37 - الصافات - As-Saaffaat

Juz : 23

Those drawn up in Ranks
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

وَٱلصَّٰٓفَّٰتِ صَفًّۭا 1

(1) Demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya],

(1) 

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Demi (rombongan) yang bersaf-saf dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: l) Mereka adalah para malaikat. dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2). dan demi (rombongan) yang membaca pelajaran. (Ash-Shaffat: 3) Mereka juga adalah para malaikat.

Demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Masruq, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi' ibnu Anas.

Qatadah mengatakan bahwa para malaikat bersaf-saf di langit.

قَالَ مُسْلِمٌ: حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَة، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْل، عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ رِبْعِيّ، عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "فُضِّلنا عَلَى النَّاسِ بِثَلَاثٍ: جُعلت صُفُوفُنَا كَصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ، وَجُعِلَتْ لَنَا الْأَرْضُ كُلُّهَا مَسْجِدًا وجُعلت لَنَا تُربتها طَهُورًا إِذَا لَمْ نَجِدِ الْمَاءَ"

Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fadil,dari Abu Malik Al-Asyja'i, dari Rib'i dari Huzaifah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Pernah bersabda: Kami diberi keutamaan di atas manusia dengan tiga perkara, yaitu saf kami dijadikan seperti 'saf para malaikat, bumi ini semuanya dijadikan bagi kami sebagai masjid, dan dijadikan bagi kami tanahnya sarana bersuci bila kami tidak menjumpai air.



فَٱلزَّٰجِرَٰتِ زَجْرًۭا 2

(2) dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat),

(2) 

Imam Muslim, telah meriwayatkan pula bersama Abu Daud, Nasai dan Ibnu Majah melalui hadis Al-A'masy:

عَنِ المُسَيَّب بْنِ رَافِعٍ، عَنْ تَمِيمِ بْنِ طَرَفة، عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَة قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم "ألا تَصُفّون كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ؟ " قُلْنَا: وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهِمْ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يُتِمون الصُّفُوفَ الْمُتَقَدِّمَةَ ويَتَراصون فِي الصَّفِّ"

dari Al-Musayyab ibnu Rafi', dari Tamim ibnu Tarfah, dari Jabir ibnu Samurah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "Tidakkah kalian bersaf sebagaimana para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka?” Kami bertanya, "Bagai­manakah para malaikat bersaf-saf di hadapan Tuhan mereka?” Beliau Saw. bersabda, "Mereka menyempurnakan saf terdepan dan berhimpitan sejajar di dalam saf (mereka)."

As-Saddi dan lain-lainnya mengatakan sehubungan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Bahwa para malaikat tersebut adalah yang ditugaskan untuk menggiring awan (hujan).

Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 2) Yakni hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt. di dalam Al-Qur'an. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Malik, dari Zaid ibnu Aslam.



فَٱلتَّٰلِيَٰتِ ذِكْرًا 3

(3) dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran,

(3) 

Dan firman Allah Swt.:

فَالتَّالِيَاتِ ذِكْرًا

dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran. (Ash-Shaffat: 3)

As-Saddi mengatakan bahwa para malaikat datang dengan membawa kitab dan Al-Qur'an dari sisi Allah kepada manusia.

Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

فَالْمُلْقِيَاتِ ذِكْرًا عُذْرًا أَوْ نُذْرًا

dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu, untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan. (Al-Mursalat: 5-6)



إِنَّ إِلَٰهَكُمْ لَوَٰحِدٌۭ 4

(4) Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.

(4) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِنَّ إِلَهَكُمْ لَوَاحِدٌ

Sesungguhnya Tuhanmu benar- benar Esa. Tuhan langit dan bumi. (Ash-Shaffat: 4-5)

Inilah yang dijadikan subjek pada sumpah di atas, yaitu bahwa Allah Swt. itu tidak ada Tuhan selain Dia.



رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَرَبُّ ٱلْمَشَٰرِقِ 5

(5) Tuhan langit dan bumi dan apa yang berada di antara keduanya dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari.

(5) 

رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا

Tuhan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya. (Ash-Shaffat: 5)

Yaitu semua makhluk yang ada di antara keduanya.

وَرَبُّ الْمَشَارِقِ

dan Tuhan tempat-tempat terbit matahari. (Ash-Shaffat: 5)

Artinya Dialah Raja Yang Mengatur semua makhluk dengan menundukkan semua bintang yang tetap dan bintang yang beredar yang ada padanya terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat. Dalam hal ini, tidak disebutkan lafaz al-maghrib karena cukup hanya dengan menyebutkan al-masyariq pengertian maghrib sudah mengikut di dalamnya. Tetapi, adakalanya disebutkan dengan jelas seperti yang terdapat pada firman-Nya:

فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ إِنَّا لَقَادِرُونَ

Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang memiliki Timur dan Barat, sesungguhnya Kami benar-benar maha Kuasa (Al-Maarij : 4)

Dan dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ

Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan Yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-Rahman:17)

Yakni di musim dingin dan di musim panas, bagi mentari dan bulan.


إِنَّا زَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِزِينَةٍ ٱلْكَوَاكِبِ 6

(6) Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang,

(6) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah menghiasi langit yang terdekat bagi orang yang memandangnya dari kalangan penduduk bumi.

بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ

dengan hiasan, yaitu bintang-bintang. (Ash-Shaffat: 6)

Ayat ini dapat dibaca secara idafah atau badal, semuanya bermakna sama. Bintang-bintang yang beredar dan yang tetap sinarnya menembus ruang angkasa yang transparan, maka dapat menerangi penduduk bumi. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5)

وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ. إِلا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandanginya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat di dengar (dari malaikat), lalu dia dikejar oleh sumber api yang terang. (Al-Hijr: 16-18)



وَحِفْظًۭا مِّن كُلِّ شَيْطَٰنٍۢ مَّارِدٍۢ 7

(7) dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka,

(7) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَحِفْظًا

dan (telah memelihara) sebenar-benarnya. (Ash-Shaffat: 7)

Bentuk lengkapnya ialah 'dan Kami memeliharanya dengan sebenar-benarnya'.

مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ

dari setiap setan yang sangat durhaka. (Ash-Shaffat: 7)

Yakni setan yang membangkang lagi durhaka: apabila ia hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, maka ia dikejar oleh bintang meteor yang menyala-nyala, lalu membakarnya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:



لَّا يَسَّمَّعُونَ إِلَى ٱلْمَلَإِ ٱلْأَعْلَىٰ وَيُقْذَفُونَ مِن كُلِّ جَانِبٍۢ 8

(8) syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.

(8) 

لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلإ الأعْلَى

setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat. (Ash-Shaffat: 8)

Maksudnya, agar para setan-setan itu tidak sampai ke tempat para malaikat. Yang maksudnya dengan al-mala-ul a'la ialah langit dan para penghuninya. Setan-setan itu bermaksud akan mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat yang membicarakan wahyu Allah Swt. me­nyangkut hukum syariat dan ketetapan-Nya, sebagaimana yang telah di­jelaskan dalam hadis-hadis terdahulu pada pembahasan tafsir firman-Nya:

حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ

sehinga apabila, telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, "Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab "(Perkataan) yang benar, "dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Saba: 23)

Karena itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

وَيُقْذَفُون مِنْ كُلِّ جَانِبٍ

dan mereka dilempari dari segala penjuru. (Ash-Shaffat: 8)

Mereka dirajam dari semua penjuru langit yang dkuju oleh mereka.



دُحُورًۭا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌۭ وَاصِبٌ 9

(9) Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal,

(9) 

دُحُورًا

Untuk mengusir mereka. (Ash-Shaffat: 9)

Yakni mereka dirajam dan dilempari dengan bintang-bintang yang menyala-nyala itu agar terusir jauh dari tempat yang dituju oleh mereka.

وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ

dan bagi mereka siksaan yang kekal. (Ash-Shaffat: 9)

Di negeri akhirat kelak mereka akan mendapat azab yang kekal, menyakitkan, lagi terus-menerus. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ

Dan Kami sediakan bagi mereka siksa yang menyala-nyala. (Al-Mulk: 5)


إِلَّا مَنْ خَطِفَ ٱلْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُۥ شِهَابٌۭ ثَاقِبٌۭ 10

(10) akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

(10) 

Adapun firman Allah Swt.:

إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ

tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan). (Ash-Shaffat: 1)

Yaitu kecuali setan-setan yang hendak mencuri-curi dengar dari pembicaraan para malaikat, kemudian setan itu menyampaikannya kepada setan lain yang ada di bawahnya, lalu disampaikan lagi kepada yang di bawahnya lagi, hingga seterusnya. Dan adakalanya setan yang telah berhasil mencuri dengar itu keburu dihantam oleh bintang yang menyala-nyala sebelum ia sempat menyampaikannya kepada setan yang ada di bawahnya. Adakalanya dia sempat menyampaikan apa yang telah dicuri dengarnya itu berkat takdir Allah, sebelum ia dikejar oleh bintang yang menyala dan yang membakarnya. Maka tugasnya dipegang oleh setan lain yang ada di bawahnya hingga sampailah kepada tukang tenung, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadis. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

إِلا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ

tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 1)

Makna saqib ialah terang benderang.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Waqi', dari Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu setan-setan mempunyai pos-pos pengintaian di langit untuk mencuri-curi dengar wahyu; dan dahulu bintang-bintang tidak beredar dan setan tidak dilempari. Apabila mereka mendengar wahyu, lalu mereka turun ke bumi dan menambah-nambahinya dengan kedustaan yang banyak. Ketika Rasulullah Saw. telah diutus, maka bila setan duduk di posnya di langit, maka ada bintang menyala-nyala yang mengejarnya. Bintang-bintang itu tidak pernah meleset dan mengenainya serta membakarnya. Lalu setan-setan melaporkan hal tersebut kepada pemimpin mereka, yaitu iblis la natullah. Iblis berkata, "Hal itu tidak lain terjadi karena ada suatu peristiwa yang baru terjadi." Lalu iblis mengirimkan bala tentaranya (untuk menyelidiki hal yang baru itu), maka utusan iblis menjumpai Rasulullah Saw. sedang berdiri mengerjakan salatnya di antara dua Bukit Nakhlah. Waki' mengatakan bahwa, yang dimaksud ialah lembah Nakhlah. Utusan iblis itu kembali kepada pemimpinnya, lalu menceritakan hal itu kepadanya. Maka iblis berkata, "Memang orang inilah yang mengubah keadaan."

Dan nanti insya Allah akan diketengahkan hadis-hadis berikut asar-asar yang berkaitan dengan makna firman-Nya ini, yaitu pada tafsir firman Allah Swt. yang menceritakan perihal jin, bahwa mereka mengatakan:

وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا. وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا. وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا

Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu), tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk menembaknya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka mengkehendaki kebaikan bagi mereka. (Al-Jin: 8-1)


فَٱسْتَفْتِهِمْ أَهُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَم مَّنْ خَلَقْنَآ ۚ إِنَّا خَلَقْنَٰهُم مِّن طِينٍۢ لَّازِبٍۭ 11

(11) Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.

(11) 

Allah Swt. berfirman, "Tanyakanlah kepada orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit itu, manakah yang lebih kuat kejadiannya, apakah diri mereka ataukah langit dan bumi beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya, termasuk para malaikat, setan-setan, dan makhluk-makhluk yang besar-besar?"

Ibnu Mas'ud r.a. membacanya dengan bacaan am man adadna, karena sesungguhnya mereka mengakui bahwa semuanya itu lebih kuat dan lebih kokoh kejadiannya dari pada diri mereka. Apabila kenyataannya memang demikian, lalu mengapa mereka mengingkari adanya hari berbangkit? Padahal mereka menyaksikan hal-hal lainnya yang lebih besar daripada apa yang diingkari oleh mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar, daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Al-Mu-min: 57)

Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa mereka diciptakan dari sesuatu yang lemah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

إِنَّا خَلَقْنَاهُمْ مِنْ طِينٍ لازِبٍ

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka dari tanah liat. (Ash-Shaffat: 11)

Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, dan Ad-Dahhak mengatakan, bahwa lazib ialah tanah liat yang bermutu baik yang sebagiannya dapat disatukan dengan sebagian yang lain.

Ibnu Abbas r.a. dan, Ikrimah mengatakan bahwa lazib adalah tanah liat yang bermutu baik lagi licin.

Qatadah mengatakan bahwa lazib ialah tanah liat yang menempef di tangan bila dipegang.



بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ 12

(12) Bahkan kamu menjadi heran (terhadap keingkaran mereka) dan mereka menghinakan kamu.

(12) 

Firman Allah Swt.:

بَلْ عَجِبْتَ وَيَسْخَرُونَ

Bahkan kamu menjadi heran (terhadap keingkaran mereka) dan mereka menghinakan kamu. (Ash-Shaffat: 12)

Yakni bahwa engkau Muhammad merasa heran terhadap kedustaan yang dilakukan oleh para pengingkar hari berbangkit itu, padahal engkau percaya dan membenarkan hal-hal menakjubkan yang diberitakan oleh Allah Swt., yaitu kembali hidupnya tubuh-tubuh sesudah matinya. Keadaan mereka berbeda dengan kami, mereka sangat mendustakan hal tersebut sehingga mereka memperolok-olokkan apa yang kamu beritakan kepada mereka tentang hari kebangkitan itu.



وَإِذَا ذُكِّرُوا۟ لَا يَذْكُرُونَ 13

(13) Dan apabila mereka diberi pelajaran mereka tiada mengingatnya.

(13) 

وَإِذَا ذُكِّرُوا لَا يَذْكُرُونَ

Dan apabila mereka diberi pelajaran mereka tiada mengingatnya. (Ash-Shaffat: 13)


وَإِذَا رَأَوْا۟ ءَايَةًۭ يَسْتَسْخِرُونَ 14

(14) Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda kebesaran Allah, mereka sangat menghinakan.

(14) 

Qatadah mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw. merasa heran dan orang-orang yang sesat menghinakannya.

وَإِذَا رَأَوْا آيَةً

Dan apabila mereka melihat sesuatu tanda. (Ash-Shaffat: 14)

Yakni tanda yang jelas yang menunjukkan adanya hari berbangkit itu.

يَسْتَسْخِرُونَ

mereka sangat menghinakan. (Ash-Shaffat: 14)


وَقَالُوٓا۟ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا سِحْرٌۭ مُّبِينٌ 15

(15) Dan mereka berkata "Ini tiada lain hanyalah sihir yang nyata.

(15) 

Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa mereka memperolok-olokkannya.

وَقَالُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan mereka berkata, "Ini tiada lain adalah sihir yang nyata.” (Ash-Shaffat: 15)

Maksudnya, tiada lain yang engkau sampaikan ini hanyalah sihir yang nyata.


أَءِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًۭا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ 16

(16) Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)?

(16) 

أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ، أَوَآبَاؤُنَا الأوَّلُونَ

"Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)? Dan apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?" (Ash-Shaffat: 16-17)

Mereka menganggap mustahil hal itu terjadi dan mendustakannya.


أَوَءَابَآؤُنَا ٱلْأَوَّلُونَ 17

(17) Dan apakah bapak-bapak kami yang telah terdahulu (akan dibangkitkan pula)"?

(17) 

أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ، أَوَآبَاؤُنَا الأوَّلُونَ

"Apakah apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah serta menjadi tulang belulang, apakah benar-benar kami akan dibangkitkan (kembali)? Dan apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (akan dibangkitkan pula)?" (Ash-Shaffat: 16-17)

Mereka menganggap mustahil hal itu terjadi dan mendustakannya.


قُلْ نَعَمْ وَأَنتُمْ دَٰخِرُونَ 18

(18) Katakanlah: "Ya, dan kamu akan terhina"

(18) 

قُلْ نَعَمْ وَأَنْتُمْ دَاخِرُونَ

Katakanlah, "Ya, dan kamu akan terhina.” (Ash-Shaffat: 18)

Katakanlah kepada mereka, hai Muhammad, bahwa benar kalian akan dibangkitkan hidup kembali pada hari kiamat sesudah kalian menjadi tanah dan tulang belulang, sedangkan saat itu kalian dalam keadaan terhina di bawah kekuasaan Tuhan Yang Mahabesar. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ

Dan semua mereka datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri. (An-Naml: 87)

Dan firman Allah Swt.:

إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Al-Mu-min: 6)


فَإِنَّمَا هِىَ زَجْرَةٌۭ وَٰحِدَةٌۭ فَإِذَا هُمْ يَنظُرُونَ 19

(19) Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka meIihatnya.

(19) 

Kemudian Allah Swt. berfirman:

فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ فَإِذَا هُمْ يَنْظُرُونَ

Maka sesungguhnya kebangkitan itu hanya dengan satu teriakan saja; maka tiba-tiba mereka melihatnya. (Ash-Shaffat: 19)

Yakni sesungguhnya untuk membangunkan mereka dari kuburnya, Allah hanya mengeluarkan cukup satu perintah saja. Dia hanya menyeru mereka sekali seru, maka dengan, serta merta mereka berdiri di hadapan-Nya seraya melihat pemandangan-pemandangan yang mengerikan yang terjadi di hari kiamat; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَقَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا هَٰذَا يَوْمُ ٱلدِّينِ 20

(20) Dan mereka berkata: "Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan.

(20) 

Allah Swt. menceritakan apa yang diucapkan oleh orang-orang kafir pada hari kiamat nanti, bahwa mereka mencela diri mereka sendiri, dan mengakui bahwa mereka dahulu sewaktu di alam dunia telah berbuat aniaya terhadap diri sendiri. Apabila mereka menyaksikan kengerian-kengerian di hari kiamat, barulah mereka menyesali perbuatan mereka dahulu dengan penyesalan yang sebesar-besarnya. Pada saat itu tiada gunanya lagi penyesalan, karena nasi telah menjadi bubur.

وَقَالُوا يَا وَيْلَنَا هَذَا يَوْمُ الدِّينِ

Dan mereka berkata, "Aduhai, gelakalah kita!" Inilah hari pembalasan (Ash-Shaffat: 20)



هَٰذَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ 21

(21) Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.

(21) 

Maka para malaikat dan orang-orang mukmin berkata kepada mereka:

هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ الَّذِي كُنْتُمْ بِهِ تُكَذِّبُونَ

Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Ash-Shaffat: 21)



ٱحْشُرُوا۟ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ وَأَزْوَٰجَهُمْ وَمَا كَانُوا۟ يَعْبُدُونَ 22

(22) (kepada malaikat diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah,

(22) 

Ini dikatakan kepada mereka dengan nada kecaman dan cemooh, dan Allah Swt. memerintahkan kepada malaikat untuk memisahkan orang-orang kafir dari orang-orang mukmin dalam tempat pemberhentian mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:

احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ

Kumpulkanlah orang-orang yang. zalim beserta teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22)

Al-Nu'man ibnu Basyir r.a. mengatakan bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah orang-orang yang serupa dan yang semisal dengan mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Sa'id ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid, As-Saddi, Abu Saleh, Abul Aliyah, dan Zaid ibnu Aslam.

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Sammak, dari An-Nu'man ibnu Basyir ibnu Umar ibnul Khattab r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22) Bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah teman-teman mereka.

Syarik telah meriwayatkan dari Sammak, dari An-Nu'man yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya ini, bahwa ia pernah mendengar Umar membaca firman-Nya: Kumpulkanlah orang-orang yang zalim bersama teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22) Makna yang dimaksud ialah orang-orang yang serupa dengan mereka. Umar mengatakan bahwa para penzina dikumpulkan bersama-sama para penzina lainnya, para pemakan riba dikumpulkan bersama para pemakan riba lainnya, dan para peminum khamr dikumpulkan dengan para peminum khamr lainnya.

Kasif telah meriwayatkan dari Miqsam, dari Ibnu Abbas r.a, bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah istri-istri mereka: tetapi pendapat ini garib, karena yang terkenal dari Ibnu Abbas adalah pendapat yang pertama tadi, seperti yang diriwayatkan oleh Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair dari Ibnu Abbas, bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah teman-teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah, yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka sembah-sembah dikumpulkan bersama-sama mereka di suatu tempat khusus buat mereka.



مِن دُونِ ٱللَّهِ فَٱهْدُوهُمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْجَحِيمِ 23

(23) selain Allah; maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.

(23) 

Firman Allah Swt.:

فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ

maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka (Ash-Shaffat-23)

Yakni tunjukkanlah mereka jalan menuju ke Jahanam. Makna ayat ini sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا

Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan muka mereka (diseret) dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97)



وَقِفُوهُمْ ۖ إِنَّهُم مَّسْـُٔولُونَ 24

(24) Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya:

(24) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ

Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya. (Ash-Shaffat: 24)

Yakni hentikanlah mereka untuk menjalani pertanyaan tentang amal perbuatan dan ucapan-ucapan yang pernah mereka lakukan selama di dunia, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ad-Dahhak dari Ibnu Abbas, bahwa dikatakan, "Hentikanlah mereka, sesungguhnya mereka akan menjalani perhitungan amal perbuatan."

قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا النُّفَيلي، حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ بْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ لَيْثًا يُحدّث عَنْ بِشْرٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَيُّمَا دَاعٍ دَعَا إِلَى شَيْءٍ كَانَ مَوْقُوفًا مَعَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، لَا يُغَادِرُهُ وَلَا يُفَارِقُهُ، وَإِنْ دَعَا رَجُلٌ رَجُلًا"، ثُمَّ قَرَأَ: وَقِفُوهُمْ إِنَّهُمْ مَسْئُولُونَ

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami An-Nufaili, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Lais menceritakan hadis berikut dari Bisyr, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang menyeru kepada sesuatu, maka sesuatu itu dikumpulkan bersamanya sampai hari kiamat tanpa bisa meninggalkannya dan tanpa berpisah darinya. Jika yang diserunya adalah seorang lelaki, maka yang menemaninya adalah seorang lelaki. Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena sesungguhnya mereka akan ditanya (Ash-Shaffat: 24)