46 - الأحقاف - Al-Ahqaf

Juz : 26

The Dunes
Meccan

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ إِحْسَٰنًا ۖ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ كُرْهًۭا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًۭا ۖ وَحَمْلُهُۥ وَفِصَٰلُهُۥ ثَلَٰثُونَ شَهْرًا ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُۥ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةًۭ قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًۭا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ 15

(15) Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".

(15) 

Firman Allah Swt.:

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. (Al-Ahqaf: 15)

Yakni Kami perintahkan kepada manusia untuk berbakti kepada kedua orang tuanya dan mengasihi keduanya.

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah menceritakan kepadaku Sammak ibnu Harb yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mus'ab ibnu Sa'd menceritakan berita ini dari Sa’d r.a yang telah mengatakan bahwa Ummu Sa'd berkata kepada Sa’d, "Bukankah Allah telah memerintahkan manusia untuk menaati kedua orang tuanya? Maka sekarang aku tidak mau makan dan, minum lagi sebelum kamu kafir kepada Allah." Ternyata Ummu Sa’d tidak mau makan dan minum sehingga keluarganya terpaksa membuka mulutnya dengan memakai tongkat (lalu memasukkan makanan dan minuman ke dalamnya). Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. (Al-Ahqaf: 15), hingga akhir ayat.

Imam Muslim dan para penulis kitab sunan -kecuali Ibnu Majah- telah meriwayatkan hadis ini melalui Syu'bah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang lebih panjang.

حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا

ibunya mengandungnya dengan susah payah. (Al-Ahqaf: 15)

Yaitu mengalami kesengsaraan karena mengandungnya dan kesusahan serta kepayahan yang biasa dialami oleh wanita yang sedang hamil.

وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا

dan melahirkannya dengan susah payah (pula). (Al-Ahqaf: 15)

Yakni dengan penderitaan pula saat melahirkan bayinya lagi sangat susah dan masyaqqat.

وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا

Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)

Sahabat Ali r.a. menyimpulkan dalil dari ayat ini dan ayat yang ada di dalam surat Luqman. yaitu firman-Nya:

وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ

Dan menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)

Dan Firman Allah Swt.:

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلادَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqarah: 233)

Bahwa masa mengandung yang paling pendek ialah enam bulan. Ini merupakan kesimpulan yang kuat lagi benar dan disetujui oleh Usman r.a. dan sejumlah sahabat lainnya.

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Qasit dari Ma'mar ibnu Abdullah Al-Juhani yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari kalangan kami pernah mengawini seorang wanita dari Bani Juhainah. Dan ternyata wanita itu melahirkan bayi dalam usia kandungan genap enam bulan. Lalu suaminya menghadap kepada Usman r.a. dan menceritakan hal tersebut kepadanya. Maka Usman memanggil wanita tersebut. Setelah wanita itu berdiri hendak memakai pakaiannya, saudara perempuan wanita itu menangis. Lalu wanita itu berkata, "Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Demi Allah, tiada seorang lelaki pun yang mencampuriku dari kalangan makhluk Allah selain dia (suaminya), maka Allah-lah Yang akan memutuskan menurut apa yang dikehendaki-Nya terhadap diriku."

Ketika wanita itu telah dihadapkan kepada Khalifah Usman r.a., maka Usman r.a. memerintahkan agar wanita itu dihukum rajam. Dan manakala berita tersebut sampai kepada sahabat Ali r.a., maka dengan segera Ali mendatangi Usman, lalu berkata kepadanya, "Apakah yang telah dilakukan oleh wanita ini?" Usman menjawab, "Dia melahirkan bayi dalam enam bulan penuh, dan apakah hal itu bisa terjadi?" Maka Ali r.a. bertanya kepada Usman, "Tidakkah engkau telah membaca Al-Qur'an?" Usman menjawab, "Benar." Ali r.a. mengatakan bahwa tidakkah engkau pernah membaca firman-Nya: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15) Dan firman Allah Swt.: selama dua tahun penuh. (Al-Baqarah: 233) Maka kami tidak menjumpai sisanya selain dari enam bulan Usman r a berkata, "Demi Allah, aku tidak mengetahui hal ini, sekarang kemarikanlah ke hadapanku wanita itu." Ketika mereka menyusulnya, ternyata jenazah wanita itu telah dimakamkan.

Abdullah ibnu Qasit mengatakan bahwa Ma'mar berkata "Demi Allah, tiadalah seorang anak itu melainkan lebih mirip dengan rupa orang tuanya. Ketika ayahnya melihat bayinya, lalu si ayah berkata, ini benar anakku, demi Allah, aku tidak meragukannya lagi'."

Ma'mar mengatakan bahwa lalu ayah si bayi itu terkena cobaan muka yang bernanah di wajahnya sehabis peristiwa tersebut, yang mana luka itu terus-menerus menggerogoti wajahnya hingga ia mati.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan atsar ini yang telah kami kemukakan dari jalur lain dalam tafsir firman-Nya: maka akulah (Muhammad) orang yang mula-mula memuliakan (anak itu). (Az-Zukhruf: 81); Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Misar, dari Daud ibnu Abu Hindun dan Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa apabila seorang wanita melahirkan bayi setelah sembilan bulan, maka cukuplah baginya menyusui bayinya selama dua puluh satu bulan. Apabila dia melahirkan bayinya setelah tujuh bulan, maka cukup baginya dua puluh tiga bulan menyusui anaknya. Dan apabila ia melahirkan bayinya setelah enam bulan maka masa menyusui bayinya adalah genap dua tahun, karena Allah Swt. telah berfirman: Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan. (Al-Ahqaf: 15)

حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ

sehingga apabila dia telah dewasa. (Al-Ahqaf: 15)

Yakni telah kuat dan menjadi dewasa.

وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً

dan umurnya sampai empat puluh tahun. (Al-Ahqaf. 15)

Yaitu akalnya sudah matang dan pemahaman serta pengendalian dirinya sudah sempurna.

Menurut suatu pendapat, biasanya seseorang tidak berubah lagi dari kebiasaan yang dilakukannya bila mencapai usia empat puluh tahun.

Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan dan Al-A'masy, dan Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq, "Bilakah seseorang dihukum karena dosa-dosanya?" Masruq menjawab, "Bila usiamu mencapai empat puluh tahun, maka hati-hatilah kamu dalam berbuat."

وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا عُبَيد اللَّهِ الْقَوَارِيرِيُّ، حَدَّثَنَا عَزْرَة بْنُ قَيْسٍ الْأَزْدِيُّ -وَكَانَ قَدْ بَلَغَ مِائَةَ سَنَةٍ-حَدَّثَنَا أَبُو الْحَسَنِ السَّلُولِيُّ عَنْهُ وَزَادَنِي قَالَ: قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ عُثْمَانَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ إِذَا بَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً خَفَّفَ اللَّهُ حِسَابَهُ، وَإِذَا بَلَغَ سِتِّينَ سَنَةً رَزَقَهُ اللَّهُ الْإِنَابَةَ إِلَيْهِ، وَإِذَا بَلَغَ سَبْعِينَ سَنَةً أَحَبَّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، وَإِذَا بَلَغَ ثَمَانِينَ سَنَةً ثَبَّتَ اللَّهُ حَسَنَاتِهِ وَمَحَا سَيِّئَاتِهِ، وَإِذَا بَلَغَ تِسْعِينَ سَنَةً غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، وشفَّعه اللَّهُ فِي أَهْلِ بَيْتِهِ، وَكُتِبَ فِي السَّمَاءِ: أَسِيرَ اللَّهِ فِي أَرْضِهِ"

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Qawariri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Qais Al-Azdi yang usianya mencapai seratus tahun, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Kufi alias Umar ibnu Aus, bahwa Muhammad ibnu Amr ibnu Usman telah meriwayatkan dan Usman r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Seorang hamba yang muslim apabila usianya mencapai empat puluh tahun, Allah meringankan hisabnya; dan apabila usianya mencapai enam puluh tahun, Allah memberinya rezeki Inabah (kembali ke jalan-Nya). Dan apabila usianya mencapai tujuh puluh tahun, penduduk langit menyukainya. Dan apabila usianya mencapai delapan puluh tahun, Allah Swt. menetapkan kebaikan-kebaikannya dan menghapuskan keburukan-keburukannya. Dan apabila usianya mencapai sembilan puluh tahun, Allah mengampuni semua dosanya yang terdahulu dan yang akan datang, dan mengizinkannya untuk memberi syafaat buat ahli baitnya dan dicatatkan (baginya) di langit, bahwa dia adalah tawanan Allah di bumi-Nya.

Hadis ini telah diriwayatkan pula melalui jalur lain, yaitu di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.

Al-Hajjaj ibnu Abdullah Al-Hakami, salah seorang amir dari kalangan Bani Umayyah di Dimasyq telah mengatakan, "Aku telah meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa selama empat puluh tahun karena malu kepada manusia, kemudian aku meninggalkannya (sesudah itu) karena malu kepada Allah." Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh seorang penyair dalam bait syairnya:

صَبَا مَا صَبَا حَتى عَلا الشَّيبُ رأسَهُ ... فلمَّا عَلاهُ قَالَ لِلْبَاطِلِ: ابطُل

Diturutinya semua yang disukainya sehingga uban telah menghiasi kepalanya.

Dan manakala uban telah memenuhi kepalanya, ia berkata kepada kebatilan, "Menjauhlah dariku!"

Firman Allah Swt.:

قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي

Ya Tuhanku, tunjukilah aku. (Al-Ahqaf: 15)

Maksudnya, berilah aku ilham, atau bimbinglah aku.

أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ

untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. (Al-Ahqaf: 15)

Yakni di masa mendatang.

وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي

berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. (Al-Ahqaf: 15)

Yaitu keturunanku.

إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku temasuk orang-orang yang berserah diri. (Al-Ahqaf: 15)

Ini adalah panduan bagi yang sudah berusiah empat puluh tahun untuk memperbaharui tobat dan berserah diri kepada Allah.

Telah diriwayatkan oleh Abu daud di dalam kitab sunan-nya, dari Ibnu Mas'ud ra. Bahwa Rasulullah SAW mengajari doa tasyahhud, yaitu:

"اللَّهُمَّ، أَلِّفْ بَيْنِ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سبُل السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجَعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعْمَتِكَ، مُثْنِينَ بِهَا قَابِلِيهَا، وَأَتْمِمْهَا عَلَيْنَا"

selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kepada cahaya, dan jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan fahisyah, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi. Dan berkahilah bagi kami pendengaran kami, penglihatan kami hati kami, istri-istri kami dan keturunan kami. Dan terimalah tobat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Dan jadikanlah kami sebagai orang-orang yang mensyukuri nikmat-Mu, selalu memuji dan menerima nikmat itu, dan sempurnakanlah bagi kami nikmat itu.



أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا۟ وَنَتَجَاوَزُ عَن سَيِّـَٔاتِهِمْ فِىٓ أَصْحَٰبِ ٱلْجَنَّةِ ۖ وَعْدَ ٱلصِّدْقِ ٱلَّذِى كَانُوا۟ يُوعَدُونَ 16

(16) Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.

(16) 

Firman Allah Swt.:

أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ

Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al-Ahqaf: 16)

Yakni mereka yang menyandang predikat yang telah kami sebutkan yaitu orang-orang yang bertobat dan kembali kepada Allah lagi menanggulangi apa yang telah mereka lewatkan dengan bertobat dan memohon ampun merekalah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal baiknya dan Kami maafkan kesalahan-kesalahan mereka, dan Kami ampuni dosa-dosa mereka serta Kami terima amal mereka walaupun sedikit.

فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ

bersama penghuni-penghuni surga. (Al-Ahqaf: 16)

Yakni mereka termasuk penghuni-penghuni surga. Demikianlah status mereka d. s.si Allah sebagaimana yang telah dijanjikan oleh-Nya kepada orang-orang yang bertobat dan kembali ke jalan-Nya, oleh karena itu Allah berfirman:

وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

Sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)

قَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا المُعْتَمِر بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنِ الْحَكَمِ بْنِ أَبَانَ، عَنْ الغطْرِيف، عَنْ جَابِرِ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، عَنِ الرُّوحِ الْأَمِينِ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، قَالَ: "يُؤْتَى بِحَسَنَاتِ الْعَبْدِ وَسَيِّئَاتِهِ ، فَيَقْتَصُّ بَعْضُهَا بِبَعْضٍ، فَإِنْ بَقِيَتْ حَسَنَةٌ وَسَّعَ اللَّهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ" قَالَ: فدخلتُ عَلَى يَزْدَادَ فَحُدّث بِمِثْلِ هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ: قُلْتُ: فَإِنْ ذَهَبَتِ الْحَسَنَةُ؟ قَالَ: أُولَئِكَ الَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنْهُمْ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَنَتَجاوَزُ عَنْ سَيِّئَاتِهِمْ فِي أَصْحَابِ الْجَنَّةِ وَعْدَ الصِّدْقِ الَّذِي كَانُوا يُوعَدُونَ

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Al-Gatrif, dari Jabir ibnu Yard, dan Ibnu Abbas r.a., dari Rasulullah Saw., dari Ar-Ruhul Amin a.s. yang telah mengatakan: Seorang hamba akan didatangkan kebaikan dan keburukannya, lalu dilakukanlah penghapusan sebagiannya dengan sebagian yang lain. Jika masih tersisa suatu kebaikan, Allah memberikan keluasan kepadanya di dalam surga. Ibnu Jarir mengatakan, bahwa lalu ia datang kepada Ali Yazdad dan ternyata dia pun meriwayatkan hadis yang semisal. Aku bertanya, "Bagaimana jika kebaikannya habis?" Ali menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang kami terima dari mereka amal baik yang telah mereka kerjakan dan kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16)

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari ayahnya, dari Muhammad ibnu Abdul Ala As-San'ani, dari Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman berikut sanadnya yang semisal, tetapi ditambahkan 'dan Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril a.s.)'. Disebutkan bahwa Allah Swt mendatangkan kepada seorang hamba amal-amal baiknya dan amal-amal buruknya, lalu Allah Swt. mengingatkannya. Hadis ini garib, tetapi sanadnya baik dan tidak mengandung cela.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ma'bad telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Asim Al-Kala'i, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr Ja'far ibnu Abu Wahsyiyyah dan Abu Wahsyiyyah, dari Yusuf ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Hatib bahwa ketika Al. beroleh kemenangan atas kota Al-Basrah, Muhammad ibnu Hatib tinggal di rumahku. Dan pada suatu hari ia mengatakan kepadaku, bahwa sesungguhnya ia menyaksikan Khalifah Ali r a yang sedang bersama dengan Ammar, Sa'sa'ah, Asytar, dan Muhammad ibnu Abu Bakar r.a. Lalu mereka menceritakan perihal Khalifah Usman r a dan pada akhirnya pembicaraan mereka mendiskreditkannya. Saat itu Ali r a. sedang berada di atas dipannya, sedangkan tangannya memegang tongkat. Lalu seseorang dari mereka berkata, "Sesungguhnya seseorang di antara kalian ada seorang yang akan memutuskan hal ini di antara kalian. Maka mereka menanyakannya kepada Ali r.a. Lalu Ali menjawab bahwa Usman r.a. termasuk salah seorang yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka. (Al-Ahqaf: 16) Kemudian Ali r.a. berkata, "Demi Allah, Usman dan teman-temannya " Hal ini diulanginya sebanyak tiga kali.

Yusuf ibnu Sa'd berkata, bahwa lalu ia bertanya kepada Muhammad ibnu Hatib, "Apakah engkau mendengar ini langsung dari Ali r.a?" Muhammad ibnu Hatib menjawab, "Demi Allah, aku benar-benar mendengarnya dari Ali r.a. secara langsung."


وَٱلَّذِى قَالَ لِوَٰلِدَيْهِ أُفٍّۢ لَّكُمَآ أَتَعِدَانِنِىٓ أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ ٱلْقُرُونُ مِن قَبْلِى وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ ٱللَّهَ وَيْلَكَ ءَامِنْ إِنَّ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقٌّۭ فَيَقُولُ مَا هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ 17

(17) Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan: "Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu belaka".

(17) 

Setelah menyebutkan perihal orang-orang yang mendoakan kedua orang tuanya lagi berbakti kepada keduanya serta keberuntungan dan keselamatan yang diperoleh mereka di hari kemudian, lalu Allah Swt. menyebutkan keadaan orang-orang yang celaka, yaitu orang-orang yang menyakiti kedua orang tuanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا

Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, Cis bagi kamu keduanya.” (Al-Ahqaf:17)

Ini umum pengertiannya mencakup semua orang yang mengatakan demikian kepada kedua orang tuanya. Mengenai pendapat yang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a., maka pendapatnya lemah. Karena Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. baru masuk Islam setelah ayat ini diturunkan dan berbuat baik dalam Islamnya sehingga ia termasuk orang yang terpilih di masanya.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah seorang putra Abu Bakar r.a. Akan tetapi, kesahihan hadis ini masih perlu diteliti kembali; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Mujahid bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibnu Abu Bakar r.a. menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Juraij. Ulama lainnya mengatakan bahwa dia adalah Abdur Rahman ibnu Abu Bakar. Pendapat ini dikemukakan pula oleh As-Saddi. Tetapi sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyakiti kedua orang ibu bapaknya; dan mendustakan perkara yang hak, lalu mengatakan kepada kedua orang tuanya, Sialan kamu berdua.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abu Zaidah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnul Madini yang mengatakan bahwa sesungguhnya ia berada di dalam masjid saat Marwan berkhotbah. Marwan antara lain mengatakan, Sesungguhnya Allah Swt telah memperlihatkan kepada Amirul Mu’minin perihal Yazid sebagai orang yang baik. Dan jika ia (Mu'awiyah) mengangkatnya menjadi kalifah, maka sesungguhnya Abu Bakar pun pernah mengangkat Umar sebagai khalifah penggantinya. Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. berkata, Apakah itu cara Heraklius (kerajaan)? Sesungguhnya Abu Bakar r.a. tidak menyerahkan kekhalifahan itu pada seseorang dari kalangan anak-anaknya dan tidak pula kepada seorang ahli baitnya. Lain halnya dengan Mu'awiyah, dia tidak sekali-kali menyerahkan kekhalifahan kepada anaknya (Yazid) melainkan karena kasihan dan memuliakan anaknya. Marwan menjawab, Bukankah engkau adalah orang yang telah mengatakan kepada kedua ibu bapakmu, 'Cis bagi kamu keduanya'? Abdur Rahman r.a. menjawab, Bukankah engkau pun adalah anak seorang yang terlaknat karena orang tuamu pernah melaknat Rasulullah Saw.?

Abdullah ibnul Madini melanjutkan kisahnya, bahwa perdebatan itu terdengar oleh Siti Aisyah r.a., maka ia mengatakan, Hai Marwan, bukankah kamu pernah mengatakan anu dan anu terhadap Abdur Rahman ra Tuduhanmu itu tidak benar, ayat tersebut tidak diturunkan berkenaan dengan dia (Abdur Rahman ibnu Abu Bakar), melainkan diturunkan berkenaan dengan si Fulan bin Fulan.

Kemudian Marwan dipilih sebagai khalifah (pengganti Yazid), lalu ia turun dari mimbar dan langsung menuju ke pintu rumah Siti Aisyah r.a., kemudian berbicara dengan Siti Aisyah r.a. dan sesudahnya ia pergi.

Imam Bukhari telah meriwayatkan atsar ini melalui sanad dan lafaz yang lain. Untuk itu ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan Abu Bisyr dari Yusuf ibnu Mahik yang menceritakan bahwa Marwan di saat menjadi amir atas kawasan Hijaz dari pihak Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan ra pernah berkhotbah, lalu mempromosikan Yazid ibnu Mu'awiyah, dengan maksud agar Yazid dibaiat menjadi khalifah sesudah ayahnya (setelah Mu'awiyah). Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. mengucapkan sesuatu dan mengatakan, Tangkaplah dia!' Tetapi Marwan masuk ke dalam rumah Siti Aisyah r.a., berlindung di dalamnya sehingga mereka tidak mampu menangkapnya. Lalu Marwan berkata bahwa sesungguhnya orang ini (yakni Abdur Rahman ibnu Abu Bakar) adalah yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, Cis bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? (Al-Ahqaf:17) Maka Siti Aisyah r.a. menjawab dari balik tabir, Allah Swt. tidak pernah menurunkan sesuatu dari Al-Qur'an sehubungan dengan keluarga kami, selain dari wahyu yang diturunkan Allah mengenai pembersihan namaku.

Jalur lain. Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Umayyah ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ketika Mu'awiyah membaiat putranya, Marwan berkata, Ini adalah sunnah Abu Bakar dan Umar. Maka Abdur Rahman ibnu Abu Bakar r.a. menjawab, Ini adalah kebiasaan Heraklius dan Kaisar. Marwan berkata, Orang ini (maksudnya Abdur Rahman ibnu Abu Bakar) lah yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam firman-Nya: Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya, 'Cis bagi kamu keduanya' (Al-Ahqaf:17), hingga akhir ayat. Ketika hal ini terdengar oleh Siti Aisyah r.a., maka ia menjawab, Marwan dusta, demi Allah, orang yang dimaksud bukanlah dia (Abdur Rahman), seandainya aku berkemauan untuk menyebut nama orang yang dimaksudkan dalam ayat tersebut, tentulah aku dapat menyebutkan namanya. Akan tetapi, yang jelas Rasulullah Saw. telah melaknat ayahnya Marwan dan Marwan yang masih berada di dalam sulbinya. Maka Marwan adalah orang yang tercela karena laknat Allah.

Firman Allah Swt.:

أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ

apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dikeluarkan. (Al-Ahqaf:17)

Yakni akan dibangkitkan dari kubur.

وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي

padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? (Al-Ahqaf:17)

Artinya, telah banyak manusia yang telah mati dan ternyata tiada seorang pun dari mereka yang kembali.

وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ

Lalu kedua ibu bapaknya itu memohon pertolongan kepada Allah. (Al-Ahqaf:17)

Yaitu memohon pertolongan kepada Allah agar anaknya diberi petunjuk, lalu berkata kepada anaknya:

وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ

Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar.” Lalu dia berkata, Ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Ahqaf:17)


أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ ٱلْقَوْلُ فِىٓ أُمَمٍۢ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِم مِّنَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ خَٰسِرِينَ 18

(18) Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.

(18) 

Adapun firman Allah Swt.:

أُولَئِكَ الَّذِينَ حَقَّ عَلَيْهِمُ الْقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنَّهُمْ كَانُوا خَاسِرِينَ

Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. (Al-Ahqaf:18)

Yakni termasuk ke dalam golongan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang kafir yang merugikan dirinya sendiri dan keluarga mereka kelak di hari kiamat.

Firman Allah Swt., Ula-ika sesudah firman-Nya, uWal lazi qala, merupakan dalil yang menunjukkan seperti apa yang telah kami kemukakan di atas, yaitu bahwa ini merupakan isim jinis yang pengertiannya mencakup semua orang yang demikian keadaannya.

Menurut Al-Hasan dan Qatadah, yang dimaksud adalah orang kafir, pendurhaka lagi menyakiti kedua orang tuanya, dan mendustakan adanya hari berbangkit.

Al-Hafiz ibnu Asakir mengatakan sehubungan dengan biografi Sahl ibnu Daud melalui jalur Hammam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Khalid Az-Zabarqan Al-Ulaimi, dari Salim ibnu Habib, dari Abu Umamah Al-Bahili r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda:

أَرْبَعَةٌ لَعَنَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَوْقِ عَرْشِهِ، وأَمَّنتْ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ: مُضِلُّ الْمَسَاكِينِ -قَالَ خَالِدٌ: الَّذِي يَهْوِي بِيَدِهِ إِلَى الْمِسْكِينِ فَيَقُولُ: هَلُمَّ أُعْطِيكَ، فَإِذَا جَاءَهُ قَالَ: لَيْسَ مَعِي شَيْءٌ-وَالَّذِي يَقُولُ لِلْمَكْفُوفِ: اتَّقِ الدَّابَّةَ، وَلَيْسَ بَيْنَ يَدَيْهِ شَيْءٌ. وَالرَّجُلُ يَسْأَلُ عَنْ دَارِ الْقَوْمِ فَيَدُلُّونَهُ عَلَى غَيْرِهَا، وَالَّذِي يَضْرِبُ الْوَالِدَيْنِ حَتَّى يَسْتَغِيثَا

Ada empat macam orang yang dilaknat oleh Allah dari atas Arasy-Nya dan diamini oleh para malaikat, yaitu orang yang menyesatkan orang-orang miskin. Khalid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang yang melambaikan tangannya kepada orang miskin seraya berkata, Kemarilah kamu, aku akan memberimu. Dan ketika orang miskin itu datang kepadanya, ia mengatakan, Aku tidak mempunyai sesuatu yang akan kuberikan kepadamu. Orang yang kedua ialah seseorang yang mengatakan kepada seorang tukang, Bekerjalah, padahal ia tidak memiliki sesuatu pun (untuk membayarnya). Dan orang-orang yang ditanyai oleh seorang lelaki tentang rumah suatu kaum, lalu mereka menunjukkan kepadanya rumah yang lain. Dan seseorang yang memukuli kedua orang tuanya hingga keduanya meminta tolong. Hadis ini garib sekali.


وَلِكُلٍّۢ دَرَجَٰتٌۭ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۖ وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَٰلَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ 19

(19) Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang mereka tiada dirugikan.

(19) 

Firman Allah Swt.:

وَلِكُلٍّ دَرَجَاتٌ مِمَّا عَمِلُوا

Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Ahqaf:19)

Yakni masing-masing dari mereka mendapat azab sesuai dengan amal perbuatannya.

وَلِيُوَفِّيَهُمْ أَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Al-Ahqaf:

19)

Mereka tidak dianiaya barang seberat zarrah pun atau yang lebih kecil dari padanya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa derajat atau tingkatan di neraka mengarah ke bawah, sedangkan derajat di surga mengarah ke atas.


وَيَوْمَ يُعْرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ عَلَى ٱلنَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَٰتِكُمْ فِى حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنْيَا وَٱسْتَمْتَعْتُم بِهَا فَٱلْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ ٱلْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَبِمَا كُنتُمْ تَفْسُقُونَ 20

(20) Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik".

(20) 

Firman Allah Swt.:

وَيَوْمَ يُعْرَضُ الَّذِينَ كَفَرُوا عَلَى النَّارِ أَذْهَبْتُمْ طَيِّبَاتِكُمْ فِي حَيَاتِكُمُ الدُّنْيَا وَاسْتَمْتَعْتُمْ بِهَا

Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya.” (Al-Ahqaf:20)

Dikatakan hal tersebut kepada mereka sebagai kecaman dan cemoohan.

Dan sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab r.a. menjauhkan dirinya dari kebanyakan makanan dan minuman yang enak-enak dan tidak mau menyantapnya. Dan ia mengatakan bahwa sesungguhnya ia merasa takut bila dirinya seperti orang-orang yang dicela dan dikecam oleh Allah Swt. melalui firman-Nya: Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengannya. (Al-Ahqaf:20)

Abu Mijlaz mengatakan, bahwa sesungguhnya benar-benar banyak kaum yang kehilangan kebaikan-kebaikan yang mereka miliki semasa di dunia, lalu dikatakan kepada mereka: Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja). (Al-Ahqaf:20)

Firman Allah Swt.:

فَالْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَسْتَكْبِرُونَ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَبِمَا كُنْتُمْ تَفْسُقُونَ

maka pada hari ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik. (Al-Ahqaf:20)

Maka mereka dibalasi dengan pembalasan yang sejenis dengan amal perbuatan mereka. Maka sebagaimana mereka menyenangkan diri mereka sendiri dan bersikap sombong terhadap perkara yang hak tidak mau mengikutinya, dan mereka gemar mengerjakan perbuatan-perbuatan yang fasik dan durhaka, maka Allah Swt. membalas mereka dengan azab yang menghinakan. Yaitu kehinaan, kerendahan, azab yang sangat menyakitkan lagi sangat pedih, dan penyesalan yang terus-menerus serta tempat tinggal di dasar neraka yang mengerikan. Semoga Allah melindungi kita dari semua siksaan itu.