56 - الواقعة - Al-Waaqia

Juz : 27

The Inevitable
Meccan

يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَٰنٌۭ مُّخَلَّدُونَ 17

(17) Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

(17) 


يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda. (Al-Waqi'ah: 17)

Yakni mereka tetap kekal dalam rupa yang sama, tidak menua, tidak beruban, tidak pula berubah.


بِأَكْوَابٍۢ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍۢ مِّن مَّعِينٍۢ 18

(18) dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,

(18) 


بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ

dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir. (Al-Waqi'ah: 18)

Yang dimaksud dengan akwab ialah gelas yang tidak ada pegangannya dan tidak ada moncongnya. Dan yang dimaksud dengan abdriq ialah yang menghimpun kedua spesifikasi tersebut, yakni cerek. Semuanya diisi dengan khamr dari sungai khamr yang ada di dalam surga, bukan dari botol minuman, bahkan langsung dari sumbernya yang terus-menerus mengalir.



لَّا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلَا يُنزِفُونَ 19

(19) mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

(19) 

Firman Allah Swt.:

لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ

mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 19)

Yakni kepala mereka tidak pusing dan akal mereka tidak tertutup, bahkan tetap normal disertai dengan pengaruh yang menyenangkan dan merasakan kelezatan minumannya.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan sehubungan dengan khamr dunia, bahwa peminumnya mengalami empat hal karena pengaruhnya, yaitu mabuk, pening, muntah, dan buang air kecil. Dan Allah Swt. menyebutkan tentang sifat khamr di surga, bahwa khamr di surga terbebas dari semua pengaruh tersebut.

Mujahid, Ikrimah. Said ibnu Jubair, Atiyyah, Qatadah, dan As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya. mereka tidak pening karena meminumnya. (Al-Waqi'ah: 19) Artinya mereka di dalam surga tidak merasa pening karena meminumnya.

Mereka mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan tidak pula mabuk. (Al-Waqi'ah: 19) Yakni tidak menghilangkan akal sehat mereka.

*******************



وَفَٰكِهَةٍۢ مِّمَّا يَتَخَيَّرُونَ 20

(20) dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,

(20) 

Firman Allah Swt.:

وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ

dan buah-buahan dari apa yang mereka inginkan dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 20-21)

Para pelayan surga itu mengelilingi mereka dengan membawa segala macam buah-buahan yang dipilih oleh mereka. Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan boleh memakan buah-buahan dengan memilihnya terlebih dahulu sebelum menyantapnya.

Hal ini diperkuat dengan hadis Ikrasy ibnuZu-aib yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli rahimahullah di dalam kitab musnadnya, bahwa:

حَدَّثَنَا الْعَبَّاسُ بْنُ الْوَلِيدِ النَّرْسِي، حَدَّثَنَا الْعَلَاءُ بْنُ الْفَضْلِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سَوِيَّةَ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عِكْراش، عَنْ أَبِيهِ عِكْراش بْنِ ذُؤَيْبٍ، قَالَ: بَعَثَنِي بَنُو مُرَّةَ فِي صَدَقَاتِ أَمْوَالِهِمْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فَإِذَا هُوَ جَالِسٌ بَيْنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ، وَقَدِمْتُ عَلَيْهِ بِإِبِلٍ كأنها عروق الأرطى، قال: "من الرجل؟ " قُلْتُ: عِكْراش بْنُ ذُؤَيْبٍ. قَالَ: "ارْفَعْ فِي النَّسَبِ"، فَانْتَسَبْتُ لَهُ إِلَى "مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ"، وَهَذِهِ صَدَقَةُ "مُرَّةَ بْنِ عُبَيْدٍ". فَتَبَسَّمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ: هَذِهِ إِبِلُ قَوْمِي، هَذِهِ صَدَقَاتُ قَوْمِي. ثُمَّ أَمَرَ بِهَا أَنَّ تُوسَمَ بِمِيسَمِ إِبِلِ الصَّدَقَةِ وَتُضَمَّ إِلَيْهَا. ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي فَانْطَلَقْنَا إِلَى مَنْزِلِ أُمِّ سَلَمَةَ، فَقَالَ: "هَلْ مِنْ طَعَامٍ؟ " فَأُتِينَا بحفنة كَثِيرَةِ الثَّرِيدِ وَالْوَذَرِ، فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهَا، فَأَقْبَلْتُ أُخَبِّطُ بِيَدِي فِي جَوَانِبِهَا، فَقَبَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى يَدِي الْيُمْنَى، فَقَالَ: "يَا عِكْراش، كُلْ مِنْ مَوْضِعٍ وَاحِدٍ، فَإِنَّهُ طَعَامٌ وَاحِدٌ". ثُمَّ أُتِينَا بِطَبَقٍ فِيهِ تَمْرٌ، أَوْ رُطَبٌ -شَكَّ عُبَيْدُ اللَّهِ رُطَبًا كَانَ أَوْ تَمْرًا-فَجَعَلْتُ آكُلُ مِنْ بَيْنِ يَدِي، وَجَالَتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الطَّبَقِ، وَقَالَ: "يَا عِكْراش، كُلْ مِنْ حَيْثُ شِئْتَ فَإِنَّهُ غَيْرُ لَوْنٍ وَاحِدٍ". ثُمَّ أُتِينَا بِمَاءٍ، فَغَسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَهُ وَمَسَحَ بِبَلَلِ كَفَّيْهِ وَجْهَهُ وَذِرَاعَيْهِ وَرَأْسَهُ ثَلَاثًا، ثُمَّ قَالَ: "يَا عِكْراش، هَذَا الْوُضُوءُ مِمَّا غَيَّرَتِ النَّارُ".

telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid At-Tursi, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnul Fadl ibnu Abdul Malik ibnu Abu Saumah, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ikrasy, dari ayahnya (yaitu Ikrasy Ibnu Zu-aib) yang menceritakan bahwa Murrah mengutusnya untuk membawa harta zakat mereka kepada Rasulullah Saw. Ketika tiba di Madinah, ia menjumpai Rasulullah Saw. sedang duduk di antara orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar. Ia datang kepadanya dengan membawa unta-unta zakat yang jumlahnya cukup banyak. Beliau Saw. bertanya, "Siapakah lelaki ini?" Aku (Ikrasy) menjawab, "Ikrasy ibnu Zu-aib." Beliau Saw. bersabda, "Apakah nasab tidak diberlakukan lagi (dalam penyebutan nama)?" Maka aku kaitkan nasabku demi Rasulullah Saw. kepada Murrah, lalu kukatakan kepadanya, "Ini adalah harta zakat dari Murrah ibnu Ubaid." Maka Rasulullah Saw. tersenyum dan bersabda: Ini adalah ternak (dari) kaumku, dan ini adalah ternak zakat (dari) kaumku. Kemudian Rasulullah Saw. memerintahkan agar unta zakat itu diberi tanda dengan cap zakat, lalu digabungkan bersama-sama unta zakat lainnya. Setelah itu beliau memegang tanganku dan mengajakku pergi ke rumah Ummu Salamah, dan beliau bertanya, "Apakah ada makanan?" Maka kami disuguhi semangkuk makanan berupa. sarid (roti dicampur dengan kuah gulai) dan wazar (daging yang diiris kecil-kecil). Rasulullah Saw. makan dari mangkuk itu, sedangkan aku makan dengan menjulurkan tangan­ku ke semua bagian dari mangkuk itu. Lalu Rasulullah Saw. memegang tangan kananku dengan tangan kirinya dan bersabda, "Hai Ikrasy, makan­lah dari satu tempat, karena sesungguhnya makanan ini semuanya sama!" Seusai makan kami disuguhi sebaki buah-buahan yang berisikan buah kurma yang sudah disale atau kurma yang masih segar—Ubaidillah ragu yang mana di antara keduanya—, lalu aku makan dari satu tempat saja. Tetapi Rasulullah Saw. menjulurkan tangannya ke seluruh baki itu dan bersabda: Hai Ikrasy, makanlah dari bagian mana yang kamu sukai, karena sesungguhnya buah ini tidak satu macam. Sesudah itu didatangkan kepada kami air, dan Rasulullah Saw. membasuh tangannya, lalu mengusapkan kedua telapak tangannya yang masih basah itu kepada wajah dan kedua tangan serta kepalanya sebanyak tiga kali. kemudian bersabda: Hai Ikrasy, ini adalah wudu karena telah memakan makanan (daging) yang telah dimasak.

Demikian pula hal yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Majah secara panjang lebar, dari Muhammad ibnu Basysyar, dari Abul Huzail alias Al-Ala ibnul Fadl dengan sanad yang sama. Lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui hadis Abul Huzail.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad dan Affan; Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Syaiban, ketiga-tiganya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Sabit yang mengatakan bahwa sahabat Anas r.a. pernah bercerita bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang senang kepada ru-ya, adakalanya seseorang mengalami ru-ya (mimpi yang baik), lalu ia menanyakan takwilnya kepada Nabi Saw. karena ia tidak mengetahuinya. Dan apabila Nabi Saw. memuji mimpi yang dialaminya itu dengan pujian yang baik, maka orang yang bersangkutan amat senang dengan mimpinya itu.

Pada suatu hari datanglah seorang wanita, kemudian berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah melihat dalam mimpiku seakan-akan aku didatangi dan dikeluarkan dari Madinah, lalu dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku mendengar suara gemuruh yang membuat surga bergetar karenanya. Ketika kulihat, ternyata penyebabnya adalah si Fulan bin Fulan dan si Anu bin Anu." Wanita itu menyebutkan sebanyak dua belas orang sahabat Nabi Saw. yang telah diutus oleh Nabi Saw. dalam suatu pasukan khusus sebelum itu. Kedua belas orang itu dimasukkan ke dalam surga, semuanya memakai pakaian yang berdebu dan pada bagian lehernya penuh dengan darah. Lalu dikatakan (kepada para malaikat), "Bawalah mereka ke Sungai Al-Baidakh atau Al-Baizakh." Selanjutnya mereka dibenamkan ke dalam sungai itu, dan mereka dikeluarkan darinya, sedangkan rupa mereka bagaikan rembulan di malam purnama.

Dan disuguhkan kepada mereka sebuah piring besar terbuat dari emas yang berisikan buah kurma, lalu mereka memakannya sepuas mereka. Maka tidak sekali-kali mereka membalikkan bagian dari piring besar itu, melainkan mereka memakan buah-buahan sepuas mereka, dan wanita itu ikut makan bersama-sama mereka.

Kemudian datanglah pembawa berita dari pasukan khusus itu (kepada Nabi Saw.) dan menceritakan apa yang dialami oleh pasukan itu yang kisahnya persis dengan kisah dalam mimpi itu. Disebutkan bahwa telah gugur dari pasukan itu si Anu dan si Fulan hingga semuanya berjumlah dua belas orang. Maka Rasulullah Saw. memanggil wanita itu dan bersabda kepadanya, "Ceritakanlah (kembali) mimpimu itu!" Wanita itu menceritakan mimpinya, bahwa lalu didatangkanlah si Fulan dan si Fulan (ke dalam surga) yang jumlah orangnya sama persis dengan apa yang diberitakan oleh si pembawa berita dari pasukan tersebut.

Hadis ini berdasarkan lafaz yang ada pada Abu Ya'la. Al-Hafiz Ad-Diya mengatakan bahwa sanad hadis ini dengan syarat Imam Muslim.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا مُعَاذُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، حَدَّثَنَا رَيْحَانُ بْنُ سَعِيدٍ، عَنْ عَبَّادُ بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي قِلابة، عَنْ أَبِي أَسْمَاءَ، عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن الرَّجُلَ إِذَا نَزَعَ ثَمَرَةً فِي الْجَنَّةِ، عَادَتْ مَكَانَهَا أُخْرَى"

Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'az ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Madini, telah menceritakan kepada kami Raihan ibnu Sa'id, dari Abbad ibnu Mansur, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abu Asma, dari Sauban yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya seseorang itu apabila memetik suatu buah dari surga, maka dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah lainnya.

*******************



وَلَحْمِ طَيْرٍۢ مِّمَّا يَشْتَهُونَ 21

(21) dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

(21) 

Firman Allah Swt.:

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ

dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi'ah: 21)

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سَيَّارُ بْنُ حَاتِمٍ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ الضَّبُعِيُّ، حَدَّثَنَا ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ طَيْرَ الْجَنَّةِ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ، يَرْعَى فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذِهِ لَطَيْرٌ نَاعِمَةٌ فَقَالَ: "أَكَلَتُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا -قَالَهَا ثَلَاثًا-وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَأْكُلُ مِنْهَا"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sayyar ibnu Hatim, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulaiman Ad-Dab'i, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, burung-burung itu terbang dengan bebasnya di pohon-pohon surga. Maka Abu Bakar r.a. berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya burung surga itu benar-benar burung yang hidupnya senang." Rasulullah Saw. bersabda: Aku akan memakannya dan merasa lebih senang darinya —sebanyak tiga kali—. Dan sesungguhnya aku berharap semoga engkau termasuk salah seorang yang memakannya.

Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal melalui jalur ini.

Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Maqdisi di dalam kitabnya yang berjudul Sifatul Jannah telah meriwayatkan melalui hadis Ismail ibnu Ali Al-Hatmi dari Ahmad ibnu Ali Huwaiti, dari Abdul Jabbar ibnu Asim. dari Abdullah ibnu Ziad, dari Zur'ah, dari Nafi' dari ibnu Umar yang menceritakan bahwa:

ذُكِرَتْ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طُوبَى، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، هَلْ بَلَغَكَ مَا طُوبَى؟ " قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: "طُوبَى شَجَرَةٌ فِي الْجَنَّةِ، مَا يَعْلَمُ طُولَهَا إِلَّا اللَّهُ، يَسِيرُ الرَّاكِبُ تَحْتَ غُصْنٍ مِنْ أَغْصَانِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا، وَرَقُهَا الْحُلَلُ، يَقَعُ عَلَيْهَا الطَّيْرُ كَأَمْثَالِ الْبُخْتِ". فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هُنَاكَ لَطَيْرًا نَاعِمًا؟ قَالَ: "أَنْعَمُ مِنْهُ مَنْ يَأْكُلُهُ، وَأَنْتَ مِنْهُمْ إِنْ شَاءَ اللَّهُ"

pernah disebutkan di hadapan Nabi Saw. tentang Tuba, maka beliau Saw. bersabda, "Hai Abu Bakar, apakah engkau pernah mendengar apakah Tuba itu?" Abu Bakar menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Tuba adalah sebuah pohon di dalam surga yang tingginya tiada yang mengetahuinya selain Allah, seorang pengendara berjalan di bawah naungan salah satu dari dahannya memerlukan waktu tujuh puluh musim gugur (tahun), dedaunannya bagaikan perhiasan, dan burung-burung (surga) yang (besarnya) seperti unta hinggap di atasnya. Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat burung yang hidupnya senang." Rasulullah Saw. bersabda: Tetapi yang hidup lebih senang darinya adalah orang yang makan, dagingnya, dan Insya Allah engkau termasuk salah seorang dari mereka.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan daging burung dari apa yang mereka inginkan. (Al-Waqi"ah: 21) Telah diceritakan kepada kami bahwa Abu Bakar pernah berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berpendapat bahwa burung surga itu hidup senang sebagaimana para penghuninya yang hidup senang." Rasulullah Saw. menjawab:

"مَنْ يَأْكُلُهَا -وَاللَّهِ يَا أَبَا بَكْرٍ -أَنْعَمُ مِنْهَا، وَإِنَّهَا لَأَمْثَالُ الْبُخْتِ، وَإِنِّي لَأَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ تَأْكُلَ مِنْهَا يَا أَبَا بَكْرٍ"

Demi Allah, hai Abu Bakar, orang yang memakan dagingnya lebih senang darinya, dan sesungguhnya burung-burung surga itu besarnya seperti unta. Dan sesungguhnya aku benar-benar berharap kepada Allah, semoga engkau dapat memakan dagingnya, hai Abu Bakar.

قَالَ أَبُو بَكْرٍ بْنُ أَبِي الدُّنْيَا: حَدَّثَنِي مُجَاهِدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنِي ابْنُ أَخِي ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم سئل عن الْكَوْثَرِ فَقَالَ: "نَهْرٌ أَعْطَانِيهِ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِي الْجَنَّةِ، أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ، وَأَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ، فِيهِ طُيُورٌ أَعْنَاقُهَا يَعْنِي كَأَعْنَاقِ الْجُزُرِ". فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهَا لَنَاعِمَةٌ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "آكِلُهَا أَنْعَمُ مِنْهَا".

Abu Bakar ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Mujahid ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ma'an ibnu Isa, telah menceritakan kepadaku anak saudara lelakiku Ibnu Syihab, dari ayahnya, dari Anas ibnu Malik, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya tentang Al-Kausar. Maka beliau Saw. menjawab: Kausar ialah sebuah sungai di dalam surga yang diberikan kepadaku oleh Tuhanku, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis daripada madu, padanya terdapat burung-burung (surga) yang lehernya seperti leher untajazur (yakni besarnya seperti unta jazur). Maka Umar berkata, "Sudah barang tentu burung-burung itu hidup dengan senang." Rasulullah Saw. bersabda: Aku akan memakan (daging)nya dan merasa lebih senang darinya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Abdu ibnu Humaid, dari Al-Qa'nabi, dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Muslim ibnu Syihab, dari ayahnya. Imam Turmuzi kemudian mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan dari Anas.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ الطَّنَافِسي، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ الْوَلِيدِ الوَصَّافي، عَنْ عَطِيَّةَ العَوْفِيّ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَطَيْرًا فِيهِ سَبْعُونَ أَلْفَ رِيشَةٍ، فَيَقَعُ عَلَى صَحْفَةِ الرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَنْتَفِضُ، فَيُخْرِجُ مَنْ كُلِّ رِيشَةٍ -يَعْنِي: لَوْنًا-أَبْيَضَ مِنَ اللَّبَنِ، وَأَلْيَنَ مِنَ الزُّبْدِ، وَأَعْذَبَ مِنَ الشَّهْدِ، لَيْسَ مِنْهَا لَوْنٌ يُشْبِهُ صَاحِبَهُ ثُمَّ يَطِيرُ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Muhammad At-Tanafisi, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Ubaidillah ibnul Walid Al-Wassafi, dari Atiyyah Al-Aufi, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga itu benar-benar terdapat burung yang mempunyai tujuh puluh ribu bulu, lalu burung itu hinggap pada piring salah seorang dari penghuni surga, dan burung itu mengibaskan sayap (bulu)nya. Maka keluarlah darinya—yakni dari tiap bulunya— suatu warna yang lebih putih daripada air susu, lebih lunak daripada buih, dan lebih jernih daripada madu, dan tiap warna berbeda dengan warna lain yang dikeluarkannya."

Tetapi hadis ini garib sekali. Al-Wassafi dan gurunya keduanya berpredikat daif.

Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Al-Lais. telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal ibnu Abu Hazm, dari Ata. dari Ka'b yang mengatakan bahwa sesungguhnya burung surga itu besarnya seperti unta, yang menjadi makanannya adalah buah-buahan surga, dan minumnya dari sungai-sungai surga. Kemudian burung-burung itu berbaris kepada seorang penghuni surga. Dan apabila penghuni surga itu menginginkan sesuatu dari burung itu, maka burung tersebut hinggap di hadapannya dan ia memakan bagian luar dan bagian dalam (yang diingininya), sesudah itu burung itu terbang kembali dalam keadaan tidak kurang dari sesuatu pun (yakni tubuhnya utuh kembali). Sanad hadis ini sahih sampai ke pada Ka'b.

قَالَ الْحَسَنُ بْنُ عَرَفَةَ: حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ، عَنْ حُمَيْدٍ الْأَعْرَجِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْحَارِثِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّكَ لَتَنْظُرُ إِلَى الطَّيْرِ فِي الْجَنَّةِ فَتَشْتَهِيهِ فَيَخِرُّ بَيْنَ يَدَيْكَ مَشْوِيًّا"

Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Khalifah, dari Humaid Al-A'raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda kepadanya: Sesungguhnya engkau benar-benar memandang kepada burung (yang sedang terbang) di surga yang kamu ingini dagingnya, maka dengan serta merta burung itu terjatuh di hadapanmu dalam keadaan telah terpanggang (sudah masak).

*******************



وَحُورٌ عِينٌۭ 22

(22) Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,

(22) 

Firman Allah Swt.:

وَحُورٌ عِينٌ

Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 22)

Sebagian dari mereka membacanya dengan bacaan rafa’ yang artinya bagi mereka ada bidadari-bidadari yang bermata jeli di dalam surga. Sedangkan yang membaca jar mengandung dua makna; salah satunya i'rab-nya dianggap mengikut kepada lafaz (kalimat) yang sebelumnya, yakni lafaz lahmi tairin, yang bentuk lengkapnya adalah seperti berikut:

يَطُوفُ عَلَيْهِمْ وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ. بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ. لَا يُصَدَّعُونَ عَنْهَا وَلا يُنزفُونَ. وَفَاكِهَةٍ مِمَّا يَتَخَيَّرُونَ. وَلَحْمِ طَيْرٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ. وَحُورٌ عِينٌ

Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda, dengan membawa gelas, cerek, dan piala berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karena meminumnya dan tidak pula mabuk, dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih, dan daging burung dari apa yang mereka inginkan, dan bidadari-bidadari yang bermata jeli. (Al-Waqi'ah: 17-22)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ

dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kedua kakimu. (Al-Maidah: 6)

Lafaz arjulakum di-'ataf-kan kepada wujlihakum. Semakna pula dengan apa yang telah disebutkan dalam firman-Nya:

عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ

Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal. (Al-Insan:21)

Makna yang kedua menunjukkan bahwa di antara anak-anak muda yang mengelilingi mereka terdapat pula bidadari-bidadari yang bermata jeli, tetapi hal ini terjadi di dalam gedungnya masing-masing, bukan di kalangan sebagian mereka dengan sebagian yang lainnya, bahkan di dalam kemah masing-masing mereka dikelilingi oleh para pelayan surga dan bidadari-bidadari yang bermata jeli; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.



كَأَمْثَٰلِ ٱللُّؤْلُؤِ ٱلْمَكْنُونِ 23

(23) laksana mutiara yang tersimpan baik.

(23) 

Firman Allah Swt.:

كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ

laksana mutiara yang tersimpan. (Al-Waqi'ah: 23)

Yakni penampilan mereka seakan-akan seperti mutiara dalam hal keputihan dan kejernihannya, sebagaimana yang telah disebutkan dalam tafsir surat Ash-Shaffat.

كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ

seakan-akan merek


جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 24

(24) Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan.

(24) 

جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Sebagai balasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Waqi'ah: 24)

Yaitu semua sajian yang Kami suguhkan kepada mereka merupakan balasan dari amal baik yang telah mereka kerjakan (selama di dunia).


لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًۭا وَلَا تَأْثِيمًا 25

(25) Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

(25) 

لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا تَأْثِيمًا

Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa. (Al-Waqi'ah: 25)

Yakni kata-kata yang mengandung keburukan.




إِلَّا قِيلًۭا سَلَٰمًۭا سَلَٰمًۭا 26

(26) akan tetapi mereka mendengar ucapan salam.

(26) 

إِلَّا قِيلًا سَلَامًا سَلَامًا

Akan tetapi mereka mendengar ucapan salam. (Al-Waqi'ah: 26)

Yaitu hanya kata salam dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain. 
seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

تَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلامٌ

Salam penghormatan mereka ialah 'Salam'. (Ibrahim: 23)

Dan pembicaraan mereka pun bersih dari sia-sia dan yang mengandung keburukan.


وَأَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلْيَمِينِ 27

(27) Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.

(27) 

Setelah Allah Swt. sebutkan perihal orang-orang yang terdahulu dan pahala yang mereka terima, yaitu orang-orang yang didekatkan kepada-Nya. berikutnya Allah Swt. menyebutkan perihal Ashabul yamin (golongan kanan), mereka adalah orang-orang yang berbakti (takwa). Menurut Maimun ibnu Mahra'n, kedudukan golongan kanan berada di bawah kedudukan orang-orang yang didekatkan kepada-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ مَا أَصْحَابُ الْيَمِينِ

Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu. (Al-Waqi'ah:27)

Maksudnya, siapakah golongan kanan itu dan keadaan mereka, serta bagaimanakah tempat kembali mereka? Kemudian ditafsirkan oleh firman selanjutnya:


فِى سِدْرٍۢ مَّخْضُودٍۢ 28

(28) Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

(28) 

فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ

Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri. (Al-Waqi'ah: 28)

Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Abul Ahwas, Qisainah ibnu Zuhair, As-Safar ibnu Qais. Al-Hasan, Qatadah, Abdullah ibnu Kasir, As-Saddi, dan Abu Hirzah serta lain-lainnya mengatakan bahwa pohon tersebut tidak ada durinya. Dan menurut Ibnu Abbas adalah pohon bidara yang dipenuhi dengan buahnya, ini menurut riwayat Ikrimah dan Mujahid. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Qatadah, bahwa kami selalu membicarakannya, bahwa pohon bidara tersebut rindang buahnya dan tidak berduri (berbeda dengan pohon bidara yang ada di bumi).

Makna lahiriahnya menunjukkan bahwa kalau pohon bidara di dunia penuh dengan duri dan sedikit buahnya, tetapi di akhirat sebaliknya, tidak berduri dan banyak buahnya yang membuat pohonnya terasa berat dengan buah-buah yang dikeluarkannya.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ سَلْمَانَ النَّجَّادُ. حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَمَّدٍ هُوَ الْبَغَوِيُّ، حَدَّثَنِي حَمْزَةُ بْنُ عَبَّاسٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ، أَخْبَرَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو، عَنْ سُلَيْمِ بْنِ عَامِرٍ، قَالَ: كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُونَ: إِنَّ اللَّهَ لَيَنْفَعُنَا بِالْأَعْرَابِ وَمَسَائِلِهِمْ؛ قَالَ: أَقْبَلَ أَعْرَابِيٌّ يَوْمًا فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، ذَكَرَ اللَّهُ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً تُؤْذِي صَاحِبَهَا؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَمَا هِيَ؟ ". قَالَ: السِّدر، فَإِنَّ لَهُ شَوْكًا مُوذِيًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلَيْسَ اللَّهُ يَقُولُ: فِي سِدْرٍ مَخْضُودٍ، خَضَد اللَّهُ شَوْكَهُ، فَجَعَلَ مَكَانَ كُلِّ شَوْكَةٍ ثَمَرَةً، فَإِنَّهَا لَتُنْبِتُ ثَمَرًا تَفَتَّق الثمرةُ مِنْهَا عَنِ اثْنَيْنِ وَسَبْعِينَ لَوْنًا مِنْ طَعَامٍ، مَا فِيهَا لَوْنٌ يُشْبِهُ الْآخَرَ"

Al-Hafiz Abu Bakar alias Ahmad ibnu Salman An-Najjar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Sulaim ibnu Amir yang mengatakan bahwa dahulu para sahabat Rasulullah Saw. mengatakan, "Sesungguhnya Allah benar-benar memberikan manfaat kepada kita dengan kebiasaan orang-orang badui dan permasalahannya." Pada suatu hari datanglah seorang Arab Badui, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, Allah Swt. telah menyebutkan bahwa di dalam surga terdapat sebuah pohon, yang dapat menyakiti pemiliknya." Maka Rasulullah Saw. balik bertanya, "Pohon apakah yang dimaksud?" Orang Badui menjawab, "Pohon bidara, sesungguhnya pohon bidara itu banyak durinya lagi menyakitkan." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Bukankah Allah Swt. telah berfirman, "Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri" (Al-Waqi'ah: 28). Allah telah melenyapkan semua durinya dan menggantikan setiap durinya dengan buah, maka sesungguhnya pohon bidara surga itu menghasilkan banyak buah; tiap buah darinya menghasilkan tujuh puluh dua rasa buah yang tiada suatu rasa pun yang mirip dengan yang lainnya.

Jalur lain.

قَالَ أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي دَاوُدَ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُصَفَّى، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُبَارَكِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ، حَدَّثَنِي ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنِي حَبِيبُ بْنُ عُبَيْدٍ، عَنْ عُتْبة بن عبد السلمي قَالَ: كُنْتُ جَالِسًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَسْمَعُكَ تَذْكُرُ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً لَا أَعْلَمَ شَجَرَةً أَكْثَرَ شَوْكًا مِنْهَا؟ يَعْنِي: الطَّلْحَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ يَجْعَلُ مَكَانَ كُلِّ شَوْكَةٍ مِنْهَا ثَمَرَةً مِثْلَ خُصْوَة التَّيْسِ الْمَلْبُودِ، فِيهَا سَبْعُونَ لَوْنًا مِنَ الطَّعَامِ، لَا يُشْبِهُ لَوْنٌ آخَرَ"

Abu Bakar ibnu Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mubarak, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepadaku Saur ibnu Yazid, telah mencerita­kan kepadaku Habib ibnu Ubaid, dari Atabah ibnu Abdus Salma yang menceritakan bahwa ketika ia sedang duduk bersama Rasulullah Saw., tiba-tiba datanglah seorang Badui, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, aku pernah mendengar engkau menceritakan tentang surga, bahwa di dalamnya terdapat suatu pohon yang sepengetahuanku pohon itu paling banyak durinya," maksudnya pohon bidara. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya Allah telah menggantikan tiap duri itu dengan buah seperti pelir kambing gunung yang gemuk, pada tiap buah terdapat tujuh puluh macam rasa yang satu sama lainnya tidak serupa (tidak sama rasanya).



وَطَلْحٍۢ مَّنضُودٍۢ 29

(29) dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),

(29) 

firman Allah Swt.:

وَطَلْحٍ مَنْضُودٍ

dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29)

Talh, nama sebuah pohon besar yang banyak didapat di tanah Hijaz termasuk kelompok pohon 'idah. Bentuk tunggalnya talhah, pohon ini terkenal banyak durinya.

Ibnu Jarir mendendangkan sebuah syair yang biasa diucapkan oleh para penyair Badui untuk memberi semangat kepada unta-untanya agar berjalan cepat:

بَشَّرَهَا دَليلها وَقَالَا ... غَدًا تَرينَ الطَّلحَ والجبَالا ...

Penunjuk jalan menyampaikan berita gembira kepadanya dengan mengatakan, "Besok kamu akan melihat banyak pohon talh dan gunung-gunung.”

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29) Yakni buahnya bersusun-susun.

Ia mengingatkan hal ini kepada orang-orang Quraisy karena mereka merasa kagum dengan pohon yang besar yang rindang naungannya seperti pohon talh dan pohon bidara. As-Saddi mengatakan bahwa mandud artinya berantai. Ibnu Abbas mengatakan bahwa pohon talh tersebut mirip dengan pohon talh yang ada di dunia, tetapi buahnya lebih manis daripada madu. Al-Jauhari mengatakan bahwa talh menurut istilah bahasa sama dengan tala'.

Menurut hemat kami. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Al-Hasan ibnu Sa'd, dari seorang syekh, dari Hamdan yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ali r.a. mengatakan sehubungan dengan dialek yang menyebutkan bahwa talhin mandud artinya sama dengan tal'un mandul. Berdasarkan pengertian ini berarti kalimat ini merupakan sifat dari pohon bidara tersebut. Seakan-akan sifat dari pohon bidara itu telah dilenyapkan semua durinya dan bahwa mayangnya bersusun-susun, yakni banyak buahnya: hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah, dari Idris, dari Ja'far ibnu Iyas, dari Abu Nadrah. dari Abu Sa’id sehubungan dengan makna firman-Nya: dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya). (Al-Waqi'ah: 29) Bahwa pohon tersebut adalah pohon pisang.

Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah diriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas. Abu Hurairah. Al-Hasan, Ikrimah Qisamah ibnu Zuhair, Qatadah, dan Abu Hirzah. Hal yang semisal telah dikatakan oleh Mujahid dan Ibnu Zaid. Disebutkan bahwa penduduk Yaman menamakan pisang dengan sebutan talh, tetapi Ibnu Jarir tidak meriwayatkan pendapat lainnya kecuali hanya pendapat ini.



وَظِلٍّۢ مَّمْدُودٍۢ 30

(30) dan naungan yang terbentang luas,

(30) 

Firman Allah Swt.:

وَظِلٍّ مَمْدُودٍ

dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30)

قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ -يبلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا، اقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: وَظِلٍّ مَمْدُودٍ

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad. dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang menyampaikannya dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, bila seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun, ia masih belum menempuhnya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah: 30)

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Al-A'raj dengan sanad yang sama.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُرَيج، حَدَّثَنَا فُلَيح، عَنْ هِلَالِ بْنِ عَلِيٍّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي عَمْرة، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظلها مائة سنة، اقرؤوا إن شئتم: وَظِلٍّ مَمْدُودٍ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Abdur Rahman ibnu Abu Umrah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon, seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun untuk menempuh naungannya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah: 30)

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Al-A'raj dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Muhammad ibnu Sufyan, dari Falih dengan sanad yang sama. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abdur Razzaq, dari Ma'mar. dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Hammad ibnu Salamah, dari Muhammad ibnu Ziad, dari Abu Hurairah dan Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari ayahnya, dari Abu Hurairah; sedangkan Auf meriwayatkannya dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah dengan sanad yang sama.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ وَحَجَّاجٌ قَالَا حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، سَمِعْتُ أَبَا الضَّحَّاكِ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيرة، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا سَبْعِينَ، أَوْ مِائَةَ سَنَةٍ، هِيَ شَجَرَةُ الْخُلْدِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far dan Hajjaj. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, bahwa ia pernah mendengar Ad-Dahhak menceritakan hadis berikut dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw.. bahwa beliau Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya memerlukan waktu tujuh puluh atau seratus tahun. Pohon itu adalah pohon Khuldi.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سِنَانٍ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ قَالَ: "فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظلها مائة عام ما يقطعها، واقرؤوا إِنْ شِئْتُمْ: وَظِلٍّ مَمْدُودٍ

Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum menempuh (seluruhnya). Bacalah oleh kalian jika kalian sukafirman Allah Swt. berikut, "Dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi'ah:30)

Sanad hadis berpredikat jayyid, tetapi mereka (Ahlus Sunan) tidak mengetengahkannya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. dari Abu Kuraib, dari Abdah dan Abdur Rahim serta Bukhari, semuanya dari Muhammad ibnu Amr dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Abdur Rahim ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Abu Khalid, dari Ziad maula Bani Makhzum. dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun untuk menempuh naungannya. Bacalah oleh kalian jika kalian suka akan firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Maka sampailah hal ini kepada Ka'b, lalu Ka'b berkata, "Demi Tuhan yang telah menurunkan Taurat kepada Musa dan Al-Qur'an kepada Muhammad, dia benar. Seandainya seorang lelaki mengendarai unta hiqqah atau jaz'ah, lalu mengelilingi bagian atas (naungan) pohon itu, niscaya masih belum dapat mengelilinginya karena keburu pikun (tua renta). Sesungguhnya Allah telah menanamnya sendiri dengan tangan-Nya dan telah meniupkan ke dalamnya sebagian dari roh (ciptaan)-Nya. Dan sesungguhnya naungannya untuk orang-orang yang ada di balik tembok surga, dan tidak ada sebuah sungai pun di dalam surga melainkan bersumber dari akar pohon tersebut."

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مِنْهَال الضَّرِيرُ، حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيع، عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي عَرُوبَةَ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ: وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ، قَالَ: "فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا"

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Minhal yang tuna netra, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnuZurai', dari Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah. dari Anas, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Maka Nabi Saw. bersabda: Di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Rauh ibnu Abdul Mu'in, dari Yazid ibnu Zurai'. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Daud At-Tayalisi, dari Imran ibnu Daud Al-Qattan, dari Qatadah dengan sanad yang sama. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ma'mar dan Abu Hilal, dari Qatadah dengan sanad yang sama.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan melalui hadis Abu Sa'id dan Sahl ibnu Sa'id, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:

"إِنَّ فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ الْجَوَادَ المُضَمَّر السَّرِيعَ مِائَةَ عَامٍ مَا يَقْطَعُهَا"

Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya.

Hadis ini telah terbukti dari Rasulullah Saw., bahkan mencapai predikat mutawatir yang dipastikan kesahihannya di kalangan para imam ahli hadis dan kritik sanad, karena jalur-jalurnya beraneka ragam dan sanadnya kuat serta para perawinya berpredikat siqah.

Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Abu Husain yang mengatakan bahwa kami berada di salah satu pintu gerbang di suatu tempat, saat itu kami bersama Abu Saleh dan Syaqiq Ad-Dabbi. Abu Saleh mengatakan, telah menceritakan kepadanya Abu Hurairah, bahwa sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya memerlukan waktu tujuh puluh tahun. Lalu Abu Saleh bertanya, "Apakah Abu Hurairah berdusta?" Maka Syaqiq menjawab.” Aku tidak mendustakan Abu Hurairah, tetapi aku mendustakan engkau." Maka peristiwa tersebut dirasakan oleh para qurra sangat berat.

Menurut hemat kami, sesungguhnya batillah orang yang mendustakan hadis ini mengingat kesahihannya telah terbuktikan dan predikat rafa'-nya sampai kepada Rasulullah Saw. sudah jelas.

قَالَ التِّرْمِذِيُّ:حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ، حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ الفُرَات القَزَّاز، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فِي الْجَنَّةِ شَجَرَةٌ إِلَّا سَاقُهَا مِنْ ذَهَبٍ".

Imam Turmuzi mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnul Hasan ibnul Furat Al-Qazzaz, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiada suatu pohonpun di dalam surga, melainkan batangnya dari emas

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abur Rabi', telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, dari Zam'ah ibnu Saleh, dari Salamah ibnu Wahram, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa naungan yang membentang luas ialah sebuah pohon di dalam surga yang naungannya bila dikelilingi oleh seorang pengendara memerlukan waktu seratus tahun. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ahli surga—yaitu ahli surga yang berada di tempat-tempat yang tinggi— keluar menuju pohon itu; begitu pula penduduk surga lainnya, lalu mereka berkumpul di bawah naungannya sambil berbincang-bincang. Ibnu Abbas melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka teringat akan hiburan musik di dunia dan menginginkannya. Maka Allah mengirimkan angin dari surga dan menerpa pohon itu, lalu dari suara dedaunannya timbullah semua irama musik di dunia.

Asar ini garib, tetapi sanadnya jayyid, kuat lagi baik.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Ibnu Yaman, telah men­ceritakan kepada kami Abu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimnn sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) bahwa untuk menempuhnya sama dengan perjalanan tujuh puluh ribu tahun.

Hal yang semisal diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Bandar, dari Ibnu Mahdi, dari Sufyan dengan lafaz yang semisal.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun sehubungan dengan makna firman-Nya, "Dan naungan yang terbentang luas," maka ia mengatakan sama dengan jarak perjalanan lima ratus ribu tahun.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Walid At-Tayalisi, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Nafi', dafi Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Bahwa di dalam surga terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum dapat menempuhnya.

قَالَ عَوْفٌ عَنِ الْحَسَنِ: بَلَغَنِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِي ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لَا يَقْطَعُهَا".

Auf telah meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa telah sampai kepadanya suatu berita yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di dalam surga benar-benar terdapat sebuah pohon yang seorang pengendara berjalan di bawah naungannya selama seratus tahun masih belum menempuhnya.

Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.

Syabib telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di dalam surga ada sebuah pohon yang tidak ditopang dan dijadikan sebagai naungan, ini menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Ad-Dahhak, As-Saddi, dan Abu Hirzah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan naungan yang terbentang luas. (Al-Waqi'ah: 30) Yakni naungan yang tidak pernah terputus, di dalam surga tiada mentari dan tiada panas, kesegaran udaranya seperti sebelum munculnya fajar.

Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa udara surga sedang, sebagaimana udara di antara terbitnya fajar hingga terbitnya matahari.

Telah disebutkan pula ayat-ayat yang semakna, seperti firman-Nya:

وَنُدْخِلُهُمْ ظِلا ظَلِيلا

dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. (An-Nisa: 57)

أُكُلُهَا دَائِمٌ وَظِلُّهَا

buahnya tak henti-hentinya dan naungannya (demikian pula). (Ar-Ra'd:35)

Dan firman Allah Swt.:

فِي ظِلالٍ وَعُيُونٍ

berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air. (Al-Mursalat: 41)

Dan masih banyak ayat lainnya yang semakna.


وَمَآءٍۢ مَّسْكُوبٍۢ 31

(31) dan air yang tercurah,

(31) 

Firman Allah Swt.:

وَمَاءٍ مَسْكُوبٍ

dan air yang tercurah. (Al-Waqi'ah: 31)

As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah air yang mengalir bukan dari parit, yakni luapannya. Pembahasan mengenai hal ini telah dikemukakan dalam tafsir firman Allah Swt.:

فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آسِنٍ

الْآيَةَ

di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya. (Muhammad: 15), hingga akhir ayat.

Jadi, tidak perlu diulangi lagi dalam tafsir surat ini.


وَفَٰكِهَةٍۢ كَثِيرَةٍۢ 32

(32) dan buah-buahan yang banyak,

(32) 

Firman Allah Swt.:

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ. لَا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ

dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi’ah: 32-33)

Yakni pada mereka terdapat buah-buahan yang banyak lagi beraneka ragam warnanya yang termasuk di antara apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.

Dalam ayat lain disebutkan sebagai berikut, menggambarkan keadaan mereka dan buah-buahan yang mereka makan:

كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا

Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. mereka mengatakan, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. (Al-Baqarah: 25)

Yaitu bentuk dan rupanya satu sama lainnya sama, tetapi rasanya berbeda-beda.

Di dalam kitab Sahihain ada hadis yang menceritakan tentang Sidratul Muntaha, yang antara lain disebutkan bahwa ternyata dedaunan­nya sebesar-besar telinga gajah, dan buahnya seperti gentong buatan negeri Hajar.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan pula melalui hadis Malik, dari Zaid, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari mengalami gerhana, lalu Rasulullah Saw. melakukan salat gerhana dan orang-orang bermakmum kepadanya. Kemudian disebutkan perihal salat Rasulullah Saw., antara lain mereka bertanya, ''Wahai Rasulullah, kami melihat engkau mengambil sesuatu di tempat salatmu ini, kemudian kami melihat engkau mundur." Rasulullah Saw. menjawab:

"إِنِّي رَأَيْتُ الْجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا، وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا"

Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berusaha untuk memetik setangkai buah anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, niscaya kalian dapat memakannya selama dunia ini masih berputar.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمة، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ، إِذْ تَقَدَّمُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقَدَّمْنَا مَعَهُ، ثُمَّ تَنَاوَلَ شَيْئًا لِيَأْخُذَهُ ثُمَّ تَأَخَّرَ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ لَهُ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صنعتَ اليومَ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا مَا كُنْتَ تَصْنَعُهُ؟ قَالَ: "إِنَّهُ عُرِضَتْ علَيَّ الْجَنَّةُ، وَمَا فِيهَا مِنَ الزَّهْرَة والنُّضْرَة، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا مِنْ عِنَبٍ لِآتِيَكُمْ بِهِ، فحِيلَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ، وَلَوْ أَتَيْتُكُمْ بِهِ لَأَكَلَ مِنْهُ مِنْ بَيْنِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يُنْقِصُونَهُ"

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika kami sedang melakukan salat Lohor, tiba-tiba Rasulullah Saw. maju, maka kami pun ikut maju bersamanya. Kemudian beliau seakan-akan meraih sesuatu yang hendak dipetiknya, tetapi beliau mundur kembali. Setelah salat selesai. Ubay ibnu Ka'b bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, di hari ini engkau melakukan dalam salatmu suatu perbuatan yang tidak pernah engkau kerjakan sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya ditampakkan kepadaku surga dan semua perhiasan dan keindahannya, maka aku bermaksud memetik setangkai buah anggur darinya untuk kalian, tetapi ternyata ada penghalang antara aku dan buah anggur itu. Sekiranya aku dapat mendatangkannya kepada kalian, tentulah dapat memakannya semua orang yang ada di antara langit dan bumi, sedangkan setangkai buah anggur surga itu tidak berkurang sedikit pun.

Imam Muslim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Abuz Zubairdan Jabir.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عَامِرُ بْنُ زَيْدٍ البَكَالي: أَنَّهُ سَمِعَ عُتْبَةَ بْنَ عَبْدِ السُّلَمِيَّ يَقُولُ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَأَلَهُ عَنِ الْحَوْضِ وَذَكَرَ الْجَنَّةَ، ثُمَّ قَالَ الْأَعْرَابِيُّ: فِيهَا فَاكِهَةٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَفِيهَا شَجَرَةٌ تُدْعَى طُوبَى" فَذَكَرَ شَيْئًا لَا أَدْرِي مَا هُوَ، قَالَ: أَيُّ شَجَرِ أَرْضِنَا تُشْبِهُ؟ قَالَ: "لَيْسَتْ تُشْبِهُ شَيْئًا مِنْ شَجَرِ أَرْضِكَ". فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أتيتَ الشَّامَ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ: "تُشْبِهُ شَجَرَةً بِالشَّامِ تُدْعَى الجَوزة، تَنْبُتُ عَلَى سَاقٍ وَاحِدٍ، وَيَنْفَرِشُ أَعْلَاهَا". قَالَ: مَا عِظَمُ أَصْلِهَا؟ قَالَ: "لَوِ ارْتَحَلَتْ جَذعَة مِنْ إِبِلِ أَهْلِكَ مَا أَحَاطَتْ بِأَصْلِهَا حَتَّى تَنْكَسِرَ تَرْقُوَتُهَا هَرَمًا". قَالَ: فِيهَا عِنَبٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: فَمَا عِظَمُ الْعُنْقُودِ؟ قَالَ: "مَسِيرَةُ شَهْرٍ لِلْغُرَابِ الْأَبْقَعِ، وَلَا يَفْتُرُ". قَالَ: فَمَا عظَم الحَبَّة؟ قَالَ: "هَلْ ذَبَحَ أَبُوكَ تَيْسًا مِنْ غَنَمِهِ قَطُّ عَظِيمًا؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَسَلَخَ إِهَابَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّكَ، فَقَالَ: اتَّخِذِي لَنَا مِنْهُ دَلْوًا؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ الْأَعْرَابِيُّ: فَإِنَّ تِلْكَ الْحَبَّةَ لَتُشْبِعُنِي وَأَهْلَ بَيْتِي؟ قَالَ: "نَعَمْ وعامَّة عَشِيرَتِكَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Yahya ibnu Abu Kasir, dari Amir ibnu Zaid Al-Bakkali, bahwa ia mendengar Atabah ibnu Abdus Salma mengatakan bahwa pernah seorang Badui datang kepada Rasulullah Saw. dan menanyakan kepada beliau tentang telaga dan gambaran tentang surga, dan orang Badui itu bertanya pula, "Apakah di dalam surga terdapat buah-buahan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, dan di dalam surga terdapat sebuah pohon yang diberi nama tuba." Lalu Rasulullah Saw. menyebutkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh lelaki Badui itu, maka ia bertanya, "Manakah di antara pepohonan tanah kami yang serupa dengannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tiada suatu pohon negerimu yang mirip dengan pohon surga." Nabi Saw. balik bertanya, "Sudah pernahkah kamu ke negeri Syam?" Lelaki Badui itu menjawab, "Belum." Nabi Saw. bersabda, "Pohon tuba itu mirip dengan sebuah pohon yang ada di negeri Syam yang dikenal dengan nama pohon al-juzah. Pohon itu tumbuh pada satu batang, tetapi bagian atasnya rindang." Lelaki badui itu bertanya, "Seberapa besarkah satu tangkai buah darinya?" Nabi Saw. menjawab, "Sama dengan jarak perjalanan yang ditempuh oleh burung gagak yang berbulu belang selama satu bulan penuh tanpa berhenti." Lelaki Badui itu bertanya, "Seberapakah besar batangnya?" Nabi Saw. menjawab, "Sekiranya engkau larikan seekor unta jaz'ah milik kaummu untuk mengelilingi batang pohon itu. niscaya masih belum dapat mengelilinginya sampai tenggorokannya terputus karena terlalu tua." Lelaki Badui itu bertanya, "Apakah di dalam surga terdapat pohon anggur?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki Badui bertanya, "Seperti apakah besarnya buah anggur surga itu?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah ayahmu pernah menyembelih pejantan yang paling besar dari ternak kambingnya?" Lelaki Badui menjawab, "Ya."Nabi Saw. bersabda, "Lalu ia mengulitinya dan memberikan kulitnya kepada ibumu seraya berkata, 'Buatlah timba air dari kulit ini untuk kita'." Lelaki Badui itu mengerti apa yang dimaksud oleh Nabi Saw., lalu ia berkata memberi komentar, "Bila sebesar itu, berarti satu biji buah anggur benar-benar dapat membuat aku kenyang berikut seluruh ahli baitku." Nabi Saw. bersabda, "Benar, dan juga seluruh handai tolanmu."

Firman Allah Swt.:

لَا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ

Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi'ah: 33)

Yakni tidak pernah terputus, baik di musim dingin maupun di musim panas, bahkan buahnya selalu ada selamanya. Manakala mereka menginginkannya, buah-buahan surga selalu ada dan mereka dapat menjumpainya, tiada suatu buah pun yang menolak terhadap mereka berkat kekuasaan Allah. Qatadah mengatakan bahwa tiada yang mencegah mereka dari memetiknya, baik itu ranting, duri, ataupun jarak yang jauh. Dalam hadis terdahulu telah disebutkan bahwa apabila seseorang memetik buah, maka saat itu juga dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah lain yang baru.



لَّا مَقْطُوعَةٍۢ وَلَا مَمْنُوعَةٍۢ 33

(33) yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.

(33) 

Firman Allah Swt.:

وَفَاكِهَةٍ كَثِيرَةٍ. لَا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ

dan buah-buahan yang banyak. Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi’ah: 32-33)

Yakni pada mereka terdapat buah-buahan yang banyak lagi beraneka ragam warnanya yang termasuk di antara apa yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.

Dalam ayat lain disebutkan sebagai berikut, menggambarkan keadaan mereka dan buah-buahan yang mereka makan:

كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا

Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu. mereka mengatakan, "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu.” Mereka diberi buah-buahan yang serupa. (Al-Baqarah: 25)

Yaitu bentuk dan rupanya satu sama lainnya sama, tetapi rasanya berbeda-beda.

Di dalam kitab Sahihain ada hadis yang menceritakan tentang Sidratul Muntaha, yang antara lain disebutkan bahwa ternyata dedaunan­nya sebesar-besar telinga gajah, dan buahnya seperti gentong buatan negeri Hajar.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan pula melalui hadis Malik, dari Zaid, dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa matahari mengalami gerhana, lalu Rasulullah Saw. melakukan salat gerhana dan orang-orang bermakmum kepadanya. Kemudian disebutkan perihal salat Rasulullah Saw., antara lain mereka bertanya, ''Wahai Rasulullah, kami melihat engkau mengambil sesuatu di tempat salatmu ini, kemudian kami melihat engkau mundur." Rasulullah Saw. menjawab:

"إِنِّي رَأَيْتُ الْجَنَّةَ، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا عُنْقُودًا، وَلَوْ أَخَذْتُهُ لَأَكَلْتُمْ مِنْهُ مَا بَقِيَتِ الدُّنْيَا"

Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berusaha untuk memetik setangkai buah anggur darinya. Seandainya aku dapat mengambilnya, niscaya kalian dapat memakannya selama dunia ini masih berputar.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا أَبُو خَيْثَمة، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ، حَدَّثَنَا ابْنُ عَقِيلٍ، عَنْ جَابِرٍ قَالَ: بَيْنَا نَحْنُ فِي صَلَاةِ الظُّهْرِ، إِذْ تَقَدَّمُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقَدَّمْنَا مَعَهُ، ثُمَّ تَنَاوَلَ شَيْئًا لِيَأْخُذَهُ ثُمَّ تَأَخَّرَ، فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَالَ لَهُ أُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صنعتَ اليومَ فِي الصَّلَاةِ شَيْئًا مَا كُنْتَ تَصْنَعُهُ؟ قَالَ: "إِنَّهُ عُرِضَتْ علَيَّ الْجَنَّةُ، وَمَا فِيهَا مِنَ الزَّهْرَة والنُّضْرَة، فَتَنَاوَلْتُ مِنْهَا قِطْفًا مِنْ عِنَبٍ لِآتِيَكُمْ بِهِ، فحِيلَ بَيْنِي وَبَيْنَهُ، وَلَوْ أَتَيْتُكُمْ بِهِ لَأَكَلَ مِنْهُ مِنْ بَيْنِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يُنْقِصُونَهُ"

Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abu Uqail, dari Jabir yang mengatakan bahwa ketika kami sedang melakukan salat Lohor, tiba-tiba Rasulullah Saw. maju, maka kami pun ikut maju bersamanya. Kemudian beliau seakan-akan meraih sesuatu yang hendak dipetiknya, tetapi beliau mundur kembali. Setelah salat selesai. Ubay ibnu Ka'b bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, di hari ini engkau melakukan dalam salatmu suatu perbuatan yang tidak pernah engkau kerjakan sebelumnya." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya ditampakkan kepadaku surga dan semua perhiasan dan keindahannya, maka aku bermaksud memetik setangkai buah anggur darinya untuk kalian, tetapi ternyata ada penghalang antara aku dan buah anggur itu. Sekiranya aku dapat mendatangkannya kepada kalian, tentulah dapat memakannya semua orang yang ada di antara langit dan bumi, sedangkan setangkai buah anggur surga itu tidak berkurang sedikit pun.

Imam Muslim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui hadis Abuz Zubairdan Jabir.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ بَحْرٍ، حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ يُوسُفَ، أَخْبَرَنَا مَعْمَر، عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ عَامِرُ بْنُ زَيْدٍ البَكَالي: أَنَّهُ سَمِعَ عُتْبَةَ بْنَ عَبْدِ السُّلَمِيَّ يَقُولُ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَسَأَلَهُ عَنِ الْحَوْضِ وَذَكَرَ الْجَنَّةَ، ثُمَّ قَالَ الْأَعْرَابِيُّ: فِيهَا فَاكِهَةٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ، وَفِيهَا شَجَرَةٌ تُدْعَى طُوبَى" فَذَكَرَ شَيْئًا لَا أَدْرِي مَا هُوَ، قَالَ: أَيُّ شَجَرِ أَرْضِنَا تُشْبِهُ؟ قَالَ: "لَيْسَتْ تُشْبِهُ شَيْئًا مِنْ شَجَرِ أَرْضِكَ". فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أتيتَ الشَّامَ؟ " قَالَ: لَا. قَالَ: "تُشْبِهُ شَجَرَةً بِالشَّامِ تُدْعَى الجَوزة، تَنْبُتُ عَلَى سَاقٍ وَاحِدٍ، وَيَنْفَرِشُ أَعْلَاهَا". قَالَ: مَا عِظَمُ أَصْلِهَا؟ قَالَ: "لَوِ ارْتَحَلَتْ جَذعَة مِنْ إِبِلِ أَهْلِكَ مَا أَحَاطَتْ بِأَصْلِهَا حَتَّى تَنْكَسِرَ تَرْقُوَتُهَا هَرَمًا". قَالَ: فِيهَا عِنَبٌ؟ قَالَ: "نَعَمْ". قَالَ: فَمَا عِظَمُ الْعُنْقُودِ؟ قَالَ: "مَسِيرَةُ شَهْرٍ لِلْغُرَابِ الْأَبْقَعِ، وَلَا يَفْتُرُ". قَالَ: فَمَا عظَم الحَبَّة؟ قَالَ: "هَلْ ذَبَحَ أَبُوكَ تَيْسًا مِنْ غَنَمِهِ قَطُّ عَظِيمًا؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: "فَسَلَخَ إِهَابَهُ فَأَعْطَاهُ أُمَّكَ، فَقَالَ: اتَّخِذِي لَنَا مِنْهُ دَلْوًا؟ " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ الْأَعْرَابِيُّ: فَإِنَّ تِلْكَ الْحَبَّةَ لَتُشْبِعُنِي وَأَهْلَ بَيْتِي؟ قَالَ: "نَعَمْ وعامَّة عَشِيرَتِكَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Bahr, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Abu Yahya ibnu Abu Kasir, dari Amir ibnu Zaid Al-Bakkali, bahwa ia mendengar Atabah ibnu Abdus Salma mengatakan bahwa pernah seorang Badui datang kepada Rasulullah Saw. dan menanyakan kepada beliau tentang telaga dan gambaran tentang surga, dan orang Badui itu bertanya pula, "Apakah di dalam surga terdapat buah-buahan?" Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, dan di dalam surga terdapat sebuah pohon yang diberi nama tuba." Lalu Rasulullah Saw. menyebutkan sesuatu yang tidak dimengerti oleh lelaki Badui itu, maka ia bertanya, "Manakah di antara pepohonan tanah kami yang serupa dengannya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tiada suatu pohon negerimu yang mirip dengan pohon surga." Nabi Saw. balik bertanya, "Sudah pernahkah kamu ke negeri Syam?" Lelaki Badui itu menjawab, "Belum." Nabi Saw. bersabda, "Pohon tuba itu mirip dengan sebuah pohon yang ada di negeri Syam yang dikenal dengan nama pohon al-juzah. Pohon itu tumbuh pada satu batang, tetapi bagian atasnya rindang." Lelaki badui itu bertanya, "Seberapa besarkah satu tangkai buah darinya?" Nabi Saw. menjawab, "Sama dengan jarak perjalanan yang ditempuh oleh burung gagak yang berbulu belang selama satu bulan penuh tanpa berhenti." Lelaki Badui itu bertanya, "Seberapakah besar batangnya?" Nabi Saw. menjawab, "Sekiranya engkau larikan seekor unta jaz'ah milik kaummu untuk mengelilingi batang pohon itu. niscaya masih belum dapat mengelilinginya sampai tenggorokannya terputus karena terlalu tua." Lelaki Badui itu bertanya, "Apakah di dalam surga terdapat pohon anggur?" Nabi Saw. menjawab, "Ya." Lelaki Badui bertanya, "Seperti apakah besarnya buah anggur surga itu?" Nabi Saw. balik bertanya, "Apakah ayahmu pernah menyembelih pejantan yang paling besar dari ternak kambingnya?" Lelaki Badui menjawab, "Ya."Nabi Saw. bersabda, "Lalu ia mengulitinya dan memberikan kulitnya kepada ibumu seraya berkata, 'Buatlah timba air dari kulit ini untuk kita'." Lelaki Badui itu mengerti apa yang dimaksud oleh Nabi Saw., lalu ia berkata memberi komentar, "Bila sebesar itu, berarti satu biji buah anggur benar-benar dapat membuat aku kenyang berikut seluruh ahli baitku." Nabi Saw. bersabda, "Benar, dan juga seluruh handai tolanmu."

Firman Allah Swt.:

لَا مَقْطُوعَةٍ وَلا مَمْنُوعَةٍ

Yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya. (Al-Waqi'ah: 33)

Yakni tidak pernah terputus, baik di musim dingin maupun di musim panas, bahkan buahnya selalu ada selamanya. Manakala mereka menginginkannya, buah-buahan surga selalu ada dan mereka dapat menjumpainya, tiada suatu buah pun yang menolak terhadap mereka berkat kekuasaan Allah. Qatadah mengatakan bahwa tiada yang mencegah mereka dari memetiknya, baik itu ranting, duri, ataupun jarak yang jauh. Dalam hadis terdahulu telah disebutkan bahwa apabila seseorang memetik buah, maka saat itu juga dari tempat yang dipetiknya itu muncul lagi buah lain yang baru.



وَفُرُشٍۢ مَّرْفُوعَةٍ 34

(34) dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

(34) 

Firman Allah Swt.:

وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ

dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi'ah: 34)

Yaitu yang tebal, empuk, lagi lembut.

Imam Nasai dan Abu Isa At-Turmuzi mengatakan:

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْب، حَدَّثَنَا رِشْدِِين بْنِ سَعْدٍ، عَنْ عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، عَنْ دَرَّاج، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: وَفُرُشٍ مَرْفُوعَةٍ قَالَ: "ارْتِفَاعُهَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، وَمَسِيرَةُ مَا بَيْنَهُمَا خَمْسُمِائَةِ عَامٍ"

telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Rasyidin ibnu Sa’d, dari Umar ibnul Haris, dari Darij, dari Abul Hais'am, dari Abu Sa'id, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi'ah: 34) Bahwa ketebalannya sama dengan jarak antara langit dan bumi, dan jarak antara keduanya sama dengan perjalanan lima ratus tahun.

Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya melainkan hanya melalui Rasyidin ibnu Sa'd.

Sebagian ahlul 'ilmi mengatakan bahwa makna hadis ini menunjukkan tingginya tingkatan-tingkatan kasur-kasur tersebut dan jarak antara dua tingkatan sama dengan jarak antara langit dan bumi. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa sesungguhnya tiada yang mengenal ini, melainkan hanya melalui riwayat Rasyidin ibnu Sa'd; dia adalah seorang dari Mesir yang berpredikat daif. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir, dari Kuraib, dari Rasyidin dengan sanad yang sama.

Kemudian Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula hadis ini yang keduanya dari Yunus ibnu Abdul A'la, dari Ibnu Wahb. dari Umar ibnul Haris, lalu disebutkan hal yang semisal. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim, dariNa'im ibnu Hammad, dari Ibnu Wahb, dan Ad-Diya telah mengetengahkannya di dalam Sifatul Jannah melalui hadis Harmalah, dari Ibnu Wahb dengan sanad dan lafaz yang semisal. Imam Ahmad meriwayatkannya dari Hasan, dari Musa, dari Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Darij, lalu disebutkan hal yang semisal.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah. dari Juwaibir, dari Abu Sahl alias Kasir ibnu Ziad, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk. (Al-Waqi"ah: 34) Bahwa makna yang dimaksud menggambarkan tentang ketinggian kasur seseorang dari ahli surga yang sama dengan jarak perjalanan delapan puluh tahun.



إِنَّآ أَنشَأْنَٰهُنَّ إِنشَآءًۭ 35

(35) Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung

(35) 


Firman Allah Swt.:

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, (Al-Waqi'ah: 35)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 35-38)

Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah Swt.:

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (Shad: 31 -32)

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).

Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi'ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.

Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqi’ah: 22-23)

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. (Al-Waqi'ah: 35)

Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna 'urban ialah manja.

Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Beliau Saw. bersabda:

"نِسَاءٌ عَجَائِزُ كُنّ فِي الدُّنْيَا عُمْشًا رُمْصًا"

Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.

Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.

وَقَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيد: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: "يَا أُمَّ فُلَانٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ". قَالَ: فَوَلَّت تَبْكِي، قَالَ: "أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ سَهْلٍ الدِّمْيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ هَاشِمٍ الْبَيْرُوتِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: وَحُورٌ عِينٌ [الْوَاقِعَةِ: 22] ، قَالَ: "حُورٌ: بِيضٌ، عِينٌ: ضِخَامُ الْعُيُونِ، شُفْر الْحَوْرَاءِ بِمَنْزِلَةِ جَنَاحِ النَّسْرِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ [الْوَاقِعَةِ: 23] ، قَالَ: "صَفَاؤُهُنَّ صفاءُ الدَّرِّ الَّذِي فِي الْأَصْدَافِ، الَّذِي لَمْ تَمَسّه الْأَيْدِي". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ[الرَّحْمَنِ:7] . قَالَ: "خَيّراتُ الْأَخْلَاقِ، حِسان الْوُجُوهِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ [الصَّافَّاتِ: 49] ، قَالَ: "رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدِ الَّذِي رَأَيْتَ فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ مِمَّا يَلِي الْقِشْرَ، وَهُوَ: الغِرْقئُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: عُرُبًا أَتْرَابًا. قَالَ: "هُنَّ اللَّوَاتِي قُبِضْنَ فِي دَارِ الدُّنْيَا عَجَائِزَ رُمْصًا شُمطًا، خَلَقَهُنَّ اللَّهُ بَعْدَ الْكِبَرِ، فَجَعَلَهُنَّ عَذَارَى عُرُبًا مُتَعَشِّقَاتٍ مُحَبَّبَاتٍ، أَتْرَابًا عَلَى مِيلَادٍ وَاحِدٍ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ أَمِ الْحُورُ الْعِينِ؟ قَالَ: "بَلْ نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، كَفَضْلِ الظِّهَارَةِ عَلَى الْبِطَانَةِ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَبِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: "بِصَلَاتِهِنَّ وَصِيَامِهِنَّ وَعِبَادَتِهِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْبَسَ اللَّهُ وُجُوهَهُنَّ النُّورَ، وَأَجْسَادَهُنَّ الْحَرِيرَ، بِيضُ الْأَلْوَانِ، خُضْرُ الثِّيَابِ، صُفْرُ الْحُلِيِّ، مَجَامِرُهُنَّ الدُّرّ، وَأَمْشَاطُهُنَّ الذَّهَبُ، يَقُلْنَ: نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَمُوتُ أَبَدًا، وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْأَسُ أَبَدًا، وَنَحْنُ الْمُقِيمَاتُ فَلَا نَظْعَنُ أَبَدًا، أَلَا وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ أَبَدًا، طُوبَى لِمَنْ كُنَّا لَهُ وَكَانَ لَنَا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْمَرْأَةُ مِنَّا تَتَزَوَّجُ زَوْجَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ وَالْأَرْبَعَةَ، ثُمَّ تَمُوتُ فَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُونَ مَعَهَا، مَنْ يَكُونُ زَوْجَهَا؟ قَالَ: "يَا أُمَّ سَلَمَةَ، إِنَّهَا تُخَيَّر فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا كَانَ أَحْسَنَ خُلُقًا مَعِي فَزَوِّجْنِيهِ، يَا أُمَّ سَلَمَةَ ذَهَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ"

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli' (Al-Waqi'ah:22)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.” Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah Swt.: 'laksana mutiara yang tersimpan baik' (Al-Waqi'ah: 23)." Nabi Saw. menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan.” Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik' (Ar-Rahman: 7)." Maka beliau Saw. menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik.” Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah Swt.: 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik' (Ash-Shaffat: 49)." Nabi Saw. menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya.” Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Nabi Saw. menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian?" Beliau Saw. menjawab: "Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Swt. Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami.” Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?" Rasulullah Saw. menjawab: hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkala.”Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia.” Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah Saw. memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya." Dan tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. sehubungan dengan hal ini bersabda:

"وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ من أهل الجنة بأزواجهم ومساكنهم، فَيَدْخُلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، وَثِنْتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، بِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا، يَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى مِنْهُمَا فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّل بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهِ سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُس وَإِسْتَبْرَقٍ وَإِنَّهُ لَيَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا مِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخِّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ -يَعْنِي: وَكَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ-فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، وَلَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْتُرُ ذَكَرُه، وَلَا تَشْتَكِي قُبُلها إِلَّا أَنَّهُ لَا مَنِيَّ وَلَا مَنيَّة، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا، فَيَخْرُجُ، فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا جَاءَ وَاحِدَةً قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحْسَنُ مِنْكَ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ".

Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan


فَجَعَلْنَٰهُنَّ أَبْكَارًا 36

(36) dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

(36) 

Firman Allah Swt.:

 فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, (Al-Waqi'ah: 36)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 35-38)

Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah Swt.:

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (Shad: 31 -32)

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).

Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi'ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.

Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqi’ah: 22-23)

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. (Al-Waqi'ah: 35)

Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna 'urban ialah manja.

Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Beliau Saw. bersabda:

"نِسَاءٌ عَجَائِزُ كُنّ فِي الدُّنْيَا عُمْشًا رُمْصًا"

Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.

Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.

وَقَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيد: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: "يَا أُمَّ فُلَانٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ". قَالَ: فَوَلَّت تَبْكِي، قَالَ: "أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ سَهْلٍ الدِّمْيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ هَاشِمٍ الْبَيْرُوتِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: وَحُورٌ عِينٌ [الْوَاقِعَةِ: 22] ، قَالَ: "حُورٌ: بِيضٌ، عِينٌ: ضِخَامُ الْعُيُونِ، شُفْر الْحَوْرَاءِ بِمَنْزِلَةِ جَنَاحِ النَّسْرِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ [الْوَاقِعَةِ: 23] ، قَالَ: "صَفَاؤُهُنَّ صفاءُ الدَّرِّ الَّذِي فِي الْأَصْدَافِ، الَّذِي لَمْ تَمَسّه الْأَيْدِي". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ[الرَّحْمَنِ:7] . قَالَ: "خَيّراتُ الْأَخْلَاقِ، حِسان الْوُجُوهِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ [الصَّافَّاتِ: 49] ، قَالَ: "رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدِ الَّذِي رَأَيْتَ فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ مِمَّا يَلِي الْقِشْرَ، وَهُوَ: الغِرْقئُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: عُرُبًا أَتْرَابًا. قَالَ: "هُنَّ اللَّوَاتِي قُبِضْنَ فِي دَارِ الدُّنْيَا عَجَائِزَ رُمْصًا شُمطًا، خَلَقَهُنَّ اللَّهُ بَعْدَ الْكِبَرِ، فَجَعَلَهُنَّ عَذَارَى عُرُبًا مُتَعَشِّقَاتٍ مُحَبَّبَاتٍ، أَتْرَابًا عَلَى مِيلَادٍ وَاحِدٍ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ أَمِ الْحُورُ الْعِينِ؟ قَالَ: "بَلْ نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، كَفَضْلِ الظِّهَارَةِ عَلَى الْبِطَانَةِ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَبِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: "بِصَلَاتِهِنَّ وَصِيَامِهِنَّ وَعِبَادَتِهِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْبَسَ اللَّهُ وُجُوهَهُنَّ النُّورَ، وَأَجْسَادَهُنَّ الْحَرِيرَ، بِيضُ الْأَلْوَانِ، خُضْرُ الثِّيَابِ، صُفْرُ الْحُلِيِّ، مَجَامِرُهُنَّ الدُّرّ، وَأَمْشَاطُهُنَّ الذَّهَبُ، يَقُلْنَ: نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَمُوتُ أَبَدًا، وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْأَسُ أَبَدًا، وَنَحْنُ الْمُقِيمَاتُ فَلَا نَظْعَنُ أَبَدًا، أَلَا وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ أَبَدًا، طُوبَى لِمَنْ كُنَّا لَهُ وَكَانَ لَنَا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْمَرْأَةُ مِنَّا تَتَزَوَّجُ زَوْجَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ وَالْأَرْبَعَةَ، ثُمَّ تَمُوتُ فَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُونَ مَعَهَا، مَنْ يَكُونُ زَوْجَهَا؟ قَالَ: "يَا أُمَّ سَلَمَةَ، إِنَّهَا تُخَيَّر فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا كَانَ أَحْسَنَ خُلُقًا مَعِي فَزَوِّجْنِيهِ، يَا أُمَّ سَلَمَةَ ذَهَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ"

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli' (Al-Waqi'ah:22)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.” Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah Swt.: 'laksana mutiara yang tersimpan baik' (Al-Waqi'ah: 23)." Nabi Saw. menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan.” Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik' (Ar-Rahman: 7)." Maka beliau Saw. menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik.” Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah Swt.: 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik' (Ash-Shaffat: 49)." Nabi Saw. menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya.” Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Nabi Saw. menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian?" Beliau Saw. menjawab: "Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Swt. Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami.” Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?" Rasulullah Saw. menjawab: hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkala.”Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia.” Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah Saw. memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya." Dan tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. sehubungan dengan hal ini bersabda:

"وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ من أهل الجنة بأزواجهم ومساكنهم، فَيَدْخُلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، وَثِنْتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، بِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا، يَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى مِنْهُمَا فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّل بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهِ سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُس وَإِسْتَبْرَقٍ وَإِنَّهُ لَيَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا مِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخِّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ -يَعْنِي: وَكَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ-فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، وَلَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْتُرُ ذَكَرُه، وَلَا تَشْتَكِي قُبُلها إِلَّا أَنَّهُ لَا مَنِيَّ وَلَا مَنيَّة، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا، فَيَخْرُجُ، فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا جَاءَ وَاحِدَةً قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحْسَنُ مِنْكَ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ".

Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan


عُرُبًا أَتْرَابًۭا 37

(37) penuh cinta lagi sebaya umurnya.

(37) 

Firman Allah Swt.:

 عُرُبًا أَتْرَابًا

penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 35-38)

Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah Swt.:

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (Shad: 31 -32)

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).

Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi'ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.

Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqi’ah: 22-23)

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. (Al-Waqi'ah: 35)

Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna 'urban ialah manja.

Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Beliau Saw. bersabda:

"نِسَاءٌ عَجَائِزُ كُنّ فِي الدُّنْيَا عُمْشًا رُمْصًا"

Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.

Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.

وَقَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيد: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: "يَا أُمَّ فُلَانٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ". قَالَ: فَوَلَّت تَبْكِي، قَالَ: "أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ سَهْلٍ الدِّمْيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ هَاشِمٍ الْبَيْرُوتِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: وَحُورٌ عِينٌ [الْوَاقِعَةِ: 22] ، قَالَ: "حُورٌ: بِيضٌ، عِينٌ: ضِخَامُ الْعُيُونِ، شُفْر الْحَوْرَاءِ بِمَنْزِلَةِ جَنَاحِ النَّسْرِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ [الْوَاقِعَةِ: 23] ، قَالَ: "صَفَاؤُهُنَّ صفاءُ الدَّرِّ الَّذِي فِي الْأَصْدَافِ، الَّذِي لَمْ تَمَسّه الْأَيْدِي". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ[الرَّحْمَنِ:7] . قَالَ: "خَيّراتُ الْأَخْلَاقِ، حِسان الْوُجُوهِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ [الصَّافَّاتِ: 49] ، قَالَ: "رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدِ الَّذِي رَأَيْتَ فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ مِمَّا يَلِي الْقِشْرَ، وَهُوَ: الغِرْقئُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: عُرُبًا أَتْرَابًا. قَالَ: "هُنَّ اللَّوَاتِي قُبِضْنَ فِي دَارِ الدُّنْيَا عَجَائِزَ رُمْصًا شُمطًا، خَلَقَهُنَّ اللَّهُ بَعْدَ الْكِبَرِ، فَجَعَلَهُنَّ عَذَارَى عُرُبًا مُتَعَشِّقَاتٍ مُحَبَّبَاتٍ، أَتْرَابًا عَلَى مِيلَادٍ وَاحِدٍ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ أَمِ الْحُورُ الْعِينِ؟ قَالَ: "بَلْ نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، كَفَضْلِ الظِّهَارَةِ عَلَى الْبِطَانَةِ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَبِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: "بِصَلَاتِهِنَّ وَصِيَامِهِنَّ وَعِبَادَتِهِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْبَسَ اللَّهُ وُجُوهَهُنَّ النُّورَ، وَأَجْسَادَهُنَّ الْحَرِيرَ، بِيضُ الْأَلْوَانِ، خُضْرُ الثِّيَابِ، صُفْرُ الْحُلِيِّ، مَجَامِرُهُنَّ الدُّرّ، وَأَمْشَاطُهُنَّ الذَّهَبُ، يَقُلْنَ: نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَمُوتُ أَبَدًا، وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْأَسُ أَبَدًا، وَنَحْنُ الْمُقِيمَاتُ فَلَا نَظْعَنُ أَبَدًا، أَلَا وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ أَبَدًا، طُوبَى لِمَنْ كُنَّا لَهُ وَكَانَ لَنَا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْمَرْأَةُ مِنَّا تَتَزَوَّجُ زَوْجَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ وَالْأَرْبَعَةَ، ثُمَّ تَمُوتُ فَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُونَ مَعَهَا، مَنْ يَكُونُ زَوْجَهَا؟ قَالَ: "يَا أُمَّ سَلَمَةَ، إِنَّهَا تُخَيَّر فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا كَانَ أَحْسَنَ خُلُقًا مَعِي فَزَوِّجْنِيهِ، يَا أُمَّ سَلَمَةَ ذَهَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ"

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli' (Al-Waqi'ah:22)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.” Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah Swt.: 'laksana mutiara yang tersimpan baik' (Al-Waqi'ah: 23)." Nabi Saw. menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan.” Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik' (Ar-Rahman: 7)." Maka beliau Saw. menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik.” Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah Swt.: 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik' (Ash-Shaffat: 49)." Nabi Saw. menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya.” Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Nabi Saw. menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian?" Beliau Saw. menjawab: "Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Swt. Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami.” Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?" Rasulullah Saw. menjawab: hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkala.”Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia.” Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah Saw. memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya." Dan tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. sehubungan dengan hal ini bersabda:

"وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ من أهل الجنة بأزواجهم ومساكنهم، فَيَدْخُلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، وَثِنْتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، بِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا، يَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى مِنْهُمَا فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّل بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهِ سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُس وَإِسْتَبْرَقٍ وَإِنَّهُ لَيَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا مِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخِّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ -يَعْنِي: وَكَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ-فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، وَلَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْتُرُ ذَكَرُه، وَلَا تَشْتَكِي قُبُلها إِلَّا أَنَّهُ لَا مَنِيَّ وَلَا مَنيَّة، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا، فَيَخْرُجُ، فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا جَاءَ وَاحِدَةً قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحْسَنُ مِنْكَ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ".

Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan


لِّأَصْحَٰبِ ٱلْيَمِينِ 38

(38) (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,

(38) 

Firman Allah Swt.:

لأصْحَابِ الْيَمِينِ

(Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan. (Al-Waqi'ah: 38)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 35-38)

Dalam ayat ini damir dialamatkan kepada yang tidak disebutkan; tetapi karena konteks ayat berkaitan dengan kasur-kasur yang menjadi tempat pembaringan para bidadari itu, maka sudah dianggap cukup dengan menyebutkan hal tersebut sebagai ganti dari mereka. Lalu damir diulangi lagi penyebutannya dengan merujuk kepada mereka, seperti halnya yang ada di dalam firman Allah Swt.:

إِذْ عُرِضَ عَلَيْهِ بِالْعَشِيِّ الصَّافِنَاتُ الْجِيَادُ. فَقَالَ إِنِّي أَحْبَبْتُ حُبَّ الْخَيْرِ عَنْ ذِكْرِ رَبِّي حَتَّى تَوَارَتْ بِالْحِجَابِ

(Ingatlah) ketika dipertunjukkan kepadanya kuda-kuda yang tenang pada saat berhenti dan cepat saat berlari pada waktu sore, maka ia berkata, "Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) sehingga aku lalai mengingat Tuhanku sampai kuda itu hilang dari pandangan.” (Shad: 31 -32)

Menurut pendapat yang terkenal di kalangan ulama tafsir, lafaz tawarat damir yang ada padanya kembali kepada matahari, yakni sampai matahari tenggelam (bukan sampai kuda itu hilang dari pandangan).

Al-Akhfasy mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari). (Al-Waqi'ah:35) Kata ganti mereka disebutkan, padahal sebelumnya tidak disebutkan.

Menurut Abu Ubaidah, mereka (bidadari-bidadari) itu telah disebutkan dalam firman yang jauh sebelumnya, yaitu: Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli. laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqi’ah: 22-23)

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka. (Al-Waqi'ah: 35)

Yakni Kami kembalikan lagi mereka dalam penciptaan yang baru yang sebelumnya mereka telah tua renta, lalu menjadi perawan dan berusia muda kembali. Sesudah mereka tidak perawan lagi, kembali menjadi perawan dan penuh dengan gairah cinta serta disukai oleh suami-suami mereka karena mereka telah berubah rupa menjadi muda, cantik, dan menarik.

Sebagian ulama mengatakan bahwa makna 'urban ialah manja.

Musa ibnu Ubaidah Ar-Rabzi telah meriwayatkan dari Ar-Raqqasyi, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Beliau Saw. bersabda:

"نِسَاءٌ عَجَائِزُ كُنّ فِي الدُّنْيَا عُمْشًا رُمْصًا"

Wanita yang dahulunya ketika di dunia telah tua dan matanya telah lamur lagi layu.

Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hadis ini, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, Musa dan Yazid keduanya daif.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Auf Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami Syaiban, dari Jabir, dari Yazid ibnu Murrah, dari Salamah ibnu Yazid yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menciptakan (bidadari-bidadari) dengan langsung. (Al-Waqi'ah: 35) Yakni janda dan perawan yang dahulunya di dunia.

وَقَالَ عَبْدُ بْنُ حُمَيد: حَدَّثَنَا مُصْعَبُ بْنُ الْمِقْدَامِ، حَدَّثَنَا الْمُبَارَكُ بْنُ فَضَالَةَ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: أَتَتْ عَجُوزٌ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: "يَا أُمَّ فُلَانٍ، إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ". قَالَ: فَوَلَّت تَبْكِي، قَالَ: "أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً. فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا

Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnul Miqdam, telah menceritakan kepada kami Al-Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan yang menceritakan bahwa pernah ada seorang nenek-nenek berkata, "Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia memasukkan aku ke dalam surga." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Hai Ummu Fulan, sesungguhnya surga itu tidak akan dimasuki oleh nenek-nenek. Maka nenek-nenek itu pergi seraya menangis. Lalu Rasulullah Saw. bersabda: Beritahukanlah kepadanya bahwa dia tidak dapat memasukinya dalam keadaan nenek-nenek. Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan ciptaan yang baru, maka Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi di dalam Asy-Syama-il melalui Abdu ibnu Humaid.

قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ سَهْلٍ الدِّمْيَاطِيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ هَاشِمٍ الْبَيْرُوتِيُّ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَبِي كَرِيمَةَ، عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ أُمِّهِ، عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِ اللَّهِ: وَحُورٌ عِينٌ [الْوَاقِعَةِ: 22] ، قَالَ: "حُورٌ: بِيضٌ، عِينٌ: ضِخَامُ الْعُيُونِ، شُفْر الْحَوْرَاءِ بِمَنْزِلَةِ جَنَاحِ النَّسْرِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَمْثَالِ اللُّؤْلُؤِ الْمَكْنُونِ [الْوَاقِعَةِ: 23] ، قَالَ: "صَفَاؤُهُنَّ صفاءُ الدَّرِّ الَّذِي فِي الْأَصْدَافِ، الَّذِي لَمْ تَمَسّه الْأَيْدِي". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: فِيهِنَّ خَيْرَاتٌ حِسَانٌ[الرَّحْمَنِ:7] . قَالَ: "خَيّراتُ الْأَخْلَاقِ، حِسان الْوُجُوهِ". قُلْتُ: أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: كَأَنَّهُنَّ بَيْضٌ مَكْنُونٌ [الصَّافَّاتِ: 49] ، قَالَ: "رِقَّتُهُنَّ كَرِقَّةِ الْجِلْدِ الَّذِي رَأَيْتَ فِي دَاخِلِ الْبَيْضَةِ مِمَّا يَلِي الْقِشْرَ، وَهُوَ: الغِرْقئُ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَخْبِرْنِي عَنْ قَوْلِهِ: عُرُبًا أَتْرَابًا. قَالَ: "هُنَّ اللَّوَاتِي قُبِضْنَ فِي دَارِ الدُّنْيَا عَجَائِزَ رُمْصًا شُمطًا، خَلَقَهُنَّ اللَّهُ بَعْدَ الْكِبَرِ، فَجَعَلَهُنَّ عَذَارَى عُرُبًا مُتَعَشِّقَاتٍ مُحَبَّبَاتٍ، أَتْرَابًا عَلَى مِيلَادٍ وَاحِدٍ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ أَمِ الْحُورُ الْعِينِ؟ قَالَ: "بَلْ نِسَاءُ الدُّنْيَا أَفْضَلُ مِنَ الْحُورِ الْعِينِ، كَفَضْلِ الظِّهَارَةِ عَلَى الْبِطَانَةِ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَبِمَ ذَاكَ؟ قَالَ: "بِصَلَاتِهِنَّ وَصِيَامِهِنَّ وَعِبَادَتِهِنَّ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ، أَلْبَسَ اللَّهُ وُجُوهَهُنَّ النُّورَ، وَأَجْسَادَهُنَّ الْحَرِيرَ، بِيضُ الْأَلْوَانِ، خُضْرُ الثِّيَابِ، صُفْرُ الْحُلِيِّ، مَجَامِرُهُنَّ الدُّرّ، وَأَمْشَاطُهُنَّ الذَّهَبُ، يَقُلْنَ: نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلَا نَمُوتُ أَبَدًا، وَنَحْنُ النَّاعِمَاتُ فَلَا نَبْأَسُ أَبَدًا، وَنَحْنُ الْمُقِيمَاتُ فَلَا نَظْعَنُ أَبَدًا، أَلَا وَنَحْنُ الرَّاضِيَاتُ فَلَا نَسْخَطُ أَبَدًا، طُوبَى لِمَنْ كُنَّا لَهُ وَكَانَ لَنَا". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، الْمَرْأَةُ مِنَّا تَتَزَوَّجُ زَوْجَيْنِ وَالثَّلَاثَةَ وَالْأَرْبَعَةَ، ثُمَّ تَمُوتُ فَتَدْخُلُ الْجَنَّةَ وَيَدْخُلُونَ مَعَهَا، مَنْ يَكُونُ زَوْجَهَا؟ قَالَ: "يَا أُمَّ سَلَمَةَ، إِنَّهَا تُخَيَّر فَتَخْتَارُ أَحْسَنَهُمْ خُلُقًا، فَتَقُولُ: يَا رَبِّ، إِنَّ هَذَا كَانَ أَحْسَنَ خُلُقًا مَعِي فَزَوِّجْنِيهِ، يَا أُمَّ سَلَمَةَ ذَهَبَ حُسْنُ الْخُلُقِ بِخَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ"

Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Sahl Ad-Dimyati, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hasyim Al-Bairuni, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abu Karimah, dari Hisyam ibnu Hassan, dari Al-Hasan, dari ibunya, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: 'Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli' (Al-Waqi'ah:22)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: "Berkulit putih, bermata jeli, lagi berbulu mata lentik seperti sayap burung elang.” Ia (Ummu Salamah) bertanya kembali, "Sebutkanlah kepadaku makna firman Allah Swt.: 'laksana mutiara yang tersimpan baik' (Al-Waqi'ah: 23)." Nabi Saw. menjawab: "Beningnya seperti mutiara yang berada dalam kerangnya lagi belum pernah tersentuh oleh tangan.” Ia bertanya, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman-Nya: Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik' (Ar-Rahman: 7)." Maka beliau Saw. menjawab: "Akhlaknya baik-baik dan rupanya cantik-cantik.” Ia bertanya kembali, "Ceritakanlah kepadaku tentang makna firman Allah Swt.: 'Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik' (Ash-Shaffat: 49)." Nabi Saw. menjawab: "Kelembutan kulit bidadari-bidadari itu sama dengan kulit air telur yang kamu lihat berada di balik kulit luarnya.” Ia bertanya kembali tentang makna firman-Nya: penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Al-Waqi'ah: 37) Nabi Saw. menjawab: Mereka itu adalah wanita-wanita yang ketika di dunia meninggal dalam keadaan nenek-nenek, matanya lamur dan sudah peot. Lalu Allah menciptakan mereka kembali sesudah mereka tua menjadi perawan, penuh gairah cinta lagi dicintai, sedangkan usia mereka sebaya (muda-muda). Aku (Ummu Salamah) bertanya, "Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama antara wanita dunia dan bidadari?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, wanita dunialah yang lebih utama daripada bidadari yang bermata jeli, seperti keutamaan bagian luar atas bagian dalam. Aku bertanya, "Mengapa demikian?" Beliau Saw. menjawab: "Berkat salat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah Swt. Allah memakaikan nur pada wajah mereka, dan pada tubuh mereka kain sutra yang putih dan pakaian mereka hijau dengan perhiasan berwarna kuning. Pedupaan mereka terbuat dari mutiara, dan sisir mereka dari emas. Mereka mengatakan. Kami adalah wanita-wanita yang kekal dan tidak akan mati selama-lamanya, kami adalah wanita-wanita yang hidup senang, maka kami tidak akan sengsara selama-lamanya. Kami adalah wanita-wanita yang selalu berada di tempat, maka kami tidak akan bepergian selama-lamanya; dan kami adalah wanita-wanita yang hidup dengan puas, maka kami tidak akan marah selama-lamanya. Beruntunglah bagi orang yang kami adalah istri-istrinya dan dia menjadi suami kami.” Aku bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, seseorang dari kami mengalami kawin dengan dua orang atau tiga atau empat orang lelaki, kemudian ia mati dan masuk surga, dan bekas suami-suaminya pun masuk surga pula bersamanya, maka siapakah di antara mereka yang menjadi suami kekalnya?" Rasulullah Saw. menjawab: hai Ummu Salamah, sesungguhnya dia disuruh memilih mana dari mereka yang paling baik akhlaknya. Maka ia akan berkala.”Ya Tuhanku, sesungguhnya orang ini adalah orang yang paling baik akhlaknya bersamaku, maka kawinkanlah aku dengan dia.” Hai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Di dalam hadis tentang sangkakala yang cukup panjang lagi terkenal disebutkan bahwa Rasulullah Saw. memberikan syafaat kepada semua orang-orang mukmin agar mereka dimasukkan ke dalam surga. Maka Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya Aku telah mengizinkanmu untuk memberi syafaat, dan Aku izinkan bagi mereka untuk memasukinya." Dan tersebutlah bahwa Rasulullah Saw. sehubungan dengan hal ini bersabda:

"وَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ، مَا أَنْتُمْ فِي الدُّنْيَا بِأَعْرَفَ بِأَزْوَاجِكُمْ وَمَسَاكِنِكُمْ من أهل الجنة بأزواجهم ومساكنهم، فَيَدْخُلُ الرَّجُلُ مِنْهُمْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ زَوْجَةً، سَبْعِينَ مِمَّا يُنْشِئُ اللَّهُ، وَثِنْتَيْنِ مَنْ وَلَدِ آدَمَ لَهُمَا فَضْلٌ عَلَى مَنْ أَنْشَأَ اللَّهُ، بِعِبَادَتِهِمَا اللَّهَ فِي الدُّنْيَا، يَدْخُلُ عَلَى الْأُولَى مِنْهُمَا فِي غُرْفَةٍ مِنْ يَاقُوتَةٍ، عَلَى سَرِيرٍ مِنْ ذَهَبٍ مُكَلَّل بِاللُّؤْلُؤِ، عَلَيْهِ سَبْعُونَ زَوْجًا مِنْ سُنْدُس وَإِسْتَبْرَقٍ وَإِنَّهُ لَيَضَعُ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهَا، ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى يَدِهِ مِنْ صَدْرِهَا مِنْ وَرَاءِ ثِيَابِهَا وَجِلْدِهَا وَلَحْمِهَا، وَإِنَّهُ لَيَنْظُرُ إِلَى مُخِّ سَاقِهَا كَمَا يَنْظُرُ أَحَدُكُمْ إِلَى السِّلْكِ فِي قَصَبَةِ الْيَاقُوتِ، كَبِدُهُ لَهَا مِرْآةٌ -يَعْنِي: وَكَبِدُهَا لَهُ مِرْآةٌ-فَبَيْنَمَا هُوَ عِنْدَهَا لَا يَمَلُّهَا وَلَا تَمَلُّهُ، وَلَا يَأْتِيهَا مِنْ مَرَّةٍ إِلَّا وَجَدَهَا عَذْرَاءَ، مَا يَفْتُرُ ذَكَرُه، وَلَا تَشْتَكِي قُبُلها إِلَّا أَنَّهُ لَا مَنِيَّ وَلَا مَنيَّة، فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ نُودِيَ: إِنَّا قَدْ عَرَفْنَا أَنَّكَ لَا تَمَلُّ وَلَا تُمَلُّ، إِلَّا أَنَّ لَكَ أَزْوَاجًا غَيْرَهَا، فَيَخْرُجُ، فَيَأْتِيهِنَّ وَاحِدَةً وَاحِدَةً، كُلَّمَا جَاءَ وَاحِدَةً قَالَتْ: وَاللَّهِ مَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحْسَنُ مِنْكَ، وَمَا فِي الْجَنَّةِ شَيْءٌ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْكَ".

Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan benar, tidaklah kalian lebih mengetahui terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal kalian daripada ahli surga terhadap istri-istri dan tempat-tempat tinggal mereka. Seseorang lelaki dari mereka masuk menemui tujuh puluh dua orang istri dari bidadari yang telah diciptakan oleh Allah, dan.dua orang wanita dari kalangan manusia; keduanya mempunyai keutamaan yang melebihi bidadari yang diciptakan oleh Allah Swt. secara langsung, berkat ibadah keduanya semasa di dunia. Dan ia masuk menemui salah seorang istri dari wanita dunia di dalam sebuah gedung yang terbuat dari yaqut berada di atas dipan dari emas yang bertahtakan mutiara. Di atas dipan itu terdapat tujuh puluh macam pakaian yang terbuat dari kain sutra tebal dan tipis. Dan sesungguhnya ia benar-benar meletakkan tangannya di antara kedua tulang belikat istrinya, lalu ia melihat tangannya dari balik dada istrinya yang terlindung oleh pakaian, kulit dan dagingnya, tetapi ia dapat melihat tangannya dari balik kesemuanya itu. Dan bahkan ia dapat melihat kepada sumsum betisnya sebagimana seseorang dari kalian dapat melihat seutas benang yang berada di dalam lubang untaian yaqut. Dan hatinya mempunyai cermin, ketika ia sedang berasyik maksyuk dengannya yang kedua belah pihak tidak merasa bosan-bosan, ia merasa kaget karena tidak sekali-kali ia mendatanginya ternyata menjumpainya dalam keadaan


ثُلَّةٌۭ مِّنَ ٱلْأَوَّلِينَ 39

(39) (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.

(39) 

ثُلَّةٌ مِنَ الْأَوَّلِينَ

(Yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu. (Al-Waqi'ah: 39)

Yakni segolongan dari orang-orang dahulu dan segolongan dari orang-orang terkemudian.

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْمُنْذِرُ بْنُ شَاذَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدِ بْنِ بَشير، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَين، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ -قَالَ: وَكَانَ بَعْضُهُمْ يَأْخُذُ عَنْ بَعْضٍ-قَالَ: أَكْرَيْنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ غَدَوْنَا عَلَيْهِ، فَقَالَ: "عُرضت عليَّ الْأَنْبِيَاءُ وَأَتْبَاعُهَا بِأُمَمِهَا، فَيَمُرُّ عَلَيَّ النَّبِيُّ، وَالنَّبِيُّ فِي الْعِصَابَةِ، وَالنَّبِيُّ فِي الثَّلَاثَةِ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ -وَتَلَا قَتَادَةُ هَذِهِ الْآيَةَ: {أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ} [هُودٍ: 78]-قَالَ: حَتَّى مرَّ عليَّ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ فِي كَبْكَبَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قلتُ: رَبِّي مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا أَخُوكَ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ وَمَنْ مَعَهُ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قُلْتُ: رَبِّ فَأَيْنَ أُمَّتِي؟ قَالَ: انْظُرْ عَنْ يَمِينِكَ فِي الظِّرَابِ. قَالَ: "فَإِذَا وُجُوهُ الرِّجَالِ". قَالَ: "قَالَ: أَرَضِيتَ؟ " قَالَ: قُلْتُ: "قَدْ رَضِيتُ، رَبِّ". قَالَ: انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ عَنْ يَسَارِكَ فَإِذَا وُجُوهُ الرِّجَالِ. قَالَ: أَرَضِيتَ؟ قُلْتُ: "رَضِيتُ، رَبِّ". قَالَ: فَإِنَّ مَعَ هَؤُلَاءِ سَبْعِينَ أَلْفًا، يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ". قَالَ: وَأَنْشَأَ عُكَّاشة بْنُ مُحْصَن مِنْ بَنِي أَسَدٍ -قَالَ سَعِيدٌ: وَكَانَ بَدْريًّا-قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. قَالَ: فَقَالَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ". قَالَ: أَنْشَأَ رَجُلٌ آخَرُ، قال: يا نبي الله، ادع اللهأَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ" قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ -فِدَاكُمْ أَبِي وَأُمِّي-أَنْ تَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّبْعِينَ فَافْعَلُوا وَإِلَّا فَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ الظِّرَابِ ، وَإِلَّا فَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ الْأُفُقِ، فَإِنِّي قَدْ رَأَيْتُ نَاسًا كَثِيرًا قَدْ تأشَّبوا حَوْلَهُ". ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". فَكَبَّرْنَا، ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا، قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} قَالَ: فَقُلْنَا بَيْنَنَا: مَنْ هَؤُلَاءِ السَّبْعُونَ أَلْفًا؟ فَقُلْنَا: هُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ، وَلَمْ يُشْرِكُوا. قَالَ: فَبَلَغَهُ ذَلِكَ فَقَالَ: "بَلْ هُمُ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakkar, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah. dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu sebagian dari mereka (sahabat) menerima hadis dari sebagian yang lainnya. Disebutkan bahwa pada suatu malam kami dijamu oleh Rasulullah Saw., kemudian pada pagi harinya kami kembali kepada beliau Saw., lalu beliau Saw. bersabda: bahwa tadi malam ditampilkan kepada beliau (dalam mimpinya) para nabi dan para pengikutnya berikut semua umatnya masing-masing. Maka lewatlah di hadapan beliau seorang nabi yang diikuti oleh segolongan manusia, dan nabi yang hanya diikuti oleh tiga orang serta nabi yang tidak diikuti oleh seorang jua pun. Qatadah membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal? (Hud: 78)  (menceritakan siapa dia yang tidak diikuti oleh seorang pun). Akhirnya lewatlah di hadapan beliau Saw. Musa ibnu Imran bersama sejumlah besar kaum Bani Israil. Nabi Saw. bertanya, "Ya Tuhanku, siapakah orang ini?" Allah Swt. menjawab, "Ini adalah saudaramu Musa ibnu Imran dan orang-orang yang mengikutinya dari kaum Bani Israil." Aku bertanya.”Lalu manakah umatku?" Allah Swt. berfirman, "Lihatlah ke arah kananmu gelombang manusia yang banyak itu," dan ternyata mereka itu adalah manusia yang jumlahnya sangat besar. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah Swt. kembali berfirman, "Lihatlah ke cakrawala yang ada di sebelah kirimu," tiba-tiba terlihat gelombang manusia yang amat besar jumlahnya. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab." Saat itu juga Ukasyah ibnu Mihsan dari Bani Asad —yang menurut Sa'id adalah seorang yang ikut dalam Perang Badar— bangkit, lalu berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka yang tujuh puluh ribu itu." Maka Nabi Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia seorang dari mereka. Kemudian bangkit pula lelaki lainnya dan berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk dari mereka." Nabi Saw. menjawab: Kamu telah kedahuluan oleh Ukasyah untuk mendapatkannya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Jika kalian mampu, semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, untuk menjadi orang-orang yang termasuk ke dalam yang tujuh puluh itu, berbuatlah. Jika tidak dapat, jadilah kalian termasuk orang-orang yang ada di sebelah kananku itu. Dan jika tidak dapat, hendaklah kalian menjadi orang-orang yang ada di cakrawala sebelah kiriku. Karena sesungguhnya aku telah melihat banyak orang yang keadaan mereka digabungkan." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga. Lalu kami bertakbir, kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah sepertiga ahli surga. Maka kami bertakbir, dan beliau Saw. bersabda lagi: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah separo ahli surga. Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 39-40); Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami saling bertanya di antara sesama kami (para sahabat) menanyakan tentang siapa sajakah mereka yang termasuk di dalam tujuh puluh ribu orang itu. Akhirnya kami sepakat untuk mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dilahirkan di masa Islam dan tidak mengalami masa kemusyrikan. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Saw., maka beliau Saw. bersabda: Tidak, mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan setrika, tidak meminta ruqyah dan tidak tatayyur (percaya kepada takhayul), dan hanya kepada Tuhan mereka saja mereka bertawakal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui dua jalur lain dari Qatadah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang serupa. Hadis ini mempunyai jalur periwayatan yang banyak selain dari jalur ini di dalam kitab-kitab sahih dan kitab-kitab hadis lainnya.

وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا مِهْرَان، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبَانِ بْنِ أَبِي عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هُمَا جَمِيعًا مِنْ أُمَّتِي"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Aban ibnu Abu Iyasy, dari Sa'id ibnu Jubair. dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kedua-duanya dari kalangan umatku. 



وَثُلَّةٌۭ مِّنَ ٱلْءَاخِرِينَ 40

(40) dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.

(40) 

وَثُلَّةٌ مِنَ الْآخِرِينَ

Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.  (Al-Waqi'ah: 40)

Yakni segolongan dari orang-orang dahulu dan segolongan dari orang-orang terkemudian.

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا الْمُنْذِرُ بْنُ شَاذَانَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارٍ، حَدَّثَنَا سَعِيدِ بْنِ بَشير، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ الْحَسَنِ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَين، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ -قَالَ: وَكَانَ بَعْضُهُمْ يَأْخُذُ عَنْ بَعْضٍ-قَالَ: أَكْرَيْنَا ذَاتَ لَيْلَةٍ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ غَدَوْنَا عَلَيْهِ، فَقَالَ: "عُرضت عليَّ الْأَنْبِيَاءُ وَأَتْبَاعُهَا بِأُمَمِهَا، فَيَمُرُّ عَلَيَّ النَّبِيُّ، وَالنَّبِيُّ فِي الْعِصَابَةِ، وَالنَّبِيُّ فِي الثَّلَاثَةِ، وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ -وَتَلَا قَتَادَةُ هَذِهِ الْآيَةَ: {أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ} [هُودٍ: 78]-قَالَ: حَتَّى مرَّ عليَّ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ فِي كَبْكَبَةٍ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قلتُ: رَبِّي مَنْ هَذَا؟ قَالَ: هَذَا أَخُوكَ مُوسَى بْنُ عِمْرَانَ وَمَنْ مَعَهُ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ". قَالَ: "قُلْتُ: رَبِّ فَأَيْنَ أُمَّتِي؟ قَالَ: انْظُرْ عَنْ يَمِينِكَ فِي الظِّرَابِ. قَالَ: "فَإِذَا وُجُوهُ الرِّجَالِ". قَالَ: "قَالَ: أَرَضِيتَ؟ " قَالَ: قُلْتُ: "قَدْ رَضِيتُ، رَبِّ". قَالَ: انْظُرْ إِلَى الْأُفُقِ عَنْ يَسَارِكَ فَإِذَا وُجُوهُ الرِّجَالِ. قَالَ: أَرَضِيتَ؟ قُلْتُ: "رَضِيتُ، رَبِّ". قَالَ: فَإِنَّ مَعَ هَؤُلَاءِ سَبْعِينَ أَلْفًا، يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ". قَالَ: وَأَنْشَأَ عُكَّاشة بْنُ مُحْصَن مِنْ بَنِي أَسَدٍ -قَالَ سَعِيدٌ: وَكَانَ بَدْريًّا-قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. قَالَ: فَقَالَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ مِنْهُمْ". قَالَ: أَنْشَأَ رَجُلٌ آخَرُ، قال: يا نبي الله، ادع اللهأَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ. فَقَالَ: "سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ" قَالَ: فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَإِنِ اسْتَطَعْتُمْ -فِدَاكُمْ أَبِي وَأُمِّي-أَنْ تَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّبْعِينَ فَافْعَلُوا وَإِلَّا فَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ الظِّرَابِ ، وَإِلَّا فَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ الْأُفُقِ، فَإِنِّي قَدْ رَأَيْتُ نَاسًا كَثِيرًا قَدْ تأشَّبوا حَوْلَهُ". ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا رُبُعَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". فَكَبَّرْنَا، ثُمَّ قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا ثُلُثَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا، قَالَ: "إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ تَكُونُوا نِصْفَ أَهْلِ الْجَنَّةِ". قَالَ: فَكَبَّرْنَا. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} قَالَ: فَقُلْنَا بَيْنَنَا: مَنْ هَؤُلَاءِ السَّبْعُونَ أَلْفًا؟ فَقُلْنَا: هُمُ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الْإِسْلَامِ، وَلَمْ يُشْرِكُوا. قَالَ: فَبَلَغَهُ ذَلِكَ فَقَالَ: "بَلْ هُمُ الَّذِينَ لَا يَكْتَوُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ، وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ".

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Munzir ibnu Syazan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Bakkar, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Basyir, dari Qatadah. dari Al-Hasan, dari Imran ibnu Husain, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu sebagian dari mereka (sahabat) menerima hadis dari sebagian yang lainnya. Disebutkan bahwa pada suatu malam kami dijamu oleh Rasulullah Saw., kemudian pada pagi harinya kami kembali kepada beliau Saw., lalu beliau Saw. bersabda: bahwa tadi malam ditampilkan kepada beliau (dalam mimpinya) para nabi dan para pengikutnya berikut semua umatnya masing-masing. Maka lewatlah di hadapan beliau seorang nabi yang diikuti oleh segolongan manusia, dan nabi yang hanya diikuti oleh tiga orang serta nabi yang tidak diikuti oleh seorang jua pun. Qatadah membacakan ayat berikut, yaitu firman-Nya: Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal? (Hud: 78)  (menceritakan siapa dia yang tidak diikuti oleh seorang pun). Akhirnya lewatlah di hadapan beliau Saw. Musa ibnu Imran bersama sejumlah besar kaum Bani Israil. Nabi Saw. bertanya, "Ya Tuhanku, siapakah orang ini?" Allah Swt. menjawab, "Ini adalah saudaramu Musa ibnu Imran dan orang-orang yang mengikutinya dari kaum Bani Israil." Aku bertanya.”Lalu manakah umatku?" Allah Swt. berfirman, "Lihatlah ke arah kananmu gelombang manusia yang banyak itu," dan ternyata mereka itu adalah manusia yang jumlahnya sangat besar. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah Swt. kembali berfirman, "Lihatlah ke cakrawala yang ada di sebelah kirimu," tiba-tiba terlihat gelombang manusia yang amat besar jumlahnya. Allah berfirman, "Puaskah kamu?" Aku menjawab, "Aku telah puas, ya Tuhanku." Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab." Saat itu juga Ukasyah ibnu Mihsan dari Bani Asad —yang menurut Sa'id adalah seorang yang ikut dalam Perang Badar— bangkit, lalu berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk di antara mereka yang tujuh puluh ribu itu." Maka Nabi Saw. berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia seorang dari mereka. Kemudian bangkit pula lelaki lainnya dan berkata, "Wahai Nabi Allah, doakanlah kepada Allah, semoga Dia menjadikan diriku termasuk dari mereka." Nabi Saw. menjawab: Kamu telah kedahuluan oleh Ukasyah untuk mendapatkannya. Lalu Rasulullah Saw. bersabda, "Jika kalian mampu, semoga ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, untuk menjadi orang-orang yang termasuk ke dalam yang tujuh puluh itu, berbuatlah. Jika tidak dapat, jadilah kalian termasuk orang-orang yang ada di sebelah kananku itu. Dan jika tidak dapat, hendaklah kalian menjadi orang-orang yang ada di cakrawala sebelah kiriku. Karena sesungguhnya aku telah melihat banyak orang yang keadaan mereka digabungkan." Kemudian Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah seperempat ahli surga. Lalu kami bertakbir, kemudian beliau Saw. bersabda: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah sepertiga ahli surga. Maka kami bertakbir, dan beliau Saw. bersabda lagi: Sesungguhnya aku berharap semoga kalian adalah separo ahli surga. Maka kami bertakbir lagi. Kemudian Rasulullah Saw. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi’ah: 39-40); Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kami saling bertanya di antara sesama kami (para sahabat) menanyakan tentang siapa sajakah mereka yang termasuk di dalam tujuh puluh ribu orang itu. Akhirnya kami sepakat untuk mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang dilahirkan di masa Islam dan tidak mengalami masa kemusyrikan. Ketika hal itu sampai kepada Rasulullah Saw., maka beliau Saw. bersabda: Tidak, mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan setrika, tidak meminta ruqyah dan tidak tatayyur (percaya kepada takhayul), dan hanya kepada Tuhan mereka saja mereka bertawakal.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui dua jalur lain dari Qatadah dengan sanad yang semisal dan lafaz yang serupa. Hadis ini mempunyai jalur periwayatan yang banyak selain dari jalur ini di dalam kitab-kitab sahih dan kitab-kitab hadis lainnya.

وَقَالَ ابْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنَا ابْنُ حُمَيْدٍ، حَدَّثَنَا مِهْرَان، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ أَبَانِ بْنِ أَبِي عَيَّاشٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: {ثُلَّةٌ مِنَ الأوَّلِينَ. وَثُلَّةٌ مِنَ الآخِرِينَ} قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هُمَا جَمِيعًا مِنْ أُمَّتِي"

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Aban ibnu Abu Iyasy, dari Sa'id ibnu Jubair. dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan yang besar dari orang-orang yang kemudian. (Al-Waqi'ah: 39-40) Bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Kedua-duanya dari kalangan umatku. 



وَأَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ مَآ أَصْحَٰبُ ٱلشِّمَالِ 41

(41) Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?

(41) 

Setelah Allah Swt. menyebutkan perihal golongan kanan, lalu mengiringi­nya dengan menyebutkan perihal golongan kiri. Untuk itu Dia berfirman:

وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ مَا أَصْحَابُ الشِّمَالِ

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. (Al-Waqi’ah: 41)

Yakni siapa sajakah yang termasuk ke dalam golongan kiri? Lalu dijelaskan dalam ayat berikutnya, menggambarkan keadaan mereka:


فِى سَمُومٍۢ وَحَمِيمٍۢ 42

(42) Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,

(42) 

فِي سَمُومٍ وَحَمِيمٍ

Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang mendidih, (Al-Waqi'ah:42)

Samum artinya angin yang amat panas, dan hamim artinya air yang sangat panas.


وَظِلٍّۢ مِّن يَحْمُومٍۢ 43

(43) dan dalam naungan asap yang hitam.

(43) 

وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ

Dan dalam naungan asap yang hitam. (Al-Waqi'ah: 43)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah naungan asap yang hitam lagi sangat panas. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Abu Saleh, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya.

Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

انْطَلِقُوا إِلَى مَا كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ. انْطَلِقُوا إِلَى ظِلٍّ ذِي ثَلاثِ شُعَبٍ. لَا ظَلِيلٍ وَلا يُغْنِي مِنَ اللَّهَبِ. إِنَّهَا تَرْمِي بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِ. كَأَنَّهُ جِمَالَةٌ صُفْرٌ. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

(Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat), "Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai liga cabang, yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka.” Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 29-34)

Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

وَظِلٍّ مِنْ يَحْمُومٍ

dan dalam naungan asap yang hitam. (Al-Waqi'ah: 43)

Yang dimaksud dengan yahmum ialah asap yang hitam pekat.


لَّا بَارِدٍۢ وَلَا كَرِيمٍ 44

(44) Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

(44) 

لَا بَارِدٍ وَلا كَرِيمٍ

Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (Al-Waqi'ah: 44)

Yakni tidak menyejukkan tiupannya dan tidak menyenangkan rasanya, sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak menyenangkan. (Al-Waqi'ah: 44) Yaitu tidak menyenangkan pemandangannya.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa tiap minuman yang tidak enak rasanya dikatakan minuman yang tidak menyenangkan.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa orang-orang Arab biasa menggunakan kalimat ini secara bergandengan dalam ungkapan nafi, misalnya mereka mengatakan bahwa makanan ini tidak enak dan tidak menyenangkan, atau daging ini tidak empuk dan tidak enak, atau rumah ini tidak bersih dan tidak menyenangkan. Hal yang semisal diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui dua jalur yang lain dari Qatadah dengan kalimat yang semisal.

Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa mereka berhak mendapatkannya karena:


إِنَّهُمْ كَانُوا۟ قَبْلَ ذَٰلِكَ مُتْرَفِينَ 45

(45) Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.

(45) 

إِنَّهُمْ كَانُوا قَبْلَ ذَلِكَ مُتْرَفِينَ

Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. (Al-Waqi'ah: 45)

Yakni mereka semasa di dunia hidup senang dan bergelimangan dalam kemewahan dan mengejar kesenangan diri mereka tanpa melirik dengan sebelah mata pun kepada apa yang disampaikan kepada mereka oleh para rasul.


وَكَانُوا۟ يُصِرُّونَ عَلَى ٱلْحِنثِ ٱلْعَظِيمِ 46

(46) Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.

(46) 

وَكَانُوا يُصِرُّونَ

Dan mereka terus-menerus. (Al-Waqi'ah: 46)

Maksudnya, selalu bersikeras dengan sikapnya dan tidak mau bertobat.

عَلَى الْحِنْثِ الْعَظِيمِ

mengerjakan dosa yang besar. (Al-Waqi'ah: 46)

Yakni kafir kepada Allah dan menjadikan berhala-berhala dan tandingan-tandingan sebagai tuhan-tuhan selain Allah.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan dosa besar dalam ayat ini ialah mempersekutukan Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid. Ikrimah, Ad-Dahhak, Qatadah, dan As-Saddi serta lain-lainnya.

Asy-Sya'bi mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sumpah palsu.


وَكَانُوا۟ يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًۭا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ 47

(47) Dan mereka selalu mengatakan: "Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?

(47) 

وَكَانُوا يَقُولُونَ أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

Dan mereka selalu mengatakan, "Apakah apabila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? ” (Al-Waqi'ah: 47)

Mereka mengatakan demikian dengan nada mendustakan dan menganggap mustahil kejadian hari berbangkit.


أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ 48

(48) apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?"

(48) 

 أَوَآبَاؤُنَا الأوَّلُونَ

Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (dibangkitkan pula)?” (Al-Waqi'ah: 48)

Maka dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:


قُلْ إِنَّ ٱلْأَوَّلِينَ وَٱلْءَاخِرِينَ 49

(49) Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,

(49) 

قُلْ إِنَّ الأوَّلِينَ وَالآخِرِينَ

Katakanlah, "Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian. (Al-Waqi'ah: 49)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 49-50)

Artinya, beritakanlah kepada mereka—hai Muhammad— bahwa orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari Bani Adam kelak akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari kiamat nanti; tiada seorang pun dari mereka yang ketinggalan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ. وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ. يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ

Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatwhari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami dadulah mengundur­kannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan seizin­nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 13-15)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan:

لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (Al-Waqi'ah: 50)

Yakni telah ditetapkan waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat pula diundurkan, juga tidak dapat ditambahi serta tidak dapat dikurangi.


لَمَجْمُوعُونَ إِلَىٰ مِيقَٰتِ يَوْمٍۢ مَّعْلُومٍۢ 50

(50) benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.

(50) 

 لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (Al-Waqi'ah: 50)

Tafsir (Al-Waqi'ah: 49-50)

Artinya, beritakanlah kepada mereka—hai Muhammad— bahwa orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari Bani Adam kelak akan dikumpulkan di Padang Mahsyar pada hari kiamat nanti; tiada seorang pun dari mereka yang ketinggalan. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:

ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ. وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ. يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ

Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatwhari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami dadulah mengundur­kannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan seizin­nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 13-15)

Karena itulah dalam surat ini disebutkan:

لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ

benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal. (Al-Waqi'ah: 50)

Yakni telah ditetapkan waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat pula diundurkan, juga tidak dapat ditambahi serta tidak dapat dikurangi.