25 - الفرقان - Al-Furqaan
The Criterion
Meccan
وَٱلَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ ٱلنَّفْسَ ٱلَّتِى حَرَّمَ ٱللَّهُ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ يَلْقَ أَثَامًۭا 68
(68) Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya),
(68)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Syaqiq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya, "Dosa apakah yang paling besar?" Beliau Saw. menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal Dia telah menciptakanmu." Lalu si penanya bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah Saw. bersabda, "Bila kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut makan bersamamu." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Rasulullah Saw. menjawab, "Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu." Abdullah ibnu Mas'ud berkata, bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya yang membenarkan hal tersebut, yaitu: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Hannad ibnus Sirri, dari Abu Mu'awiyah dengan sanad yang sama.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkannya melalui hadis Al-A'masy dan Mansur - Al-Bukhari menambahkan: serta Wasil -. Mereka bertiga menerima hadis ini dari Abu Wa-il alias Syaqiq ibnu Salamah, dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, dari Ibnu Mas'ud.
Menurut lafaz Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui Ibnu Mas'ud adalah seperti berikut: Ibnu Mas'ud mengatakan, 'Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?, dan seterusnya.''
Jalur hadis yang garib:
قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِسْحَاقَ الْأَهْوَازِيُّ، حَدَّثَنَا عَامِرُ بْنُ مُدْرِك، حَدَّثَنَا السَّرِيُّ -يَعْنِي ابْنَ إِسْمَاعِيلَ -حَدَّثَنَا الشَّعْبِيُّ، عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ فَاتَّبَعْتُهُ، فَجَلَسَ عَلَى نَشَز مِنَ الْأَرْضِ، وَقَعَدْتُ أَسْفَلَ مِنْهُ، وَوَجْهِي حِيَالَ رُكْبَتَيْهِ، وَاغْتَنَمْتُ خَلْوَتَهُ وَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الذُّنُوبِ أَكْبَرُ؟ قَالَ: "أَنْ تَدْعُوَ لِلَّهِ نِدًا وَهُوَ خَلَقَكَ".قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ كَرَاهِيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ". قُلْتُ: ثُمَّ مَهْ؟ قَالَ: "أَنْ تُزَانِي حَلِيلَةَ جَارِكَ". ثُمَّ قَرَأَ: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ. [إِلَى آخِرِ] الْآيَةِ
Ibnu Jarir mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ishaq Al-Ahwazi, telah menceritakan kepada kami Amir ibnu Mudrik, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Asy-Sya'bi, dari Masruq yang mengatakan bahwa Abdullah pernah mengatakan, "Pada suatu hari Rasulullah Saw. pergi, lalu aku mengikutinya. Rasulullah Saw. duduk di atas sebuah gundukan tanah, maka aku duduk di bagian yang lebih rendah darinya, sedangkan mukaku sejajar dengan kedua lututnya. Aku sengaja ingin menemaninya dalam kesendiriannya itu. Aku bertanya, 'Semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?' Rasulullah Saw. menjawab, 'Bila kamu mendakwakan bahwa Allah mempunyai tandingan, padahal Dialah yang menciptakanmu.' Aku bertanya, 'Kemudian dosa apakah lagi?' Beliau menjawab, 'Bila kamu membunuh anakmu karena tidak suka dia makan bersamamu.' Aku bertanya lagi, 'Kemudian dosa apa lagi? Beliau Saw. menjawab, 'Bila kamu berzina dengan istri tetanggamu.' Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. .
قَالَ النَّسَائِيُّ: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ هِلَالِ بْنِ يَسَاف، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ قَيْسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم في حِجَّةِ الْوَدَاعِ: "أَلَا إِنَّمَا هِيَ أَرْبَعٌ -فَمَا أَنَا بِأَشَحَّ عَلَيْهِنَّ مِنِّي مُنْذُ سَمِعْتُهُنَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: لا تُشْرِكُوا بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ، وَلَا تَزْنُوا، وَلَا تَسْرِقُوا"
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Mansur, dari Hilal ibnu Yusaf, dari Salamah ibnu Qais yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda dalam haji wada'-nya, "Ingatlah, sesungguhnya dosa yang terbesar itu ada empat macam." Salamah ibnu Qais mengatakan bahwa sejak ia mendengar hal tersebut dari Rasulullah Saw., ia sangat membenci keempat perbuatan itu, yaitu: Janganlah kalian mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, dan janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang hak, dan janganlah kalian berzina, serta janganlah kalian mencuri.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، رَحِمَهُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلِ بْنِ غَزْوان، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَعْدٍ الْأَنْصَارِيُّ، سَمِعْتُ أَبَا طيبة الكَلاعي، سَمِعْتُ الْمِقْدَادَ بْنَ الْأَسْوَدَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "مَا تَقُولُونَ فِي الزِّنَى"؟ قَالُوا: حَرّمه اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهُوَ حَرَام إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: "لَأَنْ يَزْنِيَ الرَّجُلُ بِعَشْرِ نِسْوَةٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَزْنِيَ بِامْرَأَةِ جَارِهِ". قَالَ: "مَا تَقُولُونَ فِي السَّرِقَةِ"؟ قَالُوا: حَرَّمَهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ، فَهِيَ حَرَامٌ. قَالَ: "لَأَنْ يَسْرِقَ الرَّجُلُ مِنْ عَشْرَةِ أَبْيَاتٍ أَيْسَرُ عَلَيْهِ مِنْ أَنْ يَسْرِقَ مِنْ جَارِهِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini rahimahullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fudail ibnu Gazwan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sa'id Al-Ansari; ia pernah mendengar AbuTayyibah Al-Kala'i mengatakan, ia pernah mendengar Al-Miqdad ibnul Aswad r.a. berkata bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepada para sahabatnya: "Bagaimanakah pendapat kalian tentang zina?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia tetap haram , sampai hari kiamat.” Rasulullah Saw. bersabda kepada para sahabatnya, "Sungguh dosa seseorang lelaki yang berzina dengan sepuluh orang wanita lebih ringan daripada ia berzina dengan istri tetangganya.” Rasulullah Saw. bersabda, "Bagaimanakah pendapat kalian tentang mencuri?” Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkannya, dan ia merupakan perbuatan yang haram.” Rasulullah Saw. bersabda, "Sungguh dosa seseorang yang mencuri dari sepuluh rumah lebih ringan daripada mencuri dari rumah tetangganya."
قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنِ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ نَصْرٍ، حَدَّثَنَا بَقيَّة، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنْ الْهَيْثَمِ بْنِ مَالِكٍ الطَّائِيِّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: قَالَ: "مَا مِنْ ذَنْبٍ بَعْدَ الشِّرْكِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ نُطفة وَضَعَهَا رَجُلٌ فِي رَحِم لا يحل له"
Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ammar ibnuNasr, telah menceritakan kepada kami Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Al-Haisam ibnu Malik At-Ta-i, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tiada suatu dosa pun sesudah syirik yang lebih besar daripada dosa seorang lelaki yang meletakkan nutfah (air mani)nya ke dalam rahim yang tidak halal baginya (yakni berzina).
Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'la dari Sa'id ibnu Jubair; ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan bahwa pernah ada sejumlah orang dari kalangan orang-orang musyrik yang banyak membunuh dan banyak berzina. Lalu mereka datang menghadap kepada Nabi Muhammad Saw. dan berkata, "Sesungguhnya agama yang engkau katakan dan engkau seru itu benar-benar baik. Sekiranya saja engkau beritakan kepada kami bahwa apa yang telah kami perbuat ada kifaratnya." Maka turunlah firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat. Turun pula firman-Nya: Katakanlah, "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي فَاخِتة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِرَجُلٍ: "إِنَّ اللَّهَ يَنْهَاكَ أَنْ تَعْبُدَ الْمَخْلُوقَ وَتَدَعَ الْخَالِقَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ وَتَغْذُوَ كَلْبَكَ، وَيَنْهَاكَ أَنْ تَزْنِيَ بِحَلِيلَةِ جَارِكَ". قَالَ سُفْيَانُ: وَهُوَ قَوْلُهُ: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ وَلا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلا بِالْحَقِّ وَلا يَزْنُونَ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Abu Fakhitah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya Allah melarangmu menyembah makhluk, sedangkan Dia kamu tinggalkan (tidak disembah). Dan Allah melarangmu membunuh anakmu, sedangkan anjingmu kamu beri makan. Dan Allah melarangmu berzina dengan istri tetanggamu. Sufyan mengatakan bahwa hal inilah yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya: Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah. (Al-Furqan: 68), hingga akhir ayat.
*****
Adapun firman Alah Swt:
وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا
barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68)
Telah diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr, ia pernah mengatakan bahwa Asam adalah nama sebuah lembah di neraka Jahanam. Ikrimah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Bahwa Asam adalah nama lembah-lembah yang terdapat di dalam neraka Jahanam tempat untuk menyiksa para penzina. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Mujahid.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya). (Al-Furqan: 68) Yang dimaksud dengan asaman ialah pembalasan dosa, dahulu kami mengatakannya sebagai nama sebuah lembah di dalam neraka Jahanam.
Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Luqman pernah mengatakan kepada anaknya, "Hai anakku, hindarilah perbuatan zina, karena sesungguhnya perbuatan zina itu permulaannya adalah takut, sedangkan akhirnya adalah penyesalan."
Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lain-lainnya melalui Abu Umamah Al-Bahili secara mauquf dan marfu' disebutkan bahwa gayyan dan asaman adalah nama dua buah sumur di dasar neraka Jahanam semoga Allah melindungi kita dari kedua sumur itu berkat karunia dan kemurahan-Nya.
As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya). (Al-Furqan: 68) Bahwa asaman ialah pembalasan.
Takwil ini lebih serasi dengan makna lahiriah ayat, dan dengan pengertian yang sama disebutkan dalam konteks selanjutnya yang berfungsi sebagai mubdal minhu-nya, yaitu firman Allah Swt.:
يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat. (Al-Furqan:69)
Yakni siksaan itu diulang-ulang terhadapnya dan diperkeras.
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (Al-Furqan: 69)
Maksudnya, dalam keadaan terhina lagi rendah.
*****
Firman Allah Swt.:
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا
kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 7)
Artinya, pembalasan dari perbuatannya yang buruk-buruk adalah seperti yang telah disebutkan di atas.
إِلا مَنْ تَابَ
kecuali orang-orang yang bertobat. (Al-Furqan: 7)
Yaitu bertobat kepada Allah Swt. sewaktu masih di dunianya dari semua perbuatan dosanya, maka Allah akan menerima tobatnya.
Di dalam kandungan ayat ini terdapat makna yang menunjukkan bahwa tobat orang yang pernah membunuh dapat diterima. Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat lain yang ada di dalam surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. (An-Nisa: 93), hingga akhir ayat.
Karena sesungguhnya ayat ini sekalipun tergolong ke dalam ayat Madaniyah, tetapi ia bersifat mutlak sehingga pengertiannya dapat ditujukan kepada orang yang tidak bertobat, sedangkan ayat dalam surat Al-Furqan ini diikat dengan pengertian tobat. Kemudian dapat pula dikatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. (An-Nisa: 48 dan 116), hingga akhir ayat.
Sunnah yang sahih yang telah terbukti bersumber dari Rasulullah Saw. telah menyebutkan bahwa tobat seorang pembunuh dapat diterima. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kisah seseorang yang pernah membunuh seratus orang lelaki, lalu ia bertobat dan Allah menerima tobatnya. Hadis-hadis lain yang senada cukup banyak.
*****
Firman Allah Swt.:
فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 7)
Sehubungan dengan makna firman-Nya:
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. (Al-Furqan: 7)
Ada dua pendapat mengenainya. Salah satunya mengatakan bahwa amal buruk mereka diganti dengan amal kebaikan.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang sebelum beriman selalu mengerjakan amal-amal keburukan. Kemudian Allah menjadikan mereka benci terhadap amal keburukan, dan Allah mengalihkan mereka kepada amal kebaikan. Hal ini berarti bahwa Allah mengganti keburukan mereka dengan kebaikan.
Telah diriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas, bahwa ia mengucapkan syair berikut saat menafsirkan makna ayat ini:
بُدّلْنَ بَعْدَ حَرِّهِ خَريفا .....وَبَعْدَ طُول النَّفَس الوَجيفَا
Seusai musim panas datanglah musim gugur sebagai penggantinya, dan seusai hidup senang dalam waktu yang lama datanglah kesusahan.
Yakni keadaan tersebut berubah menjadi keadaan yang lain. Ata ibnu Abu Rabah mengatakan bahwa hal ini terjadi di dunia; seseorang yang tadinya gemar melakukan perbuatan yang buruk, kemudian Allah menggantinya dengan perbuatan yang baik.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Allah mengubah kebiasaan mereka yang tadinya menyembah berhala, menjadi menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah; dan tadinya mereka memerangi kaum muslim, lalu menjadi memerangi kaum musyrik; dan Allah membuat mereka yang tadinya suka mengawini wanita-wanita kaum musyrik, kini mereka suka mengawini wanita-wanita beriman.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Allah mengganti amal buruk mereka dengan amal yang saleh, dan kemusyrikan diganti dengan keikhlasan, suka melacur diganti dengan memelihara kehormatan, dan kekufuran diganti dengan Islam. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Qatadah, dan jamaah lainnya.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa keburukan-keburukan yang telah silam berubah dengan sendirinya menjadi amal-amal kebaikan berkat tobat yang bersih. Hal tersebut tiada lain karena manakala ia teringat akan dosa-dosa yang telah silam, hatinya merasa menyesal dan mengucapkan istirja' serta istigfar. Jadi, dipandang dari pertimbangan ini maka dosanya berganti dengan sendirinya menjadi amal ketaatan. Dan kelak di hari kiamat sekalipun dosa-dosanya itu dijumpai tertulis di dalam buku catatan amalnya, sesungguhnya hal itu tidak membahayakannya karena telah diganti menjadi amal-amal kebaikan. Seperti yang telah disebutkan di dalam sunnah dan asar-asar yang diriwayatkan dari sejumlah ulama Salaf.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَعْرِفُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنَ النَّارِ، وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا إِلَى الْجَنَّةِ: يُؤْتَى بِرَجُلٍ فَيَقُولُ: نَحّوا كِبَارَ ذُنُوبِهِ وَسَلُوهُ عَنْ صِغَارِهَا، قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا، وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ -لَا يستطيع أن ينكر من ذلك شيئا - فَيُقَالُ: فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَاهُنَا". قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ.
Diriwayatkan oleh AbuZar r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui seorang ahli neraka yang paling akhir keluarnya dari neraka, dan seorang ahli surga yang paling akhir masuknya ke surga. Didatangkan seorang lelaki, lalu ditanyai tentang sejumlah dosa besarnya, juga tentang dosa-dosa kecilnya. Maka dikatakan kepadanya, 'Pada hari anu engkau telah mengerjakan dosa anu dan anu, dan kamu telah melakukan dosa anu dan anu pada hari anu.' Maka lelaki itu menjawab, 'Ya,' dia tidak mampu mengingkari sesuatu pun dari hal tersebut. Maka dikatakan kepadanya, 'Sesungguhnya kini bagimu untuk setiap keburukan diganti dengan satu kebaikan.' Lelaki itu bertanya, 'Wahai Tuhanku, saya telah melakukan banyak dosa, tetapi saya tidak melihatnya di sini'." Rasulullah Saw. mengucapkan sabdanya ini seraya tertawa sehingga gigi serinya kelihatan.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِذَا نَامَ ابْنُ آدَمَ قَالَ الْمَلِكُ لِلشَّيْطَانِ: أَعْطِنِي صَحِيفَتَكَ. فَيُعْطِيهِ إِيَّاهَا، فَمَا وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ مِنْ حَسَنَةٍ مَحَا بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ مِنْ صَحِيفَةِ الشَّيْطَانِ، وَكَتَبَهُنَّ حَسَنَاتٍ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكَبِّرْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَكْبِيرَةً، وَيَحْمَدْ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ تَحْمِيدَةً، وَيُسَبِّحْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَسْبِيحَةً، فَتِلْكَ مِائَةٌ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila anak Adam tidur, maka malaikat berkata kepada setan, "Berikanlah kepadaku lembaran catatanmu.” Maka setan memberikan catatannya kepada malaikat, lalu kebaikan apa saja yang ia jumpai di dalam catatannya ia gunakan untuk menghapus sepuluh keburukan yang ada di dalam catatan setan, kemudian menggantinya dengan sepuluh kebaikan. Maka apabila seseorang di antara kalian hendak tidur, bertakbirlah sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid sebanyak tiga puluh empat kali, dan bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, sehingga jumlahnya genap seratus.
Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dan Arim. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sabit (yakni Ibnu Yazid Abu Zaid), telah menceritakan kepada kami Asim, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa di hari kiamat ada seorang lelaki yang diberikan kepadanya buku catatan amal perbuatannya. Ia membaca bagian atasnya, dan ternyata yang tercatat adalah keburukan-keburukannya. Ketika ia hampir berburuk sangka atas dirinya, ia memandang ke bagian bawah catatannya, tiba-tiba tercatat kebaikan-kebaikannya. Kemudian ia memandang ke bagian atas catatannya, dan ternyata telah diganti menjadi catatan kebaikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Abul Anbas, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya pada hari kiamat dihadapkan kepada Allah sejumlah manusia yang merasa bahwa diri mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Ditanyakan, "Wahai Abu Hurairah, siapakah mereka?" Abu Hurairah menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Abus Saif—salah seorang murid sahabat Mu'az ibnu Jabal—yang mengatakan bahwa orang-orang yang masuk surga itu ada empat golongan, yaitu kaum muttaqin, kemudian kaum syakirin, lalu kaum kha'ifin (orang-orang yang takut kepada Allah), kemudian yang terakhir adalah as-habul yamin (golongan kanan). Abu Hamzah bertanya, "Mengapa mereka dinamakan as-habul yam'in? Abus Saif menjawab bahwa mereka telah melakukan amal keburukan dan amal kebaikan. Kemudian catatan amal perbuatan mereka diberikan kepada mereka dari sebelah kanannya. Maka mereka membaca keburukan-keburukan mereka kalimat demi kalimat, lalu mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, ini adalah catatan keburukan kami, lalu manakah catatan kebaikan kami?" Maka pada saat itu Allah menghapus semua keburukan mereka dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Dan saat itu mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Ambillah dan bacalah Kitabku (ini!). (Al-Haqqah: 19) Mereka adalah penduduk surga yang paling banyak jumlahnya.
Ali ibnul Husain Zainul Abidin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. (Al-Furqan: 7) Bahwa hal ini terjadi di akhirat nanti. Mak-hul mengatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa mereka, lalu menggantinya menjadi kebaikan. Keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sa'id ibnul Musayyab.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مسلم، حَدَّثَنَا أَبُو جَابِرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ مَكْحُولًا يُحَدِّثُ قَالَ: جَاءَ شَيْخٌ كَبِيرٌ هَرِمٌ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَجُلٌ غَدَرَ وَفَجَرَ، وَلَمْ يَدَعْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةَ إِلَّا اقْتَطَعَهَا بِيَمِينِهِ، لَوْ قُسِّمَتْ خَطِيئَتُهُ بَيْنَ أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَوْبَقَتْهُمْ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أسلمتَ؟ " قَالَ: أَمَّا أَنَا فَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّ اللَّهَ غَافِرٌ لَكَ مَا كُنْتَ كَذَلِكَ، وَمُبْدِّلٌ سَيِّئَاتِكَ حَسَنَاتٍ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وغَدَراتي وفَجَراتي؟ فَقَالَ: "وغَدرَاتك وفَجَراتك". فَوَلّى الرَّجُلُ يُهَلِّلُ وَيُكَبِّرُ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua yang karena usianya teramat lanjut alis matanya turun ke matanya. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah seorang lelaki yang suka berkhianat dan berbuat lacur (durhaka). Tiada suatu keinginan pun dan tiada suatu kebutuhan pun yang aku biarkan melainkan kuterjang dan kulakukan. Seandainya dosa-dosaku dibagi-bagikan ke seluruh penduduk bumi niscaya semuanya kebagian, maka adakah jalan bagiku untuk bertobat?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah kamu Islam?" Lelaki tua menjawab, "Adapun aku, sesungguhnya telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah akan mengampunimu selagi kamu tetap bertobat, dan Allah akan mengganti keburukanmu dengan kebaikan. Lelaki tua itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan semua perbuatan khianat dan perbuatan durhakaku?" Nabi Saw. bersabda, "Juga Allah akan mengampuni perbuatan khianat dan durhakamu." Maka lelaki tua itu pergi seraya bertakbir dan bertahlil.
وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرو ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي فَرْوَةَ -شَطْب -أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: أَرَأَيْتَ رَجُلًا عَمِلَ الذُّنُوبَ كُلَّهَا، وَلَمْ يَتْرُكْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةً، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: "أسلمتَ؟ " فَقَالَ: نَعَمْ، قَالَ: "فَافْعَلِ الْخَيِّرَاتِ، وَاتْرُكِ السَّيِّئَاتِ، فَيَجْعَلَهَا اللَّهُ لَكَ خَيْرَاتٍ كُلَّهَا". قَالَ: وغَدرَاتي وفَجَراتي؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ حَتَّى تَوَارَى
Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Abul Mugirah, dari Safwan ibnu Umar, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Farwah, bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang telah mengerjakan semua jenis dosa, dan tiada suatu keinginan serta tiada pula suatu kebutuhan yang ditinggalkannya. Maka adakah jalan baginya untuk bertobat?" Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah kamu telah masuk Islam?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Kerjakanlah amal-amal kebaikan dan tinggalkanlah keburukan-keburukan, maka Allah akan menjadikan kebaikan semuanya buatmu. Ia bertanya, "Bagaimanakah dengan perbuatan khianat dan kedurhakaanku?" Rasul Saw. menjawab, "Ya (diganti pula dengan kebaikan)." Maka kedengaran ia terus-menerus bertakbir hingga hilang dari pandangan mata.
Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini melalui jalur Abu Farwah Ar-Rahawi, dari Yasin Az-Zayyat, dari Abu Salamah Al-Himsi, dari Yahya ibnu Jabir, dari Salamah ibnu Nufail secara marfu'.
قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ شُعَيْبِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ فُلَيْح الشَّمَّاسِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: هَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ إِنِّي زَنَيْتُ وَوَلَدْتُ وَقَتَلْتُهُ. فَقُلْتُ لَا وَلَا نَعمت الْعَيْنُ وَلَا كَرَامَةَ. فَقَامَتْ وَهِيَ تَدْعُو بِالْحَسْرَةِ. ثُمَّ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ، فَقَصَصْتُ عَلَيْهِ مَا قَالَتِ الْمَرْأَةُ وَمَا قَلْتُ لَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " بِئْسَمَا قُلْتَ! أَمَا كُنْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةِ: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ إِلَى قَوْلِهِ: إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا فَقَرَأْتُهَا عَلَيْهَا. فخرَّت سَاجِدَةً وَقَالَتِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ لِي مَخْرَجًا.
Imam Tabrani telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib ibnu Sauban, dari Falih ibnu Ubaid ibnu Ubaidusy Syamasy, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa pernah datang kepadanya seorang wanita, lalu bertanya, "Apakah masih ada jalan tobat bagiku, sedangkan aku ini orang yang telah berbuat zina hingga punya anak, lalu saya bunuh anak itu?" Aku (Abu Hurairah) menjawab, "Tidak ada, semoga hatimu tidak tenteram dan tidak ada kemuliaan bagimu." Maka wanita itu pergi seraya menyerukan kalimat kekecewaan. Kemudian aku (Abu Hurairah) salat Subuh bersama Nabi Saw. Seusai salat, kuceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh wanita itu dan jawaban yang kukemukakan kepadanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Alangkah buruknya jawabanmu itu. Tidakkah kamu pernah membaca firman Allah Swt. berikut: 'Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah'. (Al-Furqan: 68) sampai dengan firman-Nya: 'kecuali orang-orang yang bertobat' (Al-Furqan: 7), hingga akhir ayat. Kemudian aku bacakan ayat tersebut kepada si wanita itu. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku."
Hadis ini garib bila ditinjau dari jalurnya, di dalam sanadnya terdapat nama perawi yang tidak dikenal."
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa wanita itu menyerukan kalimat kekecewaan seraya berkata, "Aduhai, alangkah kecewanya daku. Apakah kebaikan ini diciptakan untuk neraka?"
Dalam riwayat ini disebutkan bahwa ketika Abu Hurairah pulang dari sisi Rasulullah Saw., ia mencari wanita itu ke seluruh pelosok kota Madinah, tetapi tidak menjumpainya. Kemudian pada malam berikutnya wanita itu datang sendiri kepada Ahu Hurairah, dan Abu Hurairah menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku dan menerima tobat dari apa yang telah kukerjakan." Lalu wanita itu memerdekakan budak perempuan miliknya berikut anak perempuannya, dan ia bertobat kepada Allah Swt.
******
Kemudian Allah Swt. memberitahukan tentang rahmat-Nya yang ditujukan kepada semua hamba-Nya secara umum, bahwa barang siapa di antara mereka yang bertobat kepada-Nya dari dosa apa pun yang telah dilakukannya, baik kecil maupun besar, niscaya Allah akan menerima tobatnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqan: 71)
Yaitu Allah akan menerima tobatnya', seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya diri. (An-Nisa: 11), hingga akhir ayat.
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hambanya. (At-Taubah: 14), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat.
Yakni bagi orang yang bertobat kepada-Nya.
يُضَٰعَفْ لَهُ ٱلْعَذَابُ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِۦ مُهَانًا 69
(69) (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,
(69)
firman Allah Swt.:
يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
(yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat. (Al-Furqan:69)
Yakni siksaan itu diulang-ulang terhadapnya dan diperkeras.
وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا
dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. (Al-Furqan: 69)
Maksudnya, dalam keadaan terhina lagi rendah.
إِلَّا مَن تَابَ وَءَامَنَ وَعَمِلَ عَمَلًۭا صَٰلِحًۭا فَأُو۟لَٰٓئِكَ يُبَدِّلُ ٱللَّهُ سَيِّـَٔاتِهِمْ حَسَنَٰتٍۢ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًۭا رَّحِيمًۭا 70
(70) kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(70)
Firman Allah Swt.:
إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا
kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh. (Al-Furqan: 7)
Artinya, pembalasan dari perbuatannya yang buruk-buruk adalah seperti yang telah disebutkan di atas.
إِلا مَنْ تَابَ
kecuali orang-orang yang bertobat. (Al-Furqan: 7)
Yaitu bertobat kepada Allah Swt. sewaktu masih di dunianya dari semua perbuatan dosanya, maka Allah akan menerima tobatnya.
Di dalam kandungan ayat ini terdapat makna yang menunjukkan bahwa tobat orang yang pernah membunuh dapat diterima. Ayat ini tidaklah bertentangan dengan ayat lain yang ada di dalam surat An-Nisa, yaitu firman-Nya:
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا
Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja. (An-Nisa: 93), hingga akhir ayat.
Karena sesungguhnya ayat ini sekalipun tergolong ke dalam ayat Madaniyah, tetapi ia bersifat mutlak sehingga pengertiannya dapat ditujukan kepada orang yang tidak bertobat, sedangkan ayat dalam surat Al-Furqan ini diikat dengan pengertian tobat. Kemudian dapat pula dikatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia. (An-Nisa: 48 dan 116), hingga akhir ayat.
Sunnah yang sahih yang telah terbukti bersumber dari Rasulullah Saw. telah menyebutkan bahwa tobat seorang pembunuh dapat diterima. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam kisah seseorang yang pernah membunuh seratus orang lelaki, lalu ia bertobat dan Allah menerima tobatnya. Hadis-hadis lain yang senada cukup banyak.
*****
Firman Allah Swt.:
فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Furqan: 7)
Sehubungan dengan makna firman-Nya:
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ
kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. (Al-Furqan: 7)
Ada dua pendapat mengenainya. Salah satunya mengatakan bahwa amal buruk mereka diganti dengan amal kebaikan.
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa mereka adalah orang-orang mukmin yang sebelum beriman selalu mengerjakan amal-amal keburukan. Kemudian Allah menjadikan mereka benci terhadap amal keburukan, dan Allah mengalihkan mereka kepada amal kebaikan. Hal ini berarti bahwa Allah mengganti keburukan mereka dengan kebaikan.
Telah diriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas, bahwa ia mengucapkan syair berikut saat menafsirkan makna ayat ini:
بُدّلْنَ بَعْدَ حَرِّهِ خَريفا .....وَبَعْدَ طُول النَّفَس الوَجيفَا
Seusai musim panas datanglah musim gugur sebagai penggantinya, dan seusai hidup senang dalam waktu yang lama datanglah kesusahan.
Yakni keadaan tersebut berubah menjadi keadaan yang lain. Ata ibnu Abu Rabah mengatakan bahwa hal ini terjadi di dunia; seseorang yang tadinya gemar melakukan perbuatan yang buruk, kemudian Allah menggantinya dengan perbuatan yang baik.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Allah mengubah kebiasaan mereka yang tadinya menyembah berhala, menjadi menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah; dan tadinya mereka memerangi kaum muslim, lalu menjadi memerangi kaum musyrik; dan Allah membuat mereka yang tadinya suka mengawini wanita-wanita kaum musyrik, kini mereka suka mengawini wanita-wanita beriman.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa Allah mengganti amal buruk mereka dengan amal yang saleh, dan kemusyrikan diganti dengan keikhlasan, suka melacur diganti dengan memelihara kehormatan, dan kekufuran diganti dengan Islam. Demikianlah menurut pendapat Abul Aliyah, Qatadah, dan jamaah lainnya.
Pendapat yang kedua mengatakan bahwa keburukan-keburukan yang telah silam berubah dengan sendirinya menjadi amal-amal kebaikan berkat tobat yang bersih. Hal tersebut tiada lain karena manakala ia teringat akan dosa-dosa yang telah silam, hatinya merasa menyesal dan mengucapkan istirja' serta istigfar. Jadi, dipandang dari pertimbangan ini maka dosanya berganti dengan sendirinya menjadi amal ketaatan. Dan kelak di hari kiamat sekalipun dosa-dosanya itu dijumpai tertulis di dalam buku catatan amalnya, sesungguhnya hal itu tidak membahayakannya karena telah diganti menjadi amal-amal kebaikan. Seperti yang telah disebutkan di dalam sunnah dan asar-asar yang diriwayatkan dari sejumlah ulama Salaf.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي لَأَعْرِفُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنَ النَّارِ، وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ دُخُولًا إِلَى الْجَنَّةِ: يُؤْتَى بِرَجُلٍ فَيَقُولُ: نَحّوا كِبَارَ ذُنُوبِهِ وَسَلُوهُ عَنْ صِغَارِهَا، قَالَ: فَيُقَالُ لَهُ: عَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا، وَعَمِلْتَ يَوْمَ كَذَا وَكَذَا كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ -لَا يستطيع أن ينكر من ذلك شيئا - فَيُقَالُ: فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ سَيِّئَةٍ حَسَنَةً. فَيَقُولُ: يَا رَبِّ، عَمِلْتُ أَشْيَاءَ لَا أَرَاهَا هَاهُنَا". قَالَ: فَضَحِكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ.
Diriwayatkan oleh AbuZar r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui seorang ahli neraka yang paling akhir keluarnya dari neraka, dan seorang ahli surga yang paling akhir masuknya ke surga. Didatangkan seorang lelaki, lalu ditanyai tentang sejumlah dosa besarnya, juga tentang dosa-dosa kecilnya. Maka dikatakan kepadanya, 'Pada hari anu engkau telah mengerjakan dosa anu dan anu, dan kamu telah melakukan dosa anu dan anu pada hari anu.' Maka lelaki itu menjawab, 'Ya,' dia tidak mampu mengingkari sesuatu pun dari hal tersebut. Maka dikatakan kepadanya, 'Sesungguhnya kini bagimu untuk setiap keburukan diganti dengan satu kebaikan.' Lelaki itu bertanya, 'Wahai Tuhanku, saya telah melakukan banyak dosa, tetapi saya tidak melihatnya di sini'." Rasulullah Saw. mengucapkan sabdanya ini seraya tertawa sehingga gigi serinya kelihatan.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara munfarid.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنِي أَبِي، حَدَّثَنِي ضَمْضَم بْنُ زُرْعَةَ، عَنْ شُرَيْح بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِذَا نَامَ ابْنُ آدَمَ قَالَ الْمَلِكُ لِلشَّيْطَانِ: أَعْطِنِي صَحِيفَتَكَ. فَيُعْطِيهِ إِيَّاهَا، فَمَا وَجَدَ فِي صَحِيفَتِهِ مِنْ حَسَنَةٍ مَحَا بِهَا عَشْرَ سَيِّئَاتٍ مِنْ صَحِيفَةِ الشَّيْطَانِ، وَكَتَبَهُنَّ حَسَنَاتٍ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَنَامَ أَحَدُكُمْ فَلْيُكَبِّرْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَكْبِيرَةً، وَيَحْمَدْ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ تَحْمِيدَةً، وَيُسَبِّحْ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ تَسْبِيحَةً، فَتِلْكَ مِائَةٌ"
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail, telah menceritakan kepadaku Damdam ibnu Zur'ah, dari Syuraih ibnu Ubaid, dari Abu Malik Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila anak Adam tidur, maka malaikat berkata kepada setan, "Berikanlah kepadaku lembaran catatanmu.” Maka setan memberikan catatannya kepada malaikat, lalu kebaikan apa saja yang ia jumpai di dalam catatannya ia gunakan untuk menghapus sepuluh keburukan yang ada di dalam catatan setan, kemudian menggantinya dengan sepuluh kebaikan. Maka apabila seseorang di antara kalian hendak tidur, bertakbirlah sebanyak tigapuluh tiga kali, bertahmid sebanyak tiga puluh empat kali, dan bertasbih sebanyak tiga puluh tiga kali, sehingga jumlahnya genap seratus.
Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dan Arim. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sabit (yakni Ibnu Yazid Abu Zaid), telah menceritakan kepada kami Asim, dari Abu Usman, dari Salman yang mengatakan bahwa di hari kiamat ada seorang lelaki yang diberikan kepadanya buku catatan amal perbuatannya. Ia membaca bagian atasnya, dan ternyata yang tercatat adalah keburukan-keburukannya. Ketika ia hampir berburuk sangka atas dirinya, ia memandang ke bagian bawah catatannya, tiba-tiba tercatat kebaikan-kebaikannya. Kemudian ia memandang ke bagian atas catatannya, dan ternyata telah diganti menjadi catatan kebaikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Musa Az-Zuhri Abu Daud, telah menceritakan kepada kami Abul Anbas, dari ayahnya, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya pada hari kiamat dihadapkan kepada Allah sejumlah manusia yang merasa bahwa diri mereka banyak melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Ditanyakan, "Wahai Abu Hurairah, siapakah mereka?" Abu Hurairah menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziyad, telah menceritakan kepada kami Sayyar, telah menceritakan kepada kami Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abu Hamzah, dari Abus Saif—salah seorang murid sahabat Mu'az ibnu Jabal—yang mengatakan bahwa orang-orang yang masuk surga itu ada empat golongan, yaitu kaum muttaqin, kemudian kaum syakirin, lalu kaum kha'ifin (orang-orang yang takut kepada Allah), kemudian yang terakhir adalah as-habul yamin (golongan kanan). Abu Hamzah bertanya, "Mengapa mereka dinamakan as-habul yam'in? Abus Saif menjawab bahwa mereka telah melakukan amal keburukan dan amal kebaikan. Kemudian catatan amal perbuatan mereka diberikan kepada mereka dari sebelah kanannya. Maka mereka membaca keburukan-keburukan mereka kalimat demi kalimat, lalu mereka bertanya, "Wahai Tuhan kami, ini adalah catatan keburukan kami, lalu manakah catatan kebaikan kami?" Maka pada saat itu Allah menghapus semua keburukan mereka dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Dan saat itu mereka berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Ambillah dan bacalah Kitabku (ini!). (Al-Haqqah: 19) Mereka adalah penduduk surga yang paling banyak jumlahnya.
Ali ibnul Husain Zainul Abidin telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Allah mengganti kejahatan mereka dengan kebajikan. (Al-Furqan: 7) Bahwa hal ini terjadi di akhirat nanti. Mak-hul mengatakan bahwa Allah mengampuni dosa-dosa mereka, lalu menggantinya menjadi kebaikan. Keduanya diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sa'id ibnul Musayyab.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ الدِّمَشْقِيُّ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مسلم، حَدَّثَنَا أَبُو جَابِرٍ، أَنَّهُ سَمِعَ مَكْحُولًا يُحَدِّثُ قَالَ: جَاءَ شَيْخٌ كَبِيرٌ هَرِمٌ قَدْ سَقَطَ حَاجِبَاهُ عَلَى عَيْنَيْهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، رَجُلٌ غَدَرَ وَفَجَرَ، وَلَمْ يَدَعْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةَ إِلَّا اقْتَطَعَهَا بِيَمِينِهِ، لَوْ قُسِّمَتْ خَطِيئَتُهُ بَيْنَ أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَوْبَقَتْهُمْ، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أسلمتَ؟ " قَالَ: أَمَّا أَنَا فَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنَّ اللَّهَ غَافِرٌ لَكَ مَا كُنْتَ كَذَلِكَ، وَمُبْدِّلٌ سَيِّئَاتِكَ حَسَنَاتٍ". فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وغَدَراتي وفَجَراتي؟ فَقَالَ: "وغَدرَاتك وفَجَراتك". فَوَلّى الرَّجُلُ يُهَلِّلُ وَيُكَبِّرُ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Jabir; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki tua yang karena usianya teramat lanjut alis matanya turun ke matanya. Laki-laki itu berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah seorang lelaki yang suka berkhianat dan berbuat lacur (durhaka). Tiada suatu keinginan pun dan tiada suatu kebutuhan pun yang aku biarkan melainkan kuterjang dan kulakukan. Seandainya dosa-dosaku dibagi-bagikan ke seluruh penduduk bumi niscaya semuanya kebagian, maka adakah jalan bagiku untuk bertobat?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah kamu Islam?" Lelaki tua menjawab, "Adapun aku, sesungguhnya telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya." Maka Nabi Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah akan mengampunimu selagi kamu tetap bertobat, dan Allah akan mengganti keburukanmu dengan kebaikan. Lelaki tua itu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah dengan semua perbuatan khianat dan perbuatan durhakaku?" Nabi Saw. bersabda, "Juga Allah akan mengampuni perbuatan khianat dan durhakamu." Maka lelaki tua itu pergi seraya bertakbir dan bertahlil.
وَرَوَى الطَّبَرَانِيُّ مِنْ حَدِيثِ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ عَمْرو ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ أَبِي فَرْوَةَ -شَطْب -أَنَّهُ أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم فقال: أَرَأَيْتَ رَجُلًا عَمِلَ الذُّنُوبَ كُلَّهَا، وَلَمْ يَتْرُكْ حَاجَةً وَلَا دَاجَةً، فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: "أسلمتَ؟ " فَقَالَ: نَعَمْ، قَالَ: "فَافْعَلِ الْخَيِّرَاتِ، وَاتْرُكِ السَّيِّئَاتِ، فَيَجْعَلَهَا اللَّهُ لَكَ خَيْرَاتٍ كُلَّهَا". قَالَ: وغَدرَاتي وفَجَراتي؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ فَمَا زَالَ يُكَبِّرُ حَتَّى تَوَارَى
Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui hadis Abul Mugirah, dari Safwan ibnu Umar, dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abu Farwah, bahwa ia datang kepada Rasulullah Saw. dan bertanya, "Bagaimanakah pendapatmu tentang seorang lelaki yang telah mengerjakan semua jenis dosa, dan tiada suatu keinginan serta tiada pula suatu kebutuhan yang ditinggalkannya. Maka adakah jalan baginya untuk bertobat?" Rasulullah Saw. balik bertanya, "Apakah kamu telah masuk Islam?" Ia menjawab, "Ya." Rasulullah Saw. bersabda: Kerjakanlah amal-amal kebaikan dan tinggalkanlah keburukan-keburukan, maka Allah akan menjadikan kebaikan semuanya buatmu. Ia bertanya, "Bagaimanakah dengan perbuatan khianat dan kedurhakaanku?" Rasul Saw. menjawab, "Ya (diganti pula dengan kebaikan)." Maka kedengaran ia terus-menerus bertakbir hingga hilang dari pandangan mata.
Imam Tabrani meriwayatkan hadis ini melalui jalur Abu Farwah Ar-Rahawi, dari Yasin Az-Zayyat, dari Abu Salamah Al-Himsi, dari Yahya ibnu Jabir, dari Salamah ibnu Nufail secara marfu'.
قَالَ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو زُرْعة، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ شُعَيْبِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ فُلَيْح الشَّمَّاسِ، عَنْ عُبَيْدِ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَتْنِي امْرَأَةٌ فَقَالَتْ: هَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ؟ إِنِّي زَنَيْتُ وَوَلَدْتُ وَقَتَلْتُهُ. فَقُلْتُ لَا وَلَا نَعمت الْعَيْنُ وَلَا كَرَامَةَ. فَقَامَتْ وَهِيَ تَدْعُو بِالْحَسْرَةِ. ثُمَّ صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصُّبْحَ، فَقَصَصْتُ عَلَيْهِ مَا قَالَتِ الْمَرْأَةُ وَمَا قَلْتُ لَهَا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " بِئْسَمَا قُلْتَ! أَمَا كُنْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ الْآيَةِ: وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ إِلَى قَوْلِهِ: إِلا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا فَقَرَأْتُهَا عَلَيْهَا. فخرَّت سَاجِدَةً وَقَالَتِ: الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ لِي مَخْرَجًا.
Imam Tabrani telah mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Zur'ah, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib ibnu Sauban, dari Falih ibnu Ubaid ibnu Ubaidusy Syamasy, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa pernah datang kepadanya seorang wanita, lalu bertanya, "Apakah masih ada jalan tobat bagiku, sedangkan aku ini orang yang telah berbuat zina hingga punya anak, lalu saya bunuh anak itu?" Aku (Abu Hurairah) menjawab, "Tidak ada, semoga hatimu tidak tenteram dan tidak ada kemuliaan bagimu." Maka wanita itu pergi seraya menyerukan kalimat kekecewaan. Kemudian aku (Abu Hurairah) salat Subuh bersama Nabi Saw. Seusai salat, kuceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh wanita itu dan jawaban yang kukemukakan kepadanya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: "Alangkah buruknya jawabanmu itu. Tidakkah kamu pernah membaca firman Allah Swt. berikut: 'Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah'. (Al-Furqan: 68) sampai dengan firman-Nya: 'kecuali orang-orang yang bertobat' (Al-Furqan: 7), hingga akhir ayat. Kemudian aku bacakan ayat tersebut kepada si wanita itu. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku."
Hadis ini garib bila ditinjau dari jalurnya, di dalam sanadnya terdapat nama perawi yang tidak dikenal."
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Ibrahim ibnul Munzir Al-Hizami berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Dalam riwayat ini disebutkan bahwa wanita itu menyerukan kalimat kekecewaan seraya berkata, "Aduhai, alangkah kecewanya daku. Apakah kebaikan ini diciptakan untuk neraka?"
Dalam riwayat ini disebutkan bahwa ketika Abu Hurairah pulang dari sisi Rasulullah Saw., ia mencari wanita itu ke seluruh pelosok kota Madinah, tetapi tidak menjumpainya. Kemudian pada malam berikutnya wanita itu datang sendiri kepada Ahu Hurairah, dan Abu Hurairah menceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Maka wanita itu menyungkur bersujud seraya berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan jalan keluar bagiku dan menerima tobat dari apa yang telah kukerjakan." Lalu wanita itu memerdekakan budak perempuan miliknya berikut anak perempuannya, dan ia bertobat kepada Allah Swt.
******
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَإِنَّهُۥ يَتُوبُ إِلَى ٱللَّهِ مَتَابًۭا 71
(71) Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.
(71)
Kemudian Allah Swt. memberitahukan tentang rahmat-Nya yang ditujukan kepada semua hamba-Nya secara umum, bahwa barang siapa di antara mereka yang bertobat kepada-Nya dari dosa apa pun yang telah dilakukannya, baik kecil maupun besar, niscaya Allah akan menerima tobatnya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya. (Al-Furqan: 71)
Yaitu Allah akan menerima tobatnya', seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ
Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya diri. (An-Nisa: 11), hingga akhir ayat.
أَلَمْ يَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ هُوَ يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
Tidakkah mereka mengetahui, bahwa Allah menerima tobat dari hamba-hambanya. (At-Taubah: 14), hingga akhir ayat.
Dan firman Allah Swt.:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
Katakanlah "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (Az-Zumar: 53), hingga akhir ayat.
Yakni bagi orang yang bertobat kepada-Nya.
وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًۭا 72
(72) Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.
(72)
Apa yang telah disebutkan di atas merupakan sebagian dan sifat-sifat hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu bahwa mereka tidak pernah memberikan kesaksian palsu. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud adalah tidak pernah berbuat kemusyrikan dan tidak pernah menyembah berhala. Menurut pendapat yang lainnya lagi ialah tidak pernah berdusta, tidak pernah berbuat fasik, tidak pernah berbuat kekafiran, tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak ada faedahnya, dan tidak pernah berbuat kebatilan. Menurut Muhammad ibnul Hanafiyah, makna yang dimaksud ialah perbuatan yang tidak ada faedahnya dan bernyanyi. Abul 'Aliyah, Tawus, Ibnu Sirin, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah menghadiri hari-hari raya kaum musyrik. Menurut Umar ibnu Qais, maknanya ialah tidak pernah menghadiri majelis yang di dalamnya dilakukan kejahatan dan kefasikan.
Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah minum khamr dan tidak pernah menghadiri tempatnya serta tidak pernah menyukainya, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
"مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يَجْلِسْ عَلَى مَائِدَةٍ يُدَارُ عَلَيْهَا الْخَمْرُ"
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia duduk di suatu hidangan yang digilirkan padanya minuman khamr.
Menurut pendapat yang lain, makna firman Allah Swt.: yang tidak memberikan persaksian palsu. (Al-Furqan: 72) Yakni kesaksian palsu alias sengaja berdusta untuk mencelakakan orang lain, seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بأكْبر الْكَبَائِرِ" ثَلَاثًا، قُلْنَا: بَلَى، يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَالَ: "الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ". وَكَانَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ، فَقَالَ: "أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ، أَلَا وَشَهَادَةُ الزُّورِ [أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ] . فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا، حَتَّى قُلْنَا: لَيْتَهُ سَكَتَ
"Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang dosa yang paling besar?”, sebanyak tiga kali. Maka kami menjawab, "Wahai Rasulullah, kami mau.” Rasulullah Saw. bersabda, "Mempersekutukan Allah dan menyakiti kedua orang tua.” Pada mulanya beliau bersandar, lalu duduk tegak dan bersabda, "Ingatlah, ucapan dusta, ingatlah kesaksian palsu!" Rasulullah Saw. mengulang-ulang sabda terakhirnya ini, sehingga kami berkata (dalam hati) bahwa seandainya beliau diam.
Akan tetapi, menurut makna lahiriah nas ayat ini menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak menghadiri hal-hal yang berdosa. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
Yakni mereka tidak mau menghadiri perbuatan yang tidak berfaedah itu, dan apabila secara kebetulan mereka bersua dengan orang-orang yang sedang melakukannya, maka mereka lewati saja dan tidak mau mengotori dirinya dengan sesuatu pun dari perbuatan yang berdosa itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
مَرُّوا كِرَامًا
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الأشَجّ، حَدَّثَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ الْعِجْلِيُّ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ مُسْلِمٍ، أَخْبَرَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرة، أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ بِلَهْوٍ مُعْرِضًا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَقَدْ أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ، وَأَمْسَى كَرِيمًا"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Ajali, dari Muhammad ibnu Muslim, bahwa Ibrahim ibnu Maisarah telah menceritakan kepadaku bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua dengan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, maka dia tidak berhenti. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya.
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ سَلَمَةَ النَّحْوِيُّ، حَدَّثَنَا حِبَّانُ، أنا عَبْدُ اللَّهِ، أنا مُحَمَّدُ بْنُ مُسْلِمٍ، أَخْبَرَنِي ابْنُ مَيْسَرَةَ قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّ ابْنَ مَسْعُودٍ مَرَّ بِلَهْوٍ مُعْرِضًا فَلَمْ يَقِفْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَقَدْ أَصْبَحَ ابْنُ مَسْعُودٍ وَأَمْسَى كَرِيمًا". ثُمَّ تَلَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مَيْسَرَةَ: وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
Telah menceritakan pula kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Salamah An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Hibban, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepadaku Maisarah; telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Ibnu Mas'ud pernah bersua derigan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, tetapi dia tidak berhenti. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya. Kemudian Ibrahim ibnu Maisarah membaca firman-Nya: dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al-Furqan: 72)
******
Adapun firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Hal ini pun merupakan salah satu dari sifat dan ciri khas orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Al-Anfal: 2)
Berbeda dengan orang kafir; karena sesungguhnya apabila dia mendengar kalamullah, tiada pengaruh dalam dirinya dan tiada perubahan dari apa yang sebelumnya dia lakukan, bahkan dia tetap pada kekafiran, kesesatan, kejahilan, dan kelewat batasnya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada). (At-Taubah:124-125)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Yaitu berbeda dengan orang kafir yang apabila mendengar ayat-ayat Allah, maka dirinya tidak terpengaruh, bahkan tetap dalam keadaannya yang kafir, seakan-akan tidak mendengarnya bagaikan orang yang tuli dan buta.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Maksudnya, mereka tidak mendengarkannya, tidak mau melihatnya, dan tidak mau mengerti akan sesuatu pun darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa betapa banyaknya lelaki yang membaca ayat-ayat Allah, sedangkan mereka menghadapinya seperti orang-orang yang tuli dan bisu.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni mereka tidak tuli terhadap perkara yang hak dan tidak buta terhadapnya; mereka—demi Allah— adalah kaum yang memikirkan perkara hak dan beroleh manfaat dari apa yang mereka dengar dari Kitab-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Asy-Sya'bi tentang seorang lelaki yang melihat suatu kaum sedang melakukan sujud, tetapi dia tidak mendengar ayat yang menyebabkan mereka melakukan sujud. Bolehkah ia ikut sujud bersama mereka? Asy-Sya'bi membacakan ayat ini kepadanya. Dengan kata lain, yang dimaksudkan oleh Asy-Sya'bi ialah lelaki itu tidak boleh ikut sujud bersama mereka karena dia tidak mendengar apa yang menyebabkan mereka sujud. Tidaklah layak bagi seorang mukmin menjadi seorang yang membebek, bahkan dia harus mengetahui apa yang dilakukannya dan melakukan perbuatannya dengan penuh keyakinan dan keterangan (alasan) yang jelas.
****
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada Allah dan menyembahNya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat.
Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik, tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat.
Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna ayat ini. Ia menjawab, "Makna yang dimaksud ialah bila Allah memperlihatkan kepada seorang hamba yang muslim istri, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah Swt."
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk kepada istri-istri mereka dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan, "Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, 'Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat Rasulullah Saw. Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.' Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik. Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata, 'Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang digaibkan oleh Allah darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu (masa Nabi Saw.), apa yang bakal dilakukannya. Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah Saw., tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya. Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian; sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian. Allah mengutusNabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan menyembah berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam neraka." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya.
*****
Firman Allah Swt.:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah para pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.
Selain mereka mengatakan, yang dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk dan para penyeru kebaikan; mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah generasi penerus mereka, yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya. Karena itulah disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ"
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.
وَٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا۟ بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا۟ عَلَيْهَا صُمًّۭا وَعُمْيَانًۭا 73
(73) Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta.
(73)
Adapun firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Hal ini pun merupakan salah satu dari sifat dan ciri khas orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Al-Anfal: 2)
Berbeda dengan orang kafir; karena sesungguhnya apabila dia mendengar kalamullah, tiada pengaruh dalam dirinya dan tiada perubahan dari apa yang sebelumnya dia lakukan, bahkan dia tetap pada kekafiran, kesesatan, kejahilan, dan kelewat batasnya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَإِذَا مَا أُنزلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَذِهِ إِيمَانًا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ. وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَى رِجْسِهِمْ
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, "Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada). (At-Taubah:124-125)
*****
Adapun firman Allah Swt.:
لَمْ يَخِرُّوا عَلَيْهَا صُمًّا وَعُمْيَانًا
mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Yaitu berbeda dengan orang kafir yang apabila mendengar ayat-ayat Allah, maka dirinya tidak terpengaruh, bahkan tetap dalam keadaannya yang kafir, seakan-akan tidak mendengarnya bagaikan orang yang tuli dan buta.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka tidak menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Maksudnya, mereka tidak mendengarkannya, tidak mau melihatnya, dan tidak mau mengerti akan sesuatu pun darinya. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa betapa banyaknya lelaki yang membaca ayat-ayat Allah, sedangkan mereka menghadapinya seperti orang-orang yang tuli dan bisu.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73) Yakni mereka tidak tuli terhadap perkara yang hak dan tidak buta terhadapnya; mereka—demi Allah— adalah kaum yang memikirkan perkara hak dan beroleh manfaat dari apa yang mereka dengar dari Kitab-Nya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Hamran, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Asy-Sya'bi tentang seorang lelaki yang melihat suatu kaum sedang melakukan sujud, tetapi dia tidak mendengar ayat yang menyebabkan mereka melakukan sujud. Bolehkah ia ikut sujud bersama mereka? Asy-Sya'bi membacakan ayat ini kepadanya. Dengan kata lain, yang dimaksudkan oleh Asy-Sya'bi ialah lelaki itu tidak boleh ikut sujud bersama mereka karena dia tidak mendengar apa yang menyebabkan mereka sujud. Tidaklah layak bagi seorang mukmin menjadi seorang yang membebek, bahkan dia harus mengetahui apa yang dilakukannya dan melakukan perbuatannya dengan penuh keyakinan dan keterangan (alasan) yang jelas.
****
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا 74
(74) Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
(74)
Firman Allah Swt.:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada Allah dan menyembahNya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat.
Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik, tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat.
Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna ayat ini. Ia menjawab, "Makna yang dimaksud ialah bila Allah memperlihatkan kepada seorang hamba yang muslim istri, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah Swt."
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74) Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk kepada istri-istri mereka dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan, "Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, 'Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat Rasulullah Saw. Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.' Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik. Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata, 'Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang digaibkan oleh Allah darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu (masa Nabi Saw.), apa yang bakal dilakukannya. Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah Saw., tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya. Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian; sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian. Allah mengutusNabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan menyembah berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur'an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam neraka." Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al-Furqan: 74)
Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya.
*****
Firman Allah Swt.:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah para pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.
Selain mereka mengatakan, yang dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk dan para penyeru kebaikan; mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah generasi penerus mereka, yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya. Karena itulah disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عَلَمٍ يَنْتَفِعُ بِهِ مَنْ بَعْدَهُ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ"
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.
أُو۟لَٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةًۭ وَسَلَٰمًا 75
(75) Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,
(75)
Setelah menyebutkan sifat-sifat hamba-hamba-Nya yang beriman dengan sifat-sifat yang indah dan ucapan serta perbuatannya yang agung, lalu dalam ayat berikutnya disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
أُوْلَئِك
Mereka itulah. (Al-Furqan: 75)
Yakni orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut
يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ
orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi. (Al-Furqan: 75)
Artinya, kelak di hari kiamat mereka akan dibalasi dengan mendapat surga.
Abu Ja'far Al-Baqir, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan As-Saddi mengatakan bahwa surga dinamakan gurfah karena letaknya yang tinggi.
بِمَا صَبَرُوا
karena kesabaran mereka. (Al-Furqan: 75)
Yaitu berkat kesabaran mereka dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang telah disebutkan di atas.
وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلامًا
dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya. (Al-Furqan; 75)
Maksudnya, di dalam surga mereka disambut oleh para malaikat yang berebutan menyambut kedatangan mereka dengan mengucapkan penghormatan dan selamat. Mereka memperoleh penghormatan serta pengagungan, dan keselamatan terlimpahkan kepada mereka semua dan kepada para malaikat yang menyambut mereka. Sesungguhnya para malaikat masuk menemui mereka dari setiap pintu surga seraya mengucapkan, "Keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian. Maka surga adalah sebaik-baik tempat tinggal di akhirat."
****
Firman Allah Swt.:
خَالِدِينَ فِيهَا
mereka kekal di dalamnya. (Al-Furqan: 76)
Mereka tinggal di dalam surga sebagai tempat menetap mereka, mereka tidak akan pergi dan tidak akan pindah darinya; tidak akan mati dan tidak akan beranjak darinya, serta tidak ingin pindah darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi. (Hud: 18), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76)
Yakni sebaik-baik pemandangan, sebaik-baik tempat istirahat, dan sebaik-baik tempat tinggal.
*****
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي
Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77)
Allah tidak mengindahkan kalian bila kalian tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menciptakan makhluk, melainkan agar mereka menyembah-Nya, mengesakan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di setiap pagi dan petang (untuk kemaslahatan mereka sendiri).
Mujahid dan Amr ibnu Syu'aib telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tuhanku tidak mengindahkan kalian. (Al-Furqan: 77) Yakni Tuhanku tidak mengazab kalian.
Ali ibnu Abu falhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77) Artinya, seandainya tidak ada iman kalian, tentu Tuhanku tidak mengindahkan kalian. Allah Swt. memberitahukan kepada orang-orang kafir bahwa Dia tidak memerlukan mereka, karenanya Dia tidak menciptakan mereka sebagai orang-orang mukmin. Seandainya Allah mempunyai keperluan, tentulah Dia menjadikan mereka suka kepada iman, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin beriman.
*****
Firman Allah Swt.:
فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya (hai orang-orang kafir). Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77)
Kedustaan kalian kepada Allah akan memastikan diri kalian tertimpa azab, binasa, dan kehancuran di dunia dan akhirat; yang hal ini termasuk pula kejadian dalam Perang Badar. Seperti apa yang telah ditafsirkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud, Ubay ibnu Ka'b, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi, serta lain-lainnya.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77) Yakni kelak di hari kiamat. Di antara kedua penafsiran pada hakikatnya tidak ada pertentangan
خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّۭا وَمُقَامًۭا 76
(76) mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman.
(76)
Firman Allah Swt.:
خَالِدِينَ فِيهَا
mereka kekal di dalamnya. (Al-Furqan: 76)
Mereka tinggal di dalam surga sebagai tempat menetap mereka, mereka tidak akan pergi dan tidak akan pindah darinya; tidak akan mati dan tidak akan beranjak darinya, serta tidak ingin pindah darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
وَأَمَّا الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأرْضُ
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi. (Hud: 18), hingga akhir ayat.
Adapun firman Allah Swt.:
حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا
Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Al-Furqan: 76)
Yakni sebaik-baik pemandangan, sebaik-baik tempat istirahat, dan sebaik-baik tempat tinggal.
*****
قُلْ مَا يَعْبَؤُا۟ بِكُمْ رَبِّى لَوْلَا دُعَآؤُكُمْ ۖ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًۢا 77
(77) Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)".
(77)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي
Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77)
Allah tidak mengindahkan kalian bila kalian tidak menyembah-Nya. Karena sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menciptakan makhluk, melainkan agar mereka menyembah-Nya, mengesakan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya di setiap pagi dan petang (untuk kemaslahatan mereka sendiri).
Mujahid dan Amr ibnu Syu'aib telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Tuhanku tidak mengindahkan kalian. (Al-Furqan: 77) Yakni Tuhanku tidak mengazab kalian.
Ali ibnu Abu falhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, "Tuhanku tidak mengindahkan kalian.” (Al-Furqan: 77) Artinya, seandainya tidak ada iman kalian, tentu Tuhanku tidak mengindahkan kalian. Allah Swt. memberitahukan kepada orang-orang kafir bahwa Dia tidak memerlukan mereka, karenanya Dia tidak menciptakan mereka sebagai orang-orang mukmin. Seandainya Allah mempunyai keperluan, tentulah Dia menjadikan mereka suka kepada iman, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang mukmin beriman.
*****
Firman Allah Swt.:
فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا
Padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya (hai orang-orang kafir). Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77)
Kedustaan kalian kepada Allah akan memastikan diri kalian tertimpa azab, binasa, dan kehancuran di dunia dan akhirat; yang hal ini termasuk pula kejadian dalam Perang Badar. Seperti apa yang telah ditafsirkan oleh Abdullah ibnu Mas'ud, Ubay ibnu Ka'b, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Mujahid, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi, serta lain-lainnya.
Al-Hasan Al-Basri telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian). (Al-Furqan: 77) Yakni kelak di hari kiamat. Di antara kedua penafsiran pada hakikatnya tidak ada pertentangan