41 - فصلت - Fussilat
Explained in detail
Meccan
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنَّكَ تَرَى ٱلْأَرْضَ خَٰشِعَةًۭ فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِىٓ أَحْيَاهَا لَمُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰٓ ۚ إِنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ قَدِيرٌ 39
(39) Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(39)
Firman Allah Swt.:
وَمِنْ آيَاتِهِ
Dan sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya. (Fushshilat: 39)
Yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya yang mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati.
أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً
bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus. (Fushshilat: 39)
Yakni tidak ada tetanamannya, bahkan tandus dan kering.
فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ
maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. (Fushshilat: 39)
Yaitu mengeluarkan semua tanamannya yang beraneka ragam dan buah-buahannya.
إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ ءَايَٰتِنَا لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَآ ۗ أَفَمَن يُلْقَىٰ فِى ٱلنَّارِ خَيْرٌ أَم مَّن يَأْتِىٓ ءَامِنًۭا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ ٱعْمَلُوا۟ مَا شِئْتُمْ ۖ إِنَّهُۥ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ 40
(40) Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
(40)
Firman Allah Swt.:
إِنَّ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي آيَاتِنَا
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami. (Fushshilat: 40)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa ilhad artinya meletakkan perkataan bukan pada tempatnya. Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa yang dimaksud ialah kekafiran dan ingkar.
Firman Allah Swt.:
لَا يَخْفَوْنَ عَلَيْنَا
mereka tidak tersembunyi dari Kami. (Fushshilat: 40)
Di dalam kalimat ini terkandung ancaman yang keras dan kecaman yang sangat kuat. Yakni Allah Swt. itu mengetahui siapa yang ingkar kepada ayat-ayat-Nya, asma-asma-Nya serta sifat-sifatnya, dan kelak Dia akan membalas perbuatannya itu dengan siksaan dan azab.
Firman Allah Swt.:
أَفَمَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ خَيْرٌ أَمْ مَنْ يَأْتِي آمِنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Maka apakah orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat?. (Fushshilat: 40)
Yakni apakah yang ini sama dengan yang itu? Sebagai jawabannya tentu saja tidak sama. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan dengan nada ancaman yang ditujukan kepada orang-orang yang kafir:
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ
Perbuatlah apa yang kamu kehendaki. (Fushshilat: 40)
Mujahid, Ad-Dahhak, dan Ata Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini: Perbuatlah apa yang kamu kehendaki. (Fushshilat: 4) Bahwa di dalamnya terkandung janji yang baik atau janji yang buruk.
Dengan kata lain, sesungguhnya Dia mengetahui kalian dan melihat semua amal perbuatan kalian. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Fushshilat: 40)
إِنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِٱلذِّكْرِ لَمَّا جَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّهُۥ لَكِتَٰبٌ عَزِيزٌۭ 41
(41) Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia.
(41)
Selanjutnya dalam ayat berikutnya disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالذِّكْرِ لَمَّا جَاءَهُمْ
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an datang kepada mereka. (FussiIat: 41)
Menurut Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Qatadah disebutkan bahwa yang dimaksud dengan zikir ialah Al-Qur'an.
وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ
dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. (Fushshilat: 41)
Yakni Al-Qur'an itu perkasa, tiada seorang pun yang dapat mendatangkan hal yang semisal dengannya.
لَّا يَأْتِيهِ ٱلْبَٰطِلُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِۦ ۖ تَنزِيلٌۭ مِّنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍۢ 42
(42) Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
(42)
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ
Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya. (Fushshilat: 42)
Artinya, tiada jalan bagi kebatilan untuk menyusup ke dalamnya, karena ia diturunkan dari Tuhan semesta alam. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman selanjutnya:
تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Yaitu Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatan-Nya, lagi Maha Terpuji dalam semua perintah dan larangan-Nya terhadap makhluk-Nya, lagi Maha Terpuji kesudahan dan tujuan-tujuan-Nya.
مَّا يُقَالُ لَكَ إِلَّا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِن قَبْلِكَ ۚ إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍۢ وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍۢ 43
(43) Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. Sesungguhnya Rabb-mu benar-benar mempunyai ampunan dan hukuman yang pedih.
(43)
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
مَا يُقَالُ لَكَ إِلا مَا قَدْ قِيلَ لِلرُّسُلِ مِنْ قَبْلِكَ
Tidaklah ada yang dikatakan (oleh orang-orang kafir) kepadamu itu selain apa yang sesungguhnya telah dikatakan kepada rasul-rasul sebelum kamu. (Fushshilat: 43)
Qatadah dan As-Saddi serta selain keduanya telah mengatakan bahwa maksud ayat ialah tiada suatu kedustaan pun yang ditujukan kepadamu melainkan telah dikatakan pula terhadap rasul-rasul sebelummu oleh kaumnya masing-masing. Sebagaimana mereka didustakan, kamu pun didustakan pula; dan sebagaimana mereka bersabar dalam menghadapi gangguan kaumnya, maka bersabarlah kamu dalam menghadapi gangguan kaummu. Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, baik dia maupun Ibnu Abu Hatim tidak meriwayatkan pendapat lainnya.
Firman Allah Swt.:
إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ
Sesungguhnya Tuhan kamu benar-benar mempunyai ampunan. (Fushshilat: 43)
kepada orang yang mau bertobat kepada-Nya.
وَذُو عِقَابٍ أَلِيمٍ
dan hukuman yang pedih. (Fushshilat: 43)
terhadap orang yang terus-menerus dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluannya.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ، عَنْ عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: إِنَّ رَبَّكَ لَذُو مَغْفِرَةٍ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَوْلَا غَفْر اللَّهِ وَتَجَاوُزُهُ مَا هَنَأ أَحَدًا العيشُ، وَلَوْلَا وَعِيدُهُ وَعِقَابُهُ لَاتَّكَلَ كُلُّ أَحَدٍ"
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan. (Fushshilat: 43) ketika telah diturunkan, maka Rasulullah Saw. bersabda: Seandainya tiada ampunan dan maaf dari Allah, niscaya tiada seorang pun yang merasa hidup tenang. Dan seandainya tidak ada ancaman dan siksaan-Nya, niscaya setiap orang akan mengandalkan amalnya masing-masing.
وَلَوْ جَعَلْنَٰهُ قُرْءَانًا أَعْجَمِيًّۭا لَّقَالُوا۟ لَوْلَا فُصِّلَتْ ءَايَٰتُهُۥٓ ۖ ءَا۬عْجَمِىٌّۭ وَعَرَبِىٌّۭ ۗ قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ هُدًۭى وَشِفَآءٌۭ ۖ وَٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَقْرٌۭ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ يُنَادَوْنَ مِن مَّكَانٍۭ بَعِيدٍۢ 44
(44) Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
(44)
Setelah menyebutkan kefasihan, paramasastra, dan kekukuhan Al-Qur'an dalam lafaz dan maknanya, yang sekalipun demikian orang-orang musyrik tidak mau beriman kepadanya, lalu Allah mengingatkan bahwa kekafiran mereka kepada Al-Qur'an timbul dari keingkaran dan sikap menentang mereka. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَوْ نزلْنَاهُ عَلَى بَعْضِ الأعْجَمِينَ فَقَرَأَهُ عَلَيْهِمْ مَا كَانُوا بِهِ مُؤْمِنِينَ
Dan kalau Al-Qur’an itu Kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, lalu ia membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir), niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya. (Asy-Syu'ara: 198-199)
Demikian pula seandainya Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa asing, tentulah mereka akan mengatakan dengan nada menentang dan ingkar.
لَوْلا فُصِّلَتْ آيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ
Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah (patut Al-Qur'an) dalam bahasa asing, sedangkan (rasul adalah orang) Arab? (Fushshilat: 44)
Yakni niscaya mereka akan mengatakan, "Mengapa ayat-ayatnya tidak dijelaskan dengan bahasa Arab?" Dan tentulah mereka mengingkarinya seraya berkata, "Mengapa bahasa asing diturunkan kepada lawan bicara yang berbahasa Arab lagi tidak memahaminya?" Ini sebagai terjemahan bebas dari ucapan mereka, "Apakah patut Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa asing, sedangkan rasul adalah orang Arab?" Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan As-Saddi serta lain-lainnya.
Menurut pendapat yang lain, yang dimaksud dengan ucapan mereka —"Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya? Apakah patut Al-Qur'an dalam bahasa asing, sedangkan rasul adalah orang Arab?"— ialah mengapa sebagiannya tidak diturunkan dengan bahasa asing dan sebagian lainnya dengan bahasa Arab? Demikianlah menurut pendapat Al-Hasan Al-Basri, dan dia selalu membacanya demikian, yakni tanpa hamzah istifham pada lafaz ajamiyyun. Hal yang sama disebutkan pula dalam suatu riwayat yang bersumber dari Sa'id ibnu Jubair. Takwil seperti ini menunjukkan pengertian lebih tegas dalam sikap ingkar dan menentang. Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat: 44)
Yakni katakanlah, hai Muhammad, bahwa Al-Qur'an ini bagi orang yang beriman kepadanya merupakan petunjuk bagi kalbunya dan penawar bagi semua keraguan dan kebimbangan yang ada di dalam dadanya.
وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ
Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan. (Fushshilat: 44)
Maksudnya, mereka tidak memahami apa yang terkandung di dalamnya.
وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى
sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. (Fushshilat: 44)
Yaitu tidak memperoleh petunjuk dari keterangan yang terkandung di dalam Al-Qur'an. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا
Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
Adapun firman Allah Swt.:
أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ
Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. (Fushshilat: 44)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah jauh dari pengertian hati mereka.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah seakan-akan orang-orang yang diajak bicara oleh Al-Qur'an seperti orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh, yang artinya tentu saja mereka tidak dapat mendengar seruan itu dan tidak pula memahaminya.
Menurut hemat saya, ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَمَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا كَمَثَلِ الَّذِي يَنْعِقُ بِمَا لَا يَسْمَعُ إِلا دُعَاءً وَنِدَاءً صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan perumpamaan (orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (Al-Baqarah: 171)
Ad-Dahhak mengatakan bahwa kelak di hari kiamat mereka diseru dengan nama panggilan yang paling buruk lagi paling hina.
As-Saddi mengatakan, dahulu Khalifah Umar ibnul Khattab r.a. sedang duduk di majelis seorang lelaki dari kalangan kaum muslim yang sedang melakukan peradilan. Tiba-Tiba lelaki itu berkata, "Kupenuhi panggilannya!" Maka Umar r.a. bertanya, "Mengapa engkau mengucapkan jawaban seruan, apakah engkau melihat seseorang atau ada seseorang yang memanggilmu?" Lelaki itu menjawab, "Ada seruan yang memanggilku dari balik laut." Maka Umar r.a. berkata, "Mereka itu orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh." Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ فَٱخْتُلِفَ فِيهِ ۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌۭ سَبَقَتْ مِن رَّبِّكَ لَقُضِىَ بَيْنَهُمْ ۚ وَإِنَّهُمْ لَفِى شَكٍّۢ مِّنْهُ مُرِيبٍۢ 45
(45) Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Rabb-mu, tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. Dan Sesungguhnya mereka terhadap Al Quran benar-benar dalam keragu-raguan yang membingungkan.
(45)
Firman Allah Swt.:
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ
Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Taurat, lalu diperselisihkan tentang Taurat itu. (Fushshilat: 45)
Yakni Musa didustakan dan disakiti. Ini untuk menghibur hati Nabi Saw. yang menghadapi hal yang sama dari kaumnya, maka Allah memerintahkan kepadanya untuk bersabar melalui firman-Nya:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ
Maka bersabarlah kamu seperti sabarnya orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul. (Al-Ahqaf: 35)
Adapun firman Allah Swt.:
وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ
Kalau tidak ada keputusan yang telah terdahulu dari Tuhanmu. (Fushshilat: 45)
yang menetapkan ditangguhkannya hisab sampai hari mereka dikembalikan, yaitu hari kiamat.
لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
tentulah orang-orang kafir itu sudah dibinasakan. (Fushshilat: 45)
Yakni pastilah disegerakan azab bagi mereka, tetapi Allah telah menetapkan bagi mereka suatu hari yang mereka tidak akan dapat selamat dari hari itu.
وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ
Dan sesungguhnya mereka terhadap Al-Qur’an benar-benar berada dalam keragu-raguan yang membingungkan. (Fushshilat: 45)
Artinya, tiadalah kedustaan yang mereka lancarkan terhadap Al-Qur'an berdasarkan keyakinan kepada apa yang mereka ungkapkan, bahkan mereka ragu dengan apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an lagi tidak yakin dengan pendapat mereka sendiri.
Demikianlah menurut pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan takwil ayat ini, dan takwil yang dikemukakannya itu dapat diterima; hanya Allah sajalah Yang Maha Mengetahui.
مَّنْ عَمِلَ صَٰلِحًۭا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّٰمٍۢ لِّلْعَبِيدِ 46
(46) Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.
(46)
Firman Allah Swt.:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri. (Fushshilat:46)
Yakni sesungguhnya manfaat dari perbuatannya itu kembali kepada dirinya sendiri.
وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fushshilat:46)
Yaitu sesungguhnya akibat dari perbuatannya itu akan menimpa dirinya sendiri.
وَمَا رَبُّكَ بِظَلامٍ لِلْعَبِيدِ
dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-(Nya). (Fushshilat:46)
Artinya, Dia tidak menyiksa seseorang melainkan atas dasar dosa yang dilakukannya, dan Dia tidak mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya alasan terhadap yang bersangkutan, yaitu dengan mengutus rasul-Nya kepadanya.