40 - غافر - Al-Ghaafir

Juz : 24

The Forgiver
Meccan

وَلَقَدْ جَآءَكُمْ يُوسُفُ مِن قَبْلُ بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَمَا زِلْتُمْ فِى شَكٍّۢ مِّمَّا جَآءَكُم بِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَن يَبْعَثَ ٱللَّهُ مِنۢ بَعْدِهِۦ رَسُولًۭا ۚ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌۭ مُّرْتَابٌ 34

(34) Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan, tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata: "Allah tidak akan mengirim seorang (rasulpun) sesudahnya. Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu.

(34) 

وَلَقَدْ جَاءَكُمْ يُوسُفُ مِنْ قَبْلُ بِالْبَيِّنَاتِ>

Dan sesungguhnya telah datang Yusuf kepadamu sebelumnya dengan membawa keterangan-keterangan. (Al-Mu’min: 34)

Yaitu kepada penduduk negeri Mesir; Allah Swt. telah mengutus kepada mereka seorang rasul sebelum Musa a.s. Dia adalah Yusuf a.s. Dia sebagai 'aziz (perdana menteri) penduduk Mesir, sekaligus sebagai seorang rasul yang menyeru umatnya untuk menyembah Allah Swt. dengan cara bersikap adil. Tetapi mereka tidak menaatinya dengan taat yang sebenarnya, melainkan hanya karena memandang kedudukannya dan kekayaan duniawinya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

فَمَا زِلْتُمْ فِي شَكٍّ مِمَّا جَاءَكُمْ بِهِ حَتَّى إِذَا هَلَكَ قُلْتُمْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ مِنْ بَعْدِهِ رَسُولا

tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya kepadamu, hingga ketika dia meninggal, kamu berkata, "Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya.” (Al-Mu’min: 34)

Yakni lalu kalian putus asa dan kamu katakan dengan nada yang mengandung pengertian menggambarkan keinginan kalian: Allah tidak akan mengirim seorang rasul pun sesudahnya. (Al-Mu’min: 34) Demikian itu karena kekafiran mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada rasul.

كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ هُوَ مُسْرِفٌ مُرْتَابٌ

Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu. (Al-Mu’min: 34)

Yakni keadaan kalian ini adalah sebagaimana keadaan orang yang telah disesatkan oleh Allah karena perbuatannya yang sewenang-wenang dan hatinya ragu kepada kebenaran.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:



ٱلَّذِينَ يُجَٰدِلُونَ فِىٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَٰنٍ أَتَىٰهُمْ ۖ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ وَعِندَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ۚ كَذَٰلِكَ يَطْبَعُ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍۢ جَبَّارٍۢ 35

(35) (Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.

(35) 

الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ

(yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka. (Al-Mu’min: 35)

Yaitu orang-orang yang menolak kebenaran dengan kebatilan, dan membantah bukti-bukti tanpa dalil dan alasan dari Allah Swt. Maka sesungguhnya Allah Swt. sangat benci terhadap orang yang berperilaku demikian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ وَعِنْدَ الَّذِينَ آمَنُوا

Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 35)

Maksudnya, orang-orang yang beriman pun membenci orang-orang yang sifatnya demikian. Karena sesungguhnya orang yang bersifat demikian mata hatinya telah dikunci oleh Allah, sehingga ia sesudah itu tidak lagi dapat mengenal kebaikan dan tidak lagi mengingkari kemungkaran. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبِّرٍ

Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang sombong. (Al-Mu’min: 35) '

Yakni tidak mau mengikuti perkara yang hak karena merasa besar diri.

جَبَّارٍ

lagi sewenang-wenang. (Al-Mu’min: 35)

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Ikrimah, juga dari Asy-Sya'bi; keduanya mengatakan bahwa seorang manusia itu belum dinamakan sebagai seorang yang berlaku sewenang-wenang sebelum ia membunuh dua orang (tanpa alasan yang dibenarkan).

Abu Imran Al-Juni dan Qatadah mengatakan bahwa pertanda orang-orang yang berlaku sewenang-wenang itu ialah suka membunuh tanpa alasan yang hak; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَٰهَٰمَٰنُ ٱبْنِ لِى صَرْحًۭا لَّعَلِّىٓ أَبْلُغُ ٱلْأَسْبَٰبَ 36

(36) Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu,

(36) 

Allah Swt. menceritakan tentang sikap Fir'aun yang melampaui batas, keingkarannya dan kebohongan yang dilakukannya dalam mendustakan Musa a.s. Disebutkan bahwa pada suatu hari ia memerintahkan kepada patihnya yang bernama Haman agar membangunkan sebuah menara tinggi untuknya. Bangunan yang tinggi (tower) tersebut terbuat dari batu bata alias tanah liat yang dibakar, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا

Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat; kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi. (Al-Qasas:38)

Ibrahim An-Nakha'i mengatakan bahwa mereka tidak suka membuat bangunan dari batu bata, dan mereka hanya menjadikannya untuk kuburan mereka. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Firman Allah Swt. mengisahkan ucapan Fir'aun, yaitu:

لَعَلِّي أَبْلُغُ الأسْبَابَ أَسْبَابَ السَّمَوَاتِ

supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit. (Al-Mu’min:36-37)

Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pintu-pintu langit. Menurut pendapat yang lain ialah jalan-jalan menuju ke langit.

فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا

supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. (Al-Mu’min:37)

Ini menggambarkan kekafiran dan keingkarannya. Dia tidak percaya bahwa Musa a.s. diutus oleh Allah Swt. kepadanya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ

Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). (Al-Mu’min37)

Yakni karena perbuatannya itu yang bertujuan untuk mengelabui rakyatnya, bahwa dia melakukan suatu upaya yang dijadikan sarana baginya untuk mendustakan Musa a.s. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ

dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu’min:37)

Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa tabab artinya kerugian.


أَسْبَٰبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّى لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِبًۭا ۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَصُدَّ عَنِ ٱلسَّبِيلِ ۚ وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلَّا فِى تَبَابٍۢ 37

(37) (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian.

(37) 

Sa'id ibnu Jubair dan Abu Saleh mengatakan bahwa yang dimaksud adalah pintu-pintu langit. Menurut pendapat yang lain ialah jalan-jalan menuju ke langit.

فَأَطَّلِعَ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ كَاذِبًا

supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. (Al-Mu’min:37)

Ini menggambarkan kekafiran dan keingkarannya. Dia tidak percaya bahwa Musa a.s. diutus oleh Allah Swt. kepadanya. Dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

وَكَذَلِكَ زُيِّنَ لِفِرْعَوْنَ سُوءُ عَمَلِهِ وَصُدَّ عَنِ السَّبِيلِ

Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar). (Al-Mu’min37)

Yakni karena perbuatannya itu yang bertujuan untuk mengelabui rakyatnya, bahwa dia melakukan suatu upaya yang dijadikan sarana baginya untuk mendustakan Musa a.s. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

وَمَا كَيْدُ فِرْعَوْنَ إِلا فِي تَبَابٍ

dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu’min:37)

Ibnu Abbas dan Mujahid mengatakan bahwa tabab artinya kerugian.


وَقَالَ ٱلَّذِىٓ ءَامَنَ يَٰقَوْمِ ٱتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ ٱلرَّشَادِ 38

(38) Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.

(38) 

Orang mukmin dari kalangan keluarga Fir'aun itu berkata kepada kaumnya yang membangkang terhadap kebenaran, dan bersikap melampaui batas serta lebih memilih kehidupan dunia dan melupakan Tuhan Yang Maha Mengalahkan lagi Mahatinggi. Untuk itu ia mengatakan kepada mereka:

يَا قَوْمِ اتَّبِعُونِ أَهْدِكُمْ سَبِيلَ الرَّشَادِ

Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. (Al-Mu’min:38)

Tidak sebagaimana yang dikatakan oleh Fir'aun yang dusta, yaitu:

وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلا سَبِيلَ الرَّشَادِ

dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar. (Al-Mu’min:29)

Kemudian laki-laki mukmin itu menganjurkan kepada kaumnya agar bersikap zuhud (menjauhi) keduniawian yang di masa itu lebih diprioritaskan oleh mereka ketimbang perkara akhirat, hingga keduniawian itu menghalang-halangi mereka untuk membenarkan utusan Allah Musa a.s. untuk itu ia berkata:

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara). (Al-Mu’min:39)

Yakni sedikit lagi akan hilang dan fana; dalam waktu sebentar ia akan menyurut, kemudian lenyap.

وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah negeri yang kekal. (Al-Mu’min:39)

Yaitu negeri yang tidak akan lenyap, tidak akan ada perpindahan lagi darinya, dan tidak akan pergi lagi menuju negeri lain; bahkan adakalanya kehidupan yang nikmat selamanya atau kehidupan neraka yang selamanya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا

Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. (Al-Mu’min:4)

Maksudnya, balasan yang setimpal dengan kejahatan tersebut.

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (Al-Mu’min:4)

Yakni balasannya tidak tertakarkan lagi, bahkan Allah memberinya pahala yang banyak, yang tiada putus-putusnya dan tiada habis-habisnya. Hanya Allah Swt. sajalah yang memberi taufik ke jalan yang benar.


يَٰقَوْمِ إِنَّمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا مَتَٰعٌۭ وَإِنَّ ٱلْءَاخِرَةَ هِىَ دَارُ ٱلْقَرَارِ 39

(39) Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.

(39) 

يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ

Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara). (Al-Mu’min:39)

Yakni sedikit lagi akan hilang dan fana; dalam waktu sebentar ia akan menyurut, kemudian lenyap.

وَإِنَّ الآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

dan sesungguhnya kehidupan akhirat itulah negeri yang kekal. (Al-Mu’min:39)

Yaitu negeri yang tidak akan lenyap, tidak akan ada perpindahan lagi darinya, dan tidak akan pergi lagi menuju negeri lain; bahkan adakalanya kehidupan yang nikmat selamanya atau kehidupan neraka yang selamanya. Untuk itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:


مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةًۭ فَلَا يُجْزَىٰٓ إِلَّا مِثْلَهَا ۖ وَمَنْ عَمِلَ صَٰلِحًۭا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌۭ فَأُو۟لَٰٓئِكَ يَدْخُلُونَ ٱلْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍۢ 40

(40) Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.

(40) 

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلا يُجْزَى إِلا مِثْلَهَا

Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. (Al-Mu’min:4)

Maksudnya, balasan yang setimpal dengan kejahatan tersebut.

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ

Dan barang siapa mengerjakan amal yang saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab. (Al-Mu’min:4)

Yakni balasannya tidak tertakarkan lagi, bahkan Allah memberinya pahala yang banyak, yang tiada putus-putusnya dan tiada habis-habisnya. Hanya Allah Swt. sajalah yang memberi taufik ke jalan yang benar.