23 - المؤمنون - Al-Muminoon

Juz : 18

The Believers
Meccan

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ 60

(60) Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,

(60) 

Firman Allah Swt.:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Al Mu’minun: 6)

Yaitu mereka mengasihkan pemberiannya dengan rasa takut dan malu bila tidak diterima, yang hal ini bersumber dari perasaan takut mereka bila diri mereka dinilai oleh Allah telah berlaku sembrono terhadap persyaratan memberi.

Hal seperti ini termasuk ke dalam Bab "Bersikap Hati-hati dan Merasa Takut kepada Allah." Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ مِغْوَل، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَعِيدِ بْنِ وَهْبٍ، عَنْ عَائِشَةَ؛ أَنَّهَا قَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ ، هُوَ الَّذِي يَسْرِقُ وَيَزْنِي وَيَشْرَبُ الْخَمْرَ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ؟ قَالَ: "لَا يَا بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ، يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُ الَّذِي يُصَلِّي وَيَصُومُ وَيَتَصَدَّقُ، وَهُوَ يَخَافُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ".

telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sa'id ibnu Wahb, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang mengerjakan perbuatan mereka, sedangkan hati mereka takut” itu adalah orang yang mencuri, berzina, dan minum khamr dalam keadaan takut kepada Allah?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi dia adalah orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan ia takut kepada Allah Swt.


أُو۟لَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَهُمْ لَهَا سَٰبِقُونَ 61

(61) mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.

(61) 

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Malik ibnu Magul, dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

"لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ، وَلَكِنَّهُمُ الَّذِينَ يُصَلُّونَ وَيَصُومُونَ وَيَتَصَدَّقُونَ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَلَّا يُقْبَلَ مِنْهُمْ، أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ

Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan hati mereka merasa takut tidak diterima amalnya. mereka itu bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. (Al Mu’minun: 61)

Imam Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Sa'id, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. hal yang semisal.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, dan Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan tafsir ayat ini.

Ulama lain ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut yang artinya:

"وَالَّذِينَ يَأْتُونَ مَا أَتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ"

Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka dengan hati yang takut (tidak akan diterima oleh Allah amalannya).

Hal ini telah diriwayatkan secara marfu' dari Nabi Saw. bahwa beliau Saw. pernah membacanya dengan bacaan tersebut.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwariyah, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, maula Bani Jumah, bahwa ia masuk bersama Ubaid ibnu Umair ke dalam rumah Siti Aisyah r.a. Maka Siti Aisyah r.a. menyambut keduanya dengan ucapan Marhaban, "Selamat datang dengan Abu Asim, mengapa engkau lama sekali tidak berkunjung kepadaku, apakah ada sesuatu halangan?" Ia menjawab, "Saya khawatir akan membosankan bila terlalu sering." Siti Aisyah berkata, "Jangan kamu berbuat begitu lagi." Aku (Ubaid ibnu Umar) berkata, "Saya datang kepadamu untuk menanyakan tentang suatu ayat dari Kitabullah, bagaimanakah bacaan Rasulullah Saw. Terhadapnya?" Siti Aisyah bertanya, "Ayat yang mana?" Saya menjawab bahwa ayat tersebut adalah firman Allah Swt.: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan. (Al Mu’minun: 6) dan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. bertanya, "Manakah di antara dua bacaan itu yang kamu sukai?" Saya menjawab, "Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya salah satu di antara keduanya memang lebih saya sukai daripada dunia ini atau dunia dan seisinya," Siti Aisyah bertanya, "Manakah yang kamu sukai?" Saya membacakan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. menjawab, "Aku bersaksi bahwa Rasulullah Saw. memang membacanya seperti itu, dan memang ayat itu diturunkan dengan bacaan seperti itu, tetapi dialeknya memang berbeda-beda."

Di dalam sanad hadis ini terdapat Ismail ibnu Muslim Al-Makki, sedangkan ia orangnya daif dalam periwayatan hadis. Akan tetapi, qiraat yang pertama yang dianut oleh jumhur ulama sab'ah dan lain-lainnya adalah pendapat yang lebih kuat, karena di dalam firman selanjutnya disebutkan:

أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ

mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (Al Mu’minun: 61)

Disebutkan bahwa Allah menjadikan mereka termasuk orang-orang yang bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. S

eandainya makna yang dimaksud adalah seperti qiraat yang lainnya, tentulah kelanjutannya tidak disebutkan seperti itu, melainkan Minal Muqtasidin atau Muqsirin yang artinya orang-orang yang pertengahan atau orang-orang yang membatasi dirinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


وَلَا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۖ وَلَدَيْنَا كِتَٰبٌۭ يَنطِقُ بِٱلْحَقِّ ۚ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ 62

(62) Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya.

(62) 

Allah Swt. menceritakan tentang keadilan dalam syariat-Nya terhadap hamba-hamba-Nya di dunia, bahwa Dia sama sekali tidak pernah mem­bebankan kepada seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Yakni melainkan menurut apa yang kuat disanggah dan dikerjakannya. Dan bahwa kelak di hari kiamat Dia akan menghisab amal perbuatan mereka yang telah tercatat di dalam kitab catatan amal perbuatan mereka; tiada sesuatu pun dari amal perbuatan mereka yang tidak tercatat atau hilang. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ

dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran. (Al Mu’minun: 62)

Yaitu kitab catatan amal perbuatan.

وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

dan mereka tidak dianiaya. (Al Mu’minun: 62)

Maksudnya, tidak dirugikan barang sedikit pun dari kebaikannya. Adapun amal buruknya, maka Allah banyak memaaf dan mengampuninya bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.

Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy:

بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ

Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Mu’minun: 63)

Yakni tenggelam di dalam kesesatannya.

مِنْ هَذَا

Dari (memahami kenyataan) ini. (Al Mu’minun: 63)

Maksudnya, dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.

Firman Allah Swt.:

وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِنْ دُونِ ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ

dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63)

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain dari itu. (Al Mu’minun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63) Artinya, mereka harus mengerjakannya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Sedangkan ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.

Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Pendapat inilah yang menang, kuat, lagi baik.

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan:

"فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا".

Maka demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, se­sungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya, akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia di­masukkan ke dalam neraka.

*******************

Firman Allah Swt.:

حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)

Yakni hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka.

إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)

Yaitu menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلا. إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالا وَجَحِيمًا

Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai ke­mewahan dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil: 11-12)

Dan firman Allah Swt.:

كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَلاتَ حِينَ مَنَاصٍ

Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

لا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ

Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. (Al Mu’minun: 65)

Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan. Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya:

قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ

Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al Mu’minun: 66)

Yakni apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian membangkang. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mu’min: 12)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ

dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67)

Mengenai tafsir ayat ini ada dua pendapat.

Salah satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu; mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya. Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga pengertian:

Pertama, damir merujuk kepada tanah suci, yakni Mekah. Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka).

Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an. Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir, sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya.

Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal atau pendusta atau gila atau penyihir. Semuanya itu batil belaka, bahkan sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci dalam keadaan hina dan rendah.

Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan menyombongkan diri terhadapnya. (Al Mu’minun: 67) Yakni menyombongkan dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis be­rikut dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67) Yakni mereka membanggakan dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya. Ibnu Abbas menceritakan bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya.

Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas.


بَلْ قُلُوبُهُمْ فِى غَمْرَةٍۢ مِّنْ هَٰذَا وَلَهُمْ أَعْمَٰلٌۭ مِّن دُونِ ذَٰلِكَ هُمْ لَهَا عَٰمِلُونَ 63

(63) Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan dari (memahami kenyataan) ini, dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain daripada itu, mereka tetap mengerjakannya.

(63) 

Kemudian Allah berfirman mengingkari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik dari kalangan Quraisy:

بَلْ قُلُوبُهُمْ فِي غَمْرَةٍ

Tetapi hati orang-orang kafir itu dalam kesesatan. (Al Mu’minun: 63)

Yakni tenggelam di dalam kesesatannya.

مِنْ هَذَا

Dari (memahami kenyataan) ini. (Al Mu’minun: 63)

Maksudnya, dari memahami Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw.

Firman Allah Swt.:

وَلَهُمْ أَعْمَالٌ مِنْ دُونِ ذَلِكَ هُمْ لَهَا عَامِلُونَ

dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63)

Al-Hakam ibnu Aban telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan selain dari itu. (Al Mu’minun: 63) Yakni perbuatan-perbuatan yang buruk selain dari kemusyrikannya itu. mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63) Artinya, mereka harus mengerjakannya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Al-Hasan serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Sedangkan ulama lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka banyak mengerjakan perbuatan-perbuatan (buruk) selain dari itu, mereka tetap mengerjakannya. (Al Mu’minun: 63) Yaitu telah tercatat atas mereka perbuatan-perbuatan buruk yang harus mereka kerjakan sebelum mereka mati, sebagai suatu kepastian, agar mereka berhak mendapat azab Allah.

Hal yang semisal telah diriwayatkan melalui Muqatil ibnu Hayyan, As-Saddi, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam.

Pendapat inilah yang menang, kuat, lagi baik.

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis Ibnu Mas'ud yang mengatakan:

"فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ، إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ، فَيَدْخُلُهَا".

Maka demi Tuhan yang tidak ada Tuhan selain Dia, se­sungguhnya seorang laki-laki benar-benar mengamalkan perbuatan ahli surga, sehingga tiada jarak antara dia dan surga selain satu hasta, tetapi- ketetapan takdir telah mendahuluinya, akhirnya ia mengerjakan perbuatan ahli neraka dan ia di­masukkan ke dalam neraka.


حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِم بِٱلْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْـَٔرُونَ 64

(64) Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong.

(64) 

Firman Allah Swt.:

حَتَّى إِذَا أَخَذْنَا مُتْرَفِيهِمْ بِالْعَذَابِ إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

Hingga apabila Kami timpakan azab kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)

Yakni hingga manakala orang-orang yang hidup mewah di antara mereka kedatangan azab Allah dan pembalasan-Nya yang menimpa mereka.

إِذَا هُمْ يَجْأَرُونَ

dengan serta-merta mereka memekik minta tolong. (Al Mu’minun: 64)

Yaitu menjerit dan meminta tolong, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang mengatakan:

وَذَرْنِي وَالْمُكَذِّبِينَ أُولِي النَّعْمَةِ وَمَهِّلْهُمْ قَلِيلا. إِنَّ لَدَيْنَا أَنْكَالا وَجَحِيمًا

Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai ke­mewahan dan beritangguhlah mereka barang sebentar Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang besar dan neraka yang menyala-nyala. (Al-Muzzammil: 11-12)

Dan firman Allah Swt.:

كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ فَنَادَوْا وَلاتَ حِينَ مَنَاصٍ

Berapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat lari untuk melepaskan diri. (Shad: 3)


لَا تَجْـَٔرُوا۟ ٱلْيَوْمَ ۖ إِنَّكُم مِّنَّا لَا تُنصَرُونَ 65

(65) Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami.

(65) 

Adapun firman Allah Swt.:

لا تَجْأَرُوا الْيَوْمَ إِنَّكُمْ مِنَّا لَا تُنْصَرُونَ

Janganlah kalian memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kalian tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. (Al Mu’minun: 65)

Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungi kalian dari keburukan yang menimpa kalian, baik kalian menjerit meminta tolong maupun kalian diam, tiada jalan selamat dan tiada penolong, perintah telah ditetapkan dan azab wajib dilaksanakan.


قَدْ كَانَتْ ءَايَٰتِى تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ فَكُنتُمْ عَلَىٰٓ أَعْقَٰبِكُمْ تَنكِصُونَ 66

(66) Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Quran) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang,

(66) 

Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka yang paling besar melalui firman-Nya:

قَدْ كَانَتْ آيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ تَنْكِصُونَ

Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al-Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kalian selalu berpaling kebelakang. (Al Mu’minun: 66)

Yakni apabila kalian diseru, maka kalian menolak; dan apabila diperintah, maka kalian membangkang. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ

Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. (Al-Mu’min: 12)


مُسْتَكْبِرِينَ بِهِۦ سَٰمِرًۭا تَهْجُرُونَ 67

(67) dengan menyombongkan diri terhadap Al Quran itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari.

(67) 

Adapun firman Allah Swt.:

مُسْتَكْبِرِينَ بِهِ سَامِرًا تَهْجُرُونَ

dengan menyombongkan diri terhadap Al-Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kalian bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67)

Mengenai tafsir ayat ini ada dua pendapat.

Salah satunya mengatakan, bahwa mustakbirin berkedudukan menjadi kata keterangan keadaan saat mereka berpaling ke belakang dari perkara yang hak, dan mereka menolaknya karena kesombongan mereka terhadap perkara yang hak itu; mereka menganggap rendah perkara yang hak dan orang-orang yang mengikutinya. Berdasarkan pendapat ini damir bihi yang ada padanya mengandung tiga pengertian:

Pertama, damir merujuk kepada tanah suci, yakni Mekah. Mereka dicela karena mereka begadang di malam hari di tanah suci tanpa berbicara sepatah kata pun (menunjukkan kesombongan mereka).

Kedua, damir merujuk kepada Al-Qur'an. Mereka melakukan begadang, memperbincangkan tentang Al-Qur'an dengan sebutan yang keji. Mereka mengatakan bahwa Al-Qur'an itu adalah sihir, sesungguhnya Al-Qur'an itu syair, dan sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah ramalan dan perkataan-perkataan keji lainnya.

Ketiga, damir kembali kepada Nabi Muhammad Saw. Mereka menjadikannya bahan pergunjingan mereka di malam hari dengan sebutan-sebutan yang keji, dan mereka membuat perumpamaan-perumpamaan yang batil terhadapnya, bahwa dia adalah seorang penyair, atau tukang ramal atau pendusta atau gila atau penyihir. Semuanya itu batil belaka, bahkan sesungguhnya dia adalah hamba dan rasul Allah yang Allah akan memenangkannya atas mereka, dan dia bakal mengusir mereka dari tanah suci dalam keadaan hina dan rendah.

Menurut pendapat yang lain, makna firman-Nya: dengan menyombongkan diri terhadapnya. (Al Mu’minun: 67) Yakni menyombongkan dirinya di Baitullah dengan keyakinan bahwa diri merekalah para pengurusnya, padahal kenyataannya tidaklah demikian.

Seperti yang dikatakan oleh Imam Nasai di dalam kitab tafsir bagian dari kitab sunannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah, dari Israil, dari Abdul A'la; ia pernah mendengar Sa'id ibnu Jubair menceritakan hadis be­rikut dari Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya begadang itu dimakruhkan sejak ayat berikut diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: dengan menyombongkan diri terhadapnya dan mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. (Al Mu’minun: 67) Yakni mereka membanggakan dirinya dengan Baitullah seraya mengatakan bahwa diri merekalah yang tiada hentinya sepanjang siang dan malam mengurusnya. Ibnu Abbas menceritakan bahwa mereka membangga-banggakan dirinya dan begadang di dalamnya, tidak memakmurkannya, dan mereka mengucapkan perkataan-perkataan yang keji di dalamnya.

Imam Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah membahasnya dalam pembahasan yang cukup panjang, yang ringkasnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas.


أَفَلَمْ يَدَّبَّرُوا۟ ٱلْقَوْلَ أَمْ جَآءَهُم مَّا لَمْ يَأْتِ ءَابَآءَهُمُ ٱلْأَوَّلِينَ 68

(68) Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada nenek moyang mereka dahulu?

(68) 

Allah Swt. ingkar terhadap sikap orang-orang musyrik karena mereka tidak mau memahami Al-Qur'an dan merenunginya, bahkan mereka menentangnya. Padahal Al-Qur'an itu diturunkan dengan bahasa mereka, tiada suatu kitab pun yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-Nya lebih sempurna dan lebih mulia daripada Al-Qur'an. Terlebih lagi para pen­dahulu (nenek moyang) mereka yang telah mati di masa Jahiliah tidak pernah terjangkau oleh suatu kitab pun dan tidak pernah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan pun. Maka sudah sepantasnyalah mereka menerima nikmat yang dianugerahkan oleh Allah ini, yaitu dengan menerima Al-Qur'an dan mensyukurinya serta memahami dan meng­amalkan apa yang terkandung di dalamnya sepanjang siang dan malam hari. Seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang cendekiawan dari kalangan mereka yang telah masuk Islam dan mengikuti Rasulullah Saw. serta beliau merasa rela kepada mereka.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami). (Al Mu’minun: 68) Kalau begitu, demi Allah, mereka pasti menemukan di dalam Al-Qur'an sesuatu yang dapat mengekang mereka dari perbuatan maksiat terhadap Allah, seandainya mereka mau merenungi dan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, ternyata mereka hanya mengambil hal-hal yang syubhat sehingga pada akhirnya mereka binasa.

Kemudian Allah berfirman mengingkari sikap orang-orang kafir dari kalangan Quraisy:

أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (Al Mu’minun: 69)

Yakni apakah mereka tidak mengenal Muhammad dan kejujuran, amanah dan kepribadiannya yang terbaca oleh mereka. Dengan kata lain, apakah mereka mampu mengingkari kenyataan tersebut dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Karena itulah Ja'far ibnu Abu Talib r.a. berkata kepada Raja Najasyi (raja negeri Habsyah), "Hai Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang telah kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya." Hal yang senada telah dikatakan pula oleh Al-Mugirah ibnu Syu'bah kepada wakil Kisra Persia saat dia menantang mereka untuk perang tanding. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sufyan Sakhr ibnu Harb kepada Raja Romawi Heraklius, saat kaisar Romawi menanyakan kepadanya dan kepada teman-temannya tentang sifat-sifat Nabi Saw., nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya. Padahal saat itu ia dan kawan-kawannya masih kafir dan belum masuk Islam, tetapi ia tidak mengatakan kecuali hanya kebenaran belaka; hal ini menunjukkan bahwa mereka mengakui beliau mempunyai sifat-sifat yang terpuji itu.

*******************

Firman Allah Swt.:

أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ

Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” (Al Mu’minun: 7)

Ayat ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw. bahwa ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri; atau ia berpenyakit gila yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya, padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah yang datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat menandinginya. Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka tidak akan mampu untuk selama-lamanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. (Al Mu’minun-7)

Dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan, yang artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'. Dapat pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!" Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu perkara yang tidak aku sukai." Maka Nabi Saw. bersabda, "Sekalipun kamu tidak menyukainya."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan lelaki lainnya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu", maka temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi Saw. bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan yang jelek dan banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu ketahui nasabnya. Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang luas lagi mudah ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada di jalan yang lebih buruk daripada jalan itu seandainya kamu berada padanya. Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke jalan yang lebih mudah dari itu sekiranya kamu mau menurutiku."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka lelaki itu menjadi sombong, kemudian Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah seorangnya bila berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu; dan jika kamu beri dia amanat, maka dia menunaikannya kepadamu; apakah dia kamu sukai? Ataukah pelayan lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu; dan apabila kamu percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab, "Tidak. Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara kepadaku, maka ia menepatinya; dan apabila aku beri dia amanat, maka ia menunaikannya kepadaku." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula keadaan kalian di sisi Tuhan Kalian."

*******************

Firman Allah Swt.:

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. (Al Mu’minun: 71)

Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haq ialah Allah Swt.

Dan makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka.

لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ

pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya (Al-Mu’minun: 71)

Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya menyitir kata-kata mereka:

لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az-Zukhruf: 31)

Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32)

Dan firman Allah Swt.:

قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا

Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai per­bendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya.” (Al-Isra: 1), hingga akhir ayat.

أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا

Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (Kebajikan) kepada manusia. (An-Nisa: 53)

Dalam hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang ketidakmampuan manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka. Dan bahwa hanya Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan, perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ

Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka. (Al Mu’minun: 71)

Yang dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an.

فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Al Mu’minun: 71)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا

Atau kamu meminta upah kepada mereka? (Al Mu’minun: 72)

Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan kharjan ialah upah.

Sedangkan menurut Qatadah yaitu imbalan.

فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ

maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik. (Al Mu’minun: 72)

Yakni kamu tidak meminta suatu upah pun dari mereka, tidak pula suatu imbalan pun atau sesuatu yang lain sebagai balasan dari dakwahmu kepada mereka yang menyeru mereka kepada petunjuk. Bahkan engkau-hanya mengharapkan imbalan dari Allah semata atas hal tersebut, yaitu pahala yang berlimpah dari-Nya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ

Katakanlah, "Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian. Upahku hanyalah dari Allah.” (Saba: 47)

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ

Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (Shad: 86)

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Katakanlah, "Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An-Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata, "Hai kaumku, ikuti­lah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kalian.” (Yasin: 2-21)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 73-74)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. dalam mimpinya kedatangan dua malaikat. Salah seorangnya duduk di sebelah kedua kakinya, sedangkan yang lain duduk di dekat kepalanya. Berkatalah malaikat yang ada di dekat kedua kakinya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Buatlah perumpamaan bagi orang ini dan umatnya." Maka ia menjawab, "Sesungguhnya perumpamaan orang ini dan umatnya sama dengan suatu kaum yang sedang melakukan perjalanan. Mereka sampai di sebuah padang pasir yang luas, sementara itu tiada bekal lagi yang tersisa pada mereka untuk menempuh padang pasir tersebut, tidak ada pula bekal untuk pulangnya. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang lelaki yang berpakaian hibarah. Lalu lelaki itu berkata, 'Bagaimanakah menurut kalian seandainya aku bawa kalian ke sebuah taman yang berumput subur penuh dengan tanam-tanaman dan telaga-telaga yang jernih airnya lagi menyegarkan, maukah kalian mengikutiku?' Mereka menjawab, 'Ya'." Ia melanjutkan kisahnya, bahwa lalu lelaki itu membawa mereka pergi menuju taman yang subur dan mempunyai mata air yang banyak lagi jernih. Maka mereka makan dan minum darinya sehingga tubuh mereka menjadi segar dan gemuk. Kemudian lelaki itu berkata kepada mereka, "Bukankah aku telah menepati janjiku dan kalian telah berjanji kepadaku bahwa jika aku menuntun kalian ke sebuah taman yang subur lagi mempunyai banyak mata air, maka kalian akan mengikutiku?" Mereka menjawab, "Benar." Lelaki itu berkata, "Maka sesungguhnya di depan kalian terdapat banyak taman yang lebih subur daripada ini dan memiliki banyak telaga yang lebih berlimpah airnya daripada telaga ini, maka ikutilah aku." Ia melanjutkan kisahnya, "Maka segolongan dari umatnya mengatakan, 'Dia benar, demi Allah, kita harus mengikutinya.' Dan segolongan lainnya mengatakan, 'Kami rela dengan ini dan kami akan menetapinya'."

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي مُمْسِكٌ بِحَجْزِكُمْ: هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، وَتَغْلِبُونِي وَتُقَاحِمُونَ فِيهَا تَقَاحُم الْفَرَاشَ وَالْجَنَادِبِ، فَأُوشِكُ أَنْ أُرْسِلَ حَجْزَكُمْ وَأَنَا فَرَطكم عَلَى الْحَوْضِ، فَتَرِدُونَ عَلَيَّ مَعًا وَأَشْتَاتًا، أَعْرِفُكُمْ بِسِيمَاكُمْ وَأَسْمَائِكُمْ، كَمَا يَعْرِفُ الرَّجُلُ الْغَرِيبَ مِنَ الْإِبِلِ فِي إِبِلِهِ، فيُذْهَب بِكُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ، فَأُنَاشِدُ فِيكُمْ رَبَّ الْعَالَمِينَ: أَيْ رَبِّ، قومي، أي رب أمتي فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، إِنَّهُمْ كَانُوا يَمْشُونَ بَعْدَكَ الْقَهْقَرَى عَلَى أَعْقَابِهِمْ، فَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ شَاةً لَهَا ثُغَاءٌ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا. قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ بَعِيرَا لَهُ رُغَاء، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ (1) شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ فَرَسًا لَهَا حَمْحَمَةٌ، فَيُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ، فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ سِقَاءً مِنْ أُدْمٍ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ: فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ بَلَّغْتُ"

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Humaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Umar ibnu Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku memegang kendali kalian agar menjauh dari neraka, tetapi kalian mengalahkan aku; kalian menyerbu neraka sebagaimana laron dan kupu-kupu (menyerbu cahaya lampu), sehingga hampir saja aku melepaskan kendali kalian. Dan aku adalah pendahulu kalian berada di pinggir telaga-(ku), lalu kalian datang kepadaku secara berbarengan dan berpencar-pencar. Aku mengenal kalian berikut dengan tanda-tanda dan nama-nama kalian, sebagaimana seseorang menge­nali ternak unta sesat yang bergabung ke dalam kumpulan ternaknya. Akan tetapi, kalian tidak terkendali lagi ada yang pergi ke arah kanan dan ada yang pergi ke arah kiri. Maka aku memohon kepada Tuhan semesta alam untuk kalian, "Wahai Tuhanku, kaumku, wahai Tuhanku, (selamatkanlah) umatku!" Maka dikatakan, "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sesudahmu. Sesungguhnya mereka sesudah kamu tiada berjalan mundur ke belakang tumit mereka.” Sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian datang pada hari kiamat dengan membawa seekor kambing yang mengembik seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa unta yang mengeluarkan suara lenguhannya seraya berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik, lalu ia berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan.”Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun 'di hadapan Allah (untuk menolongmu), sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku)." Dan sesungguhnya aku benar­ benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa dirigen air minum terbuat dari kulit seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).”

Ali ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini tiada lain karena Hafs ibnu Humaid adalah seorang yang majhul (tidak dikenal), saya tidak mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi.

Menurut saya, hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Asy'as ibni Ishaq dari dia (Hafs ibnu Humaid). Yahya ibnu Mu'in mengatakan sehubungan dengannya, bahwa dia adalah seorang saleh dan dinilai siqah oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Hibban.

*******************

Firman Allah Swt.:

وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ

Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 74)

Yakni benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari jalan yang lurus. Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq (si Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang darinya menuju ke jalur lain.

Firman Allah Swt.:

وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al Mu’minun: 75)

Allah Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembu­nyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang me­ngerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)

Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-lamanya.


أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا۟ رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُۥ مُنكِرُونَ 69

(69) Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya?

(69) 

Kemudian Allah berfirman mengingkari sikap orang-orang kafir dari kalangan Quraisy:

أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ لَهُ مُنْكِرُونَ

Ataukah mereka tidak mengenal rasul mereka, karena itu mereka memungkirinya? (Al Mu’minun: 69)

Yakni apakah mereka tidak mengenal Muhammad dan kejujuran, amanah dan kepribadiannya yang terbaca oleh mereka. Dengan kata lain, apakah mereka mampu mengingkari kenyataan tersebut dan bersikap tidak mau tahu terhadapnya? Karena itulah Ja'far ibnu Abu Talib r.a. berkata kepada Raja Najasyi (raja negeri Habsyah), "Hai Raja, sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami seorang rasul yang telah kami kenal nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya." Hal yang senada telah dikatakan pula oleh Al-Mugirah ibnu Syu'bah kepada wakil Kisra Persia saat dia menantang mereka untuk perang tanding. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Sufyan Sakhr ibnu Harb kepada Raja Romawi Heraklius, saat kaisar Romawi menanyakan kepadanya dan kepada teman-temannya tentang sifat-sifat Nabi Saw., nasab, kejujuran, dan sifat amanahnya. Padahal saat itu ia dan kawan-kawannya masih kafir dan belum masuk Islam, tetapi ia tidak mengatakan kecuali hanya kebenaran belaka; hal ini menunjukkan bahwa mereka mengakui beliau mempunyai sifat-sifat yang terpuji itu.


أَمْ يَقُولُونَ بِهِۦ جِنَّةٌۢ ۚ بَلْ جَآءَهُم بِٱلْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَٰرِهُونَ 70

(70) Atau (apakah patut) mereka berkata: "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila". Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu.

(70) 

Firman Allah Swt.:

أَمْ يَقُولُونَ بِهِ جِنَّةٌ

Atau (apakah patut) mereka berkata, "Padanya (Muhammad) ada penyakit gila.” (Al Mu’minun: 7)

Ayat ini menyitir tentang perkataan kaum musyrik terhadap Nabi Muhammad Saw. bahwa ia membuat-buat Al-Qur'an, yakni membuatnya sendiri; atau ia berpenyakit gila yang menyebabkannya tidak mengetahui apa yang dikatakannya sendiri. Allah menceritakan pula perihal mereka, bahwa hati mereka tidak beriman kepadanya, padahal mereka mengetahui (menyadari) kebatilan dari apa yang mereka katakan terhadap Al-Qur'an. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu merupakan Kalamullah yang datang kepada mereka dan mereka tidak mampu dan tidak kuat menandinginya. Sesungguhnya Allah telah menantang mereka dan seluruh penduduk bumi untuk mendatangkan hal yang semisal Al-Qur'an jika mereka mampu, dan pasti mereka tidak akan mampu untuk selama-lamanya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

بَلْ جَاءَهُمْ بِالْحَقِّ وَأَكْثَرُهُمْ لِلْحَقِّ كَارِهُونَ

Sebenarnya dia telah membawa kebenaran kepada mereka, dan kebanyakan mereka benci kepada kebenaran itu. (Al Mu’minun-7)

Dapat diinterpretasikan bahwa kalimat ini merupakan kata keterangan keadaan, yang artinya 'sedangkan kebanyakan mereka tidak menyukai perkara yang hak'. Dapat pula diartikan sebagai kalimat berita atau kalimat baru. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui.

Qatadah mengatakan, telah diceritakan kepada kami bahwa Nabi pernah bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!" Lelaki itu berkata, "Sesungguhnya engkau menyeruku kepada suatu perkara yang tidak aku sukai." Maka Nabi Saw. bersabda, "Sekalipun kamu tidak menyukainya."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan lelaki lainnya, kemudian beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu", maka temperamen lelaki itu naik dan timbul sikap sombongnya, lalu Nabi Saw. bertanya kepadanya, "Bagaimanakah pendapatmu, jika kamu berada di jalan yang jelek dan banyak rintangannya, lalu kamu bersua dengan seseorang yang kamu kenal dan kamu ketahui nasabnya. Kemudian orang itu mengajakmu ke jalan yang luas lagi mudah ditempuh, apakah kamu mau mengikutinya?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Nabi Saw. bersabda, "Demi Allah yang jiwa Muhammad ini berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya kamu berada di jalan yang lebih buruk daripada jalan itu seandainya kamu berada padanya. Dan sesungguhnya aku sekarang mengajakmu ke jalan yang lebih mudah dari itu sekiranya kamu mau menurutiku."

Telah diceritakan pula kepada kami bahwa Nabi Saw. bersua dengan seorang lelaki, lalu beliau bersabda kepadanya, "Masuk Islamlah kamu!". Maka lelaki itu menjadi sombong, kemudian Nabi Saw. bersabda kepadanya, "Bagaimanakah menurutmu jika kamu mempunyai dua orang pelayan yang salah seorangnya bila berbicara kepadamu, maka ia menepatinya kepadamu; dan jika kamu beri dia amanat, maka dia menunaikannya kepadamu; apakah dia kamu sukai? Ataukah pelayan lainnya yang apabila berbicara kepadamu, ia dusta kepadamu; dan apabila kamu percayai dia, maka ia khianat kepadamu?" Lelaki itu menjawab, "Tidak. Bahkan yang kusukai adalah pelayanku yang apabila berbicara kepadaku, maka ia menepatinya; dan apabila aku beri dia amanat, maka ia menunaikannya kepadaku." Maka Nabi Saw. bersabda, "Demikian pula keadaan kalian di sisi Tuhan Kalian."


وَلَوِ ٱتَّبَعَ ٱلْحَقُّ أَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ بَلْ أَتَيْنَٰهُم بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَن ذِكْرِهِم مُّعْرِضُونَ 71

(71) Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.

(71) 

Firman Allah Swt.:

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَقُّ أَهْوَاءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya. (Al Mu’minun: 71)

Mujahid dan Abu Saleh serta As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-haq ialah Allah Swt.

Dan makna yang dimaksud ialah bahwa sekiranya Allah menuruti kemauan hawa nafsu mereka dan mensyariatkan peraturan hukum sesuai dengan keinginan mereka.

لَفَسَدَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ

pasti binasalah langit dan bumi dan semua yang ada di dalamnya (Al-Mu’minun: 71)

Yakni binasa karena hawa nafsu mereka dan keinginan mereka yang berbeda-beda, seperti yang diceritakan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya menyitir kata-kata mereka:

لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Taif) ini. (Az-Zukhruf: 31)

Kemudian dijawab oleh Allah Swt. melalui firman selanjutnya:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? (Az-Zukhruf: 32)

Dan firman Allah Swt.:

قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا

Katakanlah, "Kalau seandainya kalian menguasai per­bendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kalian tahan karena takut membelanjakannya.” (Al-Isra: 1), hingga akhir ayat.

أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا

Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (Kebajikan) kepada manusia. (An-Nisa: 53)

Dalam hal ini jelas terkandung pengertian yang menerangkan tentang ketidakmampuan manusia, perbedaan pendapat, dan keinginan hawa nafsu mereka. Dan bahwa hanya Allah sajalah Yang Mahasempurna dalam semua sifat, ucapan, perbuatan, syariat, takdir, dan pengaturan terhadap makhluk-Nya. Mahasuci Allah, tiada Tuhan selain Dia dan tiada Rabb selain Dia. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:

بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِذِكْرِهِمْ

Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka. (Al Mu’minun: 71)

Yang dimaksud dengan kebanggaan mereka adalah Al-Qur'an.

فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُعْرِضُونَ

tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu. (Al Mu’minun: 71)


أَمْ تَسْـَٔلُهُمْ خَرْجًۭا فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌۭ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ 72

(72) Atau kamu meminta upah kepada mereka?", maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah Pemberi rezeki Yang Paling Baik.

(72) 

Adapun firman Allah Swt.:

أَمْ تَسْأَلُهُمْ خَرْجًا

Atau kamu meminta upah kepada mereka? (Al Mu’minun: 72)

Menurut Al-Hasan, yang dimaksud dengan kharjan ialah upah.

Sedangkan menurut Qatadah yaitu imbalan.

فَخَرَاجُ رَبِّكَ خَيْرٌ

maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik. (Al Mu’minun: 72)

Yakni kamu tidak meminta suatu upah pun dari mereka, tidak pula suatu imbalan pun atau sesuatu yang lain sebagai balasan dari dakwahmu kepada mereka yang menyeru mereka kepada petunjuk. Bahkan engkau-hanya mengharapkan imbalan dari Allah semata atas hal tersebut, yaitu pahala yang berlimpah dari-Nya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:

قُلْ مَا سَأَلْتُكُمْ مِنْ أَجْرٍ فَهُوَ لَكُمْ إِنْ أَجْرِيَ إِلا عَلَى اللَّهِ

Katakanlah, "Upah apa pun yang aku minta kepada kalian, maka itu untuk kalian. Upahku hanyalah dari Allah.” (Saba: 47)

قُلْ مَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُتَكَلِّفِينَ

Katakanlah, "Aku tidak meminta upah sedikit pun kepada kalian atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (Shad: 86)

قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى

Katakanlah, "Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.” (Asy-Syura: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Dan datanglah dari ujung kota seorang laki-laki (Habib An-Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata, "Hai kaumku, ikuti­lah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kalian.” (Yasin: 2-21)


وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَىٰ صِرَٰطٍۢ مُّسْتَقِيمٍۢ 73

(73) Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.

(73) 

Adapun firman Allah Swt.:

وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ. وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ

Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus. Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 73-74)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid ibnu Jad'an, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. dalam mimpinya kedatangan dua malaikat. Salah seorangnya duduk di sebelah kedua kakinya, sedangkan yang lain duduk di dekat kepalanya. Berkatalah malaikat yang ada di dekat kedua kakinya kepada malaikat yang ada di dekat kepalanya, "Buatlah perumpamaan bagi orang ini dan umatnya." Maka ia menjawab, "Sesungguhnya perumpamaan orang ini dan umatnya sama dengan suatu kaum yang sedang melakukan perjalanan. Mereka sampai di sebuah padang pasir yang luas, sementara itu tiada bekal lagi yang tersisa pada mereka untuk menempuh padang pasir tersebut, tidak ada pula bekal untuk pulangnya. Ketika mereka sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang lelaki yang berpakaian hibarah. Lalu lelaki itu berkata, 'Bagaimanakah menurut kalian seandainya aku bawa kalian ke sebuah taman yang berumput subur penuh dengan tanam-tanaman dan telaga-telaga yang jernih airnya lagi menyegarkan, maukah kalian mengikutiku?' Mereka menjawab, 'Ya'." Ia melanjutkan kisahnya, bahwa lalu lelaki itu membawa mereka pergi menuju taman yang subur dan mempunyai mata air yang banyak lagi jernih. Maka mereka makan dan minum darinya sehingga tubuh mereka menjadi segar dan gemuk. Kemudian lelaki itu berkata kepada mereka, "Bukankah aku telah menepati janjiku dan kalian telah berjanji kepadaku bahwa jika aku menuntun kalian ke sebuah taman yang subur lagi mempunyai banyak mata air, maka kalian akan mengikutiku?" Mereka menjawab, "Benar." Lelaki itu berkata, "Maka sesungguhnya di depan kalian terdapat banyak taman yang lebih subur daripada ini dan memiliki banyak telaga yang lebih berlimpah airnya daripada telaga ini, maka ikutilah aku." Ia melanjutkan kisahnya, "Maka segolongan dari umatnya mengatakan, 'Dia benar, demi Allah, kita harus mengikutinya.' Dan segolongan lainnya mengatakan, 'Kami rela dengan ini dan kami akan menetapinya'."

قَالَ الْحَافِظُ أَبُو يُعْلَى الْمَوْصِلِيُّ: حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَشْعَرِيُّ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنِّي مُمْسِكٌ بِحَجْزِكُمْ: هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، هَلُمَّ عَنِ النَّارِ، وَتَغْلِبُونِي وَتُقَاحِمُونَ فِيهَا تَقَاحُم الْفَرَاشَ وَالْجَنَادِبِ، فَأُوشِكُ أَنْ أُرْسِلَ حَجْزَكُمْ وَأَنَا فَرَطكم عَلَى الْحَوْضِ، فَتَرِدُونَ عَلَيَّ مَعًا وَأَشْتَاتًا، أَعْرِفُكُمْ بِسِيمَاكُمْ وَأَسْمَائِكُمْ، كَمَا يَعْرِفُ الرَّجُلُ الْغَرِيبَ مِنَ الْإِبِلِ فِي إِبِلِهِ، فيُذْهَب بِكُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ، فَأُنَاشِدُ فِيكُمْ رَبَّ الْعَالَمِينَ: أَيْ رَبِّ، قومي، أي رب أمتي فَيُقَالُ: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ، إِنَّهُمْ كَانُوا يَمْشُونَ بَعْدَكَ الْقَهْقَرَى عَلَى أَعْقَابِهِمْ، فَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ شَاةً لَهَا ثُغَاءٌ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا. قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ بَعِيرَا لَهُ رُغَاء، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ. فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ (1) شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ فَرَسًا لَهَا حَمْحَمَةٌ، فَيُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ، فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا، قَدْ بَلَّغْتُ، وَلَأَعْرِفَنَّ أَحَدَكُمْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُ سِقَاءً مِنْ أُدْمٍ، يُنَادِي: يَا مُحَمَّدُ، يَا مُحَمَّدُ: فَأَقُولُ: لَا أَمْلِكُ لَكَ شَيْئًا قَدْ بَلَّغْتُ"

Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zuhair, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Humaid, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Umar ibnu Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya aku memegang kendali kalian agar menjauh dari neraka, tetapi kalian mengalahkan aku; kalian menyerbu neraka sebagaimana laron dan kupu-kupu (menyerbu cahaya lampu), sehingga hampir saja aku melepaskan kendali kalian. Dan aku adalah pendahulu kalian berada di pinggir telaga-(ku), lalu kalian datang kepadaku secara berbarengan dan berpencar-pencar. Aku mengenal kalian berikut dengan tanda-tanda dan nama-nama kalian, sebagaimana seseorang menge­nali ternak unta sesat yang bergabung ke dalam kumpulan ternaknya. Akan tetapi, kalian tidak terkendali lagi ada yang pergi ke arah kanan dan ada yang pergi ke arah kiri. Maka aku memohon kepada Tuhan semesta alam untuk kalian, "Wahai Tuhanku, kaumku, wahai Tuhanku, (selamatkanlah) umatku!" Maka dikatakan, "Hai Muhammad, sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sesudahmu. Sesungguhnya mereka sesudah kamu tiada berjalan mundur ke belakang tumit mereka.” Sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian datang pada hari kiamat dengan membawa seekor kambing yang mengembik seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka aku katakan, "Aku tidak mempunyai kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa unta yang mengeluarkan suara lenguhannya seraya berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun di hadapan Allah untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).” Dan sesungguhnya aku benar-benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa kuda yang meringkik, lalu ia berkata, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan.”Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun 'di hadapan Allah (untuk menolongmu), sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku)." Dan sesungguhnya aku benar­ benar mengenal seseorang di antara kalian yang datang pada hari kiamat dengan membawa dirigen air minum terbuat dari kulit seraya berseru, "Hai Muhammad, hai Muhammad, (tolonglah aku).” Maka kukatakan, "Aku tidak memiliki kekuasaan apa pun untuk menolongmu, sesungguhnya aku telah menyampaikan (risalahku).”

Ali ibnul Madini mengatakan bahwa sanad hadis ini tiada lain karena Hafs ibnu Humaid adalah seorang yang majhul (tidak dikenal), saya tidak mengetahui ada seseorang meriwayatkan darinya selain Ya'qub ibnu Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi.

Menurut saya, hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Asy'as ibni Ishaq dari dia (Hafs ibnu Humaid). Yahya ibnu Mu'in mengatakan sehubungan dengannya, bahwa dia adalah seorang saleh dan dinilai siqah oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Hibban.


وَإِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ عَنِ ٱلصِّرَٰطِ لَنَٰكِبُونَ 74

(74) Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus).

(74) 

Firman Allah Swt.:

وَإِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ عَنِ الصِّرَاطِ لَنَاكِبُونَ

Dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat benar-benar menyimpang dari jalan (yang lurus). (Al Mu’minun: 74)

Yakni benar-benar membelok, melampaui batas, dan menyimpang dari jalan yang lurus. Dikatakan oleh orang-orang Arab, "Nakaba Fulanun anit tariq (si Fulan menyimpang dari jalan yang semestinya)," yakni bila ia menyimpang darinya menuju ke jalur lain.

Firman Allah Swt.:

وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al Mu’minun: 75)

Allah Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembu­nyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang me­ngerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)

Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-lamanya.