50 - ق - Qaaf
The letter Qaaf
Meccan
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
قٓ ۚ وَٱلْقُرْءَانِ ٱلْمَجِيدِ 1
(1) Qaaf Demi Al Quran yang sangat mulia.
(1)
Qaf adalah salah satu dari huruf Hijaiah yang telah disebutkan pada permulaan surat-surat Al-Qur'an, sama halnya dengan Shad, Nun, Alif Lam Mim, Ha Mim, Ta Sin, dan lain sebagainya, menurut Qatadah dan lain-lainnya yang keterangannya telah kami kemukakan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah sehingga tidak perlu diulangi lagi.
Menurut apa yang diriwayatkan dari sebagian ulama Salaf, Qaf adalah nama sebuah gunung. Seakan-akan —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— riwayat ini bersumber dari dongengan-dongengan kaum Bani Israil, lalu diambil oleh sebagian orang karena adanya pembolehan mengambil riwayat dari mereka menyangkut hal-hal yang tidak dapat dibenarkan dan tidak dapat pula didustakan.
Menurut hemat saya, hal ini dan yang semisal dengannya termasuk salah satu dari buatan kaum zindiq mereka (Bani Israil) yang sengaja mereka sisipkan dalam agama mereka untuk mengelabul urusan agama mereka. Sebagaimana telah dilakukan buatan-buatan seperti ini di kalangan umat ini, padahal banyak memiliki ulama yang agung, para ahli hafal hadis, dan para Imam mujtahidin, yaitu hadis-hadis buatan yang disandarkan kepada Nabi Saw. Padahal masa umat ini dengan nabinya masih belum begitu jauh. Maka terlebih lagi dengan umat Bani Israil yang masanya begitu jauh, sedangkan para ahli hafal kitab yang kritis sangat minim di kalangan mereka. Dan lagi kebiasaan mereka dalam meminum Khamr dan para ulamanya yang berani mengubah kalimat-kalimat Al-Kitab dari tempat-tempat yang sebenarnya serta berani pula mengganti kitab Allah dan ayat-ayat-Nya.
Sesungguhnya syariat kita memperbolehkan pengambilan riwayat dari mereka (Ahli Kitab) hanyalah sebatas apa yang telah digariskan oleh Nabi Saw. melalui sabdanya:
"وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ، وَلَا حَرَجَ"
Berceritalah dari Bani Israil tidak ada dosa.
Yaitu sebatas apa yang diperbolehkan oleh kaidah rasio. Adapun mengenai hal-hal yang irasional dan jelas batil serta dicurigai dusta, maka hal tersebut bukanlah termasuk ke dalam apa yang diperbolehkan oleh hadis di atas. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Banyak dari kalangan ahli tafsir ulama Salaf dan juga sejumlah besar ulama Khalaf yang meriwayatkan kisah-kisah dari kitab-kitab Ahli Kitab dalam jumlah yang boleh dikata cukup banyak sehubungan dengan tafsir Al-Qur'anul Karim, padahal yang sebenarnya mereka tidak memerlukan berita-berita dari mereka.
Dan ironisnya Imam Abu Muhammad Abdur Rahman ibnu Abu Hatim Ar-Razi sendiri rahimahullah sehubungan dengan tafsir ayat ini telah mengetengahkan sebuah atsar yang garib. yang sanadnya tidak sahih sampai pada Ibnu Abbas r.a.
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku yang mengatakan bahwa ia pernah mendapat cerita dari Muhammad ibnu Ismail Al-Makhzumi, bahwa telah menceritakan kepada kami Lais ibnu Abu Salim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Allah Swt. telah menciptakan lautan di balik bumi ini yang mengelilinginya, kemudian di balik lautan itu Allah menciptakan sebuah gunung yang diberi nama Gunung Qaf; langit yang terdekat mengatapinya. Kemudian di balik gunung itu Allah Swt. menciptakan pula bumi sebesar tujuh kali lipat bumi ini. Kemudian Allah Swt. di balik itu menciptakan lautan yang mengelilinginya, lalu Dia di balik itu menciptakan sebuah gunung yang dinamakan Gunung Qaf, langit yang kedua mengatapinya, hingga hal yang sama diciptakan pada tujuh bumi dan tujuh laut, dan tujuh gunung, serta tujuh langit. Kemudian Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa itulah yang dimaksud oleh firman Allah Swt. yang mengatakan: dan laut itu ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudahnya. (Luqman: 27)
Sanad atsar ini munqati (ada mata rantai yang terputus).
Yang jelas menurut apa yang diriwayatkan oleh Ali ibnu Abu Talhah dan Ibnu Abbas ra sehubungan dengan Qaf ini, ia adalah salah satu dan Asma Allah Swt.
Dan menurut riwayat dari Mujahid, Qaf adalah salah satu dan huruf Hijaiah sama halnya dengan firman Allah Swt. lainnya yang mengawal, banyak surat, seperti Shad, Nun, Ha Mim, Ta Sin, Alif Lam Mim dan lain sebagainya. Ini Jelas berbeda jauh sekali dari apa yang dikatakan bersumber dari Ibnu Abbas r.a. di atas.
Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan Qaf ialah Qudiyal Amru Wallahi, yakni 'Demi Allah, urusan itu telah diputuskan . Dan bahwa firman Allah Swt. ini menunjukkan adanya kalimat yang terbuang yang berkaitan dengannya, semisal dengan apa yang dikatakan oleh seorang penyair:
قلت لها: قفي فقلت: قَافْ ...
Kukatakan kepadanya.”Berhentilah!" Maka dia berkata.”Stop!"
Tetapi tafsir seperti ini masih diragukan, karena adanya kalimat yang terbuang hanya dapat ditunjukkan melalui konteks yang menunjuk ke arahnya. Lalu darimanakah pengertian seperti itu dalam huruf Qaf ini?
*******************
بَلْ عَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌۭ مِّنْهُمْ فَقَالَ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا شَىْءٌ عَجِيبٌ 2
(2) (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir: "Ini adalah suatu yang amat ajaib".
(2)
Firman Allah Swt.:
وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ
Demi Al-Qur'an yang sangat mulia. (Qaf: 1)
Yakni Al-Qur'an yang sangat mulia lagi sangat agung.
لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ
yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. (Fushshilat: 42)
Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan jawaban dari sumpah yang disebutkan dalam ayat ini.
Menurut Ibnu Jarir dan sebagian ulama Nahwu, jawab qasam-nya adalah firman Allah Swt.:
قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الأرْضُ مِنْهُمْ وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ
Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat). (Qaf: 4)
Tetapi pendapat ini masih diragukan, bahkan sebenarnya jawab qasam-nya telah terkandung di dalam kalimat sesudahnya, yaitu menetapkan kenabian dan hari kemudian, yakni mengukuhkan dan meyakinkan keberadaannya, sekalipun hal tersebut tidak disebutkan secara teks; hal seperti ini banyak didapati dalam qasam-qasam yang ada dalam Al-Qur'an, seperti pada pembahasan yang terdahulu dalam firman-Nya:
ص وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ
Shad, demi Al-Qur’an yang mempunyai keagungan. Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 1-2)
Hal yang sama disebutkan di dalam surat ini melalui firman-Nya:
ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ بَلْ عَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ فَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا شَيْءٌ عَجِيبٌ
Qaf. Demi Al-Qur'an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir, "Ini adalah suatu yang amat ajaib.” (Qaf: 1-2)
Yakni mereka merasa heran dengan adanya seorang rasul dari kalangan manusia yang diutus kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ
Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada manusia.” (Yunus: 2)
Yaitu hal ini bukanlah merupakan peristiwa yang mengherankan, karena sesungguhnya Allah memilih dari kalangan malaikat dan manusia menjadi utusan-Nya.
Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan keheranan mereka tentang adanya hari kembali yang mereka anggap sebagai hal yang mustahil:
أَءِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًۭا ۖ ذَٰلِكَ رَجْعٌۢ بَعِيدٌۭ 3
(3) Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)?, itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.
(3)
أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ
Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan kembali lagi)? Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (Qaf: 3)
Mereka mengatakan, "Apakah bila kita telah mati dan menjadi tulang belulang serta semua sendi tulang-tulang kita bercerai-berai, dan kita menjadi tanah, apakah mungkin sesudah itu kita akan dihidupkan kembali seperti semua alam bentuk dan susunan yang sekarang ini seutuhnya?"
ذَلِكَ رَجْعٌ بَعِيدٌ
Itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin. (Qaf: 3)
Yakni mustahil bisa terjadi. Makna yang dimaksud ialah mereka tidak meyakini adanya hari berbangkit dan beranggapan bahwa itu mustahil. Maka dalam firman selanjutnya Allah Swt. menjawab mereka:
قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنقُصُ ٱلْأَرْضُ مِنْهُمْ ۖ وَعِندَنَا كِتَٰبٌ حَفِيظٌۢ 4
(4) Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka, dan pada sisi Kamipun ada kitab yang memelihara (mencatat).
(4)
قَدْ عَلِمْنَا مَا تَنْقُصُ الأرْضُ مِنْهُمْ
Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka. (Qaf: 4)
Artinya, Kami mengetahui apa yang dimakan oleh bumi dari tubuh-tubuh mereka yang telah hancur, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Kami dimanakah tubuh mereka dan menjadi apakah tubuh mereka.
وَعِنْدَنَا كِتَابٌ حَفِيظٌ
dan pada sisi Kami pun ada kitab yang memelihara (mencatat) (Qaf: 4)
Yakni yang mencatat semuanya itu; ilmu Allah meliputi semuanya dan segala sesuatu telah dicatat di dalam Kitab di sisi-Nya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi dari (tubuh-tubuh) mereka. (Qaf: 4) Yaitu bumi yang memakan daging, kulit dan tulang serta rambut mereka.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ad-Dahhak, dan lain-lainnya.
Kemudian Allah Swt. menjelaskan penyebab kekafiran mereka, keingkaran dan anggapan mustahil mereka terhadap hal yang tidak mustahil. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
بَلْ كَذَّبُوا۟ بِٱلْحَقِّ لَمَّا جَآءَهُمْ فَهُمْ فِىٓ أَمْرٍۢ مَّرِيجٍ 5
(5) Sebenarnya, mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau.
(5)
بَلْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَهُمْ فِي أَمْرٍ مَرِيجٍ
Sebenarnya mereka telah mendustakan kebenaran tatkala kebenaran itu datang kepada mereka, maka mereka berada dalam keadaan kacau balau. (Qaf: 5)
Demikianlah keadaan setiap orang yang menyimpang dari kebenaran, apa pun alasan yang dikatakannya adalah batil belaka sesudah ia menyimpang dari kebenaran. Al-marij artinya pertentangan, kekacauan, kepalsuan, dan kemungkaran, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
إِنَّكُمْ لَفِي قَوْلٍ مُخْتَلِفٍ يُؤْفَكُ عَنْهُ مَنْ أُفِكَ
sesungguhnya kamu benar-benar dalam keadaan berbeda-beda pendapat, dipalingkan darinya (Rasul dan Al-Qur'an) orang yang dipalingkan. (Adz-Dzariyat: 8-9)
أَفَلَمْ يَنظُرُوٓا۟ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٍۢ 6
(6) Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun?
(6)
Allah Swt. mengingatkan hamba-hamba-Nya akan kekuasaan-Nya yang Mahabesar melalui ciptaan-ciptaan-Nya yang lebih besar daripada apa yang mereka herankan dan mereka anggap mustahil terjadi. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
أَفَلَمْ يَنْظُرُوا إِلَى السَّمَاءِ فَوْقَهُمْ كَيْفَ بَنَيْنَاهَا وَزَيَّنَّاهَا
Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya. (Qaf: 6)
Yakni dengan bintang-bintang yang gemerlapan cahayanya bagaikan pelita-pelita.
وَمَا لَهَا مِنْ فُرُوجٍ
dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikit pun? (Qaf: 6)
Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah retak-retak, menurut pendapat yang lain belah-belah, dan pendapat yang lainnya lagi menyebutkan pecah-pecah; semuanya berdekatan. Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ. ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (Al-Mulk: 3-4)
Yakni pandangan matamu akan kelelahan dalam mencari aib atau kekurangan karena hal tersebut tidak didapat dalam ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah.
*******************
وَٱلْأَرْضَ مَدَدْنَٰهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍۢ 7
(7) Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata,
(7)
Firman Allah Swt.:
وَالأرْضَ مَدَدْنَاهَا
Dan Kami hamparkan bumi itu. (Qaf: 7)
Artinya, Kami menjadikannya luas terhampar.
وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ
dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh. (Qaf 7)
agar bumi tidak berguncang mengombang-ambingkan penduduknya, karena sesungguhnya bumi itu menetap di atas aliran air yang mengelilinginya dari segala penjuru.
وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ بَهِيجٍ
dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata. (Qaf: 7)
Yaitu berupa tanam-tanaman dan pepohonan yang beraneka ragam jenis dan macamnya.
وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (akan kebesaran Allah). (Adz-Dzariyat: 49)
تَبْصِرَةًۭ وَذِكْرَىٰ لِكُلِّ عَبْدٍۢ مُّنِيبٍۢ 8
(8) untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah).
(8)
Firman Allah Swt., "Bahij” artinya indah dipandang mata.
تَبْصِرَةً وَذِكْرَى لِكُلِّ عَبْدٍ مُنِيبٍ
untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (Qaf: 8)
Melalui penciptaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang diciptakan Allah Swt. pada keduanya berupa tanda-tanda yang besar yang membuktikan kekuasaan Allah. Semuanya itu dijadikan sebagai pelajaran, bukti, dan peringatan bagi setiap hamba yang tunduk, patuh, dan takut kepada Allah Swt.
*******************
وَنَزَّلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ مُّبَٰرَكًۭا فَأَنۢبَتْنَا بِهِۦ جَنَّٰتٍۢ وَحَبَّ ٱلْحَصِيدِ 9
(9) Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,
(9)
Firman Allah Swt.:
وَنزلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ
Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon. (Qaf: 9)
Yakni taman-taman, kebun-kebun, dan lain sebagainya.
وَحَبَّ الْحَصِيدِ
dan biji-biji tanaman yang diketam. (Qaf: 9)
Maksudnya, tanaman yang menghasilkan biji-bijian yang dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama.
وَٱلنَّخْلَ بَاسِقَٰتٍۢ لَّهَا طَلْعٌۭ نَّضِيدٌۭ 10
(10) dan pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun-susun,
(10)
وَالنَّخْلَ بَاسِقَاتٍ
dan pohon kurma yang tinggi-tinggi. (Qaf: 10)
Yaitu yang batangnya tinggi-tinggi.
Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ikrimah, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan lain-lainnya mengatakan bahwa basiqat artinya tinggi-tinggi.
لَهَا طَلْعٌ نَضِيدٌ
yang mempunyai mayang yang bersusun-susun. (Qaf: 10)
Yakni bertingkat-tingkat.
رِّزْقًۭا لِّلْعِبَادِ ۖ وَأَحْيَيْنَا بِهِۦ بَلْدَةًۭ مَّيْتًۭا ۚ كَذَٰلِكَ ٱلْخُرُوجُ 11
(11) untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). Seperti itulah terjadinya kebangkitan.
(11)
رِزْقًا لِلْعِبَادِ وَأَحْيَيْنَا بِهِ بَلْدَةً مَيْتًا
untuk menjadi rezeki bagi hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati. (Qaf: 11)
Yang dimaksud dengan tanah yang mati ialah tanah yang tandus; setelah Allah menurunkan air hujan padanya, maka suburlah tanah itu dan menumbuhkan berbagai macam tetumbuhan yang subur lagi berbunga dan lain sebagainya yang memukaukan pandangan mata keindahannya, padahal sebelum itu tanah tersebut tidak ada tetumbuhannya. Maka setelah hujan diturunkan kepadanya, menjadi subur dan hijaulah karena tumbuh-tumbuhannya. Demikianlah perumpamaan hari berbangkit sesudah mati, dan demikianlah perumpamaan Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di hari kemudian nanti.
Pemandangan serta bukti yang nyata ini merupakan sebagian dari kekuasaan Allah Swt. Yang Mahabesar, bahkan lebih besar daripada apa yang diingkari oleh orang-orang yang tidak percaya dengan adanya hari berbangkit. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَخَلْقُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ
Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mu’min: 57)
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ وَلَمْ يَعْيَ بِخَلْقِهِنَّ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى بَلَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya (bahkan) sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Al-Ahqaf: 33)
Dan firman Allah Swt.:
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الأرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنزلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Dan sebagian dari tanda-tanda-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Fushshilat: 39)
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍۢ وَأَصْحَٰبُ ٱلرَّسِّ وَثَمُودُ 12
(12) Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud,
(12)
Allah Swt. mengancam orang-orang kafir Quraisy melalui apa yang telah Dia timpakan kepada orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakan para rasul sebelum mereka, bahwa Dia telah menimpakan azab yang pedih di dunia atas mereka seperti kaum Nuh. Bukan hanya mereka saja yang tertimpa azab Allah, bahkan seluruh penduduk bumi terkena ulah mereka, karena Allah menenggelamkan semuanya. Juga azab yang ditimpakan oleh Allah atas penduduk Rass yang kisahnya telah disebutkan di dalam tafsir surat Al-Furqan.
وَعَادٌۭ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَٰنُ لُوطٍۢ 13
(13) dan kaum Aad, kaum Fir'aun dan kaum Luth,
(13)
وَثَمُودُ. وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ وَإِخْوَانُ لُوطٍ
dan kaum Samud, kaum 'Ad, kaum Fir'aun dan kaum Lut. (Qaf:12-13)
Yang dimaksud dengan ikhwan lut ialah umat Nabi Lut yang dia diutus kepada mereka dari kalangan penduduk Sodom dan Al-Gur (Gomorah), bagaimanakah Allah membenamkan mereka ke dalam bumi dan mengubah tempat tinggal mereka menjadi laut mati yang berbau disebabkan kekafiran dan perbuatan mereka yang melampaui batas serta selalu menentang perkara yang hak.
وَأَصْحَٰبُ ٱلْأَيْكَةِ وَقَوْمُ تُبَّعٍۢ ۚ كُلٌّۭ كَذَّبَ ٱلرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ 14
(14) dan penduduk Aikah serta kaum Tubba' semuanya telah mendustakan rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan.
(14)
وَأَصْحَابُ الأيْكَةِ
dan penduduk Aikah. (Qaf:14)
mereka adalah kaumnya Nabi Syu'aib a.s.
وَقَوْمُ تُبَّعٍ
serta kaum Tubba'. (Qaf:14)
Yaitu di negeri Yaman, yang kisahnya telah kami sebutkan di dalam surat Ad-Dukhan sehingga tidak perlu diulangi lagi.
كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ
semuanya telah mendustakan rasul-rasul. (Qaf:14)
Yakni semua umat yang telah disebutkan di atas adalah generasi-generasi yang mendustakan rasul mereka masing-masing; dan barang siapa yang mendustakan seorang rasul, maka seakan-akan sama saja dengan mendustakan semua rasul, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
أَفَعَيِينَا بِٱلْخَلْقِ ٱلْأَوَّلِ ۚ بَلْ هُمْ فِى لَبْسٍۢ مِّنْ خَلْقٍۢ جَدِيدٍۢ 15
(15) Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.
(15)
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ
Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu'ara:15)
Padahal sesungguhnya yang datang kepada mereka hanyalah seorang rasul. Tetapi seandainya datang semua rasul kepada mereka, maka mereka akan bersikap sama, yaitu mendustakan semuanya.
فَحَقَّ وَعِيدِ
maka sudah semestinya mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf:14)
Yakni sudah seharusnya mereka tertimpa apa yang telah diancamkan oleh Allah kepada mereka akibat kedustaan mereka, yaitu berupa azab dan pembalasan-Nya. Karena itu, berhati-hatilah orang-orang yang diajak bicara oleh ayat ini, janganlah mereka sampai tertimpa azab yang telah menimpa kaum-kaum terdahulu; sebab mereka sama dengan umat-umat terdahulu, yakni mendustakan rasul-rasul mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
أَفَعَيِينَا بِالْخَلْقِ الأوَّلِ
Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? (Qaf:
15)
Yaitu apakah Kami mereka anggap tidak mampu untuk memulai penciptaan hingga mereka meragukannya.
بَلْ هُمْ فِي لَبْسٍ مِنْ خَلْقٍ جَدِيدٍ
Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (Qaf:15)
Makna yang dimaksud ialah permulaan penciptaan tidaklah membuat Kami letih, sedangkan mengembalikannya seperti semula adalah hal yang jauh lebih mudah daripada penciptaan yang pertama kali. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah. (Ar-Rum:27)
Dan firman Allah Swt.:
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” Katakanlah, Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya yang pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin:78-79)
Dalam hadis sahih telah disebutkan:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ، يَقُولُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بأهون علي من إعادته
Allah Swt. berfirman, Anak Adam menyakiti-Ku, dia mengatakan bahwa Aku tidak akan dapat mengembalikannya (hidup lagi) seperti pada permulaan Aku menciptakannya, padahal permulaan penciptaan itu tidaklah lebih mudah daripada mengembalikannya.”