23 - المؤمنون - Al-Muminoon

Juz : 18

The Believers
Meccan

وَلَوْ رَحِمْنَٰهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِم مِّن ضُرٍّۢ لَّلَجُّوا۟ فِى طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ 75

(75) Andaikata mereka Kami belas kasihani, dan Kami lenyapkan kemudharatan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka.

(75) 

Firman Allah Swt.:

وَلَوْ رَحِمْنَاهُمْ وَكَشَفْنَا مَا بِهِمْ مِنْ ضُرٍّ لَلَجُّوا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Andaikata Kami belas kasihani mereka, dan Kami lenyapkan kemudaratan yang mereka alami, benar-benar mereka akan terus menerus terombang-ambing dalam keterlaluan mereka. (Al Mu’minun: 75)

Allah Swt. menceritakan tentang kemilitanan mereka dalam kekafirannya, bahwa seandainya Allah melenyapkan mudarat yang menimpa mereka dan memberikan pengertian kepada mereka tentang Al-Qur'an, tentulah mereka tidak mau tunduk kepadanya dan tentulah mereka tetap berada dalam kekafiran, keingkaran, dan keterlaluan mereka. Seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَلَوْ عَلِمَ اللَّهُ فِيهِمْ خَيْرًا لأسْمَعَهُمْ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Kalau sekiranya Allah mengetahui kebaikan pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (Al-Anfal: 23)

Dan firman Allah Swt.:

وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ. بَلْ بَدَا لَهُمْ مَا كَانُوا يُخْفُونَ مِنْ قَبْلُ وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ. وَقَالُوا إِنْ هِيَ إِلا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا وَمَا نَحْنُ بِمَبْعُوثِينَ

Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman, "(tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan). Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembu­nyikannya. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang me­ngerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta. Dan tentu mereka akan mengatakan (pula), "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan.” (Al-An'am: 27-29)

Hal ini termasuk ke dalam ilmu Allah yang mengetahui segala sesuatu yang tidak akan terjadi, dan bagaimanakah akibatnya seandainya hal itu terjadi.

Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa setiap kalimat yang diawali dengan kata lau menunjukkan makna tidak akan terjadi selama-lamanya.


وَلَقَدْ أَخَذْنَٰهُم بِٱلْعَذَابِ فَمَا ٱسْتَكَانُوا۟ لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ 76

(76) Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.

(76) 

Firman Allah Swt.:

وَلَقَدْ أَخَذْنَاهُمْ بِالْعَذَابِ

Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka (Al Mu’minun: 76)

Maksudnya Kami telah menguji mereka dengan berbagai macam musibah dan bencana.

فَمَا اسْتَكَانُوا لِرَبِّهِمْ وَمَا يَتَضَرَّعُونَ

maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)

Maka hal itu tidak membuat mereka sadar dari kekafirannya dan sikap mereka yang menentang, bahkan mereka berkelanjutan dalam kesesatannya selama mereka berada. Dengan kata lain, mereka tidak pernah tunduk patuh.

وَمَا يَتَضَرَّعُونَ

dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)

Yakni tidak pernah berdoa (memohon) sebagaimana disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَلَوْلا إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras. (Al-An'am: 43), hingga akhir ayat.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Hamzah Al-Marwazi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Yazid An-Nahwi, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abu Sufyan datang kepada Rasulullah Saw., lalu berkata, "Hai Muhammad, saya memohon kepadamu demi Allah dan demi pertalian persaudaraan, sesungguhnya kami telah memakan 'alhaz (yakni bulu unta dan darah karena paceklik yang berkepanjangan)." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk. (Al Mu’minun: 76), hingga akhir ayat.

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai dari Muhammad ibnu Aqil, dari Ali ibnul Husain, dari ayahnya dengan sanad yang sama. Asal hadis berada pada kitab Sahihain, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah mendoakan kebinasaan atas kaum Quraisy ketika mereka membangkang yaitu:

"اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ"

Ya Allah, tolonglah aku dalam menghadapi mereka dengan (menimpakan) musim tujuh tahun paceklik seperti pacekliknya Nabi Yusuf (kepada mereka).

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnu Syabib, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ibrahim, dari Umar ibnu Kisan, telah menceritakan kepadaku Wahb ibnu Umar ibnu Kaisan yang mengatakan bahwa Wahb ibnu Munabbih pernah ditahan. Maka berkatalah seorang laki-laki dari kalangan anak-anaknya, "Maukah aku bangunkan sebuah tenda dari kain bulu, hai Abu Abdullah?" Ia menjawab bahwa dirinya sedang mengalami suatu jenis dari azab Allah, dan Allah telah berfirman: Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan me­rendahkan diri. (Al Mu’minun: 76)

Kemudian Wahb melakukan puasa tiga hari berturut-turut. Ketika dikatakan kepadanya, "Hai Abu Abdullah, puasa apakah yang kamu lakukan ini?" Ia menjawab, "Saya ditimpa suatu cobaan, maka saya melakukan sesuatu." Maksudnya, penjara telah menempatkan dirinya dalam posisi orang yang sedang diu i, maka ia menambahkan ibadahnya, yakni agar berbeda dengan sikap orang-orang kafir.


حَتَّىٰٓ إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِم بَابًۭا ذَا عَذَابٍۢ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ 77

(77) Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu tempat azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa.

(77) 

Firman Allah Swt.:

حَتَّى إِذَا فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَابًا ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ

Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa. (Al Mu’minun: 77)

Yakni manakala datang menimpa mereka perintah (azab) Allah dan kiamat datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, yang menyebabkan mereka mengalami azab Allah tanpa mereka duga-duga sebelumnya, tiba-tiba mereka merasa putus asa dari semua kebaikan dan putus harapan dari semua keadaan yang mengenakkan, serta terputuslah semua cita-cita dan harapan mereka.

Selanjutnya Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada semua hamba-Nya, bahwa Dia telah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi mereka; yang dengan kesemuanya itu mereka dapat mengingat segala sesuatu dan mengambil pelajaran dari semua yang ada di alam semesta berupa tanda-tanda yang menunjukkan keesaan Allah, dan bahwa Dialah yang melakukan segala sesuatunya.atas kehendak-Nya sendiri.


وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۚ قَلِيلًۭا مَّا تَشْكُرُونَ 78

(78) Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.

(78) 

Firman Allah Swt.:

قَلِيلا مَا تَشْكُرُونَ

Amat sedikitlah kalian bersyukur. (Al Mu’minun: 78)

Artinya alangkah sedikitnya syukur kalian kepada Allah atas semua nikmat yang dilimpahkan-Nya kepada kalian. Sama pengertiannya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:

وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 13)

Kemudian Allah Swt. menyebutkan tentang kekuasaan-Nya Yang Maha­besar dan pengaruh-Nya Yang Mahaperkasa terhadap makhluk-Nya, bahwa Dialah yang telah menciptakan mereka dan menyebarkan mereka ke segala penjuru dunia dengan berbagai macam bangsa, bahasa, dan sifat-sifat mereka. Kemudian pada hari kiamat Dia akan menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian dari mereka di suatu tempat yang telah dimaklumi pada hari yang tertentu. Maka tiada seorang pun dari mereka yang tertinggal, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang laki-laki maupun perempuan, baik yang terhormat maupun yang hina; semuanya dihidupkan kembali sebagaimana penciptaan semula. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:



وَهُوَ ٱلَّذِى ذَرَأَكُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ 79

(79) Dan Dialah yang menciptakan serta mengembang biakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nya-lah kamu akan dihimpunkan.

(79) 

اللَّهُ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَنْعَامَ لِتَرْكَبُوا مِنْهَا وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ

Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu, sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk kamu makan. (Al Mu’minun: 79)


وَهُوَ ٱلَّذِى يُحْىِۦ وَيُمِيتُ وَلَهُ ٱخْتِلَٰفُ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ 80

(80) Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?

(80) 

وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ

Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan. (Al-Mu’minun: 80)

Yaitu menghidupkan kembali tulang belulang mereka yang telah hancur dan mematikan semua umat.

وَلَهُ اخْتِلافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ

dan Dialah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. (Al-Mu’minun: 80)

Yakni berdasarkan perintah-Nyalah ditundukkan malam dan siang hari; masing-masing dari keduanya mengejar yang lainnya dengan cepat secara silih berganti, tidak pernah berhenti dan tidak pernah terpisah oleh suatu waktu pun yang menyela-nyelai keduanya. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. (Yasin: 4), hingga akhir ayat.

Adapun firman Allah Swt.:

أَفَلا تَعْقِلُونَ

Maka apakah kalian tidak memahaminya? (Al Mu’minun: 80)

Maksudnya apakah kalian tidak berakal yang menunjukkan kepada kalian akan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui yang mengalahkan segala sesuatu dan Mahaagung atas segala sesuatu, serta tunduk kepada-Nya segala sesuatu?

Kemudian Allah Swt. berfirman, menceritakan tentang orang-orang yang ingkar kepada hari berbangkit, yaitu orang-orang yang meniru sikap para pendahulu mereka yang mendustakannya:



بَلْ قَالُوا۟ مِثْلَ مَا قَالَ ٱلْأَوَّلُونَ 81

(81) Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala.

(81) 

بَلْ قَالُوا مِثْلَ مَا قَالَ الأوَّلُونَ

Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala. (Al Mu’minun: 81)

Yakni mereka menganggap mustahil terjadinya hari berbangkit itu sesudah tubuh mereka hancur. (Al Mu’minun: 81-82)



قَالُوٓا۟ أَءِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًۭا وَعِظَٰمًا أَءِنَّا لَمَبْعُوثُونَ 82

(82) Mereka berkata: "Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan?

(82) 

 قَالُوا أَئِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَعِظَامًا أَئِنَّا لَمَبْعُوثُونَ

Mereka berkata, "Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan? (Al Mu’minun: 82)

Yakni mereka menganggap mustahil terjadinya hari berbangkit itu sesudah tubuh mereka hancur. (Al Mu’minun: 81-82)



لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَءَابَآؤُنَا هَٰذَا مِن قَبْلُ إِنْ هَٰذَآ إِلَّآ أَسَٰطِيرُ ٱلْأَوَّلِينَ 83

(83) Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!".

(83) 

لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ

"Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi an­caman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang-orang dahulu kala.” (Al Mu’minun; 83)

Maksudnya, hari berbangkit itu suatu hal yang mustahil. Sesungguhnya orang yang memberitahukannya hanyalah menukil dari kitab-kitab terdahulu dan disebutkan bahwa berita itu ditentang oleh umat di masanya. Pengingkaran dan pendustaan terhadap hari berbangkit ini sama dengan yang ada di dalam firman-Nya yang menceritakan berita mereka:

أَئِذَا كُنَّا عِظَامًا نَخِرَةً. قَالُوا تِلْكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ. فَإِنَّمَا هِيَ زَجْرَةٌ وَاحِدَةٌ. فَإِذَا هُمْ بِالسَّاهِرَةِ

Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat? Mereka berkata, "Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.” Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi. (An-Nazi'at: 11-14)

Dan firman Allah Swt. yang mengatakan:

أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi musuh yang nyata? Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah, "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (Yasin: 77-79)


قُل لِّمَنِ ٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ 84

(84) Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"

(84) 

Allah Swt. menetapkan keesaan-Nya, bahwa Dialah Yang Menciptakan makhluk semuanya, Yang Mengaturnya, dan Yang Memilikinya. Hal itu untuk menunjukkan (kepada semua makhluk) bahwa sesungguhnya Dialah Allah Yang tidak ada Tuhan selain Dia, tiada yang berhak disembah selain Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Karena itulah Allah berfirman kepada Rasul-Nya supaya mengatakan kepada orang-orang musyrik yang menyembah tuhan-tuhan lain bersama Dia, lagi tidak mengakui Allah sebagai Tuhan mereka yang Esa, bahwa tiada sekutu bagi-Nya dalam peribadatan. Tetapi sekalipun demikian, mereka tetap mempersekutukan Allah dengan yang lain-Nya, mereka menyembah selain-Nya bersama dengan Dia, padahal mereka sendiri mengakui bahwa sembahan-sembahan yang mereka sembah itu tidak dapat menciptakan apa pun, tidak memiliki sesuatu pun, dan tidak dapat menekan sesuatu pun. Mereka menyembah berhala-berhala itu dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan diri mereka kepada Allah sedekat-dekatnya. Seperti yang disebutkan oleh firman Allah Swt. dalam ayat lain, menceritakan perkataan mereka, yaitu:

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

"Kami tidak menyembah mereka (berhala-berhala) melainkan . supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (Az-Zumar: 3)

Adapun firman Allah Swt.:

قُلْ لِمَنِ الأرْضُ وَمَنْ فِيهَا

Katakanlah, "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya?" (Al Mu’minun: 84)

Artinya, siapakah pemiliknya yang telah menciptakannya berikut dengan semua makhluk yang ada di dalamnya, berupa semua makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan makhluk-makhluk lainnya.

إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. سَيَقُولُونَ لِلَّهِ

Jika kalian mengetahui?” Mereka akan menjawab, "Ke­punyaan Allah." (Al Mu’minun: 84-85)

Yakni mereka mengaku kepadamu (Muhammad) bahwa semuanya adalah milik Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Apabila kenyataannya demikian,

قُلْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat?" (Al Mu’minun: 85)

Bahwa yang berhak disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi rezeki, bukan lain-Nya.

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?" (Al Mu’minun: 86)

Yaitu siapakah yang menciptakan alam langit berikut semua bintang cemerlang yang ada padanya, dan semua malaikat yang tunduk kepada-Nya yang berada di semua cakrawala langit dan semua penjurunya? Dan siapakah Yang memiliki 'Arasy yang besar itu? 'Arasy adalah atap semua makhluk, seperti yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"شَأْنُ اللَّهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ، إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سمواته هَكَذَا" وَأَشَارَ بِيَدِهِ مِثْلَ الْقُبَّةِ

Keadaan Allah Mahabesar dari semuanya, sesungguhnya 'Arasy Allah berada di atas semua langit-Nya seperti ini. Rasulullah Saw. mengatakan demikian seraya berisyarat dengan tangan­nya menggambarkan sesuatu seperti kubah.

Di dalam hadis yang lain disebutkan:

"ما السموات السَّبْعُ وَالْأَرَضُونَ السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، وَإِنَّ الْكُرْسِيَّ بِمَا فِيهِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي تِلْكَ الْفَلَاةِ"

Tiadalah tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya bila dibandingkan dengan Al-Kursi, melainkan seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir yang luas. Dan sesungguhnya Al-Kursi berikut segala sesuatu yang ada padanya bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah gelang yang berada di padang pasir tersebut.

Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa sesungguhnya jarak antara kedua sisi garis tengah 'Arasy dari satu sisi ke sisi yang lainnya sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun, dan ketinggiannya dari lapis bumi yang ketujuh sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesung­guhnya dinamakan 'Arasy tiada lain karena mengingat ketinggiannya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, bahwa sesungguhnya langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah pelita yang tergantung di antara langit dan bumi. Mujahid mengatakan, tiadalah langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy, melainkan seperti sebuah gelang yang berada di suatu padang pasir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Waki', telah men­ceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Ammar Az-Zahabi, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa 'Arasy itu tiada seorang pun yang dapat menaksir besarnya. Menurut riwayat yang lain, kecuali hanya Allah Swt. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah.

Dalam ayat berikut disebutkan oleh firman-Nya:

وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

dan Yang Empunya 'Arasy yang agung. (Al Mu’minun: 86)

Yaitu sangat besar.

Dan dalam akhir surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al Mu’minun: 116)

Yakni yang indah lagi megah. Dengan demikian, di dalam sifat 'Arasy tergabung pengertian luas, tinggi, indah, lagi megah. Karena itulah ada seseorang yang mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya di sisi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak ada siang, cahaya 'Arasy bersumber dari cahaya Zat-Nya.

*******************

Firman Allah Swt.:

سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (Al-Mu’minun: 87)

Yakni apabila kalian mengakui bahwa Dia adalah Pemilik langit dan Pemilik 'Arasy yang besar, maka mengapa kalian tidak takut kepada siksa-Nya dan tidak menghindari azab-Nya karena penyembahan kalian kepada selain-Nya di samping Dia dan kalian mempersekutukan-Nya dengan yang lain?

Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia Al-Qurasyi mengatakan di dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dahulu sering menceritakan kepada kami (para sahabat) kisah seorang wanita di masa Jahiliah yang berada di puncak bukit bersama seorang anak laki-lakinya yang sedang menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya bertanya kepadanya, "Hai ibu, siapakah yang menciptakanmu?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah."

Maka si anak berkata, "Sesungguhnya sekarang aku telah mendengar perihal tentang Allah." Lalu ia melemparkan dirinya dari ketinggian bukit itu, sehingga tubuhnya hancur.

Ibnu Umar mengatakan, "Dahulu Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini kepada kami."

Abdullah ibnu Dinar mengatakan, "Dahulu Ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami (para Tabi'in, pent.)."

Menurut saya, di dalam sanad kisah ini terdapat Ubaidillah ibnu Ja'far Al-Madini, putra Imam Ali ibnul Madini; para ahli hadis banyak yang memperbincangkan tentang predikatnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

*******************

قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ

Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu.” (Al Mu’minun: 88)

Maksudnya, siapakah yang memiliki semua kerajaan ini.

مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا

Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. (Hud: 56)

Yakni yang menguasainya.

Rasulullah Saw. pun sering mengatakan dalam sabdanya:

"لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ"، وَكَانَ إِذَا اجْتَهَدَ فِي الْيَمِينِ قَالَ: " لَا وَمُقَلِّبَ الْقُلُوبِ"

Tidak, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan (Kekuasaan)-Nya. Dan apabila Nabi Saw. bersungguh-sungguh dalam sumpahnya, beliau mengucapkan: Tidak, demi (Tuhan) Yang membolak-balikkan hati.

Allah Swt. adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Memiliki (Menguasai), Yang Maha Mengatur.

وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui. (Al Mu’minun: 88)

Dahulu di kalangan orang-orang Arab apabila seseorang dari pemimpin mereka memberikan suaka kepada seseorang, maka orang itu berada dalam lindungannya, tidak boleh ada seseorang yang melanggar perlin­dungannya dari kalangan kabilahnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya. (Al Mu’minun: 88) Yakni Dia adalah Tuhan Yang Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Milik-Nyalah semua makhluk dan perintah, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya yang tidak dapat dicegah dan tidak dapat ditentang. Apa yang Dia kehendaki, pasti ada; dan apa yang tidak Dia kehendaki, pasti tidak ada. Allah Swt. telah berfirman:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)

Artinya, tiada yang dapat menanyai apa yang diperbuat-Nya karena Keagungan, Kebesaran, Keperkasaan, Kemuliaan, Hikmah, dan Keadilan-Nya, sedangkan semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)

*******************

Adapun firman Allah Swt.:

سَيَقُولُونَ لِلَّهِ

Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” (Al Mu’minun: 89)

Yakni mereka mengakui bahwa Tuhan Yang Mahabesar yang mem­berikan perlindungan dan tidak ada yang dapat dilindungi dari azab-Nya adalah Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya.

قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ

Katakanlah, "(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kalian ditipu?” (Al Mu’minun: 89)

Maksudnya mengapa akal sehat kalian bisa hilang sehingga kalian menyembah selain-Nya bersama Dia, padahal kalian mengakui dan mengetahui bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah. Kemudian Allah Swt. berfirman:

بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ

Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka. (Al Mu’minun: 9)

Yakni maklumat yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali hanya Allah. Dan Kami telah menegakkan dalil-dalil yang sahih lagi jelas dan pasti yang menunjukkan ke arah itu.

وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ

dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (Al Mu’minun: 9)

Yaitu dalam penyembahan mereka yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, tiada dalil bagi mereka yang memperkuat perbuatan mereka itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: .

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al Mu’minun: 117)

Orang-orang musyrik melakukan hal tersebut tanpa suatu dalil pun yang mendorong mereka melakukan kebohongan dan kesesatannya. Sesungguhnya mereka melakukan hal tersebut hanyalah semata-mata mengikuti jejak nenek moyang mereka dan para pendahulu yang tidak punya pegangan lagi bodoh, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ

Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)


سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ 85

(85) Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"

(85) 

Yakni mereka mengaku kepadamu (Muhammad) bahwa semuanya adalah milik Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Apabila kenyataannya demikian,

قُلْ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak ingat?" (Al Mu’minun: 85)

Bahwa yang berhak disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Pencipta lagi Maha Pemberi rezeki, bukan lain-Nya.


قُلْ مَن رَّبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلسَّبْعِ وَرَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ 86

(86) Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

(86) 

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Katakanlah, "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arasy yang besar?" (Al Mu’minun: 86)

Yaitu siapakah yang menciptakan alam langit berikut semua bintang cemerlang yang ada padanya, dan semua malaikat yang tunduk kepada-Nya yang berada di semua cakrawala langit dan semua penjurunya? Dan siapakah Yang memiliki 'Arasy yang besar itu? 'Arasy adalah atap semua makhluk, seperti yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:

"شَأْنُ اللَّهِ أَعْظَمُ مِنْ ذَلِكَ، إِنَّ عَرْشَهُ عَلَى سمواته هَكَذَا" وَأَشَارَ بِيَدِهِ مِثْلَ الْقُبَّةِ

Keadaan Allah Mahabesar dari semuanya, sesungguhnya 'Arasy Allah berada di atas semua langit-Nya seperti ini. Rasulullah Saw. mengatakan demikian seraya berisyarat dengan tangan­nya menggambarkan sesuatu seperti kubah.

Di dalam hadis yang lain disebutkan:

"ما السموات السَّبْعُ وَالْأَرَضُونَ السَّبْعُ وَمَا فِيهِنَّ وَمَا بَيْنَهُنَّ فِي الْكُرْسِيِّ إِلَّا كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلَاةٍ، وَإِنَّ الْكُرْسِيَّ بِمَا فِيهِ بِالنِّسْبَةِ إِلَى الْعَرْشِ كَتِلْكَ الْحَلْقَةِ فِي تِلْكَ الْفَلَاةِ"

Tiadalah tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi beserta segala sesuatu yang ada pada keduanya bila dibandingkan dengan Al-Kursi, melainkan seperti sebuah gelang yang dilemparkan di sebuah padang pasir yang luas. Dan sesungguhnya Al-Kursi berikut segala sesuatu yang ada padanya bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah gelang yang berada di padang pasir tersebut.

Karena itulah sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa sesungguhnya jarak antara kedua sisi garis tengah 'Arasy dari satu sisi ke sisi yang lainnya sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun, dan ketinggiannya dari lapis bumi yang ketujuh sama dengan perjalanan lima puluh ribu tahun. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesung­guhnya dinamakan 'Arasy tiada lain karena mengingat ketinggiannya. Al-A'masy telah meriwayatkan dari Ka'bul Ahbar, bahwa sesungguhnya langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy sama dengan sebuah pelita yang tergantung di antara langit dan bumi. Mujahid mengatakan, tiadalah langit dan bumi bila dibandingkan dengan 'Arasy, melainkan seperti sebuah gelang yang berada di suatu padang pasir.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Ala ibnu Salim, telah menceritakan kepada kami Waki', telah men­ceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Ammar Az-Zahabi, dari Muslim Al-Batin, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa 'Arasy itu tiada seorang pun yang dapat menaksir besarnya. Menurut riwayat yang lain, kecuali hanya Allah Swt. Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah.

Dalam ayat berikut disebutkan oleh firman-Nya:

وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

dan Yang Empunya 'Arasy yang agung. (Al Mu’minun: 86)

Yaitu sangat besar.

Dan dalam akhir surat ini disebutkan oleh firman-Nya:

رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Tuhan (yang mempunyai) 'Arasy yang mulia. (Al Mu’minun: 116)

Yakni yang indah lagi megah. Dengan demikian, di dalam sifat 'Arasy tergabung pengertian luas, tinggi, indah, lagi megah. Karena itulah ada seseorang yang mengatakan bahwa 'Arasy itu terdiri atas yaqut merah. Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa sesungguhnya di sisi Tuhan kalian tidak ada malam dan tidak ada siang, cahaya 'Arasy bersumber dari cahaya Zat-Nya.


سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ 87

(87) Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

(87) 

Firman Allah Swt.:

سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ

Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (Al-Mu’minun: 87)

Yakni apabila kalian mengakui bahwa Dia adalah Pemilik langit dan Pemilik 'Arasy yang besar, maka mengapa kalian tidak takut kepada siksa-Nya dan tidak menghindari azab-Nya karena penyembahan kalian kepada selain-Nya di samping Dia dan kalian mempersekutukan-Nya dengan yang lain?

Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Muhammad ibnu Abud Dunia Al-Qurasyi mengatakan di dalam kitab At-Tafakkur wal I'tibar, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. dahulu sering menceritakan kepada kami (para sahabat) kisah seorang wanita di masa Jahiliah yang berada di puncak bukit bersama seorang anak laki-lakinya yang sedang menggembalakan ternak kambing. Maka anaknya bertanya kepadanya, "Hai ibu, siapakah yang menciptakanmu?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan langit" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah."

Maka si anak berkata, "Sesungguhnya sekarang aku telah mendengar perihal tentang Allah." Lalu ia melemparkan dirinya dari ketinggian bukit itu, sehingga tubuhnya hancur.

Ibnu Umar mengatakan, "Dahulu Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini kepada kami."

Abdullah ibnu Dinar mengatakan, "Dahulu Ibnu Umar sering menceritakan kisah ini kepada kami (para Tabi'in, pent.)."

Menurut saya, di dalam sanad kisah ini terdapat Ubaidillah ibnu Ja'far Al-Madini, putra Imam Ali ibnul Madini; para ahli hadis banyak yang memperbincangkan tentang predikatnya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.


قُلْ مَنۢ بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍۢ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ 88

(88) Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

(88) 

قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ

Katakanlah, "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu.” (Al Mu’minun: 88)

Maksudnya, siapakah yang memiliki semua kerajaan ini.

مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا

Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. (Hud: 56)

Yakni yang menguasainya.

Rasulullah Saw. pun sering mengatakan dalam sabdanya:

"لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ"، وَكَانَ إِذَا اجْتَهَدَ فِي الْيَمِينِ قَالَ: " لَا وَمُقَلِّبَ الْقُلُوبِ"

Tidak, demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan (Kekuasaan)-Nya. Dan apabila Nabi Saw. bersungguh-sungguh dalam sumpahnya, beliau mengucapkan: Tidak, demi (Tuhan) Yang membolak-balikkan hati.

Allah Swt. adalah Yang Maha Pencipta, Yang Maha Memiliki (Menguasai), Yang Maha Mengatur.

وَهُوَ يُجِيرُ وَلا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kalian mengetahui. (Al Mu’minun: 88)

Dahulu di kalangan orang-orang Arab apabila seseorang dari pemimpin mereka memberikan suaka kepada seseorang, maka orang itu berada dalam lindungannya, tidak boleh ada seseorang yang melanggar perlin­dungannya dari kalangan kabilahnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya. (Al Mu’minun: 88) Yakni Dia adalah Tuhan Yang Mahabesar, tiada yang lebih besar daripada-Nya. Milik-Nyalah semua makhluk dan perintah, tiada yang mempertanyakan tentang keputusan-Nya yang tidak dapat dicegah dan tidak dapat ditentang. Apa yang Dia kehendaki, pasti ada; dan apa yang tidak Dia kehendaki, pasti tidak ada. Allah Swt. telah berfirman:

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan merekalah yang akan ditanyai. (Al-Anbiya: 23)

Artinya, tiada yang dapat menanyai apa yang diperbuat-Nya karena Keagungan, Kebesaran, Keperkasaan, Kemuliaan, Hikmah, dan Keadilan-Nya, sedangkan semua makhluk akan ditanyai tentang amal perbuatan mereka. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. (Al-Hijr: 92-93)


سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ 89

(89) Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah". Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?"

(89) 

Adapun firman Allah Swt.:

سَيَقُولُونَ لِلَّهِ

Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” (Al Mu’minun: 89)

Yakni mereka mengakui bahwa Tuhan Yang Mahabesar yang mem­berikan perlindungan dan tidak ada yang dapat dilindungi dari azab-Nya adalah Allah Swt. semata, tiada sekutu bagi-Nya.

قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ

Katakanlah, "(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kalian ditipu?” (Al Mu’minun: 89)

Maksudnya mengapa akal sehat kalian bisa hilang sehingga kalian menyembah selain-Nya bersama Dia, padahal kalian mengakui dan mengetahui bahwa hanya Allah-lah yang patut disembah.