53 - النجم - An-Najm

Juz : 27

The Star
Meccan

وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوْجَيْنِ ٱلذَّكَرَ وَٱلْأُنثَىٰ 45

(45) dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita.

(45) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى

Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. (An-Najm:45)



مِن نُّطْفَةٍ إِذَا تُمْنَىٰ 46

(46) dari air mani, apabila dipancarkan.

(46) 

 مِنْ نُطْفَةٍ إِذَا تُمْنَى

Dari air mani, apabila dipancarkan. (An-Najm: 46)

Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

أَيَحْسَبُ الإنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى. أَلَمْ يَكُ نُطْفَةً مِنْ مَنِيٍّ يُمْنَى. ثُمَّ كَانَ عَلَقَةً فَخَلَقَ فَسَوَّى. فَجَعَلَ مِنْهُ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالأنْثَى. أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى

Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes air mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi 'alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati? (Al-Qiyamah:36-40)


وَأَنَّ عَلَيْهِ ٱلنَّشْأَةَ ٱلْأُخْرَىٰ 47

(47) Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati),

(47) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَنَّ عَلَيْهِ النَّشْأَةَ الأخْرَى

Dan bahwasanya Dialah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati). (An-Najm:47)

Yakni sebagaimana Dia menciptakan makhluk pada yang pertama kali, maka Dia mampu pula mengembalikannya menjadi hidup kembali sesudah matinya dalam ciptaan yang baru di hari kiamat nanti.


وَأَنَّهُۥ هُوَ أَغْنَىٰ وَأَقْنَىٰ 48

(48) dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan,

(48) 

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى

Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan. (An-Najm:48)

Dia memilikkan kepada hamba-hamba-Nya harta benda, dan menjadikannya sebagai modal mereka yang ada di tangan mereka tanpa memerlukan mereka memperjualbelikannya; dan ini merupakan kelengkapan dari nikmat Allah Swt. yang diberikan kepada mereka.

Banyak kalangan ulama tafsir yang mengartikan makna ayat ini, antara lain Abu Saleh, Ibnu Jarir, dan selain keduanya.

Diriwayatkan dari Mujahid bahwa makna agna ialah memberikan harta, sedangkan aqna ialah memberikan pelayan. Hal yang sama dikatakan oleh Qatadah. Ibnu Abbas dan juga Mujahid mengatakan bahwa agna artinya memberi, sedangkan aqna artinya memuaskan.

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah Mahakaya diri­Nya dan menjadikan semua makhluk berhajat kepada-Nya. Demikianlah menurut pendapat Al-Hadrami ibnu Lahiq. Menurut pendapat yang lain, Allah memperkaya siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan makhluk­Nya dan menjadikan miskin siapa yang dikehendaki-Nya dari mereka. Demikianlah menurut Ibnu Zaid yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, tetapi kedua pendapat terakhir jauh dari kebenaran bila di tinjau dari segi pengertian lafaznya.


وَأَنَّهُۥ هُوَ رَبُّ ٱلشِّعْرَىٰ 49

(49) dan bahwasanya Dialah yang Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra,

(49) 

Firman Allah Swt.:

وَأَنَّهُ هُوَ رَبُّ الشِّعْرَى

Dan bahwasanya Dialah Tuhan (yang memiliki) bintang syi'ra. (An-Najm:49)

Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid, dan lain-lainnya mengatakan bahwa bintang yang dimaksud adalah bintang yang cahayanya cemerlang, yang juga dikenal dengan nama Mirzamul Jauza (Venus) yang oleh segolongan orang Arab Badui disembah-sembah (di masa Jahiliahnya).


وَأَنَّهُۥٓ أَهْلَكَ عَادًا ٱلْأُولَىٰ 50

(50) dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama,

(50) 

وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَىٰ

Dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Aad yang pertama. (An-Najm:50)


وَثَمُودَا۟ فَمَآ أَبْقَىٰ 51

(51) dan kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup).

(51) 

وَثَمُودَ فَمَا أَبْقَىٰ

Dan kaum Tsamud. Maka tidak seorangpun yang ditinggalkan-Nya (hidup). (An-Najm:51)


وَقَوْمَ نُوحٍۢ مِّن قَبْلُ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا۟ هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَىٰ 52

(52) Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka,

(52) 


وَقَوْمَ نُوحٍ مِنْ قَبْلُ ۖ إِنَّهُمْ كَانُوا هُمْ أَظْلَمَ وَأَطْغَىٰ
Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zalim dan paling durhaka. (An-Najm:52)


وَٱلْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَىٰ 53

(53) dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah.

(53) 

وَالْمُؤْتَفِكَةَ أَهْوَىٰ

Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah. (An-Najm:53)


فَغَشَّىٰهَا مَا غَشَّىٰ 54

(54) lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya.

(54) 

فَغَشَّاهَا مَا غَشَّىٰ

Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. (An-Najm:54)


فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ 55

(55) Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu?

(55) 

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ

Maka terhadap nikmat Tuhanmu yang manakah kamu ragu-ragu?. (An-Najm:55)


هَٰذَا نَذِيرٌۭ مِّنَ ٱلنُّذُرِ ٱلْأُولَىٰٓ 56

(56) Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang terdahulu.

(56) 

Firman Allah Swt.:

هَذَا نَذِيرٌ

Orang ini adalah seorang pemberi peringatan. (An-Najm:56)

Yakni Nabi Muhammad Saw.

مِنَ النُّذُرِ الأولَى

di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. (An-Najm:56)

Yaitu salah seorang dari mereka, dia diutus sebagaimana mereka diutus, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

قُلْ مَا كُنْتُ بِدْعًا مِنَ الرُّسُل

Katakanlah, Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul. (Al-Ahqaf:9)


أَزِفَتِ ٱلْءَازِفَةُ 57

(57) Telah dekat terjadinya hari kiamat.

(57) 

Adapun firman Allah Swt.:

أَزِفَتِ الآزِفَة

Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm:57)

Yakni hampir tiba masanya hari kiamat terjadi.


لَيْسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ كَاشِفَةٌ 58

(58) Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah.

(58) 

لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ كَاشِفَةٌ

Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. (An-Najm:58)

Artinya, kalau demikian tiada yang dapat menolaknya selain hanya Allah, dan tiada yang dapat mengetahui saatnya kecuali hanya Dia.

An-Nazir artinya pemberi peringatan yang telah menyaksikan keburukan yang dikhawatirkan akan menimpa manusia yang diberi peringatan olehnya. Seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. dalam ayat yang lain yaitu:

إِنْ هُوَ إِلَّا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذابٍ شَدِيدٍ

Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba:46)

Di dalam hadis disebutkan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda:

«أَنَا النَّذِيرُ الْعُرْيَانُ»

Aku adalah pemberi peringatan yang tak sempat berpakaian.

Dikatakan demikian karena dia tergesa-gesa melihat kerasnya azab yang telah disaksikannya sehingga tidak sempat mengenakan sesuatu dari pakaiannya, dan langsung memberikan peringatan kepada kaumnya sebelum datangnya siksaan itu. Akhirnya dia datang kepada mereka dalam keadaan telanjang saking terburu-burunya. Pengertian ini senada dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: Telah dekat terjadinya hari kiamat. (An-Najm: 57)

Telah dekat hari yang sudah dekat itu, yakni hari kiamat. Ayat ini juga semakna dengan apa yang disebutkan dalam permulaan surat sesudah surat ini, yaitu melalui firman-Nya:

اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ

Telah dekat (datangnya) saat itu (kiamat). (Al-Qamar:1)

قال الْإِمَامُ أَحْمَدُ : حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، حَدَّثَنِي أبو حاتم لَا أَعْلَمُ إِلَّا عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذنوب كمثل قوم نزلوا ببطن وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حتى أنضجوا خبرتهم، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ»

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad, telah menceritakan kepadaku Abu Hatim, yang menurut Imam Ahmad pasti dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Hati-hatilah kalian terhadap dosa-dosa kecil, karena sesungguhnya perumpamaan dosa-dosa kecil itu sama dengan suatu kaum yang beristirahat di suatu lembah, maka datanglah seseorang dengan membawa sebatang kayu dan seseorang lagi dengan membawa sebatang kayu, hingga akhirnya mereka dapat memasak roti mereka. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil itu bila pelakunya dihukum karenanya, pastilah dapat membinasakannya.

Abu Hazim mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda. Abu Nadrah mengatakan bahwa dia tidak mengetahui hadis ini diriwayatkan melainkan dari Sahl ibnu Sa'd. Disebutkan seperti berikut:

«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَهَاتَيْنِ»

Perumpamaan antara aku dan hari kiamat adalah seperti kedua jari ini.

Beliau Saw. bersabda demikian seraya memisahkan di antara kedua jarinya, yaitu jari tengah dan jari telunjuknya. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda pula:

«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَمَثَلِ فَرَسَيْ رِهَانٍ»

Perumpamaan antara aku dan hari kiamat sama dengan (jarak) di antara dua kuda (yang sama-sama kencang) dalam perlombaan balapan.

Kemudian Rasulullah Saw. bersabda lagi:

«مَثَلِي وَمَثَلُ السَّاعَةِ كَمَثَلِ رَجُلٍ بَعَثَهُ قَوْمُهُ طَلِيعَةً، فَلَمَّا خَشِيَ أَنْ يُسْبَقَ أَلَاحَ بِثَوْبِهِ أُتِيتُمْ أُتِيتُمْ»

Perumpamaanku dan hari kiamat sama dengan seorang lelaki yang dikirim oleh kaumnya untuk mengintai di hadapan mereka. Ketika lelaki itu merasa takut akan kedahuluan, maka ia mengibarkan bajunya yang berarti bahwa kalian diserang, kalian diserang (musuh)

Lalu beliau Saw. bersabda,

«أَنَا ذَلِكَ»

Akulah lelaki itu.”

Masih banyak lagi syahid dan bukti yang menguatkannya dari berbagai jalur yang terdapat di dalam himpunan hadis-hadis sahih dan hasan.



أَفَمِنْ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ 59

(59) Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?

(59) 

Kemudian Allah Swt. berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka mendengar Al-Qur'an, tetapi berpaling darinya dan menyepelekannya:

تَعْجَبُونَ

kamu merasa heran. (An-Najm:59)

bila pemberitaan ini benar.



وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ 60

(60) Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?

(60) 

وَتَضْحَكُونَ

dan kamu menertawakan. (An-Najm:60) karena memperolok-olokkan Al-Qur'an dan mengejeknya.

وَلا تَبْكُونَ

dan tidak menangis? (An-Najm:60)

Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang meyakini kebenaran Al-Qur'an, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra:19)



وَأَنتُمْ سَٰمِدُونَ 61

(61) Sedang kamu melengahkan(nya)?

(61) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَأَنْتُمْ سَامِدُونَ

Sedangkan kamu melengahkan (nya). (An-Najm:61)

Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari ayahnya, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah menyanyi; ini menurut dialek orang-orang Yaman. Dikatakan ismid lana artinya menyanyilah untuk kami. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah.

Tetapi menurut riwayat lain yang juga dari Ibnu Abbas, disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sedangkan kamu melengahkan (nya). (An-Najm:61) Yakni berpaling darinya; hal yang sama dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah. Menurut Al-Hasan, makna yang dimaksud ialah melengahkannya, ini berdasarkan suatu riwayat yang bersumber dari Amirul Mu’minin Ali ibnu Abu Talib.

Menurut riwayat yang lainnya lagi, dari Ibnu Abbas, makna yang dimaksud ialah menyombongkan diri; hal yang sama dikatakan oleh As-Saddi.

Kemudian Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bersujud kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya serta mengikuti Rasul-Nya dan mengesakan Tuhan dengan penuh keikhlasan.


فَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ وَٱعْبُدُوا۟ ۩ 62

(62) Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).

(62) 

فَاسْجُدُوا لِلَّهِ وَاعْبُدُوا

Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (An-Najm:62)

Yakni tunduklah kepada-Nya, ikhlaslah kepada-Nya, dan Esakanlah Dia.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melakukan sujud (tilawah) karena membaca surat An-Najm dan ikut bersujudlah bersamanya kaum muslim, orang-orang musyrik, jin, dan manusia. Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal tanpa Imam Muslim.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Rabah, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari Ikrimah ibnu Khalid, dari Ja'far ibnul Mutallib ibnu Abu Wada'ah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa di Mekah Rasulullah Saw. membaca surat An-Najm, maka beliau bersujud, dan bersujud pulalah orang-orang yang ada di dekatnya. Tetapi Al-Mutallib mengangkat kepalanya dan tidak mau bersujud, saat itu ia masih belum masuk Islam. Setelah itu, maka Al-Mutallib (setelah masuk Islam) tidak sekali-kali mendengar seseorang membaca ayat sajdah surat An-Najm, melainkan ia ikut sujud bersama-sama dengan pembacanya.

Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabus Salat, dari Abdul Malik ibnu Abdul Hamid, dari Ahmad ibnu Hambal dengan sanad yang sama.


54 - القمر - Al-Qamar

Juz : 27

The Moon
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

ٱقْتَرَبَتِ ٱلسَّاعَةُ وَٱنشَقَّ ٱلْقَمَرُ 1

(1) Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.

(1) 

Allah Swt. menceritakan tentang dekatnya hari kiamat dan habisnya usia dunia serta keruntuhannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَتَى أَمْرُ اللَّهِ

Telah pasti datangnya ketetapan Allah. (An-Nahl: l)

Dan firman Allah Swt.:

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedangkan mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (darinya). (Al-Anbiya: 1)

Banyak hadis yang menerangkan hal ini.

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَعَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ أَصْحَابَهُ ذَاتَ يَوْمٍ، وَقَدْ كَادَتِ الشَّمْسُ أَنْ تَغْرُبَ فَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا شِفٌّ يَسِيرٌ، فَقَالَ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا بَقِيَ مِنَ الدُّنْيَا فِيمَا مَضَى مِنْهَا إِلَّا كَمَا بَقِيَ مِنْ يَوْمِكُمْ هَذَا فِيمَا مَضَى مِنْهُ، وَمَا نَرَى مِنَ الشَّمْسِ إِلَّا يَسِيرًا"

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Mus'anna dan Amr ibnul Ala. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Khalaf ibnu Musa, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Qatadah, dari Anas, bahwa Rasulullah Saw. di suatu hari berkhotbah kepada para sahabatnya di saat mentari hampir saja tenggelam, dan tiada yang masih kelihatan darinya kecuali hanya sebagian kecil saja. Maka beliau bersabda: Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman­-Nya, tiada yang tersisa dari usia dunia ini terhadap masa-masa yang telah dilaluinya, melainkan seperti tersisanya waktu dari hari kalian sekarang terhadap waktu-waktu yang telah dilaluinya, dan tiada yang dapat kita lihat dari mentari ini kecuali hanya sebagian kecilnya.

Menurut hemat kami, hadis ini bersumber dari Khalaf ibnu Musa ibnu Khalaf yang tuna netra, dari ayahnya.

Ibnu Hibban telah menyebutkannya di antara perawi-perawi yang berpredikat siqah, dan mengatakan bahwa barangkali dia keliru (ada hadis lain yang menguatkan dan menafsirkan pengertiannya).

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دُكَيْن، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، حَدَّثَنَا سَلَمَةُ بْنُ كُهَيْل، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالشَّمْسُ عَلَى قُعَيْقِعان بَعْدَ الْعَصْرِ، فَقَالَ: "مَا أَعْمَارُكُمْ فِي أَعْمَارِ مَنْ مَضَى إِلَّا كَمَا بقي من النهار فيما مضى"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin, telah menceritakan kepada kami Syarik, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Kahil, dari Mujahid, dari Ibnu Umar yang mengatakan, "Ketika kami sedang duduk-duduk di sisi Nabi Saw. di saat mentari berada di atas Qu'aiqa'an selepas waktu asar, maka bersabdalah beliau Saw.: 'Tiadalah usia kalian bila dibandingkan dengan usia orang-orang yang sebelum kalian melainkan seperti waktu yang tersisa dari siang hari ini dibandingkan dengan waktu-waktu yang telah dilaluinya (sejak pagi hari)'."

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُطَرِّف، عَنْ أَبِي حَازِمٍ، عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "بُعِثتُ وَالسَّاعَةُ (1) هَكَذَا". وَأَشَارَ بِإِصْبَعَيْهِ: السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mitraf, dari Abu Hazim, dari Sahl ibnu Sa'd yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Aku diutus sedangkan (antara) aku dan hari kiamat seperti ini. seraya mengisyaratkan dengan kedua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengahnya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيد، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ، عَنْ وَهْبٍ السَّوَائي قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُهَا" وَجَمَعَ الْأَعْمَشُ بَيْنَ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari Abu Khalid, dari Wahb As-Siwa'i yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Aku diutus sedangkan jarak antara aku dan hari kiamat sama dengan jarak antara jari ini dan jari ini, yang hampir saja mendahuluiku.

Yakni sangat dekat. Al-A'masy (perawi) mengatakan hadis ini seraya menggabungkan antara jari telunjuk dan jari tengahnya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، قَالَ: قَدِمَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ عَلَى الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ فَسَأَلَهُ: مَاذَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ بِهِ السَّاعَةَ؟ فَقَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "أَنْتُمْ وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ".

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza'i, telah menceritakan kepadaku Ismail ibnu Ubaidillah yang mengatakan bahwa Anas ibnu Malik datang kepada Al-Walid ibnu Abdul Malik, lalu bertanya kepadanya tentang apa yang pernah ia dengar dari Rasulullah Saw. tentang hari kiamat. Maka Al-Walid ibnu Abdul Malik menjawab, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Kalian dan hari kiamat sama dengan (jarak) kedua (jari) ini.

Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara tunggal, dan hadis ini mempunyai syahid (bukti) yang membenarkannya di dalam kitab sahih tentang nama-nama Nabi Muhammad Saw., bahwa beliau Saw. adalah Al-Hasyir, artinya seorang manusia yang digiring di bawah kedua telapak kakinya (kelak di hari kiamat).

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا بَهْزُ بْنُ أَسَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ الْمُغِيرَةِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ هِلَالٍ، عَنْ خَالِدِ بْنٍ عُمَيْرٍ قَالَ: خَطَبَ عُتْبَةُ بْنُ غَزْوَان -قَالَ بَهْزٌ: وَقَالَ قَبْلَ هَذِهِ الْمَرَّةِ-خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الدُّنْيَا قَدْ آذَنَتْ بصَرْمٍ وَوَلَّتْ حَذَّاءَ، وَلَمْ يَبْقَ مِنْهَا إِلَّا صُبَابة كَصُبَابَةِ الْإِنَاءِ يَتَصَابُّهَا صَاحِبُهَا، وَإِنَّكُمْ مُنْتَقِلُونَ مِنْهَا إِلَى دَارٍ لَا زَوَالَ لَهَا، فَانْتَقِلُوا بِخَيْرِ مَا بِحَضْرَتِكُمْ، فَإِنَّهُ قَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ الْحَجَرَ يُلقَى مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ فَيَهْوِي فِيهَا سَبْعِينَ عَامًا مَا يُدْرِكُ لَهَا قَعْرًا، وَاللَّهِ لَتَمْلَؤُنَّهُ، أَفَعَجِبْتُمْ! وَاللَّهِ لَقَدْ ذُكِرَ لَنَا أَنَّ مَا بَيْنَ مِصْرَاعَي الْجَنَّةِ مَسِيرَةُ أَرْبَعِينَ عَامًا، وَلَيَأْتِيَنَّ عَلَيْهِ يَوْمٌ وَهُوَ كَظِيظُ الزِّحَامِ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Bahz ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Humaid ibnu Hilal, dari Khalid ibnu Umairyang mengatakan bahwa Atabah ibnu Gazwan berkhotbah. Bahz mengatakan bahwa Atabah mengatakan bahwa sebelumnya Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami, beliau memulainya dengan membaca hamdalah dan pujian kepada Allah Swt., lalu bersabda, "Amma Ba'du, sesungguhnya dunia ini sudah dekat akan berakhirnya dan habis usianya serta tiada yang tersisa melainkan hanya tinggal seperti satu tegukan lagi yang diteguk oleh pemiliknya dari wadahnya, dan sesungguhnya kalian bakal pindah darinya ke negeri yang tidak akan fana selamanya. Maka berpindahlah kalian kepadanya, kami hanya berharap semoga kalian dalam keadaan baik-baik. Karena sesungguhnya telah diceritakan kepada kami bahwa batu yang dilemparkan dari tepi Jahanam, lalu batu itu terjatuh ke dalamnya selama tujuh puluh tahun, masih juga belum sampai ke dasarnya. Demi Allah, kalian benar-benar akan memenuhinya, tentu kalian merasa heran mengapa. Dan demi Allah, telah diriwayatkan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu surga itu sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang kepadanya suatu hari yang di hari itu pintu surga penuh sesak (dengan orang-orang yang memasukinya)," hingga akhir hadis.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid.

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub, telah menceritakan kepadaku Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Sa'ib, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami yang mengatakan, "Kami turun istirahat di dekat Mada-in sejauh satu farsakh darinya. Maka datanglah hari Jumat, lalu ayahku dan juga aku menghadiri salat Jumat, sedangkan berkhotbah adalah Huzaifah. Ia mengatakan dalam khotbahnya, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya hari kiamat itu telah dekat. Dan ingatlah, sesungguhnya telah terbelah bulan. Ingatlah, sesungguhnya dunia ini akan berakhir. Dan ingatlah bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok adalah hari perlombaan.' Maka aku bertanya kepada ayahku, "Apakah benar besok manusia berlomba-lomba?" Ayahku menjawab, 'Hai anakku; betapa bodohnya kamu, sesungguhnya yang dimaksud dengan perlombaan adalah perlombaan dengan amal perbuatan masing-masing.' Kemudian datanglah Jumat berikutnya, dan kami pun menghadirinya. Lalu Huzaifah kembali berkhotbah, yang antara lain mengatakan, 'Ingatlah, sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Ingatlah, sesungguhnya dunia ini telah dekat masa akhirnya. Ingatlah, sesungguhnya hari ini adalah hari tersembunyi dan besok hari berlomba. Ingatlah, sesungguhnya tujuan itu adalah neraka dan orang yang selamat adalah orang yang lebih dahulu ke surga'."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَانْشَقَّ الْقَمَرُ

dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)

Hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., seperti yang disebutkan di dalam hadis-hadis mutawatir dengan sanad-sanad yang sahih. Di dalam kitab sahih telah disebutkan dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan, "Ada lima perkara yang telah berlalu (terjadi), yaitu (kemenangan) Romawi (atas Persia), Ad-Dukhan (awan putih), Al-Lizam, Al-Batsyah, dan Al-Qamar (terbelahnya rembulan)."

Dan sudah menjadi kesepakatan para ulama bahwa terbelahnya rembulan telah terjadi di masa Nabi Saw., dan peristiwa tersebut merupakan salah satu dari mukjizat yang cemerlang.

Riwayat Anas ibnu Malik.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa penduduk Mekah (kaum musyrik) pernah meminta kepada Nabi Saw. untuk memperlihatkan suatu tanda (mukjizat), maka terbelahlah rembulan di Mekah sebanyak dua kali, dan Allah Swt. berfirman: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Oamar: 1)

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi’, dari Abdur Razzaq.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abdul Wahhab, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnul Mufaddal, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah, dari Anas ibnu Malik, bahwa penduduk Mekah pernah meminta kepada Rasulullah Saw. untuk memperlihatkan kepada mereka suatu mukjizat yang membenarkan kenabiannya, maka Nabi Saw. memperlihatkan kepada mereka rembulan terbelah menjadi dua bagian sehingga mereka melihat kekosongan di antara keduanya.

Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Yunus ibnu Muhammad Al-Mu'addib, dari Syaiban, dari Qatadah. Imam Muslim telah meriwayatkannya pula melalui hadis Abu Daud At-Tayalisi dan Yahya Al-Qattan serta selain keduanya, dari Syu'bah, dari Qatadah dengan sanad yang sama.

Riwayat Jabir ibnu Mut'im r.a.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa di masa Rasulullah Saw. rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian; satu bagian di atas suatu bukit, dan bagian yang lain berada di atas bukit yang lain. Lalu mereka (orang-orang musyrik) mengatakan, "Muhammad telah menyihir kami." Sebagian dari mereka menjawab, "Jika apa yang dilakukan Muhammad itu adalah sihir, tidak mungkin ia dapat menyihir kita semuanya."

Imam Ahmad meriwayatkannya dari jalur ini secara tunggal; dan Imam Baihaqi meng-isnad-kannyadi dalam kitab Dala-il-nya melalui jalur Muhammad ibnu Kasir, dari saudaranya Sulaiman ibnu Kasir, dari Husain ibnu Abdur Rahman.

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Muhammad ibnu Fudail dan lain-lainnya, dari Husain dengan sanad yang sama. Imam Baihaqi telah meriwayatkannya pula melalui jalur Ibrahim ibnuTahman dan Hasyim, keduanya dari Husain, dari Jubair ibnu Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya, dari kakeknya, lalu disebutkan hal yang semisal.

Riwayat Abdullah ibnu Abbas r.a.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Kasir, telah menceritakan kepada kami Bakr, dari Ja'far, dari Irak ibnu Malik, dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di masa Nabi Saw.

Imam Bukhari serta Imam Muslim telah meriwayatkan pula hadis ini melalui Bakr ibnu Mudar, dari Ja'far ibnu Rabi'ah, dari Irak dengan sanad dan lafaz yang semisal.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mus'anna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Abu Hindun, dari Ali ibnu Abu Talhah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda (Mukjizat), mereka berpaling dan berkata, "(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.”(Al-Qamar: 1-2) Bahwa hal itu telah berlalu, kejadiannya sebelum masa Hijrah, rembulan terbelah hingga mereka melihat kedua belahannya.

Al-Aufi telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ibnu Abbas.

Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Amr Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yahya Al-Qat'i, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syakar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Amr ibnu Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah terjadi gerhana rembulan di masa Rasulullah Saw., maka mereka mengatakan bahwa rembulan telah disihir, lalu turunlah firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Sampai dengan firman-Nya: yang terus-menerus. (Al-Qamar: 2)

Riwayat Abdullah ibnu Umar.

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz dan Abu Bakar alias Ahmad ibnul Hasan Al-Qadi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Wahb ibnu Jarir, dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid, dari Abdullah ibnu Umar sehubungan dengan makna firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1) Bahwa hal ini terjadi di masa Rasulullah Saw., rembulan terbelah menjadi dua; yang sebelah seakan-akan berada di depan bukit, dan yang sebelahnya lagi seakan-akan berada di belakang bukit. Maka Nabi Saw. bersabda: Ya Allah, saksikanlah.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Turmuzi melalui berbagai jalur dari Syu'bah, dari Al-A'masy, dari Mujahid dengan sanad yang sama. Imam Muslim mengatakan seperti riwayat Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.

Riwayat Ibnu Mas'ud.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu AbuNajih, dari Mujahid, dari Abu Ma'mar, dari Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua di masa Rasulullah Saw. hingga mereka menyaksikannya. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Saksikanlah oleh kalian!

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Keduanya telah mengetengahkan pula melalui hadis Al-A'masy, dari Ibrahim, dari Abu Ma'mar alias Abdullah ibnu Sakhbarah, dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang sama.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ais ibnu Usman ibnu Ais Ar-Ramli, telah menceritakan kepada kami pamanku Yahya ibnu Ais, dari Al-A'masy, dari Ibrahim, dari seorang lelaki, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa dahulu kami bersama dengan Rasulullah Saw. di Mina, lalu rembulan terbelah, yang salah satunya berada di balik bukit. Maka Rasulullah Saw. bersabda: Saksikanlah, saksikanlah!

Imam Bukhari mengatakan bahwa Abud Duha telah meriwayatkan dari Masruq, dari Abdullah di Mekah; Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Al-Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah Saw., maka orang-orang Quraisy berkata, "Ini adalah perbuatan sihir Ibnu Abu Kabsyah (yakni Nabi Saw.)." Maka orang-orang mengatakan, "Sekarang tunggulah apa yang akan disampaikan oleh kaum musafir itu, karena sesungguhnya Muhammad tidak akan dapat menyihir semua orang." Ketika kaum musafir itu datang kepada mereka, ternyata mereka menyaksikan hal yang sama.

Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas alias Muhammad ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mugirah, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan terbelah di Mekah hingga menjadi dua belahan. Lalu orang-orang kafir Quraisy penduduk Mekah berkata, "Ini adalah perbuatan sihir yang dilancarkan terhadap kalian oleh Ibnu Abu Kabsyah. Sekarang tunggulah para musafir itu; jika ternyata mereka menyaksikan hal yang sama dengan kalian, berarti dia (Nabi Saw.) benar. Dan jika mereka tidak menyaksikan seperti apa yang kalian saksikan, berarti itu adalah sihir yang dilancarkan olehnya terhadap kalian." Kemudian ketika kaum musafir itu tiba dari berbagai arah, mereka ditanya, dan ternyata mereka pun telah melihat hal yang sama.

Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Al-Mugirah dengan sanad yang sama, tetapi ditambahkan bahwa lalu Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. (Al-Qamar: 1)

Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Muhammad ibnu Sirin; ia pernah mendapat berita bahwa Ibnu Mas'ud r.a. telah mengatakan bahwa sesungguhnya rembulan pernah terbelah.

Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Asbat, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya ia menyaksikan bukit pada saat rembulan terbelah dari celah belahannya.

Imam Ahmad meriwayatkannya dari Mu'ammal, dari Israil, dari Sammak, dari Ibrahim, dari Al-Aswad, dari Abdullah yang mengatakan bahwa rembulan pernah terbelah di masa Rasulullah Saw. hingga ia melihat bukit di antara belahan rembulan itu. Lais telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa rembulan pernah terbelah menjadi dua bagian di masa Rasulullah Saw. Maka Nabi Saw. bersabda kepada Abu Bakar: Saksikanlah, hai Abu Bakar! Maka orang-orang musyrik berkata, "Rembulan telah disihir sehingga terbelah."

*******************



وَإِن يَرَوْا۟ ءَايَةًۭ يُعْرِضُوا۟ وَيَقُولُوا۟ سِحْرٌۭ مُّسْتَمِرٌّۭ 2

(2) Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus".

(2) 

Firman Allah Swt.:

وَإِنْ يَرَوْا آيَةً

Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat suatu tanda. (Al-Qamar: 2)

Yakni dalil, keterangan, dan bukti.

يُعْرِضُوا

mereka berpaling. (Al-Qamar: 2)

Yaitu tidak mau tunduk kepadanya, bahkan berpaling darinya dan membuangnya jauh-jauh ke belakang mereka.

وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ

dan berkata.”(Ini adalah) sihir yang terus-menerus." (Al-Qamar: 2)

Mereka mengatakan, "Bukti-bukti yang kita lihat ini adalah sihir yang dia lancarkan terhadap kami." Makna mustamir artinya yang segera akan lenyap. Demikianlah menurut Mujahid dan Qatadah serta selain keduanya. Makna yang dimaksud ialah batil lagi akan menyurut, tidak kekal.


وَكَذَّبُوا۟ وَٱتَّبَعُوٓا۟ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَكُلُّ أَمْرٍۢ مُّسْتَقِرٌّۭ 3

(3) Dan mereka mendutakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya

(3) 


وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ

Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka. (Al-Qamar: 3)

Mereka mendustakan kebenaran bila kebenaran itu datang kepada mereka, dan mereka hanya mengikuti pendapat dan hawa nafsu mereka sendiri sebagai akibat dari kebodohan dan piciknya akal mereka.

Firman Allah Swt.:

وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ

sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3)

Qatadah mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa kebaikan itu hanya dilakukan oleh ahli kebaikan, dan keburukan itu hanya dilakukan oleh ahli keburukan. Ibnu Juraij mengatakan bahwa tiap-tiap urusan itu telah ditetapkan atas ahlinya masing-masing.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: sedangkan tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya. (Al-Qamar: 3) Yakni kelak di hari kiamat.

As-Saddi mengatakan bahwa makna yang dimaksud dengan mustaqar ialah pasti terjadi.

*******************



وَلَقَدْ جَآءَهُم مِّنَ ٱلْأَنۢبَآءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ 4

(4) Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran).

(4) 

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الأنْبَاءِ

Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah. (Al-Qamar: 4)

Yaitu berita-berita dan kisah-kisah tentang umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya dan pembalasan, siksa dan azab yang menimpa mereka, yang semuanya itu telah terdapat di dalam Al-Qur'an yang dibacakan kepada mereka.

مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ

yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). (Al-Qamar: 4)

Maksudnya, pelajaran yang mencegah mereka dari kemusyrikan dan terus-menerus mendustakan rasul-rasul-Nya.

*******************



حِكْمَةٌۢ بَٰلِغَةٌۭ ۖ فَمَا تُغْنِ ٱلنُّذُرُ 5

(5) Itulah suatu hikmah yang sempurna maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka).

(5) 

Firman Allah Swt.:

حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ

itulah suatu hikmah yang sempurna. (Al-Qamar: 5)

Yakni untuk menyatakan mengapa Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia beri petunjuk, dan mengapa Dia menyesatkan orang yang Dia sesatkan.

فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ

maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka). (Al-Qamar: 5)

Artinya, tiada gunanya lagi peringatan-peringatan itu bagi orang yang telah ditakdirkan celaka oleh Allah dan hatinya telah dikunci mati, lalu siapakah lagi yang dapat memberinya petunjuk selain dari Allah? Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

قُلْ فَلِلَّهِ الْحُجَّةُ الْبَالِغَةُ فَلَوْ شَاءَ لَهَدَاكُمْ أَجْمَعِينَ

Katakanlah, "Allah mempunyai hujah yang jelas lagi kuat; maka jika Dia menghendaki, pasti Dia memberi petunjuk kepada kamu semuanya.”(Al-An'am: 149)

Juga seperti firman Allah Swt.:

وَمَا تُغْنِي الآيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ

Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman. (Yunus: 11)


فَتَوَلَّ عَنْهُمْ ۘ يَوْمَ يَدْعُ ٱلدَّاعِ إِلَىٰ شَىْءٍۢ نُّكُرٍ 6

(6) Maka berpalinglah kamu dari mereka. (Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan (hari pembalasan),

(6) 

Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi-Nya agar berpaling dari orang-orang yang apabila melihat suatu bukti, mereka berpaling dan mengatakan bahwa bukti kerasulannya itu adalah sihir yang terus-menerus. Yakni berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah saat kebinasaan mereka.

يَوْمَ يَدْعُو الدَّاعِي إِلَى شَيْءٍ نُكُرٍ

(Ingatlah) hari (ketika) seorang penyeru (malaikat) menyeru kepada sesuatu yang tidak menyenangkan. (Al-Qamar:6)

Sesuatu yang tidak menyenangkan, yaitu hari mereka diberhentikan di tempat penghisaban dan semua cobaan yang ada padanya, bahkan keguncangan dan kengerian yang ada padanya.