23 - المؤمنون - Al-Muminoon

Juz : 18

The Believers
Meccan

مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَـْٔخِرُونَ 43

(43) Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu).

(43) 

مَا تَسْبِقُ مِنْ أُمَّةٍ أَجَلَهَا وَمَا يَسْتَأْخِرُونَ

Tidak (dapat) suatu umat pun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu). (Al Mu’minun: 43)

Tetapi mereka dimusnahkan sesuai dengan apa yang ditakdirkan oleh Allah bagi mereka. Yang hal tersebut telah tercatat di dalam Lauh Mahfuz dan telah diketahui-Nya sebelum mereka tercipta. Mereka dimusnahkan generasi demi generasi dan umat demi umat.


ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَا ۖ كُلَّ مَا جَآءَ أُمَّةًۭ رَّسُولُهَا كَذَّبُوهُ ۚ فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُم بَعْضًۭا وَجَعَلْنَٰهُمْ أَحَادِيثَ ۚ فَبُعْدًۭا لِّقَوْمٍۢ لَّا يُؤْمِنُونَ 44

(44) Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.

(44) 

ثُمَّ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا تَتْرَى

Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-rasul Kami berturut-turut. (Al Mu’minun: 44)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa sebagian dari rasul-rasul itu datang berurutan setelah sebagian yang lainnya.

Hal ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firnan-Nya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut itu, " maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesalan baginya. (An-Nahl: 36)

Adapun firman Allah Swt.:

كُلَّ مَا جَاءَ أُمَّةً رَسُولُهَا كَذَّبُوهُ

Tiap-tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu mendustakannya. (Al Mu’minun: 44)

Maksudnya, sebagian besar dari mereka mendustakannya. Seperti juga yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ

Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. (Yasin: 3)

Firman Allah Swt.:

فَأَتْبَعْنَا بَعْضَهُمْ بَعْضًا

maka Kami perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain. (Al Mu’minun: 44)

Yakni Kami binasakan mereka generasi demi generasi. Sama pengertian-nya dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَكَمْ أَهْلَكْنَا مِنَ الْقُرُونِ مِنْ بَعْدِ نُوحٍ

Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan. (Al-Isra: 17)

Adapun firman Allah Swt.:

وَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ ۚ فَبُعْدًا لِقَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ

Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.(Al Mu’minun-44)

Yaitu sebagai cerita dan kisah bagi manusia (sesudah mereka). Semakna dengan firman-Nya:

فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ

maka Kami jadikan mereka buah tutur dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. (Saba: 19)


ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ وَأَخَاهُ هَٰرُونَ بِـَٔايَٰتِنَا وَسُلْطَٰنٍۢ مُّبِينٍ 45

(45) Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata,

(45) 

Allah Swt. menceritakan bahwa Dia telah mengutus Musa dan saudaranya Harun sebagai utusan Allah kepada Fir'aun dan kaumnya dengan membawa mukjizat-mukjizat dan hujah-hujah yang melemahkan musuh dan bukti-bukti yang jelas dan pasti. Tetapi Fir'aun dan kaumnya takabur dan sombong, mereka tidak mau mengikuti keduanya dan menolak apa yang dianjurkan oleh keduanya, hanya karena keduanya adalah manusia biasa.

Sikap Fir'aun dan kaumnya sama seperti sikap umat-umat terdahulu yang menentang rasul-rasul-Nya, hanya karena para rasul itu terdiri atas manusia, hati mereka meragukannya. Maka Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, yaitu dengan menenggelamkan mereka semua dalam hari yang sama.

Allah menurunkan kepada Musa kitab Taurat, yang di dalamnya terdapat hukum-hukum Allah, perintah-perintah-Nya, dan larangan-larangan-Nya. Hal ini terjadi sesudah Allah membinasakan Fir'aun dan kaumnya, dan menghukum mereka sebagai hukuman dari Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.

Sesudah Allah menurunkan kitab Taurat, Allah tidak lagi membinasa­kan suatu umat dengan pembinasaan yang menyeluruh, tetapi Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk memerangi orang-orang kafir. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

ثُمَّ أَرْسَلْنَا مُوسَىٰ وَأَخَاهُ هَارُونَ بِآيَاتِنَا وَسُلْطَانٍ مُبِينٍ

Kemudian Kami utus Musa dan saudaranya Harun dengan membawa tanda-tanda (Kebesaran) Kami, dan bukti yang nyata. (Al Mu’minun: 45)


إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِۦ فَٱسْتَكْبَرُوا۟ وَكَانُوا۟ قَوْمًا عَالِينَ 46

(46) kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong.

(46) 


إِلَىٰ فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا عَالِينَ

Kepada Fir'aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takbur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. (Al Mu’minun: 46)


فَقَالُوٓا۟ أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَٰبِدُونَ 47

(47) Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?"

(47) 

فَقَالُوا أَنُؤْمِنُ لِبَشَرَيْنِ مِثْلِنَا وَقَوْمُهُمَا لَنَا عَابِدُونَ

Dan mereka berkata: "Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (Al Mu’minun: 47)


فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْلَكِينَ 48

(48) Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan.

(48) 

فَكَذَّبُوهُمَا فَكَانُوا مِنَ الْمُهْلَكِينَ

Maka (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan. (Al Mu’minun: 48)


وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى ٱلْكِتَٰبَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ 49

(49) Dan sesungguhnya telah Kami berikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk.

(49) 

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Dan sesungguhnya telah Kami berikan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, agar mereka (Bani Israil) mendapat petunjuk. (Al Mu’minun: 49)


وَجَعَلْنَا ٱبْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُۥٓ ءَايَةًۭ وَءَاوَيْنَٰهُمَآ إِلَىٰ رَبْوَةٍۢ ذَاتِ قَرَارٍۢ وَمَعِينٍۢ 50

(50) Dan telah Kami jadikan (Isa) putera Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.

(50) 

Allah Swt. menceritakan tentang hamba dan Rasul-Nya, Isa putra Maryam a.s. Allah menjadikan keduanya sebagai tanda yang menunjuk­kan kekuasaan-Nya bagi manusia. Yang dimaksud dengan ayat (tanda) ialah hujah yang kuat, yang membuktikan kekuasaan Allah Swt. atas segala sesuatu. Karena sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu, dan Dia menciptakan Hawa dari laki-laki tanpa perempuan, dan menciptakan Isa dari perempuan tanpa laki-laki, sedangkan semua manusia lainnya diciptakan melalui laki-laki dan perempuan.

Firman Allah Swt.:

وَآوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ

Dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50)

Ad-Dahhak, telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa rabwah artinya tanah tinggi, yang biasanya memiliki tumbuh-tumbuhan yang terbaik. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair dan Qatadah.

Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang memiliki banyak padang rumput. (Al Mu’minun: 50) Yakni yang subur tanahnya. dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yaitu air yang berlimpah ruah.

Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Qatadah.

Menurut Mujahid, makna qararin ialah tanah yang datar.

Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Maksudnya, memiliki banyak air yang merata.

Mujahid mengatakan —demikian pula Qatadah— bahwa ma'in artinya sumber air yang mengalir.

Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai tempat dataran tinggi ini, di manakah ia berada secara persisnya.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa tempat ini tiada lain di Mesir, sebab air yang mengalir pasti berada di bawah dataran tinggi yang padanya terdapat perkampungan. Seandainya perkampungan itu bukan di dataran tingginya, tentulah terendam oleh air sungai. Telah diriwayatkan pula dari Wahb ibnu Munabbih hal yang semisal. Akan tetapi, pendapat ini jauh sekali dari kebenaran.

Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan melalui Sa'id ibnu Musayyab sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) bahwa tanah tersebut terletak di Damsyiq (Damaskus).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Abdullah ibnu Salam, Al-Hasan, Zaid ibnu Aslam, dan Khalid ibnu Ma' dan. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Waki', dari Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yaitu sungai-sungai Damaskus.

Lais ibnu Abu Sulaim meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi. (Al Mu’minun: 50) Yakni Isa dan ibunya saat keduanya mengungsi di daerah pedalaman Damaskus dan sekitarnya.

Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Bisyr ibnu Rafi, dari Abu Abdullah (anak laki-laki paman Abu Hurairah) yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Hurairah berkata sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak memiliki padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 5) Bahwa tempat tersebut adalah Ramlah, bagian dari negeri Palestina.

وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ الفرْيابي، حَدَّثَنَا رَوّاد بْنُ الْجَرَّاحِ، حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ عَبَّادٍ الْخَوَّاصُ أَبُو عُتْبَةَ، حَدَّثَنَا السَّيْبَانِيُّ ، عَنِ ابْنِ وَعْلَة، عَنْ كُرَيْب السَّحولي، عَنْ مُرَّة البَهْزِي قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِرَجُلٍ: "إِنَّكَ مَيِّتٌ بِالرَّبْوَةِ" فَمَاتَ بِالرَّمَلَةِ.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, telah menceritakan kepada kami Rawwad ibnu Jarrah, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Abbad Al-Khawwas Abu Atabah, telah menceritakan kepada kami Asy-Syaibani, dari Ibnu Wa'lah, dari Kuraib As-Suhuli, dari Murrah Al-Bahzi, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda kepada seorang lelaki: Sesungguhnya kamu kelak akan mati di Rabwah (tanah tinggi). Ternyata lelaki itu meninggal dunia di Ramlah.

Hadis ini garib sekali.

Pendapat yang paling mendekati kebenaran dalam masalah ini ialah menurut apa yang diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami lindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 5) Bahwa ma'in ialah air yang mengalir alias sungai. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain, yaitu:

قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا

sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. (Maryam: 24)

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak dan Qatadah: di suatu tanah tinggi yang datar yang memiliki banyak padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir. (Al Mu’minun: 50) Yakni Baitul Maqdis.

Pendapat ini menurut hemat saya adalah pendapat yang kuat, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Karena hal inilah yang disebutkan di dalam ayat yang lain, sedangkan Al-Qur'an itu sebagian darinya menafsirkan sebagian yang lainnya. Pendapat ini lebih utama dari pada apa yang ditafsirkan oleh hadis-hadis sahih dan juga oleh asar-asar.


يَٰٓأَيُّهَا ٱلرُّسُلُ كُلُوا۟ مِنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَٱعْمَلُوا۟ صَٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌۭ 51

(51) Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(51) 

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mu’minun: 51)

Allah Swt. memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul, agar mereka memakan makanan yang baik (halal) dan mengerjakan amal saleh. Hal ini menunjukkan bahwa perkara yang halal itu membantu mengerjakan amal saleh. Maka para nabi mengerjakan perintah ini dengan sebaik-baiknya, dan mereka menggabungkan semua kebaikan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, baik sebagai pembuktian dari diri maupun dalam bernasehat. Semoga Allah membalas mereka atas jasa-jasa mereka kepada semua hamba Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik. (Al Mu’minun: 51) Ingatlah, demi Allah, Dia tidak memerintahkan kepada kalian agar memakan, makanan yang merah, tidak makanan yang kuning, tidak makanan yang manis, tidak pula makanan yang masam. Akan tetapi, Dia berfirman bahwa makanlah oleh kalian dari makanan-makanan itu hanya yang halalnya saja.

Sa'id ibnu Jubair dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: makanlah dari makanan yang baik-baik. (Al Mu’minun: 51) Yang dimaksud dengan tayyibat ialah yang halal-halal.

Abu Ishaq As-Subai'i telah meriwayatkan dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, bahwa Isa putra Maryam makan dari hasil kerajinan tenunan yang dilakukan oleh ibunya.

Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:

"مَا مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ". قَالُوا: وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ"

"Tiada seorang nabi pun melainkan pernah menggembalakan kambing.” Mereka (para sahabat) bertanya, "Juga engkau, wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw. bersabda, "Ya, aku pun pernah menggembalakannya dengan imbalan beberapa qirat milik penduduk Mekah.”

Di dalam hadis sahih lainnya disebutkan:

أَنَّ دَاوُدَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ كَسْبِ يَدِهِ

Sesungguhnya Daud a. s. makan dari hasil perasan keringatnya sendiri.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:

"إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَأَحَبَّ الْقِيَامِ إِلَى اللَّهِ قِيَامُ دَاوُدَ، كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ، وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدسَه، وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا، وَلَا يَفر إِذَا لَاقَى"

Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah ialah puasanya Daud, dan qiyam (salat) yang paling disukai oleh Allah ialah qiyamnya Daud; dia tidur sampai tengah malam, dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur pada seperenamnya; dia puasa sehari dan berbuka sehari; dan apabila perang, ia tidak pernah lari dari medan perang.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Al-Hakam ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Damrah ibnu Habib, bahwa Ummu Abdullah binti Syaddad ibnu Aus pernah mengatakan bahwa ia pernah mengirim Nabi Saw. sepanci laban (yoghurt) saat beliau sedang puasa untuk bukanya nanti. Ia mengirim­kannya sejak hari masih siang dan matahari sedang terik-teriknya, kemudian pesuruhnya kembali kepadanya seraya menyampaikan pesan Nabi Saw., "Dari manakah engkau mempunyai kambing?”Ia menjawab, "Saya membelinya dengan uang saya." Maka (setelah pesuruh itu kembali kepada Nabi Saw. dan menyampaikan jawaban majikannya) barulah Rasulullah Saw. mau meminumnya.

Pada keesokan harinya Ummu Abdullah binti Syaddad datang menghadap kepada Nabi Saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, kemarin saya mengirimkan kepadamu laban yang segar, sejak hari masih siang dan panas matahari sedang terik-teriknya, lalu Engkau menyuruh kembali pesuruhku untuk mempertanyakan dari mana laban itu," Rasulullah Saw. menjawab:

"بِذَلِكَ أُمِرَتِ الرُّسُلُ، أَلَّا تَأْكُلَ إِلَّا طَيَّبًا، وَلَا تَعْمَلَ إِلَّا صَالِحًا"

Demikianlah para rasul diperintahkan. Mereka tidak boleh makan kecuali makanan yang halal, dan tidak boleh beramal kecuali amal yang saleh.

Di dalam kitab Sahih Imam Muslim dan kitab Jami' Imam Turmuzi serta kitab Musnad Imam Ahmad, hadis ini berdasarkan apa yang ada pada kitab Imam Ahmad. melalui riwayat Fudail ibnu Marzuq. dari Addi ibnu Sabit, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan" bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيَّبًا، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ . وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ

Hai manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali, yang baik-baik (halal). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman seperti apa yang Dia perintahkan kepada para rasul-(Nya). Kemudian Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al Mu’minun: 51) Dan firman Allah Swt.: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. (Al-Baqarah: 172)

Kemudian Rasulullah Saw. menyebutkan perihal seorang lelaki yang lama dalam perjalanannya, dalam keadaan rambut yang awut-awutan lagi penuh dengan debu, sedangkan makanannya dari hasil yang haram, minumannya dari hasil yang haram, pakaiannya dari hasil yang haram dan diberi makan dari hasil yang haram, lalu ia menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, "Hai Tuhanku, hai Tuhanku," maka bagaimanakah doanya dapat diterima bila keadaannya demikian.

Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Fudail ibnu Marzuq.


وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَٱتَّقُونِ 52

(52) Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

(52) 

Fiman Allah Swt.:

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua, agama yang satu. (Al Mu’minun: 52)

Yakni agama kalian ini —hai para nabi— adalah agama yang satu, yaitu agama yang menyeru untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi­Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

dan Aku adalah Tuhan kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. (Al Mu’minun: 52)

Tafsir mengenai ayat ini telah disebutkan di dalam surat Al-Anbiya bahwa firman-Nya, "Ummatan wahidatan," di-nasab-kan karena menjadi hal atau kata keterangan keadaan.


فَتَقَطَّعُوٓا۟ أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًۭا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ 53

(53) Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).

(53) 

Firman Allah Swt.:

فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa golongan. (Al Mu’minun: 53)

Yakni umat para nabi yang diutus itu terpecah belah.

كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al Mu’minun: 53)

Maksudnya, merasa bangga dengan kesesatannya karena mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam petunjuk. 


فَذَرْهُمْ فِى غَمْرَتِهِمْ حَتَّىٰ حِينٍ 54

(54) Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu.

(54) 

فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ

Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya. (Al-Mu’minim: 54)

Yaitu dalam kesesatan dan penyimpangan mereka.

حَتَّى حِينٍ

sampai suatu waktu. (Al Mu’minun: 54)

Yakni sampai kepada batas waktu mereka dibinasakan. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَمَهِّلِ الْكَافِرِينَ أَمْهِلْهُمْ رُوَيْدًا

Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)

Dan firman Allah Swt.:

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (Al-Hijr: 3)

*******************


أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٍۢ وَبَنِينَ 55

(55) Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa),

(55) 

Adapun firman Allah Swt.:

أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa). (Al Mu’minun: 55),

Yakni apakah orang-orang yang teperdaya itu mengira bahwa Kami memberikan kepada mereka harta benda dan anak-anak karena kemuliaan mereka menurut Kami dan karena kehormatan mereka di sisi Kami? Tidak, sebenarnya tidak seperti apa yang mereka dugakan dalam ucapannya itu.

نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ

Kami lebih banyak mempunyai harta dan Anak-anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. (Saba: 35)

Mereka telah keliru dalam pengakuannya, dan kelak akan kecewalah mereka dengan harapannya itu; karena sesungguhnya Kami sengaja menuruti semua kemauan mereka sebagai istidraj, pengluluh,' dan penangguhan dari Kami terhadap mereka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

بَل لَا يَشْعُرُونَ

Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 56)

Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda-'dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (At-Taubah: 55), hingga akhir ayat.

إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا

Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178)

فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

Maka serahkanlah (hai Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kanu akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah ke­binasaan) dari azab yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al-Qalam: 44-45), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا

Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11)

Sampai dengan firman-Nya:

لآيَاتِنَا عَنِيدًا

menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al-Muddatstsir: 16)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Saba: 37)

Ayat-ayat mengenai hal ini cukup banyak.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56) Bahwa tipu daya Allah terhadap suatu kaum terdapat pada harta dan anak-anak mereka. Hai manusia, karena itu janganlah kalian memandang manusia dari segi harta dan anak-anaknya, melainkan pandanglah dari segi iman dan amal salehnya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ [بْنُ عُبَيْد، حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنِ الصَّبَّاحِ بْنِ محمد، عن مرة الهمداني، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ] بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ قَسَم بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللَّهَ يُعطي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّين إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ، وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ-قَالُوا: وَمَا بَوَائِقُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟ قَالَ: غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ- وَلَا يَكْسِبُ عَبْدٌ مَالًا مِنْ حَرَامٍ فَيُنْفِقَ مِنْهُ فَيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ، وَلَا يَتصَدَّقُ بِهِ فَيُقْبَلَ مِنْهُ، وَلَا يَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إِلَّا كَانَ زَادَهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَمْحُو السَّيِّئَ بِالسَّيِّئِ، وَلَكِنْ يَمْحُو السَّيِّئَ بِالْحَسَنِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لَا يَمْحُو الْخَبِيثَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah membagi di antara kalian akhlak sebagai­mana Dia membagi rezeki di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang disukai-Nya dan (juga) kepada orang yang tidak disukai-Nya. Akan tetapi, Dia tidak memberi agama melainkan hanya kepada orang yang disukai-Nya. Barang siapa yang diberi agama oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang hamba selamat (Islam) sebelum selamat kalbu dan lisannya, dan tidaklah seorang hamba aman (iman) sebelum aman tetangganya dari bawa'iq-nya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bawa'iq-nya?." Rasulullah Saw. menjawab: Perbuatan zalim dan perbuatan aniayanya. Tidaklah seorang hamba menghasilkan harta dari usaha haram, lalu ia membelanjakan­nya dan mendapat berkah darinya, dan tidaklah ia menyedekah­kannya dan diterima sedekahnya, dan tidaklah ia meninggal­kannya di belakang punggungnya (sesudah mati), melainkan harta itu menjadi bekalnya menuju ke neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan lagi, melain­kan menghapus keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya hal yang kotor itu tidak dapat menghapuskan hal yang kotor lagi. (Al Mu’minun: 55-56)


نُسَارِعُ لَهُمْ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ بَل لَّا يَشْعُرُونَ 56

(56) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.

(56) 

 نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَل لَا يَشْعُرُونَ

Kami bersegera memberikan kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 56)

Yakni apakah orang-orang yang teperdaya itu mengira bahwa Kami memberikan kepada mereka harta benda dan anak-anak karena kemuliaan mereka menurut Kami dan karena kehormatan mereka di sisi Kami? Tidak, sebenarnya tidak seperti apa yang mereka dugakan dalam ucapannya itu.

نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَالا وَأَوْلادًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ

Kami lebih banyak mempunyai harta dan Anak-anak (daripada kamu) dan Kami sekali-kali tidak akan diazab. (Saba: 35)

Mereka telah keliru dalam pengakuannya, dan kelak akan kecewalah mereka dengan harapannya itu; karena sesungguhnya Kami sengaja menuruti semua kemauan mereka sebagai istidraj, pengluluh,' dan penangguhan dari Kami terhadap mereka. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

بَل لَا يَشْعُرُونَ

Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 56)

Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَلا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلا أَوْلادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda-'dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia. (At-Taubah: 55), hingga akhir ayat.

إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا

Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka. (Ali Imran: 178)

فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ * وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ

Maka serahkanlah (hai Muhammad) kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al-Qur'an). Nanti Kanu akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah ke­binasaan) dari azab yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. (Al-Qalam: 44-45), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

ذَرْنِي وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيدًا

Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. (Al-Muddatstsir: 11)

Sampai dengan firman-Nya:

لآيَاتِنَا عَنِيدًا

menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). (Al-Muddatstsir: 16)

Dan firman Allah Swt.:

وَمَا أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ بِالَّتِي تُقَرِّبُكُمْ عِنْدَنَا زُلْفَى إِلا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ لَهُمْ جَزَاءُ الضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا وَهُمْ فِي الْغُرُفَاتِ آمِنُونَ

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kalian yang mendekatkan kalian kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh. (Saba: 37)

Ayat-ayat mengenai hal ini cukup banyak.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa) Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar. (Al Mu’minun: 55-56) Bahwa tipu daya Allah terhadap suatu kaum terdapat pada harta dan anak-anak mereka. Hai manusia, karena itu janganlah kalian memandang manusia dari segi harta dan anak-anaknya, melainkan pandanglah dari segi iman dan amal salehnya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ [بْنُ عُبَيْد، حَدَّثَنَا أَبَانُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنِ الصَّبَّاحِ بْنِ محمد، عن مرة الهمداني، حَدَّثَنَا عَبْدِ اللَّهِ] بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ قَسَم بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ، كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللَّهَ يُعطي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّين إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ اللَّهُ الدِّينَ فَقَدْ أَحَبَّهُ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا يُسْلِمُ عَبْدٌ حَتَّى يُسْلِمَ قَلْبُهُ وَلِسَانُهُ، وَلَا يُؤْمِنُ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ-قَالُوا: وَمَا بَوَائِقُهُ يَا نَبِيَّ اللَّهِ؟ قَالَ: غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ- وَلَا يَكْسِبُ عَبْدٌ مَالًا مِنْ حَرَامٍ فَيُنْفِقَ مِنْهُ فَيُبَارَكَ لَهُ فِيهِ، وَلَا يَتصَدَّقُ بِهِ فَيُقْبَلَ مِنْهُ، وَلَا يَتْرُكُهُ خَلْفَ ظَهْرِهِ إِلَّا كَانَ زَادَهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ اللَّهَ لَا يَمْحُو السَّيِّئَ بِالسَّيِّئِ، وَلَكِنْ يَمْحُو السَّيِّئَ بِالْحَسَنِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لَا يَمْحُو الْخَبِيثَ"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Aban ibnu Ishaq, dari As-Sabbah ibnu Muhammad, dari Murrah Al-Hamdani yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah berkata bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya Allah membagi di antara kalian akhlak sebagai­mana Dia membagi rezeki di antara kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan dunia kepada orang yang disukai-Nya dan (juga) kepada orang yang tidak disukai-Nya. Akan tetapi, Dia tidak memberi agama melainkan hanya kepada orang yang disukai-Nya. Barang siapa yang diberi agama oleh Allah, maka sesungguhnya Allah menyukainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidaklah seseorang hamba selamat (Islam) sebelum selamat kalbu dan lisannya, dan tidaklah seorang hamba aman (iman) sebelum aman tetangganya dari bawa'iq-nya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan bawa'iq-nya?." Rasulullah Saw. menjawab: Perbuatan zalim dan perbuatan aniayanya. Tidaklah seorang hamba menghasilkan harta dari usaha haram, lalu ia membelanjakan­nya dan mendapat berkah darinya, dan tidaklah ia menyedekah­kannya dan diterima sedekahnya, dan tidaklah ia meninggal­kannya di belakang punggungnya (sesudah mati), melainkan harta itu menjadi bekalnya menuju ke neraka. Sesungguhnya Allah tidak menghapus keburukan dengan keburukan lagi, melain­kan menghapus keburukan dengan kebaikan. Sesungguhnya hal yang kotor itu tidak dapat menghapuskan hal yang kotor lagi. (Al Mu’minun: 55-56)


إِنَّ ٱلَّذِينَ هُم مِّنْ خَشْيَةِ رَبِّهِم مُّشْفِقُونَ 57

(57) Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka,

(57) 

Firman Allah Swt.:

إِنَّ الَّذِينَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 57)

Yakni keadaan mereka yang selalu mengerjakan perbuatan yang baik dan beriman serta mengamalkan perbuatan yang saleh, juga mereka takut kepada Allah dan selalu dicekam oleh rasa khawatir akan tertimpa tipu daya Allah. Seperti yang dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa sesungguhnya orang mukmin itu menggabungkan dalam dirinya kebaikan dan rasa takut kepada Allah. Dan sesungguhnya orang munafik itu menggabungkan dalam dirinya keburukan dan merasa aman dari azab Allah.

وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ

dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 58)

Maksudnya, mereka beriman kepada ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya, baik yang bersifat alami maupun yang bersifat hukum syar'i, seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan tentang Maryam a.s.:

وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ

dan dia membenarkan kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya. (At-Tahrim: 12)

Yaitu Maryam merasa yakin bahwa sesungguhnya apa yang terjadi pada dirinya (mengandung tanpa suami) tiada lain merupakan takdir dan keputusan Allah dan syariat yang telah drtetapkan-Nya. Syariat Allah itu jika berupa perintah, berarti subyeknya disukai dan diridai-Nya. Dan jika berupa larangan, berarti subyeknya dibenci dan ditolak-Nya. Dan jika kebaikan, berarti subyeknya adalah perkara yang hak. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ

Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun). (Al Mu’minun: 59)

Yakni mereka tidak menyembah se(ain-Nya bersama Dia, melainkan mengesakan-Nya dan mengamalkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beristri, dan tidak beranak, dan bahwa Dia tiada tandingan dan tiada yang menyamai-Nya.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 6)

Yaitu mereka mengasihkan pemberiannya dengan rasa takut dan malu bila tidak diterima, yang hal ini bersumber dari perasaan takut mereka bila diri mereka dinilai oleh Allah telah berlaku sembrono terhadap persyaratan memberi.

Hal seperti ini termasuk ke dalam Bab "Bersikap Hati-hati dan Merasa Takut kepada Allah." Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَل، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ ، هُوَ الَّذِي يَسْرِقُ وَيَزْنِي وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: "لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُ الَّذِي يُصَلِّي وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ".

telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sa'id ibnu Wahb, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang mengerjakan perbuatan mereka, sedangkan hati mereka takut” itu adalah orang yang mencuri, berzina, dan minum khamr dalam keadaan takut kepada Allah?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi dia adalah orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan ia takut kepada Allah Swt.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Malik ibnu Magul, dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

"لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يُصَلُّونَ وَيَصُومُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan hati mereka merasa takut tidak diterima amalnya. mereka itu bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. (Al Mu’minun: 61)

Imam Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Sa'id, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. hal yang semisal.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan tafsir ayat ini.

Ulama lain ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut yang artinya:

"وَالَّذِينَ يَأْتُونَ مَا أَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ"

Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka dengan hati yang takut (tidak akan diterima oleh Allah amalannya).

Hal ini telah diriwayatkan secara marfu' dari Nabi Saw. bahwa beliau Saw. pernah membacanya dengan bacaan tersebut.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwariyah, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, maula Bani Jumah, bahwa ia masuk bersama Ubaid ibnu Umair ke dalam rumah Siti Aisyah r.a. Maka Siti Aisyah r.a. menyambut keduanya dengan ucapan Marhaban, "Selamat datang dengan Abu Asim, mengapa engkau lama sekali tidak berkunjung kepadaku, apakah ada sesuatu halangan?" Ia menjawab, "Saya khawatir akan membosankan bila terlalu sering." Siti Aisyah berkata, "Jangan kamu berbuat begitu lagi." Aku (Ubaid ibnu Umar) berkata, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan tentang suatu ayat dari Kitabullah, bagaimanakah bacaan Rasulullah Saw. Terhadapnya?" Siti Aisyah bertanya, "Ayat yang mana?" Saya menjawab bahwa ayat tersebut adalah firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan. (Al Mu’minun: 6) dan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. bertanya, "Manakah di antara dua bacaan itu yang kamu sukai?" Saya menjawab, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya salah satu di antara keduanya memang lebih saya sukai daripada dunia ini atau dunia dan seisinya," Siti Aisyah bertanya, "Manakah yang kamu sukai?" Saya membacakan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw. memang membacanya seperti itu, dan memang ayat itu diturunkan dengan bacaan seperti itu, tetapi dialeknya memang berbeda-beda."

Di dalam sanad hadis ini terdapat Ismail ibnu Muslim Al-Makki, sedangkan ia orangnya daif dalam periwayatan hadis. Akan tetapi, qiraat yang pertama yang dianut oleh jumhur ulama sab'ah dan lain-lainnya adalah pendapat yang lebih kuat, karena di dalam firman selanjutnya disebutkan:

أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (Al Mu’minun: 61)

Disebutkan bahwa Allah menjadikan mereka termasuk orang-orang yang bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. S

eandainya makna yang dimaksud adalah seperti qiraat yang lainnya, tentulah kelanjutannya tidak disebutkan seperti itu, melainkan Minal Muqtasidin atau Muqsirin yang artinya orang-orang yang pertengahan atau orang-orang yang membatasi dirinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَٱلَّذِينَ هُم بِـَٔايَٰتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ 58

(58) Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka,

(58) 

وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُونَ

dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 58)

Maksudnya, mereka beriman kepada ayat-ayat (tanda-tanda)-Nya, baik yang bersifat alami maupun yang bersifat hukum syar'i, seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan tentang Maryam a.s.:

وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ

dan dia membenarkan kalimat Tuhannya dan kitab-kitab-Nya. (At-Tahrim: 12)

Yaitu Maryam merasa yakin bahwa sesungguhnya apa yang terjadi pada dirinya (mengandung tanpa suami) tiada lain merupakan takdir dan keputusan Allah dan syariat yang telah drtetapkan-Nya. Syariat Allah itu jika berupa perintah, berarti subyeknya disukai dan diridai-Nya. Dan jika berupa larangan, berarti subyeknya dibenci dan ditolak-Nya. Dan jika kebaikan, berarti subyeknya adalah perkara yang hak.


وَٱلَّذِينَ هُم بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ 59

(59) Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun),

(59) 

 Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

وَالَّذِينَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لَا يُشْرِكُونَ

Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apa pun). (Al Mu’minun: 59)

Yakni mereka tidak menyembah se(ain-Nya bersama Dia, melainkan mengesakan-Nya dan mengamalkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tidak beristri, dan tidak beranak, dan bahwa Dia tiada tandingan dan tiada yang menyamai-Nya.