26 - الشعراء - Ash-Shu'araa

Juz : 19

The Poets
Meccan

فَلَمَّا تَرَٰٓءَا ٱلْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَٰبُ مُوسَىٰٓ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ 61

(61) Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul".

(61) 

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat. (Asy-Syu'ara': 61)

Maksudnya, masing-masing dari kedua golongan itu dapat melihat yang lainnya.

قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ

berkatalah pengikut-pengikut Musa, "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” (Asy-Syu'ara': 61)

Demikian itu karena perjalanan mereka sampai di tepi pantai laut, yaitu Laut Merah. Di hadapan mereka terbentang laut yang luas, sedangkan di belakang mereka kelihatan Fir'aun dan bala tentaranya mengejar mereka. Karena itulah mereka mengatakan:



قَالَ كَلَّآ ۖ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ 62

(62) Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku".

(62) 

 قَالَ كَلا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ

Musa menjawab, "Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asy-Syu'ara': 62)

Yakni tiada sesuatu pun dari hal yang kalian khawatirkan akan menimpa kalian, karena sesungguhnya Allah Swt. Dialah yang telah memerintah­kanku untuk berjalan ke arah ini bersama kalian, sedangkan Dia tidak akan mengingkari janji-(Nya).

Saat itu Harun a.s. berada di barisan paling depan bersama Yusya' ibnu Nun, dan orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun serta Musa berada di barisan tengah. Sebagian kalangan ulama tafsir yang bukan hanya seorang menyebutkan bahwa saat itu kaum Bani Israil berhenti, mereka tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Lalu Yusya' ibnu Nun atau orang-orang yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun berkata kepada Musa a.s., "Hai Nabi Allah, apakah Tuhanmu memerintahkanmu berjalan ke tempat ini?" Musa menjawab, "Ya." Maka Fir'aun dan pasukannya bertambah dekat, dan jaraknya hanya tinggal sedikit sampai kepada mereka. Pada saat itulah Allah memerintahkan kepada nabi-Nya (yaitu Musa a.s.) agar memukul laut dengan tongkatnya. Maka Musa memukul laut itu dengan tongkatnya seraya berkata, "Terbelahlah kamu dengan seizin Allah!"

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kamLAl-Walid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah ibnu Yusuf, dari Abdullah ibnu Salam, bahwa setelah Musa sampai di tepi laut, berkatalah ia, "Wahai Tuhan yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, wahai Tuhan Yang menciptakan segala sesuatu, wahai Tuhan Yang Kekal sesudah segala sesuatu (tiada), jadikanlah jalan keluar bagi kami." Maka Allah memerintahkan kepadanya melalui firman-Nya: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu! (Asy-Syu'ara': 63)

Qatadah mengatakan bahwa pada malam itu Allah memerintahkan kepada laut tersebut (seraya berfirman), "Apabila Musa memukulmu dengan tongkatnya, maka dengarkanlah ucapannya dan taatilah perintahnya." Maka pada malam itu laut tersebut bergetar semalaman, tanpa mengetahui dari sisi mana Musa akan memukulnya.

Setelah Musa sampai ke tepi pantai, berkatalah kepadanya pelayannya (yaitu Yusya' ibnu Nun), "Wahai Nabi Allah, apakah yang telah diperintahkan oleh Tuhanmu?" Musa menjawab, "Tuhan telah memerintahkan kepadaku agar memukul laut dengan tongkatku ini." Yusya' ibnu Nun berkata, "Kalau begitu, cepat pukullah."

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Allah memerintahkan kepada laut —menurut riwayat yang sampai kepadaku— bahwasanya apabila Musa memukulmu dengan tongkatnya, maka terbelahlah kamu untuknya. Maka semalaman laut itu bergetar, dan sebagian darinya memukul sebagian yang lain karena takut kepada Allah Swt. serta menunggu apa yang diperintahkan oleh Allah Swt. Allah mewahyukan kepada Musa melalui firman-Nya: Pukullah lautan itu dengan tongkatmu! (Asy-Syu'ara': 63) Maka Musa memukulnya dengan tongkatnya yang berisikan kekuasaan dari Allah'yang telah diberikan kepadanya, dan laut itu terbelah. Menurut kisah yang diceritakan oleh bukan hanya seorang, Musa datang ke laut dan memanggilnya dengan nama kunyah, seraya berkata, "Terbelahlah kamu, hai Abu Khalid, dengan seizin Allah!"



فَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضْرِب بِّعَصَاكَ ٱلْبَحْرَ ۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍۢ كَٱلطَّوْدِ ٱلْعَظِيمِ 63

(63) Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

(63) 

:Firman Allah Swt

فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.. (Asy-Syu'ara': 63)

Yakni seperti bukit yang besar-besar. Demikianlah menurut Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b, Ad-Dahhak, Qatadah, dan lain-lainnya.

Menurut Ata Al-Khurrasani, yang dimaksud dengan At-Taud ialah celah yang ada di antara dua bukit.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa laut itu membentuk dua belas jalan, masing-masing jalan untuk tiap kabilah.

As-Saddi menambahkan bahwa pada tiap jalan terdapat lubang-lubang sehingga sebagian dari mereka dapat melihat sebagian yang lainnya, sedangkan air laut berdiri tegak seperti halnya tembok. Allah juga mengirimkan angin ke dasar laut, lalu meniupnya sehingga dasar laut kering seperti permukaan bumi.

Allah Swt. berfirman:

فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلا تَخْشَى

maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam). (Taha:77)

Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:



وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ ٱلْءَاخَرِينَ 64

(64) Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain.

(64) 

وَأَزْلَفْنَا ثَمَّ الْآخَرِين

Dan di sanalah Kami dekatkan golongan yang lain. (Asy-Syu 'ar3': 64)

وَأَزْلَفْنَا

artinya 'di sanalah'.

Ibnu Abbas, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Azlafna, yakni Kami dekatkan Fir'aun dan bala tentaranya ke laut.



وَأَنجَيْنَا مُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ أَجْمَعِينَ 65

(65) Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya.

(65) 

وَأَنْجَيْنَا مُوسَى وَمَنْ مَعَهُ أَجْمَعِينَ 

Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. (Asy-Syu'ara': 65)

Yaitu Kami selamatkan Musa dan Bani Israil serta orang-orang yang mengikuti mereka, seagama dengan mereka; tiada seorang pun dari mereka yang binasa. Fir'aun berikut bala tentaranya ditenggelamkan sehingga tidak ada seorang pun dari mereka melainkan binasa (mati tenggelam).

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ketika Musa membawa serta Bani Israil pergi di malam hari, beritanya sampai kepada Fir'aun, lalu Fir'aun memerintahkan agar disembelihkan seekor kambing. Kambing itu disembelih, dan Fir'aun berkata, Tidak, demi Tuhan, sebelum kambing ini selesai dikuliti harus dikumpulkan kepadaku enam ratus ribu orang Qibti." Musa berangkat hingga sampailah di tepi laut, lalu Musa berkata kepada laut, "Terbelahlah kamu.!" Maka laut berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau, hai Musa, terlalu berlebihan. Apakah aku pernah terbelah untuk seseorang dari anak Adam, lalu aku membelah diriku untukmu?" Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa saat itu Musa ditemani oleh seorang lelaki yang mengendarai kuda, lalu lelaki itu berkata kepada Musa, "Ke manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah ini (laut)." Maka ia memacu kudanya ke laut, lalu kudanya itu berenang dan menepi. Lalu lelaki itu berkata, "Kemanakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, engkau tidak berdusta dan laut pun tidak berdusta." Kemudian lelaki itu memasukkan kudanya ke laut. Kudanya itu berenang, lalu menepi lagi. Lelaki itu kembali bertanya, "Ke arah manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Aku hanya diperintah­kan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta." Lalu ia memasukkan keduanya ke laut untuk kedua kalinya. Kudanya itu berenang dan menepi lagi. Lelaki itu bertanya lagi, "Ke arah manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Aku hanya diperintahkan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta." Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa saat itu Allah memerintah­kan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, lalu Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Maka terbelahlah laut tersebut membentuk dua belas jalan, masing-masing jalan buat tiap kabilah Bani Israil; mereka dapat saling berpandangan di antara sesamanya. Setelah semua pengikut Musa keluar dari laut itu dan Fir'aun beserta bala tentaranya masuk semuanya ke dalam laut itu, maka laut tersebut menutup kembali dan menenggelamkan mereka.

Di dalam riwayat Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah disebutkan bahwa ketika orang yang terakhir dari pengikut Musa keluar dari laut itu, dan Fir'aun beserta semua pengikutnya masuk ke laut, maka laut tersebut mengatup kembali menenggelamkan mereka. Belum ada suatu pemandangan orang tenggelam sebanyak itu selain hari itu, Fir'aun la'natullah pun ikut tenggelam. (Asy-Syu'ara': 65-66)


ثُمَّ أَغْرَقْنَا ٱلْءَاخَرِينَ 66

(66) Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.

(66) 

 ثُمَّ أَغْرَقْنَا الآخَرِينَ

Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu. (Asy-Syu'ara': 66)

Yaitu Kami selamatkan Musa dan Bani Israil serta orang-orang yang mengikuti mereka, seagama dengan mereka; tiada seorang pun dari mereka yang binasa. Fir'aun berikut bala tentaranya ditenggelamkan sehingga tidak ada seorang pun dari mereka melainkan binasa (mati tenggelam).

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Syababah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abu Ishaq, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ketika Musa membawa serta Bani Israil pergi di malam hari, beritanya sampai kepada Fir'aun, lalu Fir'aun memerintahkan agar disembelihkan seekor kambing. Kambing itu disembelih, dan Fir'aun berkata, Tidak, demi Tuhan, sebelum kambing ini selesai dikuliti harus dikumpulkan kepadaku enam ratus ribu orang Qibti." Musa berangkat hingga sampailah di tepi laut, lalu Musa berkata kepada laut, "Terbelahlah kamu.!" Maka laut berkata kepadanya, "Sesungguhnya engkau, hai Musa, terlalu berlebihan. Apakah aku pernah terbelah untuk seseorang dari anak Adam, lalu aku membelah diriku untukmu?" Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa saat itu Musa ditemani oleh seorang lelaki yang mengendarai kuda, lalu lelaki itu berkata kepada Musa, "Ke manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah ini (laut)." Maka ia memacu kudanya ke laut, lalu kudanya itu berenang dan menepi. Lalu lelaki itu berkata, "Kemanakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Tiada lain aku diperintahkan ke arah ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, engkau tidak berdusta dan laut pun tidak berdusta." Kemudian lelaki itu memasukkan kudanya ke laut. Kudanya itu berenang, lalu menepi lagi. Lelaki itu kembali bertanya, "Ke arah manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Aku hanya diperintah­kan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta." Lalu ia memasukkan keduanya ke laut untuk kedua kalinya. Kudanya itu berenang dan menepi lagi. Lelaki itu bertanya lagi, "Ke arah manakah engkau diperintahkan, hai Nabi Allah?" Musa menjawab, "Aku hanya diperintahkan menuju ke arah (laut) ini." Lelaki itu berkata, "Demi Allah, Musa tidak dusta dan laut pun tidak dusta." Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa saat itu Allah memerintah­kan kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut, lalu Musa memukul laut itu dengan tongkatnya. Maka terbelahlah laut tersebut membentuk dua belas jalan, masing-masing jalan buat tiap kabilah Bani Israil; mereka dapat saling berpandangan di antara sesamanya. Setelah semua pengikut Musa keluar dari laut itu dan Fir'aun beserta bala tentaranya masuk semuanya ke dalam laut itu, maka laut tersebut menutup kembali dan menenggelamkan mereka.

Di dalam riwayat Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah disebutkan bahwa ketika orang yang terakhir dari pengikut Musa keluar dari laut itu, dan Fir'aun beserta semua pengikutnya masuk ke laut, maka laut tersebut mengatup kembali menenggelamkan mereka. Belum ada suatu pemandangan orang tenggelam sebanyak itu selain hari itu, Fir'aun la'natullah pun ikut tenggelam. (Asy-Syu'ara': 65-66)


إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَةًۭ ۖ وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ 67

(67) Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka tidak beriman.

(67) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar (mukjizat). (Asy-Syu'ara': 67)

Yakni di dalam kisah ini dan keajaiban yang terkandung di dalamnya, serta pertolongan dan kemenangan bagi hamba-hamba Allah yang mukmin, benar-benar terkandung dalil dan hujah yang pasti serta hikmah yang agung.

وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُؤْمِنِينَ

Tetapi kebanyakan mereka tidak beriman. (Asy-Syu'ara': 67)


وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلرَّحِيمُ 68

(68) Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

(68) 

 وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ

Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 68)


وَٱتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَٰهِيمَ 69

(69) Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.

(69) 

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ إِبْرَاهِيمَ

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim. (Asy-Syu'ara': 69)

Allah Swt. menceritakan perihal hamba, rasul, dan kekasih-Nya (yaitu Ibrahim a.s., pemimpin orang-orang hanif). Allah memerintahkan kepada Rasul-Nya (yakni Nabi Muhammad Saw.) untuk membacakan kepada umatnya kisah ini agar mereka mengikuti jejaknya dalam hal keikhlasan, tawakal, dan menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya; serta ber­lepas diri dari kemusyrikan dan para pengikutnya. Karena sesungguhnya Allah Swt. telah memberikan petunjuk-Nya kepada Ibrahim sejak dia masih kecil, lalu berlanjut sampai usia tuanya. Sesungguhnya Ibrahim sejak tumbuh dewasa mengingkari perbuatan kaumnya yang menyembah berhala di samping Allah Swt. Maka ia berkata kepada ayahnya dan kaumnya:


إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِۦ مَا تَعْبُدُونَ 70

(70) Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Apakah yang kamu sembah?"

(70) 

لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا تَعْبُدُونَ

Apakah yang kalian sembah? (Asy-Syu'ara': 70)

Artinya, apakah berhala-berhala yang kalian sembah ini?


قَالُوا۟ نَعْبُدُ أَصْنَامًۭا فَنَظَلُّ لَهَا عَٰكِفِينَ 71

(71) Mereka menjawab: "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya".

(71) 

قَالُوا نَعْبُدُ أَصْنَامًا فَنَظَلُّ لَهَا عَاكِفِينَ

Mereka menjawab, "Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”(Asy-Syu'ara': 71)

Yakni kami tekun menyembahnya dan menyerunya.


قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ 72

(72) Berkata Ibrahim: "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya)?,

(72) 

قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ تَدْعُونَ

Berkata Ibrahim, "Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa) kalian sewaktu kalian berdoa (kepadanya)?.”(Asy-Syu'ara': 72)

Yaitu mereka mengakui bahwa berhala-berhala mereka tidak dapat melakukan sesuatu pun dari hal tersebut. Sesungguhnya mereka hanya melihat nenek moyang mereka berbuat demikian, lalu mereka bersegera mengikuti jejaknya. (Asy-Syu'ara': 72-74)


أَوْ يَنفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ 73

(73) atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?"

(73) 

 أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ 

Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepada kalian atau memberi mudarat?” (Asy-Syu'ara': 73)

Yaitu mereka mengakui bahwa berhala-berhala mereka tidak dapat melakukan sesuatu pun dari hal tersebut. Sesungguhnya mereka hanya melihat nenek moyang mereka berbuat demikian, lalu mereka bersegera mengikuti jejaknya. (Asy-Syu'ara': 72-74)


قَالُوا۟ بَلْ وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا كَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ 74

(74) Mereka menjawab: "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian".

(74) 

 قَالُوا بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ

Mereka menjawab, "(Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.”(Asy-Syu'ara': 74)

Yaitu mereka mengakui bahwa berhala-berhala mereka tidak dapat melakukan sesuatu pun dari hal tersebut. Sesungguhnya mereka hanya melihat nenek moyang mereka berbuat demikian, lalu mereka bersegera mengikuti jejaknya. (Asy-Syu'ara': 72-74)


قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ 75

(75) Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah,

(75) 

قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ

Ibrahim berkata: "Maka apakah kalian telah memperhatikan apa yang selalu kalian sembah.  (Asy-Syu'ara': 75)

Maksudnya, jika berhala-berhala ini dapat melakukan sesuatu dan mempunyai pengaruh, silahkan mereka melakukan perbuatan jahat terhadap diriku; karena sesungguhnya aku adalah musuh mereka, aku tidak mempedulikan mereka dan sama sekali tidak memikirkannya. (Asy-Syu'ara': 75-77)

Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang perkataan Nuh yang disitir oleh firman-Nya:

فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ

karena itu bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71), hingga akhir ayat.

Hud berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ. إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim a.s. saat berlepas diri dari berhala-berhala sembahan kaumnya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ

Bagaimana aku takut kepada sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 81), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim (Al-Mumtahanah: 4)

sampai dengan firman-Nya:

حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Se­sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)

Demikian pula dalam firman Allah Swt.:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf: 26-28)

Yakni kalimat 'Tidak ada Tuhan selain Allah.'  (Asy-Syu'ara': 75-77)


أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ ٱلْأَقْدَمُونَ 76

(76) kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?,

(76) 

أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ

Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?. (Asy-Syu'ara': 76)

Maksudnya, jika berhala-berhala ini dapat melakukan sesuatu dan mempunyai pengaruh, silahkan mereka melakukan perbuatan jahat terhadap diriku; karena sesungguhnya aku adalah musuh mereka, aku tidak mempedulikan mereka dan sama sekali tidak memikirkannya. (Asy-Syu'ara': 75-77)

Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang perkataan Nuh yang disitir oleh firman-Nya:

فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ

karena itu bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71), hingga akhir ayat.

Hud berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ. إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim a.s. saat berlepas diri dari berhala-berhala sembahan kaumnya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ

Bagaimana aku takut kepada sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 81), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim (Al-Mumtahanah: 4)

sampai dengan firman-Nya:

حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Se­sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)

Demikian pula dalam firman Allah Swt.:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf: 26-28)

Yakni kalimat 'Tidak ada Tuhan selain Allah.'  (Asy-Syu'ara': 75-77)



فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّۭ لِّىٓ إِلَّا رَبَّ ٱلْعَٰلَمِينَ 77

(77) karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam,

(77) 

 فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلا رَبَّ الْعَالَمِينَ

Karena sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Asy-Syu'ara': 77)

Maksudnya, jika berhala-berhala ini dapat melakukan sesuatu dan mempunyai pengaruh, silakan mereka melakukan perbuatan jahat terhadap diriku; karena sesungguhnya aku adalah musuh mereka, aku tidak mempedulikan mereka dan sama sekali tidak memikirkannya. (Asy-Syu'ara': 75-77)

Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. tentang perkataan Nuh yang disitir oleh firman-Nya:

فَأَجْمِعُوا أَمْرَكُمْ وَشُرَكَاءَكُمْ

karena itu bulatkanlah keputusan kalian dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutu kalian (untuk membinasakanku). (Yunus: 71), hingga akhir ayat.

Hud berkata, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ مِنْ دُونِهِ فَكِيدُونِي جَمِيعًا ثُمَّ لَا تُنْظِرُونِ. إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku, dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 54-56)

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim a.s. saat berlepas diri dari berhala-berhala sembahan kaumnya, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَكَيْفَ أَخَافُ مَا أَشْرَكْتُمْ وَلا تَخَافُونَ أَنَّكُمْ أَشْرَكْتُمْ بِاللَّهِ

Bagaimana aku takut kepada sembahan yang kalian persekutukan (dengan Allah), padahal kalian tidak takut mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 81), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim (Al-Mumtahanah: 4)

sampai dengan firman-Nya:

حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Se­sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Al-Mumtahanah: 4)

Demikian pula dalam firman Allah Swt.:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ إِلا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya, "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kalian sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat tauhid itu. (Az-Zukhruf: 26-28)

Yakni kalimat 'Tidak ada Tuhan selain Allah.'  (Asy-Syu'ara': 75-77)


ٱلَّذِى خَلَقَنِى فَهُوَ يَهْدِينِ 78

(78) (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku,

(78) 

Artinya, aku tidak menyembah kecuali Tuhan yang menjadikan segala sesuatu.

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ

(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. (Asy-Syu'ara': 78)

Yaitu Dialah Yang Menciptakan, Yang telah menentukan ukuran dan memberi petunjuk semua makhluk kepada-Nya. Maka tiap-tiap makhluk diciptakan berjalan menurut apa yang telah ditakdirkan baginya; Dialah Yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya, dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.


وَٱلَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ 79

(79) dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,

(79) 

وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ

dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. (Asy-Syu'ara': 79)

Yakni Dialah Yang menciptakan aku dan memberiku rezeki dengan apa yang telah ditundukkan dan dimudahkan oleh-Nya dari sarana yang ada di langit dan di bumi. Dia menggiring awan dan menurunkan hujan, lalu menghidupkan bumi dan mengeluarkan darinya semua jenis buah-buahan sebagai rezeki buat hamba-hamba-Nya. Dia juga menurunkan air tawar yang mudah diminum untuk minum semua makhluk-Nya, yaitu berbagai macam hewan ternak dan manusia yang jumlahnya banyak sekali.


وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ 80

(80) dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,

(80) 

Firman Allah Swt.:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80)

Sakit dinisbatkan (disandarkan) kepada diri Ibrahim, sekalipun pada kenyataannya berasal dari takdir Allah dan ketetapan-Nya, juga sebagai ciptaan-Nya, tetapi sengaja disandarkan kepada diri Ibrahim sebagai etika sopan santun terhadap Allah Swt. Seperti pengertian yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang memerintahkan kepada orang salat agar mengucapkan:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Al-Fatihah: 6), hingga akhir surat.

Pemberian nikmat dan hidayah disandarkan kepada Allah, sedangkan murka dibuang fa'il-nya karena etika sopan santun, dan kesesatan disandarkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti apa yang dikatakan oleh jin yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا

Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan ini) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 1)

Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim, sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Asy-Syu'ara': 80)

Bila aku sakit, sesungguhnya tiada seorang pun selain-Nya yang dapat menyembuhkanku dengan berbagai macam sarana pengobatan apa pun yang menjadi penyebab kesembuhan.



وَٱلَّذِى يُمِيتُنِى ثُمَّ يُحْيِينِ 81

(81) dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali),

(81) 

وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ

dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali). (Asy-Syu'ara': 81)

Artinya, Dialah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan; tiada seorang pun yang mampu melakukan hal tersebut, karena sesungguhnya Dialah Yang memulai penciptaan dan Yang mengulanginya.


وَٱلَّذِىٓ أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِى خَطِيٓـَٔتِى يَوْمَ ٱلدِّينِ 82

(82) dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".

(82) 

وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ

dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. (Asy-Syu'ara': 82)

Yakni tiada seorang pun yang mampu mengampuni dosa-dosa di dunia dan di akhirat kecuali hanya Dia. Dan tiada seorang pun yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali hanya Allah, Dia Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya.


رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًۭا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ 83

(83) (Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,

(83) 

Ini mengisahkan tentang permohonan Ibrahim a.s. agar diberi hikmah oleh Tuhannya. Menurut Ibnu Abbas, yang dimaksud dengan hikmah ialah ilmu. Menurut Ikrimah adalah akal. Menurut Mujahid yaitu Al-Qur'an, dan menurut As-Saddi kenabian.

Firman Allah Swt. yang menyitir doa Ibrahim a.s.:

وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ

dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh. (Asy-Syu'ara': 83)

Maksudnya, jadikanlah aku ke dalam golongan orang-orang saleh di dunia dan akhirat, seperti yang dikatakan oleh Nabi Saw. ketika menjelang kewafatannya:

اللَّهُمَّ الرَّفِيقَ الْأَعْلَى" قَالَهَا ثَلَاثًا

Ya Allah, (masukkanlah aku) ke dalam Rafiqul A'la (golongan orang-orang yang saleh yang menempati surga yang tertinggi). sebanyak tiga kali.

Di dalam sebuah hadis mengenai doa disebutkan:

اللَّهُمَّ أَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَمِتْنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحَقْنَا بِالصَّالِحِينَ، غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مُبْدِّلَيْنِ

Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan muslim, dan matikanlah aku dalam keadaan muslim, dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, bukan orang-orang yang kecewa dan bukan pula orang-orang yang diganti.