41 - فصلت - Fussilat
Explained in detail
Meccan
إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ ۚ وَمَا تَخْرُجُ مِن ثَمَرَٰتٍۢ مِّنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنثَىٰ وَلَا تَضَعُ إِلَّا بِعِلْمِهِۦ ۚ وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَآءِى قَالُوٓا۟ ءَاذَنَّٰكَ مَا مِنَّا مِن شَهِيدٍۢ 47
(47) Kepada-Nya-lah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat. Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Pada hari Tuhan memanggil mereka: "Dimanakah sekutu-sekutu-Ku itu?", mereka menjawab: "Kami nyatakan kepada Engkau bahwa tidak ada seorangpun di antara kami yang memberi kesaksian (bahwa Engkau punya sekutu)".
(47)
Firman Allah Swt:
إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ السَّاعَةِ
Kepada-Nyalah dikembalikan pengetahuan tentang hari kiamat. (Fushshilat:47)
Yakni tidak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Allah Swt, seperti yang dikatakan oleh penghulu manusia Nabi Muhammad Saw. kepada Jibril yang merupakan penghulu malaikat ketika Jibril bertanya kepadanya tentang bilakah hari kiamat itu terjadi. Maka beliau Saw. menjawab:
مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ
Tidaklah orang yang ditanya lebih mengetahui (tentang hari kiamat) daripada orang yang menanya.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِلَى رَبِّكَ مُنْتَهَاهَا
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahannya (ketentuan waktu hari kiamat). (An-Nazi'at:44)
لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلا هُوَ
Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan kedatangannya selain Dia. (Al-A'raf:187)
***********
Adapun firman Allah Swt.:
وَمَا تَخْرُجُ مِنْ ثَمَرَاتٍ مِنْ أَكْمَامِهَا وَمَا تَحْمِلُ مِنْ أُنْثَى وَلا تَضَعُ إِلا بِعِلْمِهِ
Dan tidak ada buah-buahan keluar dari kelopaknya dan tidak seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. (Fushshilat-
47)
Yaitu semuanya terjadi dengan sepengetahuan-Nya, tiada suatu sel pun yang ada di langit dan tidak pula yang ada di bumi terhalang dari pengetahuan-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:
وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلا يَعْلَمُهَا
dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (Pula). (Al-An'am:59)
يَعْلَمُ مَا تَحْمِلُ كُلُّ أُنْثَى وَمَا تَغِيضُ الأرْحَامُ وَمَا تَزْدَادُ وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (Ar-Ra'd:8)
Dan firman Allah Swt.:
وَمَا يُعَمَّرُ مِنْ مُعَمَّرٍ وَلا يُنْقَصُ مِنْ عُمُرِهِ إِلا فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Dan tidak sekali-kali dipanjangkan umur seorang yang berusia panjang dan tidak pula dikurangi usianya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (lauh mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir:11)
Adapun firman Allah Swt.:
وَيَوْمَ يُنَادِيهِمْ أَيْنَ شُرَكَائِي
Pada hari Tuhan memanggil mereka, Di manakah sekutu-sekutu-Ku?” (Fushshilat:47)
Di hari kiamat kelak Allah memanggil orang-orang musyrik di mata semua makhluk, Di manakah sekutu-sekutu yang kalian sembah bersama-Ku?
قَالُوا آذَنَّاكَ مَا مِنَّا مِنْ شَهِيدٍ
Mereka menjawab, Kami nyatakan kepada Engkau, bahwa tidak ada seorang pun di antara kami yang memberi kesaksian.” (Fushshilat:47)
Yakni tiada seorang pun dari kami pada hari ini yang memberikan kesaksian bahwa Engkau mempunyai sekutu.
وَضَلَّ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَدْعُونَ مِن قَبْلُ ۖ وَظَنُّوا۟ مَا لَهُم مِّن مَّحِيصٍۢ 48
(48) Dan hilang lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka sembah dahulu, dan mereka yakin bahwa tidak ada bagi mereka satu jalan keluarpun.
(48)
وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَدْعُونَ مِنْ قَبْلُ
Dan lenyaplah dari mereka apa yang selalu mereka sembah dahulu. (Fushshilat:48)
Semua sekutu yang mereka ada-adakan semasa di dunia itu lenyap semuanya, tidak bisa menolong mereka.
وَظَنُّوا مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ
dan mereka yakin bahwa tidak ada bagi mereka sesuatu jalan keluar pun. (Fushshilat:48)
Yakni orang-orang musyrik kelak di hari kiamat merasa yakin; lafaz zan di sini menunjukkan makna yakin.
مَا لَهُمْ مِنْ مَحِيصٍ
tidak ada bagi mereka sesuatu jalan keluar pun. (Fushshilat:48)
Artinya, tiada jalan selamat bagi mereka dari azab Allah Swt. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَرَأَى الْمُجْرِمُونَ النَّارَ فَظَنُّوا أَنَّهُمْ مُوَاقِعُوهَا وَلَمْ يَجِدُوا عَنْهَا مَصْرِفًا
Dan orang-orang yang berdosa melihat neraka, maka mereka meyakini bahwa mereka akan jatuh ke dalamnya dan mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. (Al-Kahfi:53)
لَّا يَسْـَٔمُ ٱلْإِنسَٰنُ مِن دُعَآءِ ٱلْخَيْرِ وَإِن مَّسَّهُ ٱلشَّرُّ فَيَـُٔوسٌۭ قَنُوطٌۭ 49
(49) Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.
(49)
Allah Swt. menceritakan bahwa manusia itu tidak bosan-bosannya berdoa kepada Tuhannya memohon kebaikan, seperti harta benda, kesehatan tubuh, dan lain sebagainya. Dan jika dirinya tertimpa keburukan, yakni malapetaka atau kemiskinan.
فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
dia menjadi putus asa lagi putus harapan. (Fushshilat: 49)
Yakni dalam hatinya timbul perasaan bahwa tiada harapan lagi baginya untuk memperoleh kebaikan sesudah malapetaka dan musibah yang menimpanya itu.
وَلَئِنْ أَذَقْنَٰهُ رَحْمَةًۭ مِّنَّا مِنۢ بَعْدِ ضَرَّآءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَٰذَا لِى وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةًۭ وَلَئِن رُّجِعْتُ إِلَىٰ رَبِّىٓ إِنَّ لِى عِندَهُۥ لَلْحُسْنَىٰ ۚ فَلَنُنَبِّئَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنْ عَذَابٍ غَلِيظٍۢ 50
(50) Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata: "Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya". Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras.
(50)
وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku.” (Fushshilat: 50)
Artinya apabila ia mendapat kebaikan dan rezeki sesudah sengsara, niscaya dia mengatakan bahwa kebaikan ini memang berhak kuterima menurut Tuhanku.
وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً
dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. (Fushshilat: 50)
Selanjutnya ia ingkar kepada terjadinya hari kiamat. Yakni hanya karena dia diberi nikmat, maka ia langsung bersifat angkuh, sombong, dan kafir. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
كَلا إِنَّ الإنْسَانَ لَيَطْغَى أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى
Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup. (Al-'Alaq: 6-7)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى
Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya. (Fushshilat: 50)
Yakni jika di sana memang ada hari kembali, niscaya Allah akan berbuat baik kepadaku sebagaimana Dia telah berbuat baik kepadaku di dunia ini. Dia mengharapkan kebaikan dari Allah, padahal dia buruk amal perbuatannya dan tidak yakin.
وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى ٱلْإِنسَٰنِ أَعْرَضَ وَنَـَٔا بِجَانِبِهِۦ وَإِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍۢ 51
(51) Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa.
(51)
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
وَإِذَا أَنْعَمْنَا عَلَى الإنْسَانِ أَعْرَضَ وَنَأَى بِجَانِبِهِ
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri. (Fushshilat: 51)
Yaitu berpaling dari ketaatan, dan sombong tidak mau menuruti perintah-perintah Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ
Maka dia berpaling (dari iman) bersama tentaranya. (Adz-Dzariyat: 39)
Firman Allah Swt.:
وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَاءٍ عَرِيضٍ
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51)
Yakni memperpanjang doanya hanya karena meminta sesuatu. Dengan kata lain, dia mengucapkan doa yang panjang, padahal makna dari doanya sedikit. Sedangkan kebalikannya ialah doa yang ringkas, tetapi padat isinya. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِذَا مَسَّ الإنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui Galaunya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12), hingga akhir ayat.
قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِن كَانَ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُم بِهِۦ مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِى شِقَاقٍۭ بَعِيدٍۢ 52
(52) Katakanlah: "Bagaimana pendapatmu jika (Al Quran) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh?"
(52)
Firman Allah Swt.:
قُلْ
Katakanlah. (Fushshilat: 52)
hai Muhammad, kepada orang-orang musyrik lagi mendustakan Al-Qur'an itu.
أَرَأَيْتُمْ إِنْ كَانَ
هَذَا الْقُرْآنُمِنْ عِنْدِ اللَّهِ ثُمَّ كَفَرْتُمْ بِهِ
Bagaimana pendapatmu jika (Al-Qur'an) itu datang dari sisi Allah, kemudian kamu mengingkarinya. (Fushshilat: 52)
Maksudnya, bagaimanakah sikap kalian terhadap Tuhan yang menurunkan Al-Qur'an itu kepada rasul-Nya? Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
مَنْ أَضَلُّ مِمَّنْ هُوَ فِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ
Siapakah yang lebih sesat daripada orang yang selalu berada dalam penyimpangan yang jauh? (Fushshilat: 52)
Yakni dalam kekafiran, keingkaran, menentang kebenaran, dan jauh dari jalan petunjuk.
سَنُرِيهِمْ ءَايَٰتِنَا فِى ٱلْءَافَاقِ وَفِىٓ أَنفُسِهِمْ حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ ٱلْحَقُّ ۗ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ شَهِيدٌ 53
(53) Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
(53)
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada sisi mereka sendiri. (Fushshilat: 53)
Akan tampak bagi mereka bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Al-Qur'an itu benar diturunkan dari sisi Allah kepada rasul-Nya, melalui bukti-bukti yang di luar itu yang terdapat di segenap ufuk, seperti kemenangan-kemenangan yang diperoleh Islam sehingga Islam muncul dan syiar di seluruh belahan bumi dan berada di atas agama lainnya.
Mujahid, Al-Hasan, dan As-Saddi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada pada diri mereka sendiri ialah kejadian Perang Badar, jatuhnya kota Mekah ke tangan kaum muslim, dan kejadian-kejadian lainnya yang menimpa mereka (orang-orang kafir) membuktikan pertolongan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya, dan terhinanya kebatilan bersama bala tentaranya pada kejadian-kejadian tersebut.
Dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud ialah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di dalam diri manusia, misalnya bentuk tubuhnya, organ-organ tubuhnya, dan segala sesuatu yang ada dalam diri manusia seperti yang dijelaskan dalam ilmu bedah tubuh. Semuanya itu menunjukkan kepada kebijaksanaan Penciptanya. Demikian pula tanda-tanda kekuasaan Allah dapat dilihat melalui watak yang diciptakan-Nya di dalam dirinya, seperti akhlak yang berbeda-beda —ada yang baik dan ada yang buruk— dan lain sebagainya. Juga melalui sepak terjang yang dialaminya, yang semuanya itu berjalan di bawah garis takdir Allah Swt. yang tidak dapat dilampaui dan tidak dapat pula dilanggar atau diwaspadai.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ibnu Abud Dunia di dalam kitabnya yang berjudul At-Tafakkur wal I'tibar, dari gurunya Abu Ja'far Al-Qurasyi yang telah mengatakan dalam bait-bait syair gubahannya:
وَإذَا نَظَرْتَ تُريدُ مُعْتَبَرا ... فَانظُرْ إليْكَ فَفِيكَ مُعْتَبَرُ ...
أنتَ الَّذِي يُمْسِي وَيُصْبحُ فِي ... الدُّنْيَا وكُلّ أمُوره عبَرُ ...
أنتَ المصرّفُ كانَ فِي صِغَرٍ ... ثُمّ استَقَلَّ بِشَخْصِكَ الكِبَرُ ...
أنتَ الَّذِي تَنْعَاه خلْقَتُه ... يَنْعاه مِنْهُ الشَّعْرُ والبَشَرُ ...
أنتَ الَّذِي تُعْطَى وَتُسْلَب لَا ... يُنْجيه مِنْ أنْ يُسْلَبَ الحَذَرُ ...
أنْتَ الَّذِي لَا شَيءَ منْه لَهُ ... وَأحَقُّ منْه بِمَاله القَدَرُ ...
Jika engkau memandang dengan tujuan mengambil pelajaran, maka pandanglah dirimu sendiri di dalam dirimu banyak terkandung pelajaran.
Engkau jalani kehidupan di dunia pagi dan petang, semua urusan pribadimu mengandung pelajaran.
Engkau adalah seorang pelaku yang dahulunya dalam keadaan kecil, kemudian berdiri sendiri membawa dirimu setelah dewasa.
Engkau adalah orang yang dibelasungkawa oleh kejadiannya, rambut dan kulitnya berbelasungkawa terhadapnya.
Engkau adalah orang yang diberi dan dirampas, tiada seorang pun yang hati-hati dapat menyelamatkannya dari perampasan.
Engkau adalah orang yang tidak memiliki sesuatu pun yang diperolehnya, dan yang lebih berhak untuk memiliki apa yang dipunyainya adalah takdir.
*******
Adapun firman Allah Swt.:
حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (Fushshilat: 53)
Yakni cukuplah Allah sebagai saksi terhadap segala perbuatan dan ucapan hamba-hamba-Nya. Dia bersaksi bahwa Muhammad Saw. benar dalam menyampaikan apa yang dia terima dari-Nya, seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman:Nya:
لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ
(mereka tidak mengakui yang diturunkan kepadamu itu), tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya. (An-Nisa: 166), hingga akhir ayat.
أَلَآ إِنَّهُمْ فِى مِرْيَةٍۢ مِّن لِّقَآءِ رَبِّهِمْ ۗ أَلَآ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍۢ مُّحِيطٌۢ 54
(54) Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.
(54)
Firman Allah Swt.:
أَلا إِنَّهُمْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَاءِ رَبِّهِمْ
Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. (Fushshilat: 54)
Maksudnya, dalam kebimbangan tentang terjadinya hari kiamat. Karena itu, mereka tidak memikirkannya dan tidak mengetahuinya serta tidak bersikap waspada terhadapnya. Bahkan masalah hari kiamat tidak terlintas sekali dalam pikiran mereka, dan mereka sama sekali tidak mempedulikannya; padahal hari kiamat pasti terjadi, tiada keraguan padanya.
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Tamim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Sa'id Al-Ansari yang mengatakan bahwa sesungguhnya Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz r.a. menaiki mimbarnya, lalu memuji dan menyanjung Allah Swt., kemudian mengatakan, "Amma Ba'du. Hai manusia, sesungguhnya aku mengumpulkan kalian di majelis ini bukan karena suatu peristiwa yang akan kuceritakan kepadamu. Tetapi aku sedang merenungkan urusan ini (hari kiamat) yang kelak akan menjadi tempat kembali kalian. Maka aku menyimpulkan bahwa orang yang membenarkan urusan ini di mulutnya saja adalah orang yang dungu, dan orang yang mendustakannya adalah orang yang binasa." Setelah itu Khalifah Umar ibnu Abdul Aziz turun dari mimbarnya.
Yang dimaksud dengan ucapan orang yang membenarkannya adalah 'orang yang dungu' ialah karena orang yang bersangkutan tidak mau beramal untuk menyambut kedatangannya, tidak bersikap mawas diri, serta tidak merasa takut dengan kengerian dan kedahsyatan peristiwa yang terjadi padanya. Ironisnya dengan sikap yang demikian dia membenarkannya dan meyakini akan kejadiannya. Tetapi dalam waktu yang sama dia tenggelam di dalam permainan, kelalaian, nafsu syahwat, dan dosa-dosanya; hal ini menunjukkan bahwa dia adalah orang yang dungu. Menurut terminologi bahasa, ahmaq artinya lemah akal. Adapun yang dimaksud dengan ucapan bahwa orang yang mendustakannya akan binasa, sudah jelas pengertiannya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Dalam firman selanjutnya Allah Swt. menetapkan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan Maha Meliputi segalanya. Untuk menjadikan hari kiamat bagi Allah Swt. merupakan urusan yang teramat mudah.
Ingatlah, bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu. (Fushshilat: 54)
Yakni semua makhluk berada di bawah pengaturan dan genggaman kekuasaan-Nya serta berada di bawah liputan pengetahuan-Nya. Dialah yang mengatur kesemuanya dengan keputusan-Nya. Maka apa yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.