23 - المؤمنون - Al-Muminoon
The Believers
Meccan
بَلْ أَتَيْنَٰهُم بِٱلْحَقِّ وَإِنَّهُمْ لَكَٰذِبُونَ 90
(90) Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.
(90)
Kemudian Allah Swt. berfirman:
بَلْ أَتَيْنَاهُمْ بِالْحَقِّ
Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka. (Al Mu’minun: 9)
Yakni maklumat yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali hanya Allah. Dan Kami telah menegakkan dalil-dalil yang sahih lagi jelas dan pasti yang menunjukkan ke arah itu.
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta. (Al Mu’minun: 9)
Yaitu dalam penyembahan mereka yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, tiada dalil bagi mereka yang memperkuat perbuatan mereka itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam akhir surat ini melalui firman-Nya: .
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Dan barang siapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalil pun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung. (Al Mu’minun: 117)
Orang-orang musyrik melakukan hal tersebut tanpa suatu dalil pun yang mendorong mereka melakukan kebohongan dan kesesatannya. Sesungguhnya mereka melakukan hal tersebut hanyalah semata-mata mengikuti jejak nenek moyang mereka dan para pendahulu yang tidak punya pegangan lagi bodoh, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
إِنَّا وَجَدْنَا آبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آثَارِهِمْ مُقْتَدُونَ
Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Az-Zukhruf: 23)
مَا ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ مِن وَلَدٍۢ وَمَا كَانَ مَعَهُۥ مِنْ إِلَٰهٍ ۚ إِذًۭا لَّذَهَبَ كُلُّ إِلَٰهٍۭ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ 91
(91) Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,
(91)
Allah Swt. menyucikan diri-Nya dari beranak atau sekutu dalam kerajaan, kekuasaan, dan hak disembah. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya. Kalau ada tuhan beserta-Nya masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakan-Nya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. (Al Mu’minun: 91)
Yakni seandainya tuhan itu berbilang, tentulah masing-masing dari mereka membawa makhluk ciptaannya masing-masing, dan pastilah alam ini tidak dapat teratur lagi. Akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa alam wujud ini berada dalam satu tatanan dan teratur. Semuanya —mulai dari alam langit sampai alam bawah—sebagian darinya berkaitan dengan sebagian yang lain, terikat dalam suatu tatanan yang sangat sempurna.
مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ
Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. (Al-Mulk: 3)
Kemudian tentulah masing-masing dari tuhan-tuhan itu berupaya untuk mengalahkan yang lainnya dan berbeda dengannya, akhirnya sebagian dari mereka menguasai sebagian yang lainnya.
Ulama ahli Ilmu Kalam mengatakan bahwa hal seperti itu mustahil bagi Tuhan. Mereka mengemukakan suatu perumpamaan, bahwa seandainya ada dua pencipta lebih, lalu yang satu bermaksud menggerakkan tubuh yang diciptakannya, sedangkan yang lain bermaksud mendiamkannya, tentulah akan terjadi pertentangan sehingga tujuan masing-masing tidak tercapai, dan hal ini menunjukkan bahwa keduanya lemah (tidak mampu). Sedangkan sifat yang waj ib bagi Tuhan ialah tidak lemah (yakni berkuasa), dan tujuan dari keduanya itu tidak dapat bertemu karena bertentangan. Hal mustahil ini tidaklah terjadi melainkan berdasarkan hipotesis seandainya tuhan itu berbilang. Dengan demikian, tersimpulkan bahwa berbilangnya tuhan itu mustahil.
Adapun seandainya tujuan salah satunya dapat berhasil, sedangkan yang lainnya tidak, berarti yang menang adalah yang asli, sedangkan yang dikalahkan tidaklah pantas menyandang predikatnya, sebab sifat wajib baginya ialah hendaknya dia tidak terkalahkan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
وَلَعَلا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ
dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Mahasuci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu. (Al Mu’minun: 91)
Yakni dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim lagi kelewat batas itu yang mendakwakan bahwa Tuhan beranak atau bersekutu. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
Yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang nampak. (Al Mu’minun: 92)
Maksudnya, mengetahui semua yang gaib dari makhluk-Nya dan semua yang disaksikan oleh makhluk-Nya.
فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Al Mu’minun: 92)
Yakni Mahasuci, Mahatinggi, Mahaagung, dan Mahabesar dari semua yang dikatakan oleh orang-orang yang musyrik lagi ingkar itu.
عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ 92
(92) Yang mengetahui semua yang ghaib dan semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(92)
Yakni dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim lagi kelewat batas itu yang mendakwakan bahwa Tuhan beranak atau bersekutu. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
Yang mengetahui semua yang gaib dan semua yang nampak. (Al Mu’minun: 92)
Maksudnya, mengetahui semua yang gaib dari makhluk-Nya dan semua yang disaksikan oleh makhluk-Nya.
فَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ
maka Mahatinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (Al Mu’minun: 92)
Yakni Mahasuci, Mahatinggi, Mahaagung, dan Mahabesar dari semua yang dikatakan oleh orang-orang yang musyrik lagi ingkar itu.
قُل رَّبِّ إِمَّا تُرِيَنِّى مَا يُوعَدُونَ 93
(93) Katakanlah: "Ya Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka,
(93)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad Saw. agar mengucapkan doa berikut manakala pembalasan (azab) Allah diturunkan (kepada mereka);
رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ
Ya' Tuhanku, jika Engkau sungguh-sungguh hendak memperlihatkan kepadaku azab yang diancamkan kepada mereka. (Al-Mu’minun: 93)
Yakni jika Engkau menyiksa mereka, sedangkan aku menyaksikan hal tersebut, maka aku memohon kepada Engkau janganlah Engkau jadikan diriku berada di antara mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Turmuzi yang menilainya sahih, yaitu:
"وَإِذَا أَرَدْتَ بِقَوْمٍ فِتْنَةً فَتَوَفَّنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ"
Dan apabila Engkau hendak menimpakan fitnah kepada suatu kaum, maka wafatkanlah aku menghadap kepada-Mu dalam keadaan tidak terfitnah.
رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِى فِى ٱلْقَوْمِ ٱلظَّٰلِمِينَ 94
(94) ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim".
(94)
رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang zalim". (Al-Mu’minun: 94)
وَإِنَّا عَلَىٰٓ أَن نُّرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَٰدِرُونَ 95
(95) Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka.
(95)
Firman Allah Swt.:
وَإِنَّا عَلَى أَنْ نُرِيَكَ مَا نَعِدُهُمْ لَقَادِرُونَ
Dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa untuk memperlihatkan kepadamu apa yang Kami ancamkan kepada mereka. (Al Mu’minun: 95)
Yaitu seandainya Kami menghendaki, tentulah Kami dapat memperlihatkan kepadamu azab, pembalasan, dan mala petaka yang menimpa orang-orang musyrik itu.
Kemudian Allah Swt. memberikan petunjuk kepada Nabi Saw. tentang cara yang paling efektif dan metode yang sukses dalam bermasyarakat, yaitu berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk terhadap dirinya agar hatinya terpikat dan simpati, sehingga permusuhannya berganti menjadi persahabatan, dan kemarahannya berganti menjadi simpati.
ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ٱلسَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ 96
(96) Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.
(96)
Untuk itu Allah Swt. berfirman:
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. (Al Mu’minun: 96)
Hal ini sama dengan apa yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 34-35), hingga akhir ayat.
Yakni tiada orang yang dianugerahi pekerti atau sifat ini,
إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا
melainkan hanya kepada orang-orang yang sabar. (Fushshilat: 35)
dalam menghadapi gangguan manusia; mereka membalas manusia dengan kebaikan, sekalipun manusia memperlakukan mereka dengan perlakuan yang buruk
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fushshilat: 35)
Maksudnya, keberuntungan di dunia dan di akhirat.
وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَٰتِ ٱلشَّيَٰطِينِ 97
(97) Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan.
(97)
Firman Allah Swt.:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ
Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan.” (Al Mu’minun: 97)
Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Saw. agar memohon perlindungan kepada-Nya dari bisikan setan, karena sesungguhnya setan itu tidak dapat ditipu dan tidak mau mengikuti kebajikan. Dalam pembahasan ta'awwuz telah kami sebutkan bahwa Rasulullah Saw. sering mengucapkan doa berikut, yaitu:
"أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزه ونَفْخه ونَفْثه"
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, yaitu dari godaan, bisikan, dan tiupannya.
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ 98
(98) Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku".
(98)
Firman Allah Swt.:
وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ
Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku. (Al Mu’minun: 98)
Yaitu dalam sesuatu dari urusanku. Karena itulah Nabi Saw. memerintahkan agar selalu disebut nama Allah dalam permulaan semua urusan untuk mengusir setan, baik saat hendak makan, bersetubuh, menyembelih maupun urusan-urusan lainnya.
Imam Abu Daud telah meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkata dalam doanya:
"اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَرَم، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الهَدْم وَمِنَ الْغَرَقِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِيَ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ"
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari kepikunan, dan aku berlindung kepada Engkau dari keruntuhan dan tenggelam. Dan aku berlindung kepada Engkau agar terhindar dari rasukan (godaan) setan saat hendak mati.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ، أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ شعيب، عن أبيه، عَنْ جَدِّهِ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ يَقُولُهُنَّ عِنْدَ النَّوْمِ، مِنَ الْفَزَعِ: "بِسْمِ اللَّهِ، أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَعِقَابِهِ، وَمِنْ شَرِّ عِبَادِهِ، وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ" قَالَ: فَكَانَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَمْرٍو يُعَلِّمُهَا مَنْ بَلَغَ مِنْ وَلَدِهِ أَنْ يَقُولَهَا عِنْدَ نَوْمِهِ، وَمَنْ كَانَ مِنْهُمْ صَغِيرًا لَا يَعْقِلُ أَنْ يَحْفَظَهَا، كَتَبَهَا لَهُ، فَعَلَّقَهَا فِي عُنُقِهِ.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, dari Amr ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa dahulu Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kami beberapa kalimat (doa) yang diucapkan di saat menjelang tidur: Dengan nama Allah, aku berlindung (kepada Allah) dengan (membaca) kalimah-kalimah-(Nya) yang sempurna dari muka Allah, siksaan-Nya dan dari kejahatan hamba-hamba-Nya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kedatangan mereka kepadaku. Perawi mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar mengajarkan doa isti'azah tersebut kepada orang-orang yang telah balig dari anak-anaknya agar mereka mengucapkannya di kala menjelang tidur. Sedangkan anak-anaknya yang masih kecil dan masih belum dapat menghafalnya, maka Ibnu Amr menuliskan doa tersebut untuknya, lalu dikalungkan ke lehernya.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Muhammad ibnu Ishaq; Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ 99
(99) (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
(99)
Allah Swt. menceritakan tentang keadaan orang yang sedang menjelang kematiannya dari kalangan orang-orang kafir atau orang-orang yang melalaikan perintah Allah Swt. Diceritakan pula perkataan mereka saat itu dan permintaan mereka untuk dapat dikembalikan lagi ke dunia untuk memperbaiki apa yang telah dirusakkannya selama hidupnya. Karena itu, disebutkan dalam firman-Nya:
رَبِّ ارْجِعُونِ * لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلا
Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. (Al Mu’minun: 99-1)
Sama seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kalian. (Al-Munafiqun: 1)
sampai dengan firman-Nya:
وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Dan Allah Maha Mengenal apa yang kalian kerjakan. (Al-Munafiqun: 11)
Juga firman Allah Swt.:
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka. (Ibrahim: 44)
sampai dengan firman-Nya:
مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ
bahwa sekali-kali kalian tidak akan binasa. (Ibrahim: 44) Dan firman Allah Swt.:
يَوْمَ يَأْتِي تَأْوِيلُهُ يَقُولُ الَّذِينَ نَسُوهُ مِنْ قَبْلُ قَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ فَهَلْ لَنَا مِنْ شُفَعَاءَ فَيَشْفَعُوا لَنَا أَوْ نُرَدُّ فَنَعْمَلَ غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ
Pada hari datangnya kebenaran pemberitaan Al-Qur'an itu berkatalah orang-orang yang melupakannya sebelum itu, "Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami membawa yang hak, maka adakah bagi kami pemberi syafaat yang akan memberi syafaat bagi kami, atau dapatkah kami dikembalikan (ke 'dunia) sehingga kami dapat beramal yang lain dari yang pernah kami amalkan?" (Al-A'raf: 53)
وَلَوْ تَرَى إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Dan (alangkah ngerinya) jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya.(Mereka berkata), "Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (As-Sajdah: 12)
Juga firman Allah Swt.:
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.” (Al-An'am: 27)
hingga firman-Nya:
وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka. (Al-An'am: 28)
Dan firman Allah Swt.:
وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَى مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ
Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?” (Asy-Syura: 44)
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَى خُرُوجٍ مِنْ سَبِيلٍ
Mereka menjawab," Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?". (Al-Mu’min: 11) hingga akhir ayat berikutnya.
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan.” Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. (Fathir: 37)
Allah Swt. telah menceritakan bahwa orang-orang kafir itu meminta agar dikembalikan ke dunia, tetapi permintaan mereka tidak diperkenankan. Hal tersebut mereka ajukan saat menjelang kematian, pada hari berbangkit, dan di waktu mereka dihadapkan di depan peradilan Tuhan Yang Mahaperkasa. Permintaan yang sama dikemukakan pula oleh mereka saat neraka ditampilkan ke hadapan mereka, juga saat mereka mengalami siksaan neraka.
Firman Allah Swt. dalam ayat berikut ini menyebutkan:
كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.(Al-Mu’minun: 1)
Kalla adalah huruf tolakan dan bantahan, yang maksudnya ialah 'Kami tidak memperkenankan permintaannya dan tidak menerimanya.'
*******************
Firman Allah Swt.:
كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. (Al-Mu’minun: 1)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa kalimat tersebut pasti diucapkan oleh setiap orang zalim yang sedang menjelang kematiannya.
Kalimat ayat ini dapat ditakwilkan sebagai 'Illat dari firman-Nya yang mengatakan, "Kalla.” Karena permintaan kembali ke dunia untuk beramal saleh dari si kafir itu hanyalah ucapan saja yang tidak ada buktinya. Seandainya ia dikembalikan ke dunia, tentulah dia tidak akan mengamalkan perbuatan saleh yang diikrarkannya itu, dan pastilah ia dusta dengan apa yang diucapkannya itu. Seperti halnya yang diterangkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Sekiranya mereka dikembalikan (ke dunia), tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.(Al-An'am: 28)
Qatadah mengatakan, "Demi Allah, orang kafir (dalam keadaan seperti itu) berharap dapat dikembalikan ke dunia bukan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kaum kerabat, bukan pula untuk mengumpulkan harta benda, lalu memperturutkan hawa nafsunya; melainkan berharap dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Swt. Maka semoga Allah merahmati seseorang yang mengamalkan apa yang diharapkan oleh orang kafir sewaktu dia melihat azab neraka."
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (Al Mu’minun: 99-1) Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa lalu dijawab oleh Allah Yang Mahaperkasa melalui firman-Nya: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. (Al Mu’minun: 1)
Umar ibnu Abdullah maula Gafrah mengatakan bahwa apabila orang kafir mengatakan, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh." Maka Allah menjawab, "Tidak, sesungguhnya kamu dusta."
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka. (Al Mu’minun: 99) Al-Ala ibnu Ziyad pernah mengatakan, hendaknyalah seseorang di antara kalian menganggap dirinya sedang menjelang kematiannya, lalu menghadap kepada Tuhannya dan Tuhannya menanyainya, maka hendaklah seseorang beramal ketaatan kepada Allah Swt. Qatadah mengatakan, "Demi Allah, tiadalah berharap orang kafir itu melainkan ingin dikembalikan ke dunia, lalu akan mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Maka perhatikanlah oleh kalian harapan orang kafir itu kala melihat neraka; berharaplah kalian seperti itu dan kerjakanlah apa yang dicita-citakannya, tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah dan ketaatan) kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Lais, dari Talhah ibnu Masraf, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya, maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal saleh." Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup." Maka disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat karena kesakitan; semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan kalajengking-kalajengking mematukinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Tamam, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam; ular yang ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya bertemu di tengah-tengah tubuhnya. Yang demikian itu adalah azab di alam barzakh (kubur)nya." Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya: Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Mu’minun: 1)
Abu Saleh dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di hadapan mereka. (Al Mu’minun: 1) Makna asal wara' ialah belakang, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan.
Mujahid mengatakan bahwa alam barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka'b, barzakh adalah alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka.
Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di akhirat; mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
*******************
Di dalam firman Allah Swt.:
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ
Dan di hadapan mereka ada dinding. (Al-Mu’minun: 1)
terkandung ancaman ditujukan kepada orang-orang zalim yang sedang menjelang ajalnya, bahwa mereka akan mendapat azab di alam barzakhnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ
Di hadapan mereka neraka Jahannam. (Al-Jatsiyah: 1)
Dan firman Allah Swt.:
وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ
dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim: 17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
sampai hari mereka dibangkitkan. (Al Mu’minun: 1)
Yakni azab itu terus-menerus dialami oleh orang-orang kafir di alam barzakhnya sampai hari berbangkit, seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
"فَلَا يَزَالُ مُعَذَّبًا فِيهَا"
Maka dia terus-menerus disiksa di dalam kuburnya.
لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ 100
(100) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.
(100)
Firman Allah Swt. dalam ayat berikut ini menyebutkan:
كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.(Al-Mu’minun: 1)
Kalla adalah huruf tolakan dan bantahan, yang maksudnya ialah 'Kami tidak memperkenankan permintaannya dan tidak menerimanya.'
*******************
Firman Allah Swt.:
كَلا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. (Al-Mu’minun: 1)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa kalimat tersebut pasti diucapkan oleh setiap orang zalim yang sedang menjelang kematiannya.
Kalimat ayat ini dapat ditakwilkan sebagai 'Illat dari firman-Nya yang mengatakan, "Kalla.” Karena permintaan kembali ke dunia untuk beramal saleh dari si kafir itu hanyalah ucapan saja yang tidak ada buktinya. Seandainya ia dikembalikan ke dunia, tentulah dia tidak akan mengamalkan perbuatan saleh yang diikrarkannya itu, dan pastilah ia dusta dengan apa yang diucapkannya itu. Seperti halnya yang diterangkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ
Sekiranya mereka dikembalikan (ke dunia), tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.(Al-An'am: 28)
Qatadah mengatakan, "Demi Allah, orang kafir (dalam keadaan seperti itu) berharap dapat dikembalikan ke dunia bukan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kaum kerabat, bukan pula untuk mengumpulkan harta benda, lalu memperturutkan hawa nafsunya; melainkan berharap dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Swt. Maka semoga Allah merahmati seseorang yang mengamalkan apa yang diharapkan oleh orang kafir sewaktu dia melihat azab neraka."
Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah Swt.: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (Al Mu’minun: 99-1) Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi mengatakan bahwa lalu dijawab oleh Allah Yang Mahaperkasa melalui firman-Nya: Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. (Al Mu’minun: 1)
Umar ibnu Abdullah maula Gafrah mengatakan bahwa apabila orang kafir mengatakan, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh." Maka Allah menjawab, "Tidak, sesungguhnya kamu dusta."
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka. (Al Mu’minun: 99) Al-Ala ibnu Ziyad pernah mengatakan, hendaknyalah seseorang di antara kalian menganggap dirinya sedang menjelang kematiannya, lalu menghadap kepada Tuhannya dan Tuhannya menanyainya, maka hendaklah seseorang beramal ketaatan kepada Allah Swt. Qatadah mengatakan, "Demi Allah, tiadalah berharap orang kafir itu melainkan ingin dikembalikan ke dunia, lalu akan mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Maka perhatikanlah oleh kalian harapan orang kafir itu kala melihat neraka; berharaplah kalian seperti itu dan kerjakanlah apa yang dicita-citakannya, tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah dan ketaatan) kecuali hanya dengan pertolongan Allah." Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi
Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Lais, dari Talhah ibnu Masraf, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya, maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal saleh." Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup." Maka disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat karena kesakitan; semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan kalajengking-kalajengking mematukinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Tamam, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, "Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam; ular yang ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya bertemu di tengah-tengah tubuhnya. Yang demikian itu adalah azab di alam barzakh (kubur)nya." Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya: Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (Al-Mu’minun: 1)
Abu Saleh dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan di hadapan mereka. (Al Mu’minun: 1) Makna asal wara' ialah belakang, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan.
Mujahid mengatakan bahwa alam barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka'b, barzakh adalah alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka.
Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di akhirat; mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
*******************
Di dalam firman Allah Swt.:
وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ
Dan di hadapan mereka ada dinding. (Al-Mu’minun: 1)
terkandung ancaman ditujukan kepada orang-orang zalim yang sedang menjelang ajalnya, bahwa mereka akan mendapat azab di alam barzakhnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
مِنْ وَرَائِهِمْ جَهَنَّمُ
Di hadapan mereka neraka Jahannam. (Al-Jatsiyah: 1)
Dan firman Allah Swt.:
وَمِنْ وَرَائِهِ عَذَابٌ غَلِيظٌ
dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim: 17)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
sampai hari mereka dibangkitkan. (Al Mu’minun: 1)
Yakni azab itu terus-menerus dialami oleh orang-orang kafir di alam barzakhnya sampai hari berbangkit, seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
"فَلَا يَزَالُ مُعَذَّبًا فِيهَا"
Maka dia terus-menerus disiksa di dalam kuburnya.
فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍۢ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ 101
(101) Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
(101)
Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila sangkakala telah ditiup untuk tiupan berbangkit dan semua manusia bangun dari kuburnya,
فَلا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ
maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu. (Al Mu’minun: 11)
Yakni kaitan nasab tidaklah berguna pada hari itu, dan orang tua tidak dapat menangisi anaknya dan tidak pula menoleh kepadanya. Allah Swt. telah berfirman:
وَلا يَسْأَلُ حَمِيمٌ حَمِيمًا. يُبَصَّرُونَهُمْ
Dan tidak ada seorang teman akrab pun menanyakan temannya, sedangkan mereka saling melihat. (Al-Ma'arij: 1-11)
Artinya, seseorang tidak bertanya kepada kerabatnya, sedangkan ia melihatnya, sekalipun ia menanggung dosa-dosa yang tidak kuat disanggahnya. Padahal kerabatnya itu sewaktu di dunia merupakan orang yang paling di sayanginya, tetapi keadaan pada hari itu membuatnya tidak memperhatikannya, dan tidak membantu tanggungannya barang seberat sayap lalat pun. Allah Swt. telah berfirman:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ. وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ. وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, ibu dan bapaknya, dari istri dan anaknya. ('Abasa: 34-36)
Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa apabila hari kiamat telah terjadi, Allah menghimpunkan semua manusia yang terdahulu dan yang terkemudian, kemudian juru seru-Nya menyerukan, "Ingatlah, barang siapa yang mempunyai mazlamah (pernah dianiaya), maka datanglah dan ambillah haknya." Maka bergembiralah orang yang mempunyai hak pada orang tuanya atau anaknya, atau istrinya, sekalipun haknya itu kecil. Hal yang membenarkannya adalah firman Allah Swt. yang mengatakan: Apabila sangkakala ditiup, maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al Mu’minun: 11)
Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ -مَوْلَى بَنِي هَاشِمٍ-حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَتْنَا أُمُّ بَكْرٍ بِنْتُ المِسْوَر بْنِ مَخْرَمَة، عَنْ عُبَيْد اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ، عَنْ المِسْوَر -هُوَ ابْنُ مَخْرَمَة-رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَاطِمَةُ بَضْعَةٌ مِنِّي، يَقْبِضُني مَا يَقْبِضُهَا، ويَبْسُطني مَا يَبْسُطُهَا وَإِنَّ الْأَنْسَابَ تَنْقَطِعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غَيْرَ نَسَبِي وَسَبَبِي وَصِهْرِي"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id maula Bani Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Ummu Bakr binti Al-Miswar ibnu Makhramah, dari Ubaidillah ibnu Abu Rafi', dari Al-Miswar ibnu Makhramah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Fatimah adalah belahan jiwaku, segala sesuatu yang membuatnya marah membuatku marah (pula), dan segala sesuatu yang menyenangkannya membuatku senang (pula). Dan sesungguhnya nasab itu akan terputus kelak di hari kiamat kecuali nasab-ku, hubunganku, dan persemendaanku (hubungan kekerabatan karena nikah).
Hadis ini mempunyai pokoknya yang ada di dalam kitab Sahihain diriwayatkan melalui Al-Miswar ibnu Makhramah, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"فاطمة بضعة مني، يُرِيبُنِي مَا رَابَهَا، وَيُؤْذِينِي مَا آذَاهَا"
Fatimah adalah belahan jiwaku, semua hal yang menyedihkannya membuatku sedih (pula), dan sumua hal yang menyakitkan dia membuatku sakit (pula).
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ، حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ حَمْزَةَ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُولُ عَلَى هَذَا الْمِنْبَرِ: "مَا بَالُ رِجَالٍ يَقُولُونَ: إِنَّ رَحِمَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَنْفَعُ قَوْمَهُ؟ بَلَى، وَاللَّهِ إِنَّ رَحِمِي مَوْصُولَةٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَإِنِّي -أَيُّهَا النَّاسُ-فَرَطٌ لَكُمْ، إِذَا جِئْتُمْ" قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَا فُلَانُ بْنُ فُلَانٍ، [وَقَالَ أَخُوهُ: أَنَا فُلَانُ ابْنُ فُلَانٍ] فَأَقُولُ لَهُمْ: "أَمَّا النَّسَبُ فَقَدْ عَرَفْتُ، وَلَكِنَّكُمْ أَحْدَثْتُمْ بَعْدِي وَارْتَدَدْتُمُ الْقَهْقَرَى".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Hamzah ibnu Abu Sa’id Al-Khudri, dari ayahnya yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda di mimbarnya: "Apakah gerangan yang telah dilakukan oleh banyak kaum laki-laki, mereka mengatakan bahwa sesungguhnya pertalian persaudaraan Rasulullah Saw. tidak berguna bagi kaumnya. Tidak demi Allah, sesungguhnya pertalian persaudaraanku tetap terpelihara di dunia dan di akhirat. Dan sesungguhnya aku, hai manusia, adalah pendahulu bagi kalian bilamana kalian tiba (di negeri akhirat nanti).” Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, saya adalah si Fulan bin Fulan.”Maka aku katakan kepada mereka, "Adapun mengenai nasab (hubungan persaudaraan), maka aku telah mengetahuinya, tetapi kalian sesudahku telah berbuat bid'ah dan kalian berbalik mundur ke belakang.”
Dalam musnad Amirul Mukminin Umar ibnul Khattab telah kami sebutkan melalui berbagai jalur yang cukup banyak bersumber darinya, bahwa ketika ia mengawini Ummu Kalsum binti Ali ibnu Abu Talib r.a., berkatalah ia, "Demi Allah, perlu diketahui, bahwa tiada lain bagiku kecuali aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
"كُلُّ سبَبٍ ونَسب فَإِنَّهُ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، إِلَّا سَبَبِي وَنَسَبِي".
Semua hubungan dan kaitan nasab sungguh akan terputus kelak di hari kiamat kecuali hubungan dan nasabku'.”
Imam Tabrani, Imam Bazzar, Al-Haisam ibnul Kulaib, Imam Baihaqi, dan Al-Hafiz Ad-Diya di dalam kitab Al-Mukhtarah-nya telah meriwayatkan hadis ini. Disebutkan pula bahwa Khalifah Umar r.a. memberinya maskawin sebanyak empat puluh ribu dirham karena memuliakan dan menghormatinya.
Al-Hafiz Ibnu Asakir telah meriwayatkan di dalam biografi Abul As ibnur Rabi (suami Zainab binti Rasulullah Saw.) melalui jalur Abul Qasim Al-Bagawi, bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Umar ibnu Aqta', telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdus Salam, dari Ibrahim ibnu Yazid, dari Muhammad ibnu Abbad ibnu Ja'far; ia pernah mendengar Ibnu Umar mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda:
"كُلُّ نَسَبٍ وَصِهْرٍ يَنْقَطِعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا نَسَبِي وَصِهْرِي"
Semua hubungan nasab dan sihr (persaudaraan karena nikah) akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab dan sihr-ku.
Hadis ini telah diriwayatkan pula melalui jalur Ammar ibnu Saif, dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr secara marfu':
"سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ أَلَّا أَتَزَوَّجَ إِلَى أَحَدٍ مِنْ أُمَّتِي، وَلَا يَتَزَوَّجُ إِلَيَّ أَحَدٌ مِنْهُمْ، إِلَّا كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ، فَأَعْطَانِي ذَلِكَ"
Aku pernah memohon kepada Tuhanku Yang Maha Mulia lagi Mahaagung semoga tidak sekali-kali aku kawin dengan seseorang dari umatku, dan tidak sekali-kali seseorang dari mereka mengawini (keluarga)ku, melainkan ia akan ada bersama denganku di dalam surga. Maka Allah mengabulkan permintaanku itu.
Telah diriwayatkan pula hal ini melalui hadis Ammar ibnu Saif, dari Isma'il, dari Abdullah ibnu Amr.
*******************
Firman Allah Swt.:
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al Mu’minun: 12)
Yakni, barang siapa yang timbangan amal kebaikannya berat, sedangkan timbangan amal keburukannya ringan, walaupun hanya dengan satu kebaikan. Demikian menurut pendapat Ibnu Abbas.
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al Mu’minun: 12)
Yakni orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang selamat dari neraka dan masuk surga. Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berhasil meraih apa yang didambakannya dan selamat dari keburukan yang dihindarinya.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ
Dan barang siapa yang ringan timbangannya. (Al Mu’minun: 13)
Maksudnya, berat timbangan amal buruknya, sedangkan timbangan amal kebaikannya ringan.
فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ
maka mereka- itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri. (Al Mu’minun: 13)
Yaitu kecewa dan binasa serta kembali dengan membawa transaksi yang rugi.
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ المُحَبَّر، حَدَّثَنَا صَالِحٌ المُرِّيّ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني وَجَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ وَمَنْصُورِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَرْفَعُهُ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا مُوَكَّلًا بِالْمِيزَانِ، فَيُؤْتَى بِابْنِ آدَمَ، فَيُوقَفُ بَيْنَ كِفَّتَيِ الْمِيزَانِ، فَإِنْ ثَقُلَ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ: سَعِدَ فُلَانٌ سَعَادَةً لَا يَشْقَى بَعْدَهَا أَبَدًا، وَإِنْ خَفَّ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ: شَقِيَ فَلَانٌ شَقَاوَةً لَا يَسْعَدُ بَعْدَهَا أَبَدًا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Abul Haris, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Muhabbir, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Sabit Al-Bannani dan Ja'far ibnu Zaid serta Mansur ibnu Zazan, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kannya, "Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang ditugaskan untuk menjaga Mizan. Maka didatangkanlah anak Adam, lalu diberdirikan di antara salah satu dari kedua neracanya. Maka jika timbangan kebaikannya berat, malaikat itu berseru dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, bahwa si Fulan telah beroleh keberuntungan yang menyebabkan dia tidak akan sengsara selama-lamanya. Jika timbangan kebaikannya ringan, maka malaikat itu berseru dengan suara yang dapat terdengar oleh semua makhluk, bahwa sesungguhnya si Fulan telah celaka yang menyebabkannya tidak akan berbahagia selama-lamanya.
Akan tetapi, sanad hadis ini da'if. Karena sesungguhnya Daud ibnul Muhabbir orangnya daif lagi matruk (tidak terpakai hadisnya).
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
"فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ"
mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (Al Mu’minun: 13)
Yakni menetap di dalam neraka Jahannam untuk selama-lamanya dan tidak akan dikeluarkan darinya.
تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ
Muka mereka dibakar api neraka. (Al Mu’minun: 14)
Sama seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ
dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Ibrahim: 5)
Dan firman-Nya:
لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui ketika mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39)
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة بْنُ أَبِي الْمِغْرَاءِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلْمَانَ الْأَصْبَهَانِيُّ، عَنْ أَبِي سِنَان ضِرَار بْنِ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْهُذَيْلِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ جَهَنَّمَ لَمَّا سِيقَ [إِلَيْهَا] أَهْلُهَا يَلْقَاهُمْ لَهَبُهَا، ثُمَّ تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَلَمْ يَبْقَ لَحْمٌ إِلَّا سَقَطَ عَلَى الْعُرْقُوبِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman Al-Asbahani dari Abu Sinan alias Darrar ibnu Murrah dari Abdullah ibnu Abul Huzail dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya neraka Jahannam setelah digiring kepadanya calon penghuninya, maka Jahannam menyambut mereka dengan jilatan apinya. Kemudian jilatan apinya menerpa mereka sekali terpa, maka tiada yang tersisa dari daging mereka melainkan rontok sampai ke tumit.
قَالَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى الفَزَّاز، حَدَّثَنَا الْخَضِرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ يُونُسَ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَضِرِ القَطَّان، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ قَالَ: "تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَتَسِيلُ لُحُومُهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ"
Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya Al-Qazzaz, telah menceritakan kepada kami Al-Khadir ibnu Ali ibnu Yunus Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami 'Amr ibnu Abul Harits ibnul Khadir Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari dari saudaranya dari ayahnya dari Abu Darda r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. ketika menafsirkan firman-Nya: Muka mereka dibakar api neraka, (Al Mu’minun: 14) beliau bersabda: Api neraka Jahannam menerpa mereka sekali terpa, maka melelehlah daging mereka sampai ke tumit mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ
dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al Mu’minun: 14)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna kdlihun ialah masam (cemberut), yakni muka mereka cemberut.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Abi Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al Mu’minun: 14) Bahwa tidakkah engkau pernah melihat kepala yang dikuliti sehingga gigi-giginya kelihatan dan kedua bibirnya telah disayat dan dikuliti?
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: أَخْبَرْنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -هُوَ ابن المبارك، رحمه اللَّهُ-أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي السَّمْح، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْري، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ ، قَالَ: "تَشْويه النَّارُ فَتَقَلَّصُ شَفَتَهُ الْعُلْيَا حَتَّى تَبْلُغَ وَسَطَ رَأْسِهِ، وَتَسْتَرْخِيَ شَفَتَهُ السُّفْلَى حَتَّى تَضْرب سُرَّته".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abus Samah, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 14) Bahwa neraka telah membuatnya cacat sehingga bibir atasnya mengelotok sampai batas pertengahan kepalanya, sedangkan bibir bawahnya menjulur ke bawah sampai batas pusarnya.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Suwaid ibnu Nasr, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis hasan garib.
فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ 102
(102) Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan.
(102)
Firman Allah Swt.:
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Barang siapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al Mu’minun: 12)
Yakni, barang siapa yang timbangan amal kebaikannya berat, sedangkan timbangan amal keburukannya ringan, walaupun hanya dengan satu kebaikan. Demikian menurut pendapat Ibnu Abbas.
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Maka mereka itulah orang-orang yang mendapat keberuntungan. (Al Mu’minun: 12)
Yakni orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang selamat dari neraka dan masuk surga. Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang berhasil meraih apa yang didambakannya dan selamat dari keburukan yang dihindarinya.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُمْ فِى جَهَنَّمَ خَٰلِدُونَ 103
(103) Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.
(103)
Dan barang siapa yang ringan timbangannya. (Al Mu’minun: 13)
Maksudnya, berat timbangan amal buruknya, sedangkan timbangan amal kebaikannya ringan.
فَأُولَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ
maka mereka- itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri. (Al Mu’minun: 13)
Yaitu kecewa dan binasa serta kembali dengan membawa transaksi yang rugi.
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو بَكْرٍ الْبَزَّارُ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ المُحَبَّر، حَدَّثَنَا صَالِحٌ المُرِّيّ، عَنْ ثَابِتٍ البُناني وَجَعْفَرِ بْنِ زَيْدٍ وَمَنْصُورِ بْنِ زَاذَانَ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ يَرْفَعُهُ قَالَ: "إِنَّ لِلَّهِ مَلَكًا مُوَكَّلًا بِالْمِيزَانِ، فَيُؤْتَى بِابْنِ آدَمَ، فَيُوقَفُ بَيْنَ كِفَّتَيِ الْمِيزَانِ، فَإِنْ ثَقُلَ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ: سَعِدَ فُلَانٌ سَعَادَةً لَا يَشْقَى بَعْدَهَا أَبَدًا، وَإِنْ خَفَّ مِيزَانُهُ نَادَى مَلَكٌ بِصَوْتٍ يُسْمِعُ الْخَلَائِقَ: شَقِيَ فَلَانٌ شَقَاوَةً لَا يَسْعَدُ بَعْدَهَا أَبَدًا"
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isma'il ibnu Abul Haris, telah menceritakan kepada kami Daud ibnu Muhabbir, telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Murri, dari Sabit Al-Bannani dan Ja'far ibnu Zaid serta Mansur ibnu Zazan, dari Anas ibnu Malik yang me-rafa'-kannya, "Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat yang ditugaskan untuk menjaga Mizan. Maka didatangkanlah anak Adam, lalu diberdirikan di antara salah satu dari kedua neracanya. Maka jika timbangan kebaikannya berat, malaikat itu berseru dengan suara yang terdengar oleh semua makhluk, bahwa si Fulan telah beroleh keberuntungan yang menyebabkan dia tidak akan sengsara selama-lamanya. Jika timbangan kebaikannya ringan, maka malaikat itu berseru dengan suara yang dapat terdengar oleh semua makhluk, bahwa sesungguhnya si Fulan telah celaka yang menyebabkannya tidak akan berbahagia selama-lamanya.
Akan tetapi, sanad hadis ini da'if. Karena sesungguhnya Daud ibnul Muhabbir orangnya daif lagi matruk (tidak terpakai hadisnya).
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
"فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ"
mereka kekal di dalam neraka Jahannam. (Al Mu’minun: 13)
تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَٰلِحُونَ 104
(104) Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
(104)
dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Ibrahim: 5)
Dan firman-Nya:
لَوْ يَعْلَمُ الَّذِينَ كَفَرُوا حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَنْ وُجُوهِهِمُ النَّارَ وَلا عَنْ ظُهُورِهِمْ وَلا هُمْ يُنْصَرُونَ
Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui ketika mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka. (Al-Anbiya: 39)
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا فَرْوَة بْنُ أَبِي الْمِغْرَاءِ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلْمَانَ الْأَصْبَهَانِيُّ، عَنْ أَبِي سِنَان ضِرَار بْنِ مُرَّة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْهُذَيْلِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ جَهَنَّمَ لَمَّا سِيقَ [إِلَيْهَا] أَهْلُهَا يَلْقَاهُمْ لَهَبُهَا، ثُمَّ تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَلَمْ يَبْقَ لَحْمٌ إِلَّا سَقَطَ عَلَى الْعُرْقُوبِ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Farwah ibnu Abul Migra, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sulaiman Al-Asbahani dari Abu Sinan alias Darrar ibnu Murrah dari Abdullah ibnu Abul Huzail dari Abu Hurairah dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya neraka Jahannam setelah digiring kepadanya calon penghuninya, maka Jahannam menyambut mereka dengan jilatan apinya. Kemudian jilatan apinya menerpa mereka sekali terpa, maka tiada yang tersisa dari daging mereka melainkan rontok sampai ke tumit.
قَالَ ابْنُ مَرْدَوَيْهِ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى الفَزَّاز، حَدَّثَنَا الْخَضِرُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ يُونُسَ الْقَطَّانُ، حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ أَبِي الْحَارِثِ بْنِ الْخَضِرِ القَطَّان، حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيُّ، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ قَالَ: "تَلْفَحُهُمْ لَفْحَةً، فَتَسِيلُ لُحُومُهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ"
Ibnu Murdawaih mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya Al-Qazzaz, telah menceritakan kepada kami Al-Khadir ibnu Ali ibnu Yunus Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami 'Amr ibnu Abul Harits ibnul Khadir Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Sa'id Al-Maqbari dari saudaranya dari ayahnya dari Abu Darda r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. ketika menafsirkan firman-Nya: Muka mereka dibakar api neraka, (Al Mu’minun: 14) beliau bersabda: Api neraka Jahannam menerpa mereka sekali terpa, maka melelehlah daging mereka sampai ke tumit mereka.
*******************
Firman Allah Swt.:
وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ
dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al Mu’minun: 14)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna kdlihun ialah masam (cemberut), yakni muka mereka cemberut.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Abi Ishaq, dari Abul Ahwas, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al Mu’minun: 14) Bahwa tidakkah engkau pernah melihat kepala yang dikuliti sehingga gigi-giginya kelihatan dan kedua bibirnya telah disayat dan dikuliti?
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، رَحِمَهُ اللَّهُ: أَخْبَرْنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ -هُوَ ابن المبارك، رحمه اللَّهُ-أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ يَزِيدَ، عَنْ أَبِي السَّمْح، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْري، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ ، قَالَ: "تَشْويه النَّارُ فَتَقَلَّصُ شَفَتَهُ الْعُلْيَا حَتَّى تَبْلُغَ وَسَطَ رَأْسِهِ، وَتَسْتَرْخِيَ شَفَتَهُ السُّفْلَى حَتَّى تَضْرب سُرَّته".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Yazid, dari Abus Samah, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Nabi Saw. sehubungan dengan makna firman-Nya: dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat. (Al-Mu’minun: 14) Bahwa neraka telah membuatnya cacat sehingga bibir atasnya mengelotok sampai batas pertengahan kepalanya, sedangkan bibir bawahnya menjulur ke bawah sampai batas pusarnya.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Suwaid ibnu Nasr, dari Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis hasan garib.