15 - الحجر - Al-Hijr

Juz : 14

The Rock
Meccan

ٱلَّذِينَ جَعَلُوا۟ ٱلْقُرْءَانَ عِضِينَ 91

(91) (yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al Quran itu terbagi-bagi.

(91) 

Firman Allah Swt.:

الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآنَ عِضِينَ

(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91)

Yakni mereka menjadikan Kitab yang diturunkan kepada mereka terbagi-bagi. Dengan kata lain, mereka percaya kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian lainnya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91) Mereka adalah ahli kitab, mereka membagi-bagi kitabnya menjadi beberapa bagian, lalu mereka percaya kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian lainnya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Al-A'masy, dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91) Bahwa mereka adalah ahli kitab, mereka membagi-baginya menjadi beberapa bagian lalu mereka beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian yang lainnya.

Telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Musa, dari Al-A'masy, dari Abu Zabyan, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sebagaimana (Kami telah memberi peringatan), Kami telah menurunkan (azab) kepada orang-orang yang membagi-bagi (Kitab Allah). (Al-Hijr: 9) Bahwa mereka beriman kepada sebagiannya dan kafir kepada sebagian yang lainnya, mereka adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Mujahid, Al-Hasan, Ad-Dahhak, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, serta yang lainnya hal yang semisal.

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka menjadikan Al-Qur'an itu terbagi-bagi. (Al-Hijr: 91) Bahwa yang dimaksud dengan 'idin ialah sihir.

Ikrimah mengatakan, al-'idah artinya sihir, menurut dialek orang-orang Quraisy; mereka mengatakan al-adihah kepada wanita penyihir.

Mujahid mengatakan, 'idwahun a'ddun menurut mereka artinya sihir. Mereka mengatakan pula tukang tenung, juga mengatakannya dongengan-dongengan orang-orang dahulu.

Ata mengatakan bahwa sebagian dari mereka mengatakan sihir, ada yang mengatakannya gila, ada pula yang mengatakannya tukang tenung, yang demikian itulah makna lafaz 'idin. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ad-Dahhak dan lain-lainnya.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Walid ibnul Mugirah menghimpun sejumlah orang dari kalangan kabilah Quraisy; dia adalah orang yang terhormat di kalangan mereka, saat itu telah datang musim haji. Lalu Al-Walid ibnul Mugirah berkata kepada mereka, "Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya musim haji tahun ini telah tiba, dan sesungguhnya para delegasi dari kalangan orang-orang Arab semuanya akan datang bertamu kepada kalian, mereka telah mendengar perihal urusan teman kalian ini (yakni Nabi Muhammad Saw.). Maka bersepakatlah kalian dalam suatu pendapat sehubungan dengannya, dan janganlah kalian bertentangan, sehingga sebagian dari kalian mendustakan dengan sebagian yang lainnya, dan pendapat sebagian dari kalian bertentangan dengan pendapat sebagian yang lainnya." Lalu mereka berkata, "Dan engkau, hai Abdu Syams (nama julukan Al-Walid ibnul Mugirah), kemukakanlah pendapatmu yang nanti akan kami jadikan sebagai pegangan." Al-Walid balik bertanya, "Tidak, tetapi kalianlah yang mengatakannya, nanti saya akan menurutinya." Mereka berkata, "Kami katakan dia adalah tukang tenung." Al-Walid menjawab, "Dia bukanlah tukang tenung." Mereka berkata, "Dia gila." Al-Walid berkata, "Dia tidak gila." Mereka berkata, "Dia seorang penyair." Al-Walid berkata, "Dia bukan penyair." Mereka berkata, "Dia seorang penyihir." Al-Walid berkata, "Dia bukan penyihir." Mereka berkata, "Lalu apakah yang harus kami katakan?" Al-Walid berkata, "Demi Allah, sesungguhnya ucapan Muhammad benar-benar manis. Tidak sekali-kali kalian mengatakan sesuatu darinya melainkan pasti diketahui bahwa perkataanmu itu batil. Dan sesungguhnya pendapat yang paling dekat untuk kalian katakan sehubungan dengannya ialah dia adalah seorang penyihir." Akhirnya mereka berpisah dengan kesepakatan yang bulat akan hal tersebut dalam bersikap terhadap Nabi Saw. 


فَوَرَبِّكَ لَنَسْـَٔلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ 92

(92) Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,

(92) 

Lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya sehubungan dengan mereka:

فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua. (Al-Hijr: 92) 

(yaitu) orang-orang yang telah menjadikan Al-Qur’an itu terbagi-bagi. Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 91-93) Yang dimaksud dengan mereka ialah orang-orang yang mengatakan hal itu kepada Rasulullah Saw.

Atiyyah Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Umar sehubungan dengan firman-Nya: Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Yakni tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid sehubungan dengan firman Allah Swt.: Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Yaitu tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.

Imam Turmuzi, Abu Ya'la Al-Mausuli, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwa­yatkan melalui hadis Syarik Al-Qadi, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Basyir ibnu Nuhaik, dari Anas, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua. (Al-Hijr: 92) Bahwa yang dipertanyakan kepada mereka ialah tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Ibnu Idris telah meriwayatkannya dari Lais, dari ibnu Basyir, dari Anas secara mauquf.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Hilal, dari Abdullah ibnu Hakim.

Imam Turmuzi serta lain-lainnya telah meriwayatkannya pula melalui hadis Anas secara marfu’.

Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud) mengatakan, "Demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada seorang pun di antara kalian melainkan akan diajak berbicara secara tersendiri oleh Allah pada hari kiamat nanti, sebagaimana seseorang di antara kalian memandang bulan di malam purnama. Lalu Allah Swt. berfirman, 'Hai anak Adam, apakah yang memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap-Ku. Hai anak Adam, apakah yang telah engkau lakukan? Hai anak Adam, apakah engkau memperkenankan seruan para rasul?' ."

Abu Ja'far telah meriwayatkan dari Ar-Rabi', dari Abul Aliyah sehubungan dengan firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Di hari kiamat kelak Allah menanyai semua hamba tentang dua perkara, yaitu tentang apa yang mereka sembah, dan apakah mereka mem­perkenankan ajakan para rasul.

Menurut Ibnu Uyaynah, ditanyakan tentang amal perbuatan dan harta benda.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الحُوَّاري، حَدَّثَنَا يُونُسُ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى كُحْلِ عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ، فَلَا أَلْفِيَنَّكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَى اللَّهُ مِنْكَ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Yunus Al-Hazza, dari Abu Hamzah Asy-Syaibani, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Mu'az, sesungguhnya seseorang itu akan ditanyai pada hari kiamat tentang semua usahanya hingga tentang celak matanya, dan tentang serpihan tanah liat yang ada di jari tangannya. Semoga tidak dijumpai di hari kiamat nanti ada orang lain yang lebih bahagia daripada kamu dengan apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Kemudian Allah Swt. berfirman: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah tidak menanyai mereka dengan pertanyaan.” Apakah kalian mengerjakan anu dan anu?" Karena sesungguhnya Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka sendiri. Melainkan Dia menanyai mereka dengan pertanyaan, "Mengapa kalian mengerjakan anu dan anu?"


عَمَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ 93

(93) tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.

(93) 

عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 93) 

Atiyyah Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Umar sehubungan dengan firman-Nya: Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Yakni tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid sehubungan dengan firman Allah Swt.: Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Yaitu tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'.

Imam Turmuzi, Abu Ya'la Al-Mausuli, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwa­yatkan melalui hadis Syarik Al-Qadi, dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Basyir ibnu Nuhaik, dari Anas, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua. (Al-Hijr: 92) Bahwa yang dipertanyakan kepada mereka ialah tentang kalimah 'Tidak ada Tuhan selain Allah'. Ibnu Idris telah meriwayatkannya dari Lais, dari ibnu Basyir, dari Anas secara mauquf.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Syarik, dari Hilal, dari Abdullah ibnu Hakim.

Imam Turmuzi serta lain-lainnya telah meriwayatkannya pula melalui hadis Anas secara marfu’.

Abdullah (yakni Ibnu Mas'ud) mengatakan, "Demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada seorang pun di antara kalian melainkan akan diajak berbicara secara tersendiri oleh Allah pada hari kiamat nanti, sebagaimana seseorang di antara kalian memandang bulan di malam purnama. Lalu Allah Swt. berfirman, 'Hai anak Adam, apakah yang memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap-Ku. Hai anak Adam, apakah yang telah engkau lakukan? Hai anak Adam, apakah engkau memperkenankan seruan para rasul?' ."

Abu Ja'far telah meriwayatkan dari Ar-Rabi', dari Abul Aliyah sehubungan dengan firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Di hari kiamat kelak Allah menanyai semua hamba tentang dua perkara, yaitu tentang apa yang mereka sembah, dan apakah mereka mem­perkenankan ajakan para rasul.

Menurut Ibnu Uyaynah, ditanyakan tentang amal perbuatan dan harta benda.

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الحُوَّاري، حَدَّثَنَا يُونُسُ الْحَذَّاءُ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الشَّيْبَانِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا مُعَاذُ، إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُسْأَلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَنْ جَمِيعِ سَعْيِهِ، حَتَّى كُحْلِ عَيْنَيْهِ، وَعَنْ فُتَاتِ الطِّينَةِ بِأُصْبُعَيْهِ، فَلَا أَلْفِيَنَّكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَحَدٌ أَسْعَدُ بِمَا آتَى اللَّهُ مِنْكَ"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abul Hawari, telah menceritakan kepada kami Yunus Al-Hazza, dari Abu Hamzah Asy-Syaibani, dari Mu'az ibnu Jabal yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hai Mu'az, sesungguhnya seseorang itu akan ditanyai pada hari kiamat tentang semua usahanya hingga tentang celak matanya, dan tentang serpihan tanah liat yang ada di jari tangannya. Semoga tidak dijumpai di hari kiamat nanti ada orang lain yang lebih bahagia daripada kamu dengan apa yang telah dianugerahkan oleh Allah kepadamu.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93) Kemudian Allah Swt. berfirman: Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (Ar-Rahman: 39) Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah tidak menanyai mereka dengan pertanyaan.” Apakah kalian mengerjakan anu dan anu?" Karena sesungguhnya Dia lebih mengetahui hal itu daripada mereka sendiri. Melainkan Dia menanyai mereka dengan pertanyaan, "Mengapa kalian mengerjakan anu dan anu?"


فَٱصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ ٱلْمُشْرِكِينَ 94

(94) Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

(94) 

وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ 

dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Al-Hijr:94)

Allah Swt. berfirman, memerintahkan Rasul-Nya untuk menyampaikan risalah yang dia diutus untuk menyampaikannya, dan melaksanakannya serta mempermaklumatkannya secara terang-terangan di hadapan orang-orang musyrik, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan apa yang diperintahkan (kepadamu). (Al-Hijr:94) Maksudnya, laksanakanlah apa yang diperintahkan kepadamu secara terang-terangan.

Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.

Menurut Mujahid, makna yang dimaksud ialah membaca Al-Qur'an dengan suara keras dalam salat.

Abu Ubaidah telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Nabi Saw. masih tetap sembunyi-sembunyi dalam menjalankan ibadahnya, hingga turun firman-Nya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu). (Al-Hijr:94) Maka barulah beliau Saw. keluar bersama para sahabatnya menyerukan agama Islam secara terang-terangan.


إِنَّا كَفَيْنَٰكَ ٱلْمُسْتَهْزِءِينَ 95

(95) Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),

(95) 

Firman Allah Swt.:

 إِنَّا كَفَيْنَاكَ الْمُسْتَهْزِئِينَ

Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (Al-Hijr:95)

Artinya, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu hiraukan orang-orang musyrik yang hendak menghalang-halangimu dari mengamalkan ayat-ayat Allah.

وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ

Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). (Al-Qalam:9)

Janganlah kamu takut terhadap mereka, karena sesungguhnya Allah melindungimu dari mereka dan memelihara dirimu dari kejahatan mereka.

Makna ayat ini semisal dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya Allah meme­lihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Muhammad ibnus Sakan, telah menceritakan kepada kami lshaq ibnu Idris, telah menceritakan kepada kami Aun ibnu Kahmas, dari Yazid ibnu Dirham, dari Anas. Yazid ibnu Dirham mengatakan bahwa ia pernah mendengar sahabat Anas membacakan firman-Nya: Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu), (yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah. (Al-Hijr: 95-96) Lalu sahabat Anas mengatakan, Di saat Rasulullah Saw. lewat, ada seba­gian dari mereka (orang-orang musyrik) mengerdipkan matanya (yakni memperolok-olok Nabi Saw.). Maka datanglah Malaikat Jibril. Menurut Yazid ibnu Dirham, sahabat Anas mengatakan, Lalu Malaikat Jibril balas mengerdipkan matanya terhadap mereka. Maka tubuh mereka dikenai sesuatu yang akibatnya seperti bekas tusukan, sehingga matilah mereka.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, Yazid ibnu Ruman telah menceritakan kepadaku tentang pemimpin orapg-orang yang memperolok-olokkan Nabi Saw.; dari Urwah ibnuz Zubair, bahwa jumlah mereka ada lima orang, semuanya adalah orang-orang yang mempunyai pengaruh dan kedudukan di kalangan kaumnya masing-masing. Mereka adalah: Dari kalangan Bani Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay ialah Al-Aswad ibnul Muttalib yang dijuluki dengan panggilan Abu Zam'ah. Menurut berita yang sampai kepadaku, Rasulullah Saw. pernah mendoakan kebinasaan untuknya setelah ia menyakiti dan memperolok-olok Rasulullah Saw. di luar batas. Rasulullah Saw. berkata dalam do'anya:

اللَّهُمَّ، أَعْمِ بَصَرَهُ، وَأَثْكِلْهُ وَلَدَهُ

Ya Allah, butakanlah matanya dan tumpaslah anaknya.

Dari kalangan Bani Zahrah ialah Al-Aswad ibnu Abdu Yagus ibnu Wahb ibnu Abdu Manaf ibnu Zahrah. Dari kalangan Bani Makhzum ialah Al-Walid ibnul Mugirah ibnu Abdullah ibnu Amr ibnu Makhzum. Dari kalangan Bani Sahm ibnu Umar ibnu Hasis ibnu Ka'b ibnu Lu-ay ialah Al-As ibnu Wa-il ibnu Hisyam ibnu Sa'id ibnu Sa'd. Dari kalangan Bani Khuza'ah ialah Al-Haris ibnut Talatilah ibnu Amr ibnul Haris ibnu Abdu ibnu Amr ibnu Mulkan. Setelah perbuatan jahat mereka kelewat batas dan sangat gencar dalam memperolok-olok Rasulullah Saw., maka Allah menurunkan firman-Nya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (Al-Hijr:94-95) Sampai dengan firman-Nya: maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya). (Al-Hijr:96)

Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Ruman,. dari Urwah ibnuz Zubair atau lainnya dari kalangan ulama terdahulu, bahwa Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah Saw. yang saat itu sedang tawaf di Baitullah. Malaikat Jibril berdiri, dan Rasulullah Saw. berdiri pula di sampingnya. Maka Malaikat Jibril membawa Rasulullah kepada Al-Aswad ibnu Abdu Yagus, lalu Jibril mengisyaratkan ke arah perut Al-Aswad, maka dengan serta merta perut Al-Aswad kembung dan mati karenanya.

Malaikat Jibril membawa Rasulullah Saw. kepada Al-Walid ibnul Mugirah, lalu Jibril mengisyaratkan ke arah luka yang ada di bagian bawah mata kaki Al-Walid. Luka itu telah dideritanya sejak dua tahun silam, karena itu Al-Walid selalu menjulurkan kainnya (untuk menutupi lukanya itu). Asal mula lukanya itu adalah melalui seorang lelaki dari kalangan Bani Khuza'ah yang sedang memberikan bulu penyeimbang pada anak panahnya, lalu salah satu anak panahnya terkait pada kain Al-Walid dan melukai kakinya itu. Pada mulanya lukanya itu tidaklah begitu parah, tetapi setelah ditunjuk oleh Malaikat Jibril, maka lukanya menjadi parah dan menyebabkannya mati.

Malaikat Jibril membawa Nabi Saw. kepada Al-As ibnu Wa-il, lalu Jibril mengisyaratkan ke arah telapak kakinya. Setelah itu Al-As keluar dengan mengendarai keledainya menuju Taif, lalu keledainya ditambatkan di suatu tempat yang banyak belingnya, dan kakinya tertusuk oleh beling hingga matilah ia.

Malaikat Jibril membawa Nabi Saw. kepada Al-Haris ibnut-Talatilah, lalu Jibril mengisyaratkan ke arah kepalanya, maka Al-Haris mengeluar­kan ingus nanah, dan matilah ia karenanya.

Muhammad ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari seorang lelaki, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa pemimpin mereka adalah Al-Walid ibnul Mugirah, dialah yang menghimpunkan mereka.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair dan Ikrimah semisal dengan lafaz yang diketengahkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid, dari Urwah secara panjang lebar. Hanya Sa'id mengatakan bahwa salah seorang dari mereka adalah Al-Haris ibnu Gaitalah, sedangkan Ikrimah menyebutnya Al-Haris ibnu Qais. Az-Zuhri mengatakan bahwa keduanya benar, nama aslinya ialah Al-Haris ibnu Qais, sedangkan ibunya bernama Gaitalah.

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid dan Miqsam serta Qatadah dan lain-lainnya, bahwa mereka berjumlah lima orang. Asy-Sya'bi mengatakan, jumlah mereka ada tujuh orang. Tetapi pendapat yang terkenal mengatakan lima orang.


ٱلَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ ۚ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ 96

(96) (Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya).

(96) 

Firman Allah Swt.:

الَّذِينَ يَجْعَلُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

(Yaitu) orang-orang yang menganggap adanya tuhan yang lain di samping Allah; maka mereka kelak akan mengetahui (akibat-akibatnya). (Al-Hijr:96)

Ayat ini mengandung ancaman yang keras dan janji yang pasti kepada orang yang menjadikan sembahan lain di samping Allah.


وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ 97

(97) Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan,

(97) 

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ

Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui bahwa dadamu men­jadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. (Al-Hijr: 97)


فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ 98

(98) maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat),

(98) 

Firman Allah Swt.:

 فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

Maka bertasbih­lah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (salat). (Al-Hijr: 98)

Yakni sesungguhnya Kami, hai Muhammad, benar-benar mengetahui bahwa dadamu merasa sempit disebabkan gangguan yang mereka lancarkan terhadap dirimu, maka janganlah hal itu mengendurkan semangatmu, jangan pula memalingkanmu dari menyampaikan risalah Allah; dan bertawakallah kamu kepada-Nya, sesungguhnya Dialah yang memberimu kecukupan dan menolongmu dalam menghadapi mereka. Maka sibukkanlah dirimu dengan berzikir mengingat Allah, memuji-Nya, dan bertasbih kepada-Nya serta menyembah-Nya, yaitu dengan menger­jakan salat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud. (Al-Hijr: 98)

Seperti yang disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad:

حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِي، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ كَثِيرِ بْنِ مُرَّة، عَنْ نُعَيْمِ بْنِ هَمَّار أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، لَا تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكفِكَ آخِرَهُ

telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahiriyyah, dari Kasir ibnu Murrah, dari Na'im ibnu Ammar yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, Hai anak Adam, janganlah kamu segan mengerjakan (salat sunat) empat rakaat di permulaan siang hari, tentulah Aku akan memberikan kecukupan kepadamu di akhir siang harinya.”

Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Mak-hul, dari Kasir ibnu Murrah dengan lafaz yang semisal. Karena itulah bilamana Rasulullah Saw. mengalami suatu musibah, maka beliau salat (sebagai penawarnya).


وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ 99

(99) dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

(99) 

Firman Allah Swt.:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr:99)

Menurut Imam Bukhari, Salim mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ajal atau maut. Yang dimaksud dengan Salim ialah Salim ibnu Abdullah ibnu Umar.

Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, dari Sufyan, telah menceritakan kepada kami Tariq ibnu Abdur Rahman, dari Salim ibnu Abdullah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr:99) Menurutnya, yang dimaksud dengan hal yang diyakini ialah maut atau ajal.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, serta lain-lainnya.

Sebagai dalilnya ialah firman Ailah Swt. dalam ayat lain ketika menceritakan perihal ahli neraka. Disebutkan bahwa mereka mengatakan:

لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ

Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian. (Al-Muddatstsir:43-47)

Di dalam hadis sahih melalui hadis Az-Zuhri, dari Kharijah ibnu Zaid ibnu Sabit, dari Ummul Ala (seorang wanita dari kalangan Ansar) disebutkan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا دَخَلَ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ -وَقَدْ مَاتَ -قُلْتُ: رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ الله أكرمه؟ فَقُلْتُ: بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَمَنْ؟ فَقَالَ: أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ الْيَقِينُ، وَإِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الْخَيْرَ

bahwa ketika Rasulullah Saw. masuk ke tempat Usman ibnu Maz'un yang telah mati, lalu Ummul Ala berkata, Semoga rahmat Allah terlimpahkan kepadamu, hai Abus Sa'ib (nama julukan Usman ibnu Maz'un). Kesaksianku terhadapmu menyatakan bahwa sesungguhnya Allah telah memuliakanmu. Maka Rasulullah Saw. bersabda, Apakah yang membuatmu mengetahui bahwa Allah telah memuliakannya? Ummul Ala berkata, Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Maka siapa lagikah yang mau memberikan kesaksian (untuknya)? Rasulullah Saw. bersabda: Adapun dia, sesungguhnya dia telah kedatangan hal yang meyakinkan (yakni kematian), dan sesungguhnya saya benar-benar memohon kebaikan (untuknya).

Firman Allah Swt.:

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). (Al-Hijr:99)

Dari makna ayat ini disimpulkan bahwa ibadah seperti salat dan lain-lainnya diwajibkan kepada manusia selagi akalnya sehat dan normal, maka ia mengerjakan salatnya sesuai dengan kondisinya, seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahih Bukhari, dari Imran ibnu Husain r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْب

Salatlah sambil berdiri; dan jika kamu tidak mampu (berdiri), maka (salatlah) dengan duduk. Dan jika kamu tidak mampu (duduk), maka (salatlah) dengan berbaring pada lambung.

Keterangan ini dapat dijadikan dalil yang menyalahkan pendapat sebagian orang-orang ateis yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan al-yaqin dalam ayat ini ialah makrifat. Untuk itu, mereka mengatakan bahwa bilamana seseorang dari mereka telah sampai kepada tingkatan makrifat, maka gugurlah taklif atau kewajiban mengerjakan ibadah. Hal ini jelas merupakan kekufuran, kesesatan, dan kebodohan; karena sesung­guhnya para nabi dan para sahabatnya adalah orang yang paling makrifat kepada Allah dan paling mengetahui tentang hak-hak Allah serta sifat-sifat-Nya dan pengagungan yang berhak diperoleh-Nya. Akan tetapi, sekalipun demikian mereka adalah orang yang paling banyak mengerjakan ibadah dan paling mengekalkan perbuatan-perbuatan kebaikan sampai ajal menjemput mereka.

Sesungguhnya makna yang dimaksud dengan istilah al-yaqin dalam ayat ini ialah kematian, seperti yang telah dijelaskan di atas. Akhirnya kami panjatkan puja dan puji kepada Allah Swt. atas hidayah yang telah diberikan-Nya, dan hanya kepada-Nyalah memohon pertolongan dan bertawakal. Dialah yang berhak mewafatkan kita dalam keadaan yang paling baik dan paling sempurna, dan sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.


16 - النحل - An-Nahl

Juz : 14

The Bee
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

أَتَىٰٓ أَمْرُ ٱللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ ۚ سُبْحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ 1

(1) Telah pasti datangnya ketetapan Allah maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.

(1) 

Allah Swt. menceritakan tentang dekat masa datangnya hari kiamat, yang hal ini diungkapkan dalam bentuk madi, menunjukkan bahwa hal itu pasti terjadi. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: l)

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: l)

Adapun firman Allah Swt.:

فَلا تَسْتَعْجِلُوهُ

maka janganlah kamu meminta agar disegerakan (datang)nya. (An-Nahl: 1)

Yakni telah dekat hal yang dianggap jauh itu, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan datangnya. Damir yang ada pada tastajiluhu dapat diinterpretasikan bahwa ia merujuk kepada Allah. Dapat pula diinterpretasikan bahwa ia kembali kepada azab (siksa), keduanya saling menguatkan. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ يَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ

Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedangkan mereka tidak menyadarinya. Mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Dan sesungguhnya Jahanam benar-benar meliputi orang-orang kafir. (Al-'Ankabut: 53-54)

Sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu firman-Nya: Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: 1) Ad-Dahhak mengemukakan suatu pendapat yang aneh. Ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan amrullah ialah hal-hal yang difardukan oleh-Nya dan batasan-batasan larangan-Nya. Akan tetapi, Ibnu Jarir menyanggahnya. Untuk itu ia mengatakan, "Kami tidak pernah mengetahui ada seorang yang meminta agar hal-hal yang fardu dan hukum-hukum syariat disegerakan pelaksanaannya sebelum waktu keberadaannya. Lain halnya dengan azab, mereka meminta agar azab disegerakan sebelum tiba masa turunnya, sebagai ungkapan rasa tidak percaya dan anggapan mustahil akan terjadi."

Menurut kami, pendapat ini sama dengan yang disebutkan dalam firman-Nya:

يَسْتَعْجِلُ بِهَا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِهَا وَالَّذِينَ آمَنُوا مُشْفِقُونَ مِنْهَا وَيَعْلَمُونَ أَنَّهَا الْحَقُّ أَلا إِنَّ الَّذِينَ يُمَارُونَ فِي السَّاعَةِ لَفِي ضَلالٍ بَعِيدٍ

Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan, dan orang-orang yang ber­iman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah benar (akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang- orang yang membantah tentang terjadinya kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh. (Asy-Syura: 18)

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: ذُكر عَنْ يَحْيَى بْنِ آدَمَ، عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَيَّاشٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ -مَوْلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ -عَنْ كَعْبِ بْنِ عَلْقَمَةَ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ حُجيرة، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "تَطْلُعُ عَلَيْكُمْ عِنْدَ السَّاعَةِ سَحَابَةٌ سَوْدَاءُ مِنَ الْمَغْرِبِ مِثْلُ التُّرْسِ، فَمَا تَزَالُ تَرْتَفِعُ فِي السَّمَاءِ، ثُمَّ يُنَادِي مُنَادٍ فِيهَا: يَا أَيُّهَا النَّاسُ. فَيُقْبِلُ النَّاسُ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ: هَلْ سَمِعْتُمْ؟ فَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ: نَعَمْ. وَمِنْهُمْ مَنْ يَشُكُّ. ثُمَّ يُنَادِي الثَّانِيَةَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ. فَيَقُولُ النَّاسُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: هَلْ سَمِعْتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: نَعَمْ. ثُمَّ يُنَادِي الثَّالِثَةَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَتَى أَمْرُ اللَّهِ فَلَا تَسْتَعْجِلُوهُ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنِ الرَّجُلَيْنِ لَيَنْشُرَانِ الثَّوْبَ فَمَا يَطْوِيَانِهِ أَبَدًا، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَمُدَّنَّ حَوْضَهُ فَمَا يَسْقِي فِيهِ شَيْئًا أَبَدًا، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَحْلِبُ نَاقَتَهُ فَمَا يَشْرَبُهُ أبدًا -قال -ويشتغل الناس"

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Yahya ibnu Adam, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Muhammad ibnu Abdullah maula Al-Mugirah ibnu Syu'bah, dari Ka'b ibnu Alqamah, dari Abdur Rahman ibnu Hujairah, dari Uqbah ibnu Amir yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Kelak di dekat hari kiamat akan muncul kepada kalian awan hitam dari ufuk barat seperti tameng. Awan itu terus meninggi di langit. Kemudian dari dalamnya terdengar suara yang menyerukan, "Hai manusia!" Maka semua manusia terpusatkan perhatiannya kepada suara itu dan berkata, "Apakah kalian mendengar suara itu?” Maka sebagian dari mereka ada yang mengatakan, "Ya, " dan sebagian yang lain meragukan. Kemudian berserulah suara itu untuk kedua kalinya, "Hai manusia!" Maka sebagian dari mereka menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah kalian mendengarnya?” Maka mereka mengatakan, "Ya.” Kemudian suara itu berseru lagi untuk ketiga kalinya, "Hai manusia, telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kalian meminta agar disegerakan (datang)nya.” Selanjutnya Rasulullah Saw. bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan­Nya, sesungguhnya dua orang lelaki benar-benar -menggelarkan pakaian, maka keduanya tidak sempat melipatnya kembali selama-lamanya (karena hari kiamat terjadi). Dan sesungguhnya seorang lelaki benar-benar sedang membedah saluran airnya, maka ternyata dia tidak sempat mengalirkannya barang sedikit pun untuk selama-lamanya. Dan sesungguhnya seorang lelaki benar-benar sedang memerah susu untanya, tetapi ia tidak dapat meminumnya untuk selama-lamanya.

Perawi mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan semua orang sibuk dengan keadaan dirinya sendiri dan lupa kepada yang lainnya.

Kemudian Allah Swt. menyucikan diri-Nya dari kemusyrikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap-Nya dengan yang lain dan penyembahan mereka terhadap tuhan yang lain di samping Allah, yaitu berupa berhala-berhala dan tandingan-tandingan yang mereka jadikan sebagai sekutu Allah. Mahasuci dan Mahatinggi Allah dengan ketinggian yang setinggi-tingginya dari apa yang mereka lakukan, mereka adalah orang-orang yang mendustakan adanya hari kiamat. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ

Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka perse­kutukan. (An-Nahl: 1)


يُنَزِّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ بِٱلرُّوحِ مِنْ أَمْرِهِۦ عَلَىٰ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦٓ أَنْ أَنذِرُوٓا۟ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱتَّقُونِ 2

(2) Dia menurunkan para malaikat dengan (membawa) wahyu dengan perintah-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya, yaitu: "Peringatkanlah olehmu sekalian, bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka hendaklah kamu bertakwa kepada-Ku".

(2) 

Firman Allah Swt.:

يُنزلُ الْمَلائِكَةَ بِالرُّوحِ

Dia menurunkan malaikat-malaikat dengan (membawa) wahyu. (An-Nahl: 2)

Yang dimaksud dengan ar-ruh dalam ayat ini ialah wahyu. Perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا

dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. (Asy-Syura: 52)

adapun firman Allah SWT:

عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ

“kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” (An Nahl: 2)

Yang dimaksud adalah para nabi, seperti pengertian dalam firman-Nya:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ

“Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al-An’am: 124)

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلائِكَةِ رُسُلا وَمِنَ النَّاسِ

“Allah memilih utusan-utusan-Nya, dari malaikat dan dari manusia.” (Al Hajj: 75)

يُلْقِي الرُّوحَ مِنْ أَمْرِهِ عَلَى مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ لِيُنْذِرَ يَوْمَ التَّلاقِ يَوْمَ هُمْ بَارِزُونَ لَا يَخْفَى عَلَى اللَّهِ مِنْهُمْ شَيْءٌ لِمَنِ الْمُلْكُ الْيَوْمَ لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ

dia memperingatkan (manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat). (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatu pun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Allah berfirman), "Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Hanya kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan. (Al-Mu’min: 15-16)

Firman Allah Swt.:

أَنْ أَنْذِرُوا

Peringatkanlah oleh kamu sekalian. (An-Nahl: 2)

Yakni agar mereka mendapat peringatan,

أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاتَّقُونِ

bahwa tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka hendaklah kalian bertakwa kepada-Ku. (An-Nahl: 2)

Artinya, takutlah kalian kepada siksaan-Ku kepada setiap orang yang menentang perintah-Ku dan menyembah selain-Ku.


خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ بِٱلْحَقِّ ۚ تَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ 3

(3) Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.

(3) 

خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ تَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dia menciptakan langit dan bumi dengan hak. Maha Tinggi Allah daripada apa yang mereka persekutukan.  (An-Nahl: 3)

Allah Swt. menceritakan makhluk-Nya, alam yang ada di atas, yakni langit; dan alam yang ada di bawah, yakni bumi berikut dengan segala sesuatu yang ada padanya, bahwa Dia menciptakan semuanya dengan benar dan tidak sia-sia, bahkan:

لِيَجْزِيَ الَّذِينَ أَسَاءُوا بِمَا عَمِلُوا وَيَجْزِيَ الَّذِينَ أَحْسَنُوا بِالْحُسْنَى

supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (An-Najm: 31)

Kemudian Allah Swt. membersihkan diri-Nya dari kemusyrikan orang-orang yang menyembah selain Dia di samping Dia, padahal Dialah semata yang menciptakan makhluk, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itu, hanya Dialah yang berhak disembah.

Selanjutnya Allah mengingatkan tentang penciptaan makhluk jenis manusia dari nutfah yang hina lagi lemah. Tetapi setelah ia menjadi manusia dan tumbuh dewasa, tiba-tiba ia menjadi pembantah terhadap Tuhannya, mendustakan-Nya, dan memerangi rasul-rasul-Nya; padahal tidaklah ia diciptakan melainkan untuk menjadi hamba Allah, bukan lawan. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا وَكَانَ رَبُّكَ قَدِيرًا * وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُهُمْ وَلا يَضُرُّهُمْ وَكَانَ الْكَافِرُ عَلَى رَبِّهِ ظَهِيرًا

Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan musaharah, dan adalah Tuhanmu Mahakuasa. Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak memberi manfaat kepada mereka dan tidak (pula) memberi mudarat kepada mereka. Adalah orang-orang kafir itu penolong (setan untuk berbuat durhaka) terhadap Tuhannya. (Al-Furqan: 54-55)

Dan firman Allah Swt.:

أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami mencipta­kannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?” Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakan kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk." (Yasin: 77-79)

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. meludah pada telapak tangannya, kemudian bersabda:

"يَقُولُ اللَّهُ: ابْنَ آدَمَ، أنَّى تُعجِزني وَقَدْ خَلَقْتُكَ مِنْ مِثْلِ هَذِهِ، حَتَّى إِذَا سَوَّيْتُكَ فَعَدَلْتُكَ مَشَيْتَ بَيْنَ بُرْدَيْكَ وَلِلْأَرْضِ مِنْكَ وَئِيدٌ، فَجَمَعْتَ وَمَنَعْتَ، حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ: أتصدقُ. وَأَنَّى أَوَانُ الصَّدَقَةِ؟ "

Allah Swt. berfirman, "Hai anak Adam, mana mungkin kamu melemahkan-Ku, sedangkan Akulah yang menciptakanmu dari ini, hingga manakala Aku sempurnakan bentukmu dan Aku besarkan kamu, lalu kamu berjalan dengan memakai dua lapis bajumu, sedangkan bumi telah menyediakan tempat pengebumian bagimu. Lalu kamu menghimpun harta dan tidak mau bersedekah, dan manakala roh mencapai tenggorokanmu (menjelang ajal), kemudian kamu katakan, 'Saya akan bersedekah, 'padahal masa bersedekah telah habis."


خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِن نُّطْفَةٍۢ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌۭ مُّبِينٌۭ 4

(4) Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.

(4) 

خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ

Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata. (An-Nahl: 4)


وَٱلْأَنْعَٰمَ خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌۭ وَمَنَٰفِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ 5

(5) Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.

(5) 

وَالْأَنْعَامَ خَلَقَهَا ۗ لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.  (An-Nahl: 6)

Allah Swt. menyebutkan nikmat yang Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya, antara lain Dia menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu unta, sapi, dan kambing, seperti yang telah dirinci di dalam surat Al-An'am sampai dengan firman-Nya, "Samaniyata azwaf (delapan ekor ternak yang berpasang-pasangan). Allah pun telah menjadikan pada binatang-binatang ternak itu berbagai manfaat dan kegunaan buat mereka, yaitu bulunya mereka jadikan pakaian dan hamparan, air susunya mereka minum, dan anak-anaknya mereka makan, serta pandangan yang indah pada ternak mereka sebagai perhiasan buat mereka. 


وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ وَحِينَ تَسْرَحُونَ 6

(6) Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.

(6) 

Untuk itulah disebutkan dalam firman-Nya:

وَلَكُمْ فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ

Dan kalian memperoleh pandangan yang indah ketika kalian membawanya kembali ke kandang. (An-Nahl: 6)

Artinya, di saat ternak kembali dari tempat penggembalaannya di petang hari, maka ternak unta kelihatan sebagai ternak yang memiliki pinggang paling panjang, tetek paling besar, dan punuk yang paling tinggi.

وَحِينَ تَسْرَحُونَ

dan ketika kalian melepaskannya ke tempat penggembalaan (An-Nahl: 6)

Yakni di pagi hari ketika kalian melepaskannya ke tempat penggembalaan.