76 - الانسان - Al-Insaan

Juz : 29

Man
Medinan

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَٱسْجُدْ لَهُۥ وَسَبِّحْهُ لَيْلًۭا طَوِيلًا 26

(26) Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.

(26) 

وَمِنَ اللَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلا طَوِيلا

Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari. (Al-Insan: 26)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نافِلَةً لَكَ عَسى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقاماً مَحْمُوداً

Dan pada sebagian malam hari salat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra: 79)

Dan firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا

Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) pada seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdaa itu, Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (Al-Muzzammil: 1-4)

Kemudian Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang lainnya yang serupa dengan mereka dalam menyukai keduniaan dan mengejarnya serta meninggalkan bekal di hari akhirat di belakang mereka tanpa mempedulikannya:


إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ يُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَآءَهُمْ يَوْمًۭا ثَقِيلًۭا 27

(27) Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat).

(27) 

إِنَّ هَؤُلاءِ يُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُونَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيلا

Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak mempedulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al-Insan: 27)

Maksudnya, hari kiamat.


نَّحْنُ خَلَقْنَٰهُمْ وَشَدَدْنَآ أَسْرَهُمْ ۖ وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَآ أَمْثَٰلَهُمْ تَبْدِيلًا 28

(28) Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka, apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka.

(28) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

نَحْنُ خَلَقْنَاهُمْ وَشَدَدْنَا أَسْرَهُمْ

Kami telah menciptakan mereka dan menguatkan persendian tubuh mereka. (Al-Insan; 28)

Ibnu Abbas dan Mujahid serta yang lainnya mengatakan bahwa Kami telah menguatkan tubuh mereka.

وَإِذَا شِئْنَا بَدَّلْنَا أَمْثَالَهُمْ تَبْدِيلا

apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28)

Yakni apabila Kami menghendaki, Kami bangkitkan mereka di hari kiamat dan Kami ganti mereka dengan mengembalikan mereka dalam ciptaan yang baru. Ini merupakan dalil yang menunjukkan adanya hari berbangkit. melalui penyebutan penciptaan yang pertama.

Ibnu Zaid dan Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: apabila Kami menghendaki, Kami sungguh-sungguh mengganti (mereka) dengan orang-orang yang serupa dengan mereka. (Al-Insan: 28)

Yaitu apabila Kami menghendaki, bisa saja Kami mengganti mereka dengan kaum yang lain selain mereka, yang hal ini berarti semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ وَكانَ اللَّهُ عَلى ذلِكَ قَدِيراً

Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah Mahakuasa berbuat demikian. (An-Nisa: 133)

Dan firman Allah Swt.:

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ وَما ذلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Ibrahim: 19-2)


إِنَّ هَٰذِهِۦ تَذْكِرَةٌۭ ۖ فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ سَبِيلًۭا 29

(29) Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya.

(29) 

Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ

Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan. (Al-Insan: 29)

Artinya, surat ini adalah peringatan.

فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا

maka barang siapa menghendaki (kebaikan bagi dirinya), niscaya dia mengambil jalan kepada Tuhannya. (Al-Insan: 29)

Yaitu jalanTuhannya. Barang siapa yang menghendaki demikian, niscaya dia mengambil petunjuk dari Al-Qur'an. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

وَماذا عَلَيْهِمْ لَوْ آمَنُوا بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقَهُمُ اللَّهُ وَكانَ اللَّهُ بِهِمْ عَلِيماً

Apakah kemudaratannya bagi mereka, kalau mereka beriman kepada Allah dan hari kemudian. (An-Nisa: 39), hingga akhir ayat.


وَمَا تَشَآءُونَ إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًۭا 30

(30) Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(30) 

Adapun firman Allah Swt:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ

Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. (Al-Insan: 30)

Yakni tiada seorang pun yang mampu memberi petunjuk kepada dirinya, dan tiada (pula mampu) memasukkan iman ke dalam hatinya, dan tiada (pula mampu mendatangkan) manfaat bagi dirinya.

إِلا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30)

Allah Maha Mengetahui tentang siapa yang berhak mendapat hidayah, lalu dia memudahkan baginya menempuh jalan hidayah dan melancarkan baginya semua sarana yang menuju ke arahnya. Dia Maha Mengetahui pula tentang siapa yang berhak mendapat kesesatan, maka Dia memalingkannya dari jalan petunjuk. Semua hikmah yang puncak dan alasan yang mematahkan hujah hanyalah milik Allah belaka, dalam semua perbuatan-Nya. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana. (Al-Insan: 30)


يُدْخِلُ مَن يَشَآءُ فِى رَحْمَتِهِۦ ۚ وَٱلظَّٰلِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًۢا 31

(31) Dan memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih.

(31) 

Firman Allah Swt.:

يُدْخِلُ مَنْ يَشَاءُ فِي رَحْمَتِهِ وَالظَّالِمِينَ أَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

Dia memasukkan siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. (Al-Insan: 31)

Yaitu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Maka barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadanya.


77 - المرسلات - Al-Mursalaat

Juz : 29

The Emissaries
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًۭا 1

(1) Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,

(1) 

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Sahl Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepadaku Al-Husain ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah sehubungan dengan makna firman-Nya:

وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا

Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) 

Telah diriwayatkan pula dari Masruq, Abud Duha, Mujahid dalam suatu riwayatnya, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Dan diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa ia mengatakan sehubungan dengan makna mursalat, yaitu para rasul. Tetapi menurut riwayat lain yang juga darinya disebutkan para malaikat. Hal yang sama dikatakan oleh Abu Saleh dalam lafaz al-'asifat (para malaikat penggiring angin), an-nasyirat (para malaikat penyebar hujan), al-fariqal (para malaikat pembeda hak dan batil), dan al-mulqiyat (para malaikat penyampai wahyu).


فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًۭا 2

(2) dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,

(2) 

As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahi!, dari Muslim Al-Batin, dari Abul Abidain yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang makna mursalat 'urfan, artinya angin. Hal yang sama dikatakan olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya:

فَالْعَاصِفَاتِ عَصْفًا

dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya. (Al-Mursalat: 2)

Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah angin. Hal yang sama dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan AbuSaleh menurut riwayat yang bersumber darinya.

Tetapi Ibnu Jarir bersikap diam sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. (Al-Mursalat: 1) Bahwa apakah makna yang dimaksud adalah malaikat-malaikat yang diutus membawa kebaikan, ataukah yang seperti rambut kuda yang sebagian darinya mengiringi sebagian yang lain, ataukah yang dimaksud adalah angin apabila bertiup sedikit demi sedikit? Tetapi ia memastikan bahwa yang dimaksud dengan 'asifat adalah angin yang bertiup dengan kencang, sama dengan pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Mas'ud dan para pengikutnya. Dan di antara orang yang berpendapat sama sehubungan dengan 'asifat 'asfa ialah Ali ibnu Abu Talib dan As-Saddi; tetapi bersikap diam terhadap an-nasyirat, apakah makna yang dimaksud adalah para malaikat ataukah angin, sama dengan sebelumnya.

Diriwayatkan dari Abu Saleh, bahwa an-nasyirati nasyran ialah hujan. Tetapi pendapat yang jelas menyebutkan bahwa al-mursalat adalah angin, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَأَرْسَلْنَا الرِّياحَ لَواقِحَ

Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan). (Al-Hijr:22)

Dan firman Allah Swt.:

وَهُوَ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّياحَ بُشْراً بَيْنَ يَدَيْ رَحْمَتِهِ

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya. (Al-A'raf: 57)

Demikian pula al-'asifat artinya angin. Dikatakan 'asafatir riyahu artinya angin telah bertiup dengan kencangnya sehingga menimbulkan suara. Begitu pula an-nasyirat artinya angin yang menggiring awan di ufuk langit menurut apa yang dikehendaki oleh Tuhannya.


وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًۭا 3

(3) dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya,

(3) 

As-Sauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahi!, dari Muslim Al-Batin, dari Abul Abidain yang mengatakan bahwa aku pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang makna mursalat 'urfan, artinya angin. Hal yang sama dikatakan olehnya sehubungan dengan makna firman-Nya:

وَالنَّاشِرَاتِ نَشْرًا

Dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya. (Al-Mursalat: 3)


فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًۭا 4

(4) dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya,

(4) 

Firman Allah Swt.:

فَالْفَارِقَاتِ فَرْقًا

Dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang batil) dengan sejelas-jelasnya. (Al-Mursalat: 4)

Yakni para malaikat, menurut Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah. Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan As-Sauri. Tidak ada perbedaan di sini, karena sesungguhnya para malaikat turun dengan membawa perintah Allah kepada rasul-rasul-(Nya) untuk membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara perkara halal dan haram.


فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا 5

(5) dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu,

(5) 

Firman Allah Swt.:

 فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا 

Dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, (Al-Mursalat: 5)

Yakni para malaikat, menurut Ibnu Mas'ud. Ibnu Abbas, Masruq, Mujahid, Qatadah. Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, dan As-Sauri. Tidak ada perbedaan di sini, karena sesungguhnya para malaikat turun dengan membawa perintah Allah kepada rasul-rasul-(Nya) untuk membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara perkara halal dan haram. 


عُذْرًا أَوْ نُذْرًا 6

(6) untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan,

(6) 

Firman Allah Swt.:

عُذْرًا أَوْ نُذْرًا

Untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 6)

Dan para malaikat itu menyampaikan wahyu kepada para rasul yang di dalamnya mengandung alasan terhadap makhluk dan sekaligus peringatan bagi mereka akan siksa Allah jika mereka menentang perintah-Nya.


إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَٰقِعٌۭ 7

(7) sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi.

(7) 

Firman Allah Swt.:

إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَاقِعٌ

sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi. (Al-Mursalat: 7)

Inilah objek dari sumpah-sumpah di atas, yakni sesungguhnya apa yang telah dijanjikan kepadamu — yaitu terjadinya kiamat, peniupan sangkakala, dibangkitkannya semua makhluk dan dihimpunkan-Nya semua orang yang terdahulu dan yang terkemudian dalam suatu lapangan untuk menerima pembalasannya masing-masing; jika baik, maka balasannya baik; dan jika buruk, maka balasannya buruk pula— semuanya itu pasti terjadi dan tidak terelakkan lagi.


فَإِذَا ٱلنُّجُومُ طُمِسَتْ 8

(8) Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan,

(8) 

Dalam firman berikutnya disebutkan:

فَإِذَا النُّجُومُ طُمِسَتْ

Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan. (Al-Mursalat: 8)

Maksudnya, sinarnya lenyap. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَإِذَا النُّجُومُ انْكَدَرَتْ

dan apabila bintang-bintang berjatuhan. (At-Takwir: 2)

dan firman Allah Swt.:

وَإِذَا الْكَواكِبُ انْتَثَرَتْ

dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. (Al-Infitar: 2)


وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ فُرِجَتْ 9

(9) dan apabila langit telah dibelah,

(9) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِذَا السَّمَاءُ فُرِجَتْ

dan apabila langit telah dibelah. (Al-Mursalat: 9)

Yaitu belah, pecah, dan semua bagiannya turun serta semua sisinya melemah.


وَإِذَا ٱلْجِبَالُ نُسِفَتْ 10

(10) dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,

(10) 

وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ

dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu. (Al-Mursalat: 10)

Yakni dilenyapkan sehingga tiada bekasnya sama sekali, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَيَسْئَلُونَكَ عَنِ الْجِبالِ فَقُلْ يَنْسِفُها رَبِّي نَسْفاً فَيَذَرُها قَاعًا صَفْصَفاً لَا تَرى فِيها عِوَجاً وَلا أَمْتاً

Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, maka katakanlah, "Tuhanku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya." (Thaha: 15)

Dan firman Allah Swt.:

وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بارِزَةً وَحَشَرْناهُمْ فَلَمْ نُغادِرْ مِنْهُمْ أَحَداً

Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47)


وَإِذَا ٱلرُّسُلُ أُقِّتَتْ 11

(11) dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka).

(11) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ

dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka). (Al-Mursalat: 11)

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna uqqitat ialah dikumpulkan. Ibnu Zaid mengatakan, dan ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَوْمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الرُّسُلَ

(Ingatlah), hari di waktu Allah mengumpulkan para rasul. (Al-Maidah: 19)

Dan Mujahid mengatakan, bahwa makna uqqitat ialah ditangguhkan. Menurut As-Sauri, dari Mansur, dari Ibrahim, uqqitat artinya dipersiapkan seakan-akan menurutnya dianggap semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّها وَوُضِعَ الْكِتابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَداءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak dirugikan. (Az-Zumar: 69)


لِأَىِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ 12

(12) (Niscaya dikatakan kepada mereka:) "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?"

(12) 

لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ

(Niscaya dikatakan kepada mereka:) "Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?". (Al-Mursalat: 12)

Dalam firman berikutnya:


لِيَوْمِ ٱلْفَصْلِ 13

(13) Sampai hari keputusan.

(13) 

لِيَوْمِ الْفَصْلِ

Sampai hari keputusan. (Al-Mursalat: 16)

Maka disebutkan dalam firman berikutnya:


وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ 14

(14) Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?

(14) 

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ

Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?. (Al-Mursalat: 16)

Maka disebutkan dalam firman berikutnya:


وَيْلٌۭ يَوْمَئِذٍۢ لِّلْمُكَذِّبِينَ 15

(15) Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

(15) 

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 15)


أَلَمْ نُهْلِكِ ٱلْأَوَّلِينَ 16

(16) Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?

(16) 

Firman Allah Swt.:

أَلَمْ نُهْلِكِ الأوَّلِينَ

Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu. (Al-Mursalat: 16)

Yakni yang mendustakan para rasul dan menentang apa yang disampaikan oleh mereka.








ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ ٱلْءَاخِرِينَ 17

(17) Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian.

(17) 

ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الآخِرِينَ

Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian. (Al-Mursalat: 17)

dari kalangan orang-orang yang serupa dengan mereka. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:


كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِٱلْمُجْرِمِينَ 18

(18) Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa.

(18) 

كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ

Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa. (Al-Mursalat: 18)

Demikianlah menurut Ibnu Jarir. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya seraya menyebutkan nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-Nya dengan berdalilkan penciptaan pertama yang menunjukkan kepada kekuasaan-Nya yang mampu membangkitkan mereka hidup kembali.


وَيْلٌۭ يَوْمَئِذٍۢ لِّلْمُكَذِّبِينَ 19

(19) Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.

(19) 

وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ

Kecelakaan besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. (Al-Mursalat: 19)

Demikianlah menurut Ibnu Jarir. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya seraya menyebutkan nikmat yang telah dikaruniakan-Nya kepada makhluk-Nya dengan berdalilkan penciptaan pertama yang menunjukkan kepada kekuasaan-Nya yang mampu membangkitkan mereka hidup kembali.