25 - الفرقان - Al-Furqaan
The Criterion
Meccan
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ ۚ إِنْ هُمْ إِلَّا كَٱلْأَنْعَٰمِ ۖ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا 44
(44) atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
(44)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? (Al-Furqan: 44), hingga akhir ayat.
Yakni mereka lebih buruk keadaannya daripada hewan ternak yang dilepas bebas, karena sesungguhnya hewan ternak itu hanyalah melakukan sesuai dengan naluri kehewanannya. Sedangkan mereka diciptakan untuk beribadah kepada Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, lalu mengapa mereka tidak menyembah-Nya? Bahkan mereka menyembah selain-Nya dan mempersekutukan-Nya dengan yang lain, padahal hujah telah ditegakkan terhadap mereka dengan diutus-Nya para rasul kepada mereka.
أَلَمْ تَرَ إِلَىٰ رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ ٱلظِّلَّ وَلَوْ شَآءَ لَجَعَلَهُۥ سَاكِنًۭا ثُمَّ جَعَلْنَا ٱلشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلًۭا 45
(45) Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu,
(45)
Mulai dari bagian ini Allah Swt. menjelaskan dalil-dalil yang menunjukkan keberadaan dan kekuasaan-Nya yang sempurna, bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu yang beraneka ragam lagi kontradiksi itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
أَلَمْ تَرَ إِلَى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّ
Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan bayang-bayang? (Al-Furqan: 45)
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Abul Aliyah, Abu Malik, Masruq, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, An-Nakha'i, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan Qatadah telah mengatakan bahwa hal itu terjadi di antara terbitnya fajar sampai dengan terbitnya matahari.
وَلَوْ شَاءَ لَجَعَلَهُ سَاكِنًا
dan kalau Dia menghendaki, niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu. (Al-Furqan: 45)
Yaitu tetap dan tidak hilang, seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
قُلْ أَرَأَيْتُمْ إِنْ جَعَلَ اللَّهُ عَلَيْكُمُ اللَّيْلَ سَرْمَدًا
Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untuk kalian malam itu terus-menerus.” (Al-Qasas: 71)
****
Adapun firman Allah Swt.:
ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيلا
kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu. (Al-Furqan: 45)
Artinya, seandainya matahari tidak terbit atas bayang-bayang itu, tentulah bayang-bayang tidak akan ada; karena sesungguhnya sesuatu itu tidak dikenal melainkan melalui lawannya. Qatadah dan As-Saddi mengatakan bahwa matahari sebagai petunjuk yang mengiringi dan mengikutinya hingga sinar matahari berada di atasnya.
*****
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا
kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) .
Menurut suatu pendapat, damir yang ada pada ayat kembali kepada bayang-bayang. Sedangkan menurut pendapat yang lain, kembali kepada matahari. Yang dimaksud dengan yasiran ialah perlahan-lahan. Menurut Ibnu Abbas artinya cepat, sedangkan menurut Mujahid tersembunyi. As-Saddi mengatakan tarikan yang tersembunyi, sehingga tiada bayangan lagi di muka bumi melainkan yang ada di bawah atap atau di bawah pohon, karena matahari menyinari semua yang ada di atas bumi.
Ayyub ibnu Musa mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) Yakni sedikit demi sedikit.
*****
Firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا
Dialah yang menjadikan untuk kalian malam (sebagai) pakaian. (Al-Furqan:47)
Maksudnya, menyembunyikan wujud dan menutupinya. Sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (Al-Lail: 1)
****
Adapun firman Allah Swt.:
وَالنَّوْمَ سُبَاتًا
dan tidur untuk istirahat. (Al-Furqan: 47)
Yaitu menghentikan semua gerakan untuk istirahat agar tubuh menjadi segar kembali. Karena sesungguhnya semua anggota tubuh dan panca indra mengalami kelelahan akibat banyak bergerak dalam melakukan aktivitas di siang hari mencari penghidupan. Apabila malam hari tiba dan suasana menjadi tenang, maka menjadi tenang pula semua gerakan dan beristirahat, lalu datanglah rasa kantuk, kemudian tertidur. Tidur merupakan istirahat bagi tubuh dan roh sekaligus.
وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا
dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Al-Furqan: 47)
Manusia melakukan aktivitasnya di siang hari untuk mencari penghidupannya lewat usaha serta kerjanya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari), (Al-Qasas: 73), hingga akhir ayat.
ثُمَّ قَبَضْنَٰهُ إِلَيْنَا قَبْضًۭا يَسِيرًۭا 46
(46) kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.
(46)
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ قَبَضْنَاهُ إِلَيْنَا قَبْضًا يَسِيرًا
kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada Kami dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) .
Menurut suatu pendapat, damir yang ada pada ayat kembali kepada bayang-bayang. Sedangkan menurut pendapat yang lain, kembali kepada matahari. Yang dimaksud dengan yasiran ialah perlahan-lahan. Menurut Ibnu Abbas artinya cepat, sedangkan menurut Mujahid tersembunyi. As-Saddi mengatakan tarikan yang tersembunyi, sehingga tiada bayangan lagi di muka bumi melainkan yang ada di bawah atap atau di bawah pohon, karena matahari menyinari semua yang ada di atas bumi.
Ayyub ibnu Musa mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dengan tarikan yang perlahan-lahan. (Al-Furqan: 46) Yakni sedikit demi sedikit.
*****
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ لِبَاسًۭا وَٱلنَّوْمَ سُبَاتًۭا وَجَعَلَ ٱلنَّهَارَ نُشُورًۭا 47
(47) Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.
(47)
Firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا
Dialah yang menjadikan untuk kalian malam (sebagai) pakaian. (Al-Furqan:47)
Maksudnya, menyembunyikan wujud dan menutupinya. Sama dengan yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang). (Al-Lail: 1)
****
Adapun firman Allah Swt.:
وَالنَّوْمَ سُبَاتًا
dan tidur untuk istirahat. (Al-Furqan: 47)
Yaitu menghentikan semua gerakan untuk istirahat agar tubuh menjadi segar kembali. Karena sesungguhnya semua anggota tubuh dan panca indra mengalami kelelahan akibat banyak bergerak dalam melakukan aktivitas di siang hari mencari penghidupan. Apabila malam hari tiba dan suasana menjadi tenang, maka menjadi tenang pula semua gerakan dan beristirahat, lalu datanglah rasa kantuk, kemudian tertidur. Tidur merupakan istirahat bagi tubuh dan roh sekaligus.
وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا
dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha. (Al-Furqan: 47)
Manusia melakukan aktivitasnya di siang hari untuk mencari penghidupannya lewat usaha serta kerjanya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمِنْ رَحْمَتِهِ جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لِتَسْكُنُوا فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ
Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untuk kalian malam dan siang, supaya kalian beristirahat pada malam itu dan supaya kalian mencari sebagian dari karunia-Nya (pada siang hari), (Al-Qasas: 73), hingga akhir ayat.
وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ ٱلرِّيَٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ ۚ وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ طَهُورًۭا 48
(48) Dialah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih,
(48)
Ayat ini menggambarkan kemampuan Allah Yang Mahasempurna dan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar, yaitu bahwa Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira akan datangnya awan sesudahnya. Angin itu bermacam-macam sifat dan karakteristiknya; di antaranya ada angin yang membuyarkan awan, ada yang membawanya, ada yang menggiringnya, ada angin yang bertiup sebelum kedatangan awan yang membawa kabar gembira, ada angin yang kencang yang menyapu bumi, ada pula angin yang membuahi awan agar menurunkan hujannya. Karena itulah Allah Swt. berfirman:
وَأَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُورًا
dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48)
Yakni sebagai sarana untuk bersuci. Lafaz tahur sama wazan-nya dengan lafaz sahur dan wajur serta lafaz lainnya yang semisal. Demikianlah menurut pendapat yang paling sahih mengenainya. Adapun mengenai pendapat orang yang mengatakan bahwa lafaz tahur merupakan wazan fa'ul yang bermakna fa'il atau ia sebagai isim yang di-mabni-kan untuk mubalagah dan ta'addi, maka masing-masing dari dua pendapat ini mengandung kemusykilan bila ditinjau dari segi lugah (bahasa). Pembahasan mengenai masalah ini secara rinci tidak akan diuraikan di sini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku berikut sanadnya sampai kepada Humaid At-Tawil, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia bersama Abul Aliyah di suatu hari yang hujan masuk ke dalam kota Basrah, jalan-jalan di kota Basrah kotor karenanya. Tetapi Abul Aliyah salat, maka aku (perawi) bertanya kepadanya mengenai perbuatannya itu. Lalu ia membaca firman Allah Swt. yang mengatakan: dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih. (Al-Furqan: 48) Dan ia berkata bahwa kekotoran tempat salatnya itu telah disucikan oleh air hujan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, dari Daud, dari Sa'id ibnul Musayyab sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah menurunkannya dalam keadaan amat bersih (suci lagi menyucikan), tiada sesuatu pun yang membuatnya najis.
Diriwayatkan dari Abu Sa'id yang telah mengatakan bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah Saw.”Wahai Rasulullah, bolehkah kami berwudu dari air sumur Buda'ah, sedangkan ke dalam sumur itu sering dilemparkan sampah dan bangkai anjing?" Rasulullah Saw. menjawab:
"إِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ"
Sesungguhnya air itu suci lagi menyucikan, tiada sesuatu pun yang menajiskannya.
Imam Syafii telah meriwayatkan hadis ini dan juga Imam Ahmad yang menilainya sahih; Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula, yang dinilai oleh Imam Turmuzi sebagai hadis hasan, dan Imam Nasai telah meriwayatkannya pula.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan berikut sanadnya, bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Asy'as, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Yasar, dari Khalid ibnu Yazid yang mengatakan, "Ketika kami berada di majelis Abdul Malik ibnu Marwan, lalu mereka (orang-orang yang hadir) membicarakan masalah air, maka Khalid ibnu Yazid mengatakan, 'Air itu ada yang berasal dari langit (air hujan) dan ada yang berasal dari laut yang menguap, lalu menjadi awan dan menimbulkan guruh dan kilat. Adapun air yang berasal dari laut, maka ia tidak dapat menimbulkan tetumbuhan. Yang dapat menumbuhkan tetumbuhan adalah air yang berasal dari langit."
Telah diriwayatkan dari Ikrimah yang pernah mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan Allah dari langit, melainkan dapat menumbuhkan suatu tumbuhan di muka bumi, atau suatu mutiara di laut. Selain Ikrimah mengatakan bahwa kalau jatuh ke bumi menumbuhkan jewawut, dan kalau jatuh ke laut menumbuhkan mutiara.
*****
Firman Allah Swt.:
لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا
agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati. (Al-Furqan: 49)
Yakni tanah yang telah lama menunggu kedatangan hujan, sedangkan ia dalam keadaan kering, tiada tetumbuhan padanya dan tiada suatu pohon pun. Setelah datang kepadanya kehidupan (air hujan), maka ia menjadi hidup dan dipenuhi oleh tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. (Al-Hajj: 5), hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Alah Swt.:
وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا
dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49)
Artinya, agar dapat minum darinya semua makhluk hidup —baik manusia maupun hewan yang sangat membutuhkannya— buat minum mereka, juga mengairi tanaman dan pohon berbuah mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا
Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28),.hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 5), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا
Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya). (Al-Furqan: 5)
Maksudnya, Kami turunkan hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami turunkan; dan Kami tiupkan awan melewati suatu kawasan dan melampauinya menuju ke kawasan yang lain, lalu kawasan itu diberi hujan yang cukup sehingga menjadi subur, sedangkan kawasan yang sesudahnya tidak kebagian hujan barang setetes pun. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian dibacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 5)
Yaitu agar mereka mengambil pelajaran melalui bumi yang dihidupkan oleh Allah Swt. sesudah matinya melalui air hujan, bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati dan tulang-belulang yang telah hancur. Atau agar orang yang tidak beroleh hujan menjadi ingat bahwa sesungguhnya tidak sekali-kali ia mengalami musim kering hanyalah karena suatu dosa yang dilakukannya. Karena itu, ia sadar dan menghentikan perbuatan dosanya.
قَالَ عُمَر مَوْلَى غُفْرَة: كَانَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي مَوْضِعِ الْجَنَائِزِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَعْلَمَ أمْرَ السَّحَابِ؟ " قَالَ: فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا مَلِكُ السَّحَابِ فَسَلْهُ. فَقَالَ: تَأْتِينَا صَكاك مُخَتَّمة: اسْقِ بِلَادَ كَذَا وَكَذَا، كَذَا وَكَذَا قَطْرَةً.
Umar maula Uqbah pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika Jibril a.s. ikut mengantar jenazah hingga sampai di tempat pengebumiannya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, sesungguhnya saya ingin mengetahui tentang hal ikhwal awan." Maka Jibril menjawab, "Hai Nabi Allah, inilah malaikat penjaga awan, maka tanyakanlah langsung kepadanya." Malaikat penjaga awan berkata, "Didatangkan kepada kami surat perintah yang bercap (di dalamnya tertulis perintah)' Siramilah negeri anu dan anu dengan siraman hujan!'."
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, hadis berpredikat mursal.
****
Firman Allah Swt.:
فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 5)
Ikrimah mengatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah orang-orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu." Apa yang diutarakan oleh Ikrimah ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diketengahkan di dalam kitabSahih Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada para sahabatnya sehabis hujan di malam harinya:
"أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ" قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَاكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"
"Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan Kalian?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi Saw. bersabda, "Sebagian di antara hamba-hamba-Kupagi hari ini ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, ' maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu,' maka orang itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”
لِّنُحْۦِىَ بِهِۦ بَلْدَةًۭ مَّيْتًۭا وَنُسْقِيَهُۥ مِمَّا خَلَقْنَآ أَنْعَٰمًۭا وَأَنَاسِىَّ كَثِيرًۭا 49
(49) agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak.
(49)
Firman Allah Swt.:
لِنُحْيِيَ بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا
agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati. (Al-Furqan: 49)
Yakni tanah yang telah lama menunggu kedatangan hujan, sedangkan ia dalam keadaan kering, tiada tetumbuhan padanya dan tiada suatu pohon pun. Setelah datang kepadanya kehidupan (air hujan), maka ia menjadi hidup dan dipenuhi oleh tetumbuhan yang memiliki bunga-bungaan yang beraneka warna. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah. (Al-Hajj: 5), hingga akhir ayat.
****
Adapun firman Alah Swt.:
وَنُسْقِيَهُ مِمَّا خَلَقْنَا أَنْعَامًا وَأَنَاسِيَّ كَثِيرًا
dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak. (Al-Furqan: 49)
Artinya, agar dapat minum darinya semua makhluk hidup —baik manusia maupun hewan yang sangat membutuhkannya— buat minum mereka, juga mengairi tanaman dan pohon berbuah mereka. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يُنزلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا
Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa. (Asy-Syura: 28),.hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
فَانْظُرْ إِلَى آثَارِ رَحْمَةِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. (Ar-Rum: 5), hingga akhir ayat.
*****
وَلَقَدْ صَرَّفْنَٰهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا۟ فَأَبَىٰٓ أَكْثَرُ ٱلنَّاسِ إِلَّا كُفُورًۭا 50
(50) Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (nikmat).
(50)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا
Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya). (Al-Furqan: 5)
Maksudnya, Kami turunkan hujan di suatu kawasan, sedangkan di lain kawasan tidak Kami turunkan; dan Kami tiupkan awan melewati suatu kawasan dan melampauinya menuju ke kawasan yang lain, lalu kawasan itu diberi hujan yang cukup sehingga menjadi subur, sedangkan kawasan yang sesudahnya tidak kebagian hujan barang setetes pun. Allah sengaja memperbuat demikian karena mempunyai alasan dan hikmah yang hanya Dia sendirilah yang mengetahuinya.
Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan, tiadalah suatu tahun mempunyai hujan yang lebih banyak daripada tahun yang lain, tetapi Allah-lah yang mempergilirkannya menurut apa yang dikehendaki-Nya. Kemudian dibacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya:
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu di antara manusia supaya mereka mengambil pelajaran (darinya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 5)
Yaitu agar mereka mengambil pelajaran melalui bumi yang dihidupkan oleh Allah Swt. sesudah matinya melalui air hujan, bahwa Allah Mahakuasa untuk menghidupkan orang-orang mati dan tulang-belulang yang telah hancur. Atau agar orang yang tidak beroleh hujan menjadi ingat bahwa sesungguhnya tidak sekali-kali ia mengalami musim kering hanyalah karena suatu dosa yang dilakukannya. Karena itu, ia sadar dan menghentikan perbuatan dosanya.
قَالَ عُمَر مَوْلَى غُفْرَة: كَانَ جِبْرِيلُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي مَوْضِعِ الْجَنَائِزِ، فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا جِبْرِيلُ، إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَعْلَمَ أمْرَ السَّحَابِ؟ " قَالَ: فَقَالَ جِبْرِيلُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، هَذَا مَلِكُ السَّحَابِ فَسَلْهُ. فَقَالَ: تَأْتِينَا صَكاك مُخَتَّمة: اسْقِ بِلَادَ كَذَا وَكَذَا، كَذَا وَكَذَا قَطْرَةً.
Umar maula Uqbah pernah mengatakan bahwa pada suatu ketika Jibril a.s. ikut mengantar jenazah hingga sampai di tempat pengebumiannya. Maka Nabi Saw. bertanya, "Hai Jibril, sesungguhnya saya ingin mengetahui tentang hal ikhwal awan." Maka Jibril menjawab, "Hai Nabi Allah, inilah malaikat penjaga awan, maka tanyakanlah langsung kepadanya." Malaikat penjaga awan berkata, "Didatangkan kepada kami surat perintah yang bercap (di dalamnya tertulis perintah)' Siramilah negeri anu dan anu dengan siraman hujan!'."
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim, hadis berpredikat mursal.
****
Firman Allah Swt.:
فَأَبَى أَكْثَرُ النَّاسِ إِلا كُفُورًا
maka kebanyakan manusia itu tidak mau kecuali mengingkari nikmat. (Al-Furqan: 5)
Ikrimah mengatakan bahwa manusia yang dimaksud ialah orang-orang yang mengatakan, "Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu." Apa yang diutarakan oleh Ikrimah ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diketengahkan di dalam kitabSahih Muslim yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari bersabda kepada para sahabatnya sehabis hujan di malam harinya:
"أَتَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ" قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَاكَ مُؤْمِنٌ بِي كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ. وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَاكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"
"Tahukah kalian apa yang dikatakan oleh Tuhan Kalian?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Nabi Saw. bersabda, "Sebagian di antara hamba-hamba-Kupagi hari ini ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan berkat kemurahan dan rahmat Allah, ' maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan, 'Kami diberi hujan oleh bintang anu dan anu,' maka orang itu kafir kepada-Ku dan percaya kepada bintang-bintang.”
وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِى كُلِّ قَرْيَةٍۢ نَّذِيرًۭا 51
(51) Dan andaikata Kami menghendaki benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul).
(51)
Firman Allah Swt.:
وَلَوْ شِئْنَا لَبَعَثْنَا فِي كُلِّ قَرْيَةٍ نَذِيرًا
Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). (Al-Furqan:51)
yang menyeru mereka untuk menyembah Allah Swt. Tetapi Kami angkat kamu secara khusus, hai Muhammad, sebagai rasul untuk seluruh penduduk bumi; dan Kami perintahkan kamu untuk menyampaikan Al-Qur'an ini kepada mereka,
لأنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ
supaya dengannya aku memberi peringatan kepada kalian dan kepada orang-orang yang sampai Al-Qur’an (kepadanya). (Al-An'am: 19)
Dalam ayat yang lainnya disebutkan pula:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأحْزَابِ فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ
Dan barang siapa di antara mereka, (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al-Qur’an, maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya. (Hud: 17)
وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا
dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (Al-An'am: 92)
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
Katakanlah, "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (Al-A'raf: 158)
Di dalain kitab Sahihain disebutkan dalam salah satu hadisnya yang mengatakan:
"بُعِثْتُ إِلَى الْأَحْمَرِ وَالْأَسْوَدِ"
Aku diutus kepada orang yang berkulit merah dan yang berkulit hitam.
Dan dalam hadis yang lainnya lagi yang juga ada di dalam kitab Sahihain disebutkan:
"وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً"
Dahulu nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk seluruh umat manusia.
Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ
Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an. (Al-Furqan: 52)
Menurut Ibnu Abbas, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Al-Qur'an.
جِهَادًا كَبِيرًا
dengan jihad yang besar. (Al-Furqan: 52)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. (At-Taubah: 73), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53)
Artinya, Dialah yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air yang tawar terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air tawar ini segar lagi mudah diminum.
Demikianlah menurut takwil Ibnu Juraij, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pengertian ini tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya di alam wujud ini tiada suatu laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Dan sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka agar mereka bersyukur kepada-Nya.
Air yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai dan mata air-mata air di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka.
****
Firman Allah Swt.:
وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ
dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53)
Yakni berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di lautan yang luas dan laut-laut lainnya yang berhubungan dengannya, seperti Laut Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan ombaknya makin besar bila musim dingin tiba dan musim angin kencang. Di antara laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka permukaan laut kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari berikutnya mulai menyurut. Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu dalam tatanan alam ini.
Semua laut diciptakan oleh Allah Swt. berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut. Mengingat air laut asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah Saw. ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu? Maka beliau menjawab:
"هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ".
Laut itu bersih airnya lagi halal bangkainya.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab sunan dengan sanad yang jayyid.
****
Firman Allah Swt.:
وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا
dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas. (Al-Furqan: 53)
Yaitu yang membatasi antara air tawar dan air asin. Makna barzakhan adalah dinding yang berupa tanah kering.
وَحِجْرًا مَحْجُورًا
dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53)
Yakni yang menjadi penghalang di antara keduanya, agar salah satu di antaranya tidak bercampur dengan yang lainnya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ * بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21)
Dan firman Allah Swt.:
أَمَّنْ جَعَلَ الأرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui. (An-Naml: 61)
****
Adapun firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air. (Al-Furqan: 54)
Artinya, Dia menciptakan manusia dari nutfah yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia rapikan kejadiannya hingga mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik laki-laki ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya.
فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا
lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah. (Al-Furqan: 54)
Pada mulanya seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin, lalu mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu dan besan serta kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman berikutnya:
وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
dan adalah Tuhanmu Mahakuasa. (Al-Furqan: 54)
فَلَا تُطِعِ ٱلْكَٰفِرِينَ وَجَٰهِدْهُم بِهِۦ جِهَادًۭا كَبِيرًۭا 52
(52) Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan jihad yang besar.
(52)
فَلا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُمْ بِهِ
Maka janganlah kamu mengikuti orang- orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an. (Al-Furqan: 52)
Menurut Ibnu Abbas, damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada Al-Qur'an.
جِهَادًا كَبِيرًا
dengan jihad yang besar. (Al-Furqan: 52)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain oleh firman-Nya:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu. (At-Taubah: 73), hingga akhir ayat.
*****
وَهُوَ ٱلَّذِى مَرَجَ ٱلْبَحْرَيْنِ هَٰذَا عَذْبٌۭ فُرَاتٌۭ وَهَٰذَا مِلْحٌ أُجَاجٌۭ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًۭا وَحِجْرًۭا مَّحْجُورًۭا 53
(53) Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
(53)
Adapun firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ
Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53)
Artinya, Dialah yang menciptakan kedua air itu, yakni air yang tawar dan yang asin. Air yang tawar terdapat di sungai-sungai, mata air-mata air, dan sumur-sumur; air tawar ini segar lagi mudah diminum.
Demikianlah menurut takwil Ibnu Juraij, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir. Pengertian ini tidak diragukan lagi kebenarannya, karena sesungguhnya di alam wujud ini tiada suatu laut pun yang airnya berasa tawar lagi menyegarkan. Dan sesungguhnya Allah Swt. menyebutkan hal ini tiada lain untuk mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya akan nikmat-nikmat yang telah Dia limpahkan kepada mereka agar mereka bersyukur kepada-Nya.
Air yang tawar adalah air yang dikonsumsi oleh manusia, Allah membagi-baginya di antara makhluk-Nya karena mereka sangat memerlukannya, melalui sungai-sungai dan mata air-mata air di setiap kawasan di belahan bumi ini sesuai dengan kebutuhan mereka, baik untuk diri mereka sendiri maupun untuk keperluan tanah mereka.
****
Firman Allah Swt.:
وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ
dan yang lain asin lagi pahit. (Al-Furqan: 53)
Yakni berasa asin, pahit, sulit untuk diminum. Air ini banyak di dapat di laut-laut yang telah dikenal baik di belahan timur maupun di belahan barat. Yaitu di lautan yang luas dan laut-laut lainnya yang berhubungan dengannya, seperti Laut Merah, Laut Yaman, Laut Basrah, Laut Persia, Laut Cina, Lautan Hindia, Laut Tengah, dan laut-laut lainnya yang tenang tidak mengalir, tetapi berombak dan ombaknya makin besar bila musim dingin tiba dan musim angin kencang. Di antara laut-laut itu ada yang mengalami pasang dan surut. Pada permulaan tiap bulan terjadi pasang; dan apabila bulan makin berkurang, terjadilah surut, maka permukaan laut kembali seperti semula. Kemudian bila bulan lainnya tiba, laut kembali mengalami pasang sampai pertengahan bulan, lalu pada hari-hari berikutnya mulai menyurut. Allah Swt. Yang Mahakuasa yang mengatur demikian itu dalam tatanan alam ini.
Semua laut diciptakan oleh Allah Swt. berair asin, agar tidak menimbulkan pencemaran pada udara yang akhirnya akan merusak lingkungan, juga agar bumi (pantai) tidak berbau busuk karena hewan-hewan yang mati di dalam laut. Mengingat air laut asin, maka udaranya segar dan bangkai hewannya halal. Karena itulah Rasulullah Saw. ketika ditanya tentang air laut, bolehkah dipakai sarana untuk berwudu? Maka beliau menjawab:
"هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ، الْحِلُّ مَيْتَتُهُ".
Laut itu bersih airnya lagi halal bangkainya.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Malik, Imam Syafii, Imam Ahmad, dan para pemilik kitab sunan dengan sanad yang jayyid.
وَهُوَ ٱلَّذِى خَلَقَ مِنَ ٱلْمَآءِ بَشَرًۭا فَجَعَلَهُۥ نَسَبًۭا وَصِهْرًۭا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًۭا 54
(54) Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.
(54)
Adapun firman Allah Swt.:
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ
Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air. (Al-Furqan: 54)
Artinya, Dia menciptakan manusia dari nutfah yang lemah, lalu Dia sempurnakan dan Dia rapikan kejadiannya hingga mempunyai bentuk yang sempurna sebagai manusia, baik laki-laki ataupun perempuan menurut apa yang dikehendaki-Nya.
فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا
lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah. (Al-Furqan: 54)
Pada mulanya seseorang itu berupa bayi yang dilahirkan. Setelah dewasa, ia kawin, lalu mempunyai mertua, dan selanjutnya ia mempunyai menantu dan besan serta kerabat; semuanya itu bermula dari air yang hina (nutfah). Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman berikutnya:
وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا
dan adalah Tuhanmu Mahakuasa. (Al-Furqan: 54)
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُهُمْ وَلَا يَضُرُّهُمْ ۗ وَكَانَ ٱلْكَافِرُ عَلَىٰ رَبِّهِۦ ظَهِيرًۭا 55
(55) Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudharat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong (syaitan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya.
(55)
Allah Swt. menyebutkan kebodohan orang-orang musyrik karena mereka menyembah selain Allah berupa berhala-berhala yang tidak memiliki mudarat dan manfaat bagi diri mereka. Mereka melakukan penyembahan ini tanpa dalil yang menuntun mereka melakukan penyembahan itu dan tanpa alasan, bahkan hanya semata-mata berdasarkan pendapat sendiri dan keinginan hawa nafsu mereka. Mereka membela berhala-berhala itu dan berperang demi mempertahankan berhala-berhala mereka serta memusuhi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang ada di kalangan mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا
Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55)
Yakni pembantu yang menolong jalan setan untuk memerangi balatentara Allah, padahal bala tentara Allah-lah yang menang. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya:
وَاتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ آلِهَةً لَعَلَّهُمْ يُنْصَرُونَ * لَا يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَهُمْ وَهُمْ لَهُمْ جُنْدٌ مُحْضَرُونَ
Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka, sedangkan mereka sendirilah yang menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga berhala-berhala itu. (Yasin: 74-75)
Maksudnya, berhala-berhala yang mereka jadikan sembahan mereka selain Allah tidak dapat menolong para penyembahnya. Tetapi justru sebaliknya, mereka sendirilah yang menjadi bala tentara yang disiapkan untuk membela berhala-berhala sembahannya dan mempertahankan keberadaannya. Akan tetapi, akibat yang terpuji dan kemenangan hanyalah bagi Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin di dunia dan akhirat.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yaitu membantu setan dan menolongnya untuk berbuat durhaka terhadap Allah.
Said ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Mereka menolong setan untuk memusuhi Tuhannya dan mempersekutukan-Nya.
Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Adalah orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 55) Yakni berpaling dari Tuhannya.
****
Kemudian Allah Swt. berfirman kepada Rasul-Nya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا مُبَشِّرًا وَنَذِيرًا
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (Al-Furqan: 56)
Yaitu pembawa kabar gembira kepada orang-orang mukmin, dan pemberi peringatan terhadap orang-orang kafir. Menyampaikan kabar gembira akan masuk surga bagi orang yang taat kepada Allah, dan pemberi peringatan akan datangnya azab yang keras bagi orang yang menentang perintah Allah.
*****
قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ
Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian dalam meyampaikan risalah itu.” (Al-Furqan: 57)
Artinya, aku tidak meminta upah dari harta kalian sebagai imbalan dari penyampaian dan peringatan ini, sesungguhnya aku melakukannya hanyalah semata-mata mengharapkan rida Allah Swt.
لِمَنْ شَاءَ مِنْكُمْ أَنْ يَسْتَقِيمَ
(yaitu) bagi siapa di antara kalian yang mau menempuh jalan yang lurus. (At-Takwir: 28)
*****
Firman Allah Swt.:
إِلا مَنْ شَاءَ أَنْ يَتَّخِذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا
melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Furqan: 57)
Yaitu mengambil jalan, tuntunan, dan metode yang dianutinya sesuai dengan apa yang aku sampaikan (dari Tuhanku).
******
Kemudian Allah Swt. berfirman:
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ
Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati. (Al-Furqan: 58)
Bertawakallah kamu dalam semua urusanmu kepada Allah Yang Mahahidup Yang tidak mati selama-lamanya. Dialah,
الأوَّلُ وَالآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid: 3)
Yang Mahakekal, Mahatetap selama-lamanya, Yang Mahahidup lagi Yang Maha Berdikari, Tuhan segala sesuatu dan Yang memilikinya. Jadikanlah Dia sebagai tempat mengadu dan tempat berlindungmu. Dialah tempat untuk bertawakal dan mengadu, maka sesungguhnya Dia akan memberimu kecukupan, menolongmu, mendukungmu, dan menjadikanmu berhasil. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعَة، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ نُفَيْل قَالَ: قَرَأْتُ عَلَى مَعْقِل -يَعْنِي ابْنَ عُبَيْدِ اللَّهِ -عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ، عَنْ شَهْر بْنِ حَوْشَب قَالَ: لَقِيَ سلمانُ رسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ فِجَاجِ الْمَدِينَةِ، فَسَجَدَ لَهُ، فَقَالَ: "لَا تَسْجُدْ لِي يَا سَلْمَانُ، وَاسْجُدْ لِلْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abi Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Nufail yang mengatakan bahwa ia pernah belajar dari Ma'qal ibnu Ubaidillah, dari Abdullah ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa Salman bersua dengan Nabi Saw. di sebuah jalan kota Madinah, lalu Salman bersujud kepada Nabi. Maka Nabi Saw. bersabda: Janganlah kamu bersujud kepadaku, hai Salman. Tetapi bersujudlah kepada Tuhan Yang Hidup (Kekal) yang tidak mati.
Hadis ini berpredikat mursal lagi hasan.
****
Firman Allah Swt.:
وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ
dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. (Al-Furqan: 58)
Yakni barengkanlah antara tahmid dan tasbih dalam doamu. Karena itulah Rasulullah Saw. dalam doanya mengucapkan:
"سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنا وَبِحَمْدِكَ"
Mahasuci Engkau, ya Allah, Tuhan kami, dan dengan memuji kepada Engkau.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa ikhlaslah kamu dalam beribadah kepada-Nya dan bertawakallah kamu kepada-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya. (Hud: 123)
Dan firman Allah Swt.:
قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا
Katakanlah, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal.” (Al-Mulk: 29)
****
Adapun firman Allah Swt.:
وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيرًا
Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Furqan: 58)
Yakni melalui ilmu-Nya Yang Mahasempurna, tiada sesuatu pun yang tersembunyi luput dari pengetahuan-Nya, dan tiada sesuatu pun yang seberat zarrah terhalang dari pengetahuan-Nya:
*****
Firman Allah Swt.:
الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ
Yang menciptakan langit dan bumi. (Al-Furqan: 59), hingga akhir ayat.
Dia Mahahidup (Kekal) yang tidak mati, Dia Pencipta segala sesuatu, Tuhan Yang memilikinya, yang dengan kekuasaan dan pengaruh-Nya Dia menciptakan tujuh lapis langit yang tinggi lagi luas, juga menciptakan tujuh lapis bumi yang tebal-tebal.
فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. (Al-Furqan: 59)
Allah mengatur urusan dan memutuskan yang hak, dan Dia adalah sebaik-baik yang memutuskan.
*****
Firman Allah Swt.:
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, (Dialah) Yang Maha Pemurah, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59)
Tanyakanlah tentang Allah kepada orang yang lebih mengetahui dan lebih mengenal-Nya, lalu ikutilah dia dan turutilah jejaknya. Sudah dimaklumi pula bahwa tiada seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah dan lebih mengenal-Nya, selain hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw. penghulu anak Adam secara mutlak, di dunia dan di akhirat, yang semua ucapannya itu bukanlah menurut kemauan hawa nafsunya, melainkan hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya. Apa yang diucapkannya adalah hak (benar), dan apa yang diberitakannya adalah benar. Dia adalah Imam yang memutuskan (semua perkara). Bila manusia bertentangan mengenai sesuatu masalah, maka diwajibkan mereka mengembalikannya kepada dia. Maka pendapat yang sesuai dengan sabda dan perbuatannya, berarti pendapat itu benar. Dan pendapat yang bertentangan dengan ucapan dan perbuatannya, berarti dikembalikan kepada orang yang mengatakan dan yang melakukannya, siapa pun dia adanya.
Allah Swt. telah berfirman:
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu. (An-Nisa: 59), hingga akhir ayat.
وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ
Tentang sesuatu apa pun kalian berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Asy-Syiira: 1) .
Dan firman Allah Swt.:
وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115)
Yakni benar dalam pemberitaannya, adil dalam semua perintah dan larangannya. Karena itulah disebutkan dalam ayat berikut ini oleh firman-Nya:
فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا
maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59)
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Yakni apa pun yang diberitakan kepadamu oleh kalimat Tuhanmu, maka hal itu persis seperti apa yang diberitakannya kepadamu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Juraij.
Syamr ibnu Atiyyah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia. (Al-Furqan: 59) Al-Qur'an ini lebih mengetahui tentang Dia.
****
Kemudian Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang musyrik yang menyembah selain Allah, yaitu menyembah berhala-berhala dan tandingan-tandingan (sekutu-sekutu):
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Penyayang, " Mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Penyayang itu?” (Al-Furqan: 6 )
Maksudnya, kami tidak mengenal Tuhan Yang Maha Pemurah. Mereka mengingkari penamaan Allah dengan sebutan Yang Maha Pemurah, sebagaimana yang telah mereka lakukan pada hari Perjanjian Hudaibiyah, ketika Nabi Saw. bersabda kepada juru tulisnya, "Tulislah 'Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang'." Maka mereka menjawab, "Kami tidak mengenal Yang Maha Pemurah, dan tidak (pula) Yang Maha Penyayang, tetapi tulislah perjanjian itu sebagaimana yang biasa kamu lakukan, yaitu 'Dengan menyebut namaMu, ya Allah'." Karena itulah maka Allah menurunkan firman-Nya:
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى
Katakanlah, "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahimn. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik). (Al-Isra: 11)
Dengan kata lain, Dialah Allah dan Dialah Yang Maha Pemurah. Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ قَالُوا وَمَا الرَّحْمَنُ
Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Sujudlah kamu sekalian kepada Yang Maha Pemurah, " mereka menjawab, "Siapakah Yang Maha Pemurah?” (Al-Furqan: 6)
Yakni kami tidak mengenal-Nya dan tidak pula mengakui-Nya.
أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا
Apakah kami akan sujud kepada Tuhan yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya). (Al-Furqan: 6)
Yaitu hanya dengan ucapanmu itu.
وَزَادَهُمْ نُفُورًا
dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). (Al-Furqan: 6)
Adapun orang-orang mukmin, mereka menyembah Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, mereka mengesakan-Nya sebagai Tuhan dan bersujud kepada-Nya.
Para ulama rahimahumullah telah sepakat bahwa pada ayat surat Al-Furqan ini, pembaca dan pendengarnya dianjurkan melakukan sujud tilawah, seperti yang telah dijelaskan di dalam bab yang menerangkannya (kitab fiqih).