40 - غافر - Al-Ghaafir
The Forgiver
Meccan
وَقَالَ فِرْعَوْنُ ذَرُونِىٓ أَقْتُلْ مُوسَىٰ وَلْيَدْعُ رَبَّهُۥٓ ۖ إِنِّىٓ أَخَافُ أَن يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَن يُظْهِرَ فِى ٱلْأَرْضِ ٱلْفَسَادَ 26
(26) Dan berkata Fir'aun (kepada pembesar-pembesarnya): "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi".
(26)
إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ
karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26)
Yang dimaksud oleh Fir'aun adalah Musa. Fir'aun merasa khawatir bila Musa mengubah pendirian manusia dan mengganti tradisi dan adat istiadat mereka yang selama itu telah dibina oleh dia. Dalam sikapnya ini Fir'aun berpura-pura sebagai seorang yang mengharapkan kebaikan bagi manusia. Dia memperingatkan manusia dari Musa a.s., padahal kenyataannya dia adalah 'maling teriak maling.'
Pada umumnya ulama membaca ayat ini dengan bacaan berikut:
"أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ وَأَنْ يُظهِر فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ"
dia akan menukar agamamu dan menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26)
dengan memakai huruf wawu. Sedangkan ulama lainnya membacanya seperti berikut:
أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الأرْضِ الْفَسَادَ
dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi. (Al-Mu’min: 26)
dengan memakai au. Sebagian ulama membacanya dengan men-dammah-kan lafaz al-fas'ad menjadi al-fas'adu, yang artinya menjadi "atau timbul kerusakan di muka bumi."
وَقَالَ مُوسَىٰٓ إِنِّى عُذْتُ بِرَبِّى وَرَبِّكُم مِّن كُلِّ مُتَكَبِّرٍۢ لَّا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ ٱلْحِسَابِ 27
(27) Dan Musa berkata: "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab".
(27)
إِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ مِنْ كُلِّ مُتَكَبِّرٍ لَا يُؤْمِنُ بِيَوْمِ الْحِسَابِ
Dan Musa berkata, "Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari setiap orang yang menyombongkan diri yang tidak beriman kepada hari berhisab.” (Al-Mu’min: 27)
Yakni setelah perkataan (ancaman) Fir'aun berikut terdengar oleh Musa a.s., yaitu: Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya (Al-Mu’min: 26) Maka Musa a.s. memohon perlindungan kepada Allah Swt., "Aku berlindung kepada Allah dan meminta pertolongan kepada-Nya dari kejahatan Fir'aun dan orang-orang yang semisal dengannya." Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu. (Al-Mu’min: 27) hai orang-orang yang diajak bicara. dari setiap orang yang menyombongkan diri. (Al-Mu’min: 27) Yakni sombong tidak mau mengikuti perkara hak lagi jahat. yang tidak beriman kepada hari berhisab. (Al-Mu’min: 27)
Karena itulah disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Musa r.a., bahwa Rasulullah Saw. apabila merasa takut terhadap kejahatan suatu kaum mengucapkan doa berikut:
"اللَّهُمَّ، إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ، وَنَدْرَأُ بِكَ فِي نُحُورِهِمْ"
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan mereka dan menjadikan Engkau berada pada leher mereka.
وَقَالَ رَجُلٌۭ مُّؤْمِنٌۭ مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَكْتُمُ إِيمَٰنَهُۥٓ أَتَقْتُلُونَ رَجُلًا أَن يَقُولَ رَبِّىَ ٱللَّهُ وَقَدْ جَآءَكُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ مِن رَّبِّكُمْ ۖ وَإِن يَكُ كَٰذِبًۭا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُۥ ۖ وَإِن يَكُ صَادِقًۭا يُصِبْكُم بَعْضُ ٱلَّذِى يَعِدُكُمْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ مُسْرِفٌۭ كَذَّابٌۭ 28
(28) Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
(28)
Menurut qaul yang masyhur, lelaki mukmin yang mengatakan kalimat ini adalah seorang bangsa Egypt dari kalangan keluarga Fir'aun.
As-Saddi mengatakan bahwa dia adalah saudara sepupu Fir'aun yang membelot dari Fir'aun dan bergabung bersama Musa a.s. Menurut suatu pendapat, ia selamat bersama Musa a.s. dari kejaran Fir'aun. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir; Ibnu jarir menjawab pendapat yang mengatakan bahwa lelaki itu adalah seorang Bani Israil, bahwa ternyata Fir'aun mau mendengarkan perkataan lelaki itu dan terpengaruh olehnya, lalu tidak jadi membunuh Musa a.s. Seandainya laki-laki itu adalah seorang Bani Israil, pastilah Fir'aun menyegerakan hukumannya, karena dia adalah dari kalangan mereka (Bani Israil).
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa tiada seorang pun dari kalangan keluarga Fir'aun yang beriman kecuali lelaki ini, istri Fir'aun, dan seorang lelaki lainnya yang memperingatkan Musa a.s. melalui perkataannya, yang disitir oleh firman-Nya:
يَا مُوسَى إِنَّ الْمَلأ يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ
Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu. (Al-Qasas: 2). Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Lelaki ini menyembunyikan imannya dari mata kaumnya bangsa Egypt. Dia tidak menampakkannya kecuali pada hari itu, yaitu ketika Fir'aun mengatakan:
ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى
Biarkanlah aku membunuh Musa. (Al-Mu’min: 26)
Maka lelaki itu menjadi marah karena Allah Swt. Dan jihad yang paling utama itu ialah mengutarakan kalimat keadilan di hadapan penguasa yang zalim, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis. Dan tidak ada perkataan yang lebih besar daripada kalimat ini di hadapan Fir'aun, yaitu:
أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ
Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah.' (Al-Mu’min: 28)
Juga selain dari apa yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya. Dia mengatakan:
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ، حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيُّ، حَدَّثَنِي عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ قَالَ: قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ: أَخْبِرْنِي بِأَشَدِّ شَيْءٍ مِمَّا صَنَعَهُ الْمُشْرِكُونَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي بِفِنَاءِ الْكَعْبَةِ إِذْ أَقْبَلَ عُقْبة بْنُ أَبِي مُعَيط، فَأَخَذَ بمَنْكب رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولَوَى ثَوْبَهُ فِي عُنُقِهِ، فَخَنَقَهُ خَنْقًا شَدِيدًا، فَأَقْبَلَ أَبُو بَكْرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، فَأَخَذَ بِمَنْكِبِهِ ودَفَع عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قال: أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ>
telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abu Kasir, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Ibrahim At-Taimi, telah menceritakan kepadaku Urwah ibnuz Zubair r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah berkata kepada Abdullah ibnu Amr ibnul As r.a., "Ceritakanlah kepadaku perlakuan yang paling kejam yang telah dilakukan oleh orang-orang musyrik terhadap diri Rasulullah Saw." Abdullah ibnu Amr menjawab, bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw. sedang salat di serambi Ka'bah, tiba-tiba datanglah Uqbah ibnu Abu Mu'it, lalu Uqbah memegang pundak Rasulullah Saw. dan melilitkan kainnya ke leher beliau sehingga kain itu mencekiknya dengan keras. Maka datanglah Abu Bakar r.a., lalu memegang pundak Uqbah dan mendorongnya jauh dari Rasulullah Saw., kemudian Abu Bakar berkata: Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu? (Al-Mu’min: 28)
Imam Bukhari meriwayatkannya secara tunggal melalui hadis Al-Auza'i. Imam Bukhari mengatakan bahwa hadis ini diikuti oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Ibrahim ibnu Urwah, dari ayahnya dengan sanad yang sama.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَاقَ الْهَمْدَانِيُّ، حَدَّثَنَا عَبْدة عَنْ هِشَامٍ -يَعْنِي ابْنَ عُرْوَةَ-عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّهُ سُئِل: مَا أَشَدُّ مَا رَأَيْتَ قُرَيْشًا بَلَغُوا مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ قال: مَرَّ بِهِمْ ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالُوا لَهُ: أَنْتَ تَنْهَانَا أَنْ نَعْبُدَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا؟ فَقَالَ: "أَنَا ذَاكَ" فَقَامُوا إِلَيْهِ، فَأَخَذُوا بِمَجَامِعِ ثِيَابِهِ، فرأيتُ أَبَا بَكْرٍ مُحْتَضِنُهُ مِنْ وَرَائِهِ، وَهُوَ يَصِيحُ بِأَعْلَى صَوْتِهِ، وَإِنَّ عَيْنَيْهِ لَيَسِيلَانِ، وَهُوَ يَقُولُ: يَا قَوْمِ، أَتَقْتُلُونَ رَجُلا أَنْ يَقُولَ رَبِّيَ اللَّهُ وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْحَتَّى فَرَغَ مِنَ الْآيَةِ كُلِّهَا.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Ishaq Al-Hamdani, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Amr ibnul As r.a., bahwa ia pernah ditanya, "Perlakuan apakah yang paling keras dilakukan oleh orang-orang Quraisy terhadap diri Rasulullah Saw.?" Amr ibnul As menjawab, bahwa pada suatu hari Nabi Saw. bersua dengan mereka, lalu mereka berkata kepadanya, "Engkau telah mencegah kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami." Nabi Saw. menjawab, "Ya, memang itulah yang aku lakukan." Maka mereka bangkit menuju kepada Nabi Saw. dan memegang leher baju Rasulullah Saw. Kulihat Abu Bakar r.a. memeluk Nabi Saw. dari belakangnya seraya menjerit sekuat suaranya, sedangkan kedua matanya mencucurkan air mata seraya berkata, "Hai kaum, apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia mengatakan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu?” (Al-Mu’min: 28), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai melalui Abdah, lalu ia menjadikannya termasuk hadis yang disandarkan kepada Amr ibnul As r.a.
***********
Firman Allah Swt.:
وَقَدْ جَاءَكُمْ بِالْبَيِّنَاتِ مِنْ رَبِّكُمْ
padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. (Al-Mu’min: 28)
Yakni mengapa kalian mau membunuh seorang lelaki karena dia telah mengucapkan, 'Tuhanku ialah Allah,' padahal dia telah menegakkan kepada kalian bukti yang membenarkan apa yang disampaikan kepada kalian, yaitu berupa perkara yang hak. Kemudian laki-laki itu dalam pembicaraannya bernada agak lunak, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
وَإِنْ يَكُ كَاذِبًا فَعَلَيْهِ كَذِبُهُ وَإِنْ يَكُ صَادِقًا يُصِبْكُمْ بَعْضُ الَّذِي يَعِدُكُمْ
Dan jika ia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar, niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu. (Al-Mu’min: 28)
Yaitu jika tidak terbukti kebenaran dari apa yang disampaikannya kepada kalian, berarti dari pendapatnya sendiri secara murni, dan sikap yang terbaik dalam menghadapinya ialah membiarkannya sendirian bersama dengan pendapatnya itu, dan janganlah kamu mengganggunya. Jika dia dusta, maka sesungguhnya Allah Swt. akan membalas kedustaannya itu dengan hukuman di dunia dan di akhirat nanti. Jika dia memang benar, sedangkan kalian telah menyakitinya, niscaya akan menimpa kalian sebagian dari bencana yangtelah diancamkannya kepada kalian, jika kalian menentangnya, yaitu berupa azab di dunia ini dan di akhirat nanti. Bisa saja dia memang benar terhadap kalian, maka sikap yang tepat ialah hendaklah kalian tidak menghalang-halanginya. Tetapi biarkanlah dia dan kaumnya, biarkanlah dia menyeru kaumnya dan kaumnya mengikutinya. Dan memang demikianlah apa yang telah diceritakan oleh Allah Swt., bahwa Musa meminta kepada Fir'aun dan kaumnya agar melepaskan dia dan kaum Bani Israil, yaitu:
وَلَقَدْ فَتَنَّا قَبْلَهُمْ قَوْمَ فِرْعَوْنَ وَجَاءَهُمْ رَسُولٌ كَرِيمٌ. أَنْ أَدُّوا إِلَيَّ عِبَادَ اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ. وَأَنْ لا تَعْلُوا عَلَى اللَّهِ إِنِّي آتِيكُمْ بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ. وَإِنِّي عُذْتُ بِرَبِّي وَرَبِّكُمْ أَنْ تَرْجُمُونِ. وَإِنْ لَمْ تُؤْمِنُوا لِي فَاعْتَزِلُونِ
Sesungguhnya sebelum mereka telah Kami uji kaum Fir’aun dan telah datang kepada mereka seorang rasul yang mulia, (dengan berkata), "Serahkanlah kepadaku hamba-hamba Allah (Bani Israil yang kamu perbudak). Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu, dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah. Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa bukti yang nyata. Dan sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhanmu dari keinginanmu merajamku; dan jika kamu tidak beriman kepadaku, maka biarkanlah aku (memimpin Bani Israil)." (Ad-Dukhan: 17-21)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Rasulullah Saw. terhadap orang-orang Quraisy, beliau meminta agar mereka membiarkannya menyeru hamba-hamba Allah untuk menyembah-Nya, dan janganlah mereka mengganggunya dan hendaklah mereka tetap menghubungkan tali persaudaraan yang telah ada antara dia dan mereka, tiada yang saling menyakiti. Allah Swt. berfirman menceritakan hal ini:
قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى
Katakanlah, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23)
Maksudnya, janganlah kalian menggangguku demi tali persaudaraan yang telah ada antara aku dan kalian, dan biarkanlah urusan antara aku dan manusia. Berdasarkan hal ini, maka ditandatanganinyalah Perjanjian Hudaibiyah, yang merupakan awal dari kemenangan yang jelas.
***********
Firman Allah Swt.:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ كَذَّابٌ
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta. (Al-Mu’min: 28)
Yakni seandainya orang ini (Musa a.s.) yang mengakui bahwa dirinya diutus oleh Allah kepada kalian adalah dusta —seperti yang kalian sangkakan terhadapnya— tentulah perkaranya jelas dan kelihatan bagi setiap orang melalui ucapan dan perbuatannya; dan sudah barang tentu semua sikap dan ucapannya banyak bertentangan dan kacau. Tetapi ternyata orang ini (Musa a.s.) perkaranya kami lihat benar dan sepak terjangnya lurus. Seandainya dia termasuk orang yang melampaui batas lagi pendusta, tentulah Allah tidak menunjukinya dan membimbingnya kepada sikap dan ucapan seperti yang kamu lihat sendiri; semua urusan dan perbuatannya kelihatan begitu teratur dan rapi.
Laki-laki yang beriman dari kalangan keluarga Fir'aun itu melanjutkan perkataannya seraya memperingatkan kaumnya akan lenyapnya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka dan datangnya azab Allah atas mereka:
يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الأرْضِ
"Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. (Al-Mu’min: 29)
Yakni sesungguhnya Allah Swt. telah memberikan nikmat kepada kalian dengan kerajaan ini dan kekuasaan di muka bumi, pengaruh yang luas dan kedudukan yang tinggi, maka peliharalah nikmat ini dengan bersyukur kepada Allah dan membenarkan utusan-Nya, dan takutlah kepada azab Allah jika kalian mendustakan utusan-Nya.
فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا
Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita! (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiada gunanya bagi kalian bala tentara kalian yang banyak ini, dan tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan kita dari azab Allah jika Dia menghendaki keburukan bagi kita.
قَالَ فِرْعَوْنُ
Fir’aun berkata. (Al-Mu’min: 29)
kepada kaumnya, menjawab saran yang dikemukakan oleh laki-laki mukmin yang saleh lagi berbakti, yang sebenarnya dialah yang lebih berhak untuk menjadi Raja Mesir daripada Fir'aun.
مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى
Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiada lain yang kukatakan kepada kalian hanyalah sebagai saran dariku menurut pandangan terbaikku. Padahal dustalah Fir'aun itu, karena ternyata Musa a.s. itu benar sebagai utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-Nya.
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” (Al-Isra: 12)
Dan firman Allah Swt. menceritakan sikap Fir'aun dan kaumnya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14)
*********
Adapun firman Allah Swt.:
مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى
Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29)
Fir'aun dusta dalam kata-katanya, ia memutarbalikkan kenyataan dan khianat terhadap Allah dan utusan-Nya, juga terhadap rakyatnya; dia menipu mereka dan bukan mengharapkan kebaikan bagi mereka. Hal yang sama apa yang dikatakannya dalam kalimat yang selanjutnya seperti yang disitir oleh firman-Nya:
وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ
dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiadalah yang aku serukan kepadamu melainkan jalan kebenaran, padahal apa yang dikatakannya itu dusta, sekalipun kaumnya menaati dan mengikutinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ
tetapi mereka mengikuti perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97)
وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَى
Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79)
Di dalam hadis disebutkan seperti berikut:
"مَا مِنْ إِمَامٍ يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا لَمْ يَرح رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لِيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ"
Tidak sekali-kali seorang pemimpin meninggal dunia, sedangkan ia dalam keadaan menipu rakyatnya di hari kematiannya, melainkan ia tidak dapat mencium baunya surga. Dan sesungguhnya baunya surga itu benar-benar dapat tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun.
Hanya Allah-lah yang memberi taufik ke jalan yang benar.
يَٰقَوْمِ لَكُمُ ٱلْمُلْكُ ٱلْيَوْمَ ظَٰهِرِينَ فِى ٱلْأَرْضِ فَمَن يَنصُرُنَا مِنۢ بَأْسِ ٱللَّهِ إِن جَآءَنَا ۚ قَالَ فِرْعَوْنُ مَآ أُرِيكُمْ إِلَّا مَآ أَرَىٰ وَمَآ أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ 29
(29) (Musa berkata): "Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita!" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar".
(29)
يَا قَوْمِ لَكُمُ الْمُلْكُ الْيَوْمَ ظَاهِرِينَ فِي الأرْضِ
"Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi. (Al-Mu’min: 29)
Yakni sesungguhnya Allah Swt. telah memberikan nikmat kepada kalian dengan kerajaan ini dan kekuasaan di muka bumi, pengaruh yang luas dan kedudukan yang tinggi, maka peliharalah nikmat ini dengan bersyukur kepada Allah dan membenarkan utusan-Nya, dan takutlah kepada azab Allah jika kalian mendustakan utusan-Nya.
فَمَنْ يَنْصُرُنَا مِنْ بَأْسِ اللَّهِ إِنْ جَاءَنَا
Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu menimpa kita! (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiada gunanya bagi kalian bala tentara kalian yang banyak ini, dan tiada sesuatu pun yang dapat menyelamatkan kita dari azab Allah jika Dia menghendaki keburukan bagi kita.
قَالَ فِرْعَوْنُ
Fir’aun berkata. (Al-Mu’min: 29)
kepada kaumnya, menjawab saran yang dikemukakan oleh laki-laki mukmin yang saleh lagi berbakti, yang sebenarnya dialah yang lebih berhak untuk menjadi Raja Mesir daripada Fir'aun.
مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى
Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiada lain yang kukatakan kepada kalian hanyalah sebagai saran dariku menurut pandangan terbaikku. Padahal dustalah Fir'aun itu, karena ternyata Musa a.s. itu benar sebagai utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah-Nya.
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنزلَ هَؤُلاءِ إِلا رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab, "Sesungguhnya kamu telah mengetahui bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” (Al-Isra: 12)
Dan firman Allah Swt. menceritakan sikap Fir'aun dan kaumnya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya (An-Naml: 14)
*********
Adapun firman Allah Swt.:
مَا أُرِيكُمْ إِلا مَا أَرَى
Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik. (Al-Mu’min: 29)
Fir'aun dusta dalam kata-katanya, ia memutarbalikkan kenyataan dan khianat terhadap Allah dan utusan-Nya, juga terhadap rakyatnya; dia menipu mereka dan bukan mengharapkan kebaikan bagi mereka. Hal yang sama apa yang dikatakannya dalam kalimat yang selanjutnya seperti yang disitir oleh firman-Nya:
وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ
dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mu’min: 29)
Yakni tiadalah yang aku serukan kepadamu melainkan jalan kebenaran, padahal apa yang dikatakannya itu dusta, sekalipun kaumnya menaati dan mengikutinya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
فَاتَّبَعُوا أَمْرَ فِرْعَوْنَ وَمَا أَمْرُ فِرْعَوْنَ بِرَشِيدٍ
tetapi mereka mengikuti perintah Fir’aun, padahal perintah Fir’aun sekali-kali bukanlah (perintah) yang benar. (Hud: 97)
وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَى
Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Thaha: 79)
Di dalam hadis disebutkan seperti berikut:
"مَا مِنْ إِمَامٍ يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا لَمْ يَرح رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ رِيحَهَا لِيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ"
Tidak sekali-kali seorang pemimpin meninggal dunia, sedangkan ia dalam keadaan menipu rakyatnya di hari kematiannya, melainkan ia tidak dapat mencium baunya surga. Dan sesungguhnya baunya surga itu benar-benar dapat tercium dari jarak perjalanan lima ratus tahun.
Hanya Allah-lah yang memberi taufik ke jalan yang benar.
وَقَالَ ٱلَّذِىٓ ءَامَنَ يَٰقَوْمِ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُم مِّثْلَ يَوْمِ ٱلْأَحْزَابِ 30
(30) Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.
(30)
Allah Swt. melanjutkan kisah seorang laki-laki mukmin dari keluarga Fir'aun, bahwa dia memperingatkan kaumnya akan azab Allah Swt. di dunia dan akhirat. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disitir oleh firman-Nya:
يَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ مِثْلَ يَوْمِ الأحْزَابِ
Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Al-Mu’min: 3)
Yakni orang-orang yang mendustakan para rasul Allah di masa yang silam seperti kaum Nabi Nuh, kaum ' Ad, kaum Tsamud, dan orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul mereka. Bagaimana mereka tertimpa azab Allah, dan tiada seorang pun yang dapat menolak atau menyelamatkan mereka dari azab-Nya.
وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ
Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya (Al-Mu’min: 31)
Sesungguhnya Allah Swt. membinasakan mereka hanyalah karena dosa-dosa mereka sendiri, juga karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang perintah-Nya. Maka Allah melangsungkan kekuasaanNya terhadap mereka dengan menimpakan azab-Nya atas mereka. Kemudian laki-laki itu berkata:
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ
Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32)
Yaitu siksaan hari kiamat. Dinamakan hari panggil-memanggil karena menurut sebagian ulama berdasarkan apa yang telah diceritakan di dalam hadis sangkakala yang mengatakan bahwa sesungguhnya bumi itu apabila berguncang dengan guncangan yang hebat dan mengalami keretakan dari suatu daerah ke daerah yang lain, serta mengalami kehancuran dan gempa, maka manusia pada hari itu lari pontang-panting; sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lainnya.
Menurut ulama lainnya —antara lain Ad-Dahhak—tidak demikian, melainkan hal tersebut terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan. Maka manusia lari darinya, lalu para malaikat menghadang mereka dan menggiring mereka ke padang mahsyar, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17)
Dan firman-Nya:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka membacanya dengan men-tasydid-kan huruf dal berasal dari naddal ba'iru apabila unta itu binasa dan musnah. Menurut pendapat yang lain, dikatakan tanad karena pada neraca amal perbuatan terdapat malaikat; apabila amal perbuatan seseorang hamba telah ditimbang dan ternyata timbangan kebaikannya lebih berat, maka malaikat itu berseru dengan sekuat suaranya, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan beroleh kebahagiaan yang tidak akan celaka lagi sesudahnya untuk selama-lamanya." Dan apabila ternyata amal kebaikannya lebih ringan, maka malaikat itu berseru, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan telah celaka!"
Qatadah mengatakan bahwa setiap kaum dipanggil sesuai dengan amal perbuatannya, ahli surga dipanggil dengan sebutan ahli surga, dan ahli neraka dipanggil dengan sebutan ahli neraka. Menurut pendapat yang lain, hari itu dinamakan yaumut tanad karena ahli surga dan ahli neraka saling memanggil.
أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ
Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (ahli neraka) menjawab, "benar" (Al-A'raf: 44)
Dan seruan ahli neraka kepada ahli surga, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu. Mereka (ahli surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 5)
Juga karena adanya saling memanggil antara as-habul A'rafi ahli surga, dan ahli neraka, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf.
Imam Bagawi memilih pendapat yang mengatakan bahwa hari itu dinamakan yaumut tanad karena terjadinya gabungan dari peristiwa yang telah disebutkan di atas. Pendapatnya ini merupakan pendapat yang baik, hanya Allah-lah Yang lebih Mengetahui.
************
Firman Allah Swt.:
يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ
(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang (Al-Mu’min: 33)
Yakni pergi melarikan diri.
كَلا لَا وَزَرَ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ
sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 11-12)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ
tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. (Al-Mu’min: 33)
Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari azab Allah dan pembalasan-Nya.
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk. (Al-Mu’min: 33)
Maksudnya, barang siapa yang disesatkan oleh Allah Swt., maka tiada seorang pun yang akan dapat memberinya petunjuk selain Dia.
*************
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ>
Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan. (Al-Mu’min: 34)
Yaitu kepada penduduk negeri Mesir; Allah Swt. telah mengutus kepada mereka seorang rasul sebelum Musa a.s. Dia adalah Yusuf a.s. Dia sebagai 'aziz (perdana menteri) penduduk Mesir, sekaligus sebagai seorang rasul yang menyeru umatnya untuk menyembah Allah Swt. dengan cara bersikap adil. Tetapi mereka tidak menaatinya dengan taat yang sebenarnya, melainkan hanya karena memandang kedudukannya dan kekayaan duniawinya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولا
tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya.” (Al-Mu’min: 34)
Yakni lalu kalian putus asa dan kamu katakan dengan nada yang mengandung pengertian menggambarkan keinginan kalian: Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya. (Al-Mu’min: 34) Demikian itu karena kekafiran mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada rasul.
كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (Al-Mu’min: 34)
Yakni keadaan kalian ini adalah sebagaimana keadaan orang yang telah disesatkan oleh Allah karena perbuatannya yang sewenang-wenang dan hatinya ragu kepada kebenaran.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ
(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mu’min: 35)
Yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebatilan, dan membantah bukti-bukti tanpa dalil dan alasan dari Allah Swt. Maka sesungguhnya Allah Swt. sangat benci terhadap orang yang berperilaku demikian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا
Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 35)
Maksudnya, orang-orang yang beriman pun membenci orang-orang yang sifatnya demikian. Karena sesungguhnya orang yang bersifat demikian mata hatinya telah dikunci oleh Allah, sehingga ia sesudah itu tidak lagi dapat mengenal kebaikan dan tidak lagi mengingkari kemungkaran. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong. (Al-Mu’min: 35) '
Yakni tidak mau mengikuti perkara yang hak karena merasa besar diri.
جَبَّارٍ
lagi sewenang-wenang. (Al-Mu’min: 35)
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ikrimah, juga dari Asy-Sya'bi; keduanya mengatakan bahwa seorang manusia itu belum dinamakan sebagai seorang yang berlaku sewenang-wenang sebelum ia membunuh dua orang (tanpa alasan yang dibenarkan).
Abu Imran Al-Juni dan Qatadah mengatakan bahwa pertanda orang-orang yang berlaku sewenang-wenang itu ialah suka membunuh tanpa alasan yang hak; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
مِثْلَ دَأْبِ قَوْمِ نُوحٍۢ وَعَادٍۢ وَثَمُودَ وَٱلَّذِينَ مِنۢ بَعْدِهِمْ ۚ وَمَا ٱللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًۭا لِّلْعِبَادِ 31
(31) (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya.
(31)
وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْمًا لِلْعِبَادِ
Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya (Al-Mu’min: 31)
Sesungguhnya Allah Swt. membinasakan mereka hanyalah karena dosa-dosa mereka sendiri, juga karena mereka mendustakan rasul-rasul-Nya dan menentang perintah-Nya. Maka Allah melangsungkan kekuasaanNya terhadap mereka dengan menimpakan azab-Nya atas mereka. Kemudian laki-laki itu berkata:
وَيَٰقَوْمِ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ ٱلتَّنَادِ 32
(32) Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil.
(32)
وَيَا قَوْمِ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ يَوْمَ التَّنَادِ
Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari panggil-memanggil. (Al-Mu’min: 32)
Yaitu siksaan hari kiamat. Dinamakan hari panggil-memanggil karena menurut sebagian ulama berdasarkan apa yang telah diceritakan di dalam hadis sangkakala yang mengatakan bahwa sesungguhnya bumi itu apabila berguncang dengan guncangan yang hebat dan mengalami keretakan dari suatu daerah ke daerah yang lain, serta mengalami kehancuran dan gempa, maka manusia pada hari itu lari pontang-panting; sebagian dari mereka memanggil sebagian yang lainnya.
Menurut ulama lainnya —antara lain Ad-Dahhak—tidak demikian, melainkan hal tersebut terjadi manakala neraka Jahanam didatangkan. Maka manusia lari darinya, lalu para malaikat menghadang mereka dan menggiring mereka ke padang mahsyar, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
وَالْمَلَكُ عَلَى أَرْجَائِهَا
Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. (Al-Haqqah: 17)
Dan firman-Nya:
يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لَا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. (Ar-Rahman: 33)
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Al-Hasan, dan Ad-Dahhak, bahwa mereka membacanya dengan men-tasydid-kan huruf dal berasal dari naddal ba'iru apabila unta itu binasa dan musnah. Menurut pendapat yang lain, dikatakan tanad karena pada neraca amal perbuatan terdapat malaikat; apabila amal perbuatan seseorang hamba telah ditimbang dan ternyata timbangan kebaikannya lebih berat, maka malaikat itu berseru dengan sekuat suaranya, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan beroleh kebahagiaan yang tidak akan celaka lagi sesudahnya untuk selama-lamanya." Dan apabila ternyata amal kebaikannya lebih ringan, maka malaikat itu berseru, "Ingatlah, sesungguhnya si Fulan bin Fulan telah celaka!"
Qatadah mengatakan bahwa setiap kaum dipanggil sesuai dengan amal perbuatannya, ahli surga dipanggil dengan sebutan ahli surga, dan ahli neraka dipanggil dengan sebutan ahli neraka. Menurut pendapat yang lain, hari itu dinamakan yaumut tanad karena ahli surga dan ahli neraka saling memanggil.
أَنْ قَدْ وَجَدْنَا مَا وَعَدَنَا رَبُّنَا حَقًّا فَهَلْ وَجَدْتُمْ مَا وَعَدَ رَبُّكُمْ حَقًّا قَالُوا نَعَمْ
Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (ahli neraka) menjawab, "benar" (Al-A'raf: 44)
Dan seruan ahli neraka kepada ahli surga, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu. Mereka (ahli surga) menjawab, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” (Al-A'raf: 5)
Juga karena adanya saling memanggil antara as-habul A'rafi ahli surga, dan ahli neraka, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam surat Al-A'raf.
Imam Bagawi memilih pendapat yang mengatakan bahwa hari itu dinamakan yaumut tanad karena terjadinya gabungan dari peristiwa yang telah disebutkan di atas. Pendapatnya ini merupakan pendapat yang baik, hanya Allah-lah Yang lebih Mengetahui.
يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ مَا لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ مِنْ عَاصِمٍۢ ۗ وَمَن يُضْلِلِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍۢ 33
(33) (yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang, tidak ada bagimu seorangpun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah, dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorangpun yang akan memberi petunjuk.
(33)
يَوْمَ تُوَلُّونَ مُدْبِرِينَ
(yaitu) hari (ketika) kamu (lari) berpaling ke belakang (Al-Mu’min: 33)
Yakni pergi melarikan diri.
كَلا لَا وَزَرَ. إِلَى رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ
sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali. (Al-Qiyamah: 11-12)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ
tidak ada bagimu seorang pun yang menyelamatkan kamu dari (azab) Allah. (Al-Mu’min: 33)
Yakni tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari azab Allah dan pembalasan-Nya.
وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
dan siapa yang disesatkan Allah, niscaya tidak ada baginya seorang yang akan memberi petunjuk. (Al-Mu’min: 33)
Maksudnya, barang siapa yang disesatkan oleh Allah Swt., maka tiada seorang pun yang akan dapat memberinya petunjuk selain Dia.