lebih terang, dan lebih fasih daripada ucapan mereka.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-Furqan: 33 ) Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur'an dan Rasulullah Saw. melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al-Furqan: 33), hingga akhir ayat. kecuali Jibril turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka.
Hal ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rasulullah Saw. di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt., baik di pagi hari, maupun di petang hari, di siang hari maupun di malam hari, sedang dalam perjalanan maupun sedang berada di tempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur'an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranya dari kalangan semua nabi.
Al-Qur'an adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan oleh Allah Swt., dan Nabi Muhammad Saw. adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt.
Al-Qur'an mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu Di alam mala'ul a'la, Al-Qur'an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur'an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.
Imam Nasai telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah pada malam Qadar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun. Kemudian membaca: Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqan: 33) Dan firman Allah Swt.: Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian. (Al-Isra: 16)
Kemudian Allah Swt. menceritakan tentang buruknya keadaan orang-orang kafir di hari mereka dikembalikan kepada Allah, yaitu hari kiamat. Mereka digiring masuk ke dalam neraka Jahanam dalam keadaan yang paling buruk dan rupa yang paling jelek. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
ٱلَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ أُو۟لَٰٓئِكَ شَرٌّۭ مَّكَانًۭا وَأَضَلُّ سَبِيلًۭا 34
(34) Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahannam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya.
(34)
الَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَى وُجُوهِهِمْ إِلَى جَهَنَّمَ أُولَئِكَ شَرٌّ مَكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلا
Orang-orang yang dihimpun ke neraka Jahanam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya. (Al-Furqan: 34)
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan melalui sahabat Anas yang telah mengatakan bahwa ada seorang lelaki bertanya (kepada Rasul Saw.), "Wahai Rasulullah, bagaimanakah orang kafir digiring masuk ke neraka Jahanam di atas mukanya?" Rasulullah Saw. menjawab:
"إِنَّ الَّذِي أَمْشَاهُ عَلَى رِجْلَيْهِ قَادِرٌ أَنْ يُمشِيَه عَلَى وَجْهِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ"
Sesungguhnya Tuhan yang membuatnya berjalan di atas kedua kakinya mampu membuatnya berjalan di atas mukanya kelak di hari kiamat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan mufassirin.
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلْنَا مَعَهُۥٓ أَخَاهُ هَٰرُونَ وَزِيرًۭا 35
(35) Dan sesungguhnya kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu).
(35)
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَا مَعَهُ أَخَاهُ هَارُونَ وَزِيرًا
Dan sesungguhnya kami telah memberikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wazir (pembantu). (Al-Furqan: 35)
Allah Swt. berfirman seraya mengancam orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Mereka terdiri atas kalangan orang-orang musyrik kaumnya dan orang-orang yang menentangnya. Allah Swt. memperingatkan mereka terhadap siksaan-Nya dan azab-Nya yang sangat pedih yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah Swt. memulainya dengan menyebutkan kisah Musa, bahwa Dia telah mengutusnya dan mengangkat saudara laki-lakinya yang bernama Harun sebagai nabi yang membantu, mendukung, dan menolongnya. Akan tetapi, fir'aun dan bala tentaranya mendustakannya. (Al-Furqan: 35-36)
دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)
Demikian pula yang telah dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Nuh a.s. yang mendustakan Rasul-Nya. Barang siapa yang mendustakan salah seorang rasul Allah, berarti ia mendustakan semua rasul Allah, sebab tidak ada bedanya antara rasul yang satu dengan rasul yang lainnya. Seandainya Allah menakdirkan untuk mengutus kepada mereka semua rasul, maka pastilah mereka akan mendustakan para rasul Allah itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
فَقُلْنَا ٱذْهَبَآ إِلَى ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا فَدَمَّرْنَٰهُمْ تَدْمِيرًۭا 36
(36) Kemudian Kami berfirman kepada keduanya: "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami". Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya.
(36)
فَقُلْنَا اذْهَبَا إِلَى الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَدَمَّرْنَاهُمْ تَدْمِيرًا
Kemudian Kami berfirman kepada keduanya: "Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami". Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya. (Al-Furqan: 36)
Allah Swt. berfirman seraya mengancam orang-orang yang mendustakan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. Mereka terdiri atas kalangan orang-orang musyrik kaumnya dan orang-orang yang menentangnya. Allah Swt. memperingatkan mereka terhadap siksaan-Nya dan azab-Nya yang sangat pedih yang telah menimpa umat-umat terdahulu yang telah mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah Swt. memulainya dengan menyebutkan kisah Musa, bahwa Dia telah mengutusnya dan mengangkat saudara laki-lakinya yang bernama Harun sebagai nabi yang membantu, mendukung, dan menolongnya. Akan tetapi, fir'aun dan bala tentaranya mendustakannya. (Al-Furqan: 35-36)
دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)
Demikian pula yang telah dilakukan oleh Allah Swt. terhadap kaum Nuh a.s. yang mendustakan Rasul-Nya. Barang siapa yang mendustakan salah seorang rasul Allah, berarti ia mendustakan semua rasul Allah, sebab tidak ada bedanya antara rasul yang satu dengan rasul yang lainnya. Seandainya Allah menakdirkan untuk mengutus kepada mereka semua rasul, maka pastilah mereka akan mendustakan para rasul Allah itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَقَوْمَ نُوحٍۢ لَّمَّا كَذَّبُوا۟ ٱلرُّسُلَ أَغْرَقْنَٰهُمْ وَجَعَلْنَٰهُمْ لِلنَّاسِ ءَايَةًۭ ۖ وَأَعْتَدْنَا لِلظَّٰلِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًۭا 37
(37) Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih;
(37)
وَقَوْمَ نُوحٍ لَمَّا كَذَّبُوا الرُّسُلَ
Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. (Al-Furqan: 37)
Allah Swt. tidak mengutus kepada mereka selain Nuh a.s. saja. Ia tinggal di kalangan mereka selama sembilan ratus lima puluh tahun, seraya menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. dan memperingatkan mereka akan azab Allah (bila mereka tidak menaati seruannya).
وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit (Hud: 4)
Karena itulah Allah menenggelamkan mereka semuanya, sehingga tiada seorang pun dari mereka yang tersisa, dan tidak ada seorang Bani Adam pun yang ada di muka bumi tersisa kecuali orang-orang yang menaiki perahu Nuh a.s.
وَجَعَلْنَاهُمْ لِلنَّاسِ آيَةً وَأَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ عَذَابًا أَلِيمًا
Dan Kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih; (Al-Furqan: 37)
Yakni pelajaran yang dijadikan sebagai peringatan bagi mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ * لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung), Kami bawa (nenek moyang) kalian ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 11-12)
Kami biarkan kalian menaiki bahtera menempuh ombak lautan agar kalian ingat akan nikmat Allah kepada kalian, bahwa kalian telah diselamatkan dari tenggelam, dan menjadikan kalian termasuk keturunan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan membenarkan perintah-Nya.
وَعَادًۭا وَثَمُودَا۟ وَأَصْحَٰبَ ٱلرَّسِّ وَقُرُونًۢا بَيْنَ ذَٰلِكَ كَثِيرًۭا 38
(38) dan (Kami binasakan) kaum 'Aad dan Tsamud dan penduduk Rass dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut.
(38)
Firman Allah Swt.:
وَعَادًا وَثَمُودَ وَأَصْحَابَ الرَّسِّ
Dan (Kami binasakan) kaum 'Ad dan Samud dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38)
Dalam pembahasan yang lalu telah disebutkan kisah mengenai kaum Ad dan kaum Samud bukan hanya dalam satu surat, seperti dalam surat Al-A'raf, sehingga tidak perlu diulangi lagi dalam pembahasan ini.
Adapun mengenai penduduk Rass, menurut Ibnu Juraij, dari Ibnu Abbas, disebutkan bahwa mereka adalah penduduk suatu kota dari kalangan kaum Samud. Ibnu Juraij mengatakan, Ikrimah pernah mengatakan bahwa penduduk Rass bertempat tinggal di Falj, mereka adalah penduduk Yasin. Qatadah mengatakan bahwa Falj termasuk salah satu kota yang terletak di Yamamah.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan penduduk Rass. (Al-Furqan: 38) Rass adalah nama sebuah sumur yang terletak di Adzerbijan. As'-Sauri meriwayatkan dari Abu Bakar, dari Ikrimah, bahwa Rass adalah nama sebuah sumur; penduduk di sekitarnya mengebumikan nabi mereka di dalam sumur itu.
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ [الْقُرَظِيِّ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، وَذَلِكَ أَنَّ اللَّهَ -تَعَالَى وَتَبَارَكَ -بَعَثَ نَبِيًّا إِلَى أَهْلِ قَرْيَةٍ، فَلَمْ يُؤْمِنْ بِهِ مِنْ أَهْلِهَا إِلَّا ذَلِكَ الْعَبْدُ الْأَسْوَدُ، ثُمَّ إِنَّ أَهْلَ الْقَرْيَةِ عدَوا عَلَى النَّبِيِّ، فَحَفَرُوا لَهُ بِئْرًا فَأَلْقَوْهُ فِيهَا، ثُمَّ أَطْبَقُوا عَلَيْهِ بِحَجَرٍ ضَخْمٍ قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ الْعَبْدُ يَذْهَبُ فَيَحْتَطِبُ عَلَى ظَهْرِهِ، ثُمَّ يَأْتِي بِحَطَبِهِ فَيَبِيعُهُ، وَيَشْتَرِي بِهِ طَعَامًا وَشَرَابًا، ثُمَّ يَأْتِي بِهِ إِلَى تِلْكَ الْبِئْرِ، فَيَرْفَعُ تِلْكَ الصَّخْرَةَ، وَيُعِينُهُ اللَّهُ عَلَيْهَا، فَيُدْلِي إِلَيْهِ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ، ثُمَّ يَرُدُّهَا كَمَا كَانَتْ". قَالَ: "فَكَانَ ذَلِكَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ إِنَّهُ ذَهَبَ يوماً يَحْتَطِبُ كَمَا كَانَ يَصْنَعُ، فَجَمَعَ حَطَبَهُ وحَزم وَفَرَغَ مِنْهَا فَلَمَّا أَرَادَ أَنْ يَحْتَمِلَهَا وَجَدَ سِنَةً، فَاضْطَجَعَ فَنَامَ، فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ نَائِمًا، ثُمَّ إِنَّهُ هَبّ فَتَمَطَّى، فَتَحَوَّلَ لِشِقِّهِ الْآخَرِ فَاضْطَجَعَ، فَضَرَبَ اللَّهُ عَلَى أُذُنِهِ سَبْعَ سِنِينَ أُخْرَى، ثُمَّ إِنَّهُ هَبَّ وَاحْتَمَلَ حُزْمَته وَلَا يحسبُ إِلَّا أَنَّهُ نَامَ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ فَجَاءَ إِلَى الْقَرْيَةِ فَبَاعَ حُزْمَتَهُ، ثُمَّ اشْتَرَى طَعَامًا وَشَرَابًا كَمَا كَانَ يَصْنَعُ. ثُمَّ ذَهَبَ إِلَى الْحُفَيْرَةِ فِي مَوْضِعِهَا الَّذِي كَانَتْ فِيهِ، فَالْتَمَسَهُ فَلَمْ يَجِدْهُ. وَكَانَ قَدْ بَدَا لِقَوْمِهِ فِيهِ بَداء، فَاسْتَخْرَجُوهُ وَآمَنُوا بِهِ وصدقوه". قال: فَكَانَ نَبِيُّهُمْ يَسْأَلُهُمْ عَنْ ذَلِكَ الْأَسْوَدِ: مَا فَعَلَ؟ فَيَقُولُونَ لَهُ: لَا نَدْرِي. حَتَّى قَبَضَ اللَّهُ النَّبِيَّ، وَأهبّ الأسودَ مِنْ نَوْمَتِهِ بَعْدَ ذَلِكَ". فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ ذَلِكَ الأسودَ لأولُ مَنْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ".
Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya manusia yang mula-mula masuk surga kelak di hari kiamat adalah seorang hamba berkulit hitam. Demikian itu karena Allah Swt. mengutus seorang nabi kepada penduduk suatu kota, tiada yang beriman dari kalangan penduduk kota itu kecuali hamba yang berkulit hitam tersebut. Kemudian penduduk kota menangkap nabi mereka, lalu membuat sebuah sumur. Selanjutnya mereka melemparkan nabinya ke dalam sumur itu, kemudian mulut sumur itu mereka tutup dengan batu besar. Hamba itu setiap harinya berangkat mencari kayu, kemudian kayu itu ia panggul di atas pundaknya dan dijualnya kayu itu, hasilnya ia belikan makanan dan minuman. Kemudian ia membawa makanan dan minuman itu ke sumur tersebut. Lalu ia mengangkat batu besar itu dengan pertolongan dari Allah (hingga ia kuat mengangkatnya sendirian), kemudian ia mengulurkan makanan dan minuman itu ke dalam sumur. Setelah selesai, ia mengembalikan batu itu seperti sediakala. Demikianlah yang dilakukan oleh si hamba itu setiap harinya selama masa yang dikehendaki oleh Allah. Lalu pada suatu hari seperti biasanya ia mencari kayu. Setelah beroleh kayu, ia mengumpulkannya dan mengikatnya. Ketika hendak memanggulnya, tiba-tiba rasa kantuk berat menyerangnya. Ia berbaring sebentar untuk istirahat dan tertidur, maka Allah menjadikannya tertidur selama tujuh tahun. Setelah itu ia terbangun dan menjulurkan tubuhnya, lalu pindah ke sisi lambung yang lain, maka Allah menjadikannya tertidur lagi selama tujuh tahun berikutnya. Kemudian ia terbangun, lalu memanggul ikatan kayunya, sedangkan dia mengira bahwa dirinya hanya tidur selama setengah hari. Lalu ia datang ke kota dan menjual kayunya, lalu membeli makanan dan minuman seperti yang ia lakukan sebelumnya. Ia pergi menuju sumur tersebut yang di dalamnya terdapat seorang nabi yang disekap. Lalu ia mencarinya, tetapi ternyata ia tidak menjumpainya. Tanpa diketahuinya kaumnya telah sadar, lalu mereka mengeluarkan nabi itu dari dalam sumur tersebut, dan mereka beriman kepadanya serta membenarkannya. Lalu Nabi itu menanyakan kepada mereka perihal si budak hitam, apa saja yang dilakukannya? Mereka menjawab, 'Kami tidak mengetahui,' hingga akhirnya nabi itu wafat. Sesudah itu si budak hitam tersebut terbangun dari tidurnya." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya budak hitam itu adalah orang yang mula-mula masuk surga.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Ka'b secara mursal. Akan tetapi, di dalamnya terdapat garabah dan nakarah. Barangkali di dalam hadis terdapat idraj, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir mengatakan, tidak boleh menakwilkan bahwa mereka adalah penduduk Rass yang disebut di dalam Al-Qur'an, karena Allah telah menceritakan perihal mereka; bahwa Allah telah membinasakan mereka, sedangkan yang disebut di dalam hadis ini mereka beriman dan percaya kepada nabinya. Terkecuali jika ditakwilkan bahwa peristiwa itu terjadi setelah bapak-bapak mereka binasa, lalu keturunannya beriman kepada nabi mereka. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan penduduk Rass ialah orang-orang yang memiliki galian (parit), yaitu mereka yang disebut di dalam surat Al-Buruj. Hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
وَقُرُونًا بَيْنَ ذَلِكَ كَثِيرًا
dan banyak (lagi) generasi-generasi di antara kaum-kaum tersebut. (Al-Furqan: 38)
Yakni umat-umat yang jumlahnya berkali lipat daripada mereka yang telah disebutkan, semuanya telah Kami binasakan. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
وَكُلًّۭا ضَرَبْنَا لَهُ ٱلْأَمْثَٰلَ ۖ وَكُلًّۭا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًۭا 39
(39) Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan dan masing-masing mereka itu benar benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya.
(39)
وَكُلا ضَرَبْنَا لَهُ الأمْثَالَ
Dan Kami jadikan bagi masing-masing mereka perumpamaan. (Al-Furqan: 39)
Kami jelaskan kepada mereka hujah-hujah (alasan-alasan) dan Kami terangkan bukti-bukti kepada mereka. Seperti yang dikatakan oleh Qatadah, bahwa Kami lenyapkan semua alasan dari mereka.
وَكُلا تَبَّرْنَا تَتْبِيرًا
dan masing-masing mereka itu benar-benar telah Kami binasakan dengan sehancur-hancurnya. (Al-Furqan: 39)
Yaitu Kami hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)
Al-qarn artinya umat, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
ثُمَّ أَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قُرُونًا آخَرِينَ
Kemudian Kami ciptakan sesudah mereka umat-umat yang lain. (Al-Mu-minun: 42)
Sebagian di antara mereka mendefinisikannya bahwa satu kurun sama dengan seratus dua puluh tahun. Menurut pendapat yang lain seratus tahun, menurut pendapat yang lainnya lagi delapan puluh tahun, ada pula yang mengatakan empat puluh tahun, dan banyak lagi pendapat lainnya yang berbeda-beda. Tetapi menurut pendapat yang kuat, yang dimaksud dengan qarn adalah umat yang ada di suatu kurun waktu (suatu zaman). Apabila mereka semuanya telah tiada, lalu diganti oleh generasi yang baru, maka generasi itu dinamakan qarn yang lain (generasi yang lain). Seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain melalui salah satu sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
"خَيْرُ الْقُرُونِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ"
Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian orang-orang (generasi) yang sesudahnya, kemudian orang-orang (generasi)yang sesudahnya lagi.
وَلَقَدْ أَتَوْا۟ عَلَى ٱلْقَرْيَةِ ٱلَّتِىٓ أُمْطِرَتْ مَطَرَ ٱلسَّوْءِ ۚ أَفَلَمْ يَكُونُوا۟ يَرَوْنَهَا ۚ بَلْ كَانُوا۟ لَا يَرْجُونَ نُشُورًۭا 40
(40) Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu; bahkan adalah mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan.
(40)
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ أَتَوْا عَلَى الْقَرْيَةِ الَّتِي أُمْطِرَتْ مَطَرَ السَّوْءِ
Dan sesungguhnya mereka (kaum musyrik Mekah) telah melalui sebuah negeri (Sadum) yang (dulu) dihujani dengan hujan yang sejelek-jeleknya (hujan batu). (Al-Furqan: 40)
Yaitu kotanya kaum Nabi Lut kota Sadum yang telah dibinasakan oleh Allah; buminya dibalikkan, lalu dihujani dengan hujan batu dari Sijjil. Seperti yang disebut di dalam firman-Nya:
وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَسَاءَ مَطَرُ الْمُنْذَرِينَ
Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu), maka amat jeleklah hujan yang menimpa orang-orang yang diberi peringatan itu. (Asy-Syu'ara: 173)
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ * وَبِاللَّيْلِ أَفَلا تَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya kalian (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kalian tidak memikirkan? (As-Saffat: 137-138)
وَإِنَّهَا لَبِسَبِيلٍ مُقِيمٍ
Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia). (Al-Hijr: 76)
Dan firman Allah Swt.:
وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ مُبِينٍ
Dan sesungguhnya kedua kota itu benar-benar terletak di jalan umum yang terang. (Al-Hijr: 79)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَفَلَمْ يَكُونُوا يَرَوْنَهَا
Maka apakah mereka tidak menyaksikan runtuhan itu. (Al-Furqan: 40)
yang karenanya lalu mereka mengambil pelajaran dari azab dan pembalasan Allah yang telah menimpa para penduduknya akibat mendustakan rasul-Nya dan menentang perintah-perintah Allah Swt.
بَلْ كَانُوا لَا يَرْجُونَ نُشُورًا
bahkan mereka itu tidak mengharapkan akan kebangkitan. (Al-Furqan: 40)
Yang dimaksud dengan mereka adalah orang-orang kafir yang melalui jalan tersebut tidak mengambil pelajaran dari apa yang mereka lihat, sebab mereka adalah orang-orang yang tidak mempercayai adanya hari berbangkit kelak di hari kiamat.
وَإِذَا رَأَوْكَ إِن يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا أَهَٰذَا ٱلَّذِى بَعَثَ ٱللَّهُ رَسُولًا 41
(41) Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): "Inikah orangnya yang di utus Allah sebagai Rasul?.
(41)
Allah Swt. menceritakan tentang ejekan yang dilontarkan oleh orang-orang musyrik kepada Rasulullah Saw. bila mereka melihatnya, seperti yang disebut di dalam firman-Nya:
وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ آلِهَتَكُمْ
Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat kamu menjadi olok-olok. (Al-Anbiya: 36), hingga akhir ayat.
Maksudnya, mereka menuduhnya melakukan suatu hal yang aib dan mendiskreditkannya. Maka dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلا هُزُوًا أَهَذَا الَّذِي بَعَثَ اللَّهُ رَسُولا
Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan), "Inikah orangnya yang diutus Allah sebagai rasul?” (Al-Furqan: 41)
Mereka mengatakannya dengan nada sinis dan mengejek, semoga Allah melaknat mereka. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ
Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa orang rasul sebelum kamu. (Al-An’am 1, Ar-Ra’d: 32 dan Al-Anbiya: 41),
Adapun firman Allah Swt. yang menyitir ucapan orang-orang kafir:
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا
Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita. (Al-Furqan: 42)
Mereka bermaksud bahwa dia hampir saja membelokkan mereka dari menyembah berhala, sekiranya mereka tidak sabar dan tabah serta tetap menyembah berhala-berhala sembahan mereka. Maka Allah Swt. berfirman mengancam mereka:
وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ
Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab. (Al-Furqan: 42), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan sesat oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya selain Allah Swt.
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Furqan: 43)
Yakni mana saja yang dianggap baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya. Sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. (Fatir: 8), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Al-Furqan: 43)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka bila ia melihat sesuatu yang lain yang lebih baik daripada batu putih sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama.
Kemudian Allah Swt. berfirman:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? (Al-Furqan: 44), hingga akhir ayat.
Yakni mereka lebih buruk keadaannya daripada hewan ternak yang dilepas bebas, karena sesungguhnya hewan ternak itu hanyalah melakukan sesuai dengan naluri kehewanannya. Sedangkan mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, lalu mengapa mereka tidak menyembah-Nya? Bahkan mereka menyembah selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, padahal hujah telah ditegakkan terhadap mereka dengan diutus-Nya para rasul kepada mereka.
إِن كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ ءَالِهَتِنَا لَوْلَآ أَن صَبَرْنَا عَلَيْهَا ۚ وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ ٱلْعَذَابَ مَنْ أَضَلُّ سَبِيلًا 42
(42) Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar(menyembah)nya" dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab, siapa yang paling sesat jalannya.
(42)
إِنْ كَادَ لَيُضِلُّنَا عَنْ آلِهَتِنَا
Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita. (Al-Furqan: 42)
Mereka bermaksud bahwa dia hampir saja membelokkan mereka dari menyembah berhala, sekiranya mereka tidak sabar dan tabah serta tetap menyembah berhala-berhala sembahan mereka. Maka Allah Swt. berfirman mengancam mereka:
وَسَوْفَ يَعْلَمُونَ حِينَ يَرَوْنَ الْعَذَابَ
Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat azab. (Al-Furqan: 42), hingga akhir ayat.
Kemudian Allah Swt. berfirman mengingatkan kepada Nabi-Nya, bahwa orang yang telah ditakdirkan celaka dan sesat oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya selain Allah Swt.
أَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا 43
(43) Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,
(43)
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. (Al-Furqan: 43)
Yakni mana saja yang dianggap baik oleh selera hawa nafsunya, maka itu adalah tuntunan dan panutannya. Sebagaimana yang disebut oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk, lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)? Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. (Fatir: 8), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلا
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Al-Furqan: 43)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa dahulu di masa Jahiliah seseorang menyembah batu putih selama suatu masa. Maka bila ia melihat sesuatu yang lain yang lebih baik daripada batu putih sembahannya itu, ia beralih menyembahnya dan meninggalkan sembahan yang pertama.