39 - الزمر - Az-Zumar
The Groups
Meccan
وَتَرَى ٱلْمَلَٰٓئِكَةَ حَآفِّينَ مِنْ حَوْلِ ٱلْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ ۖ وَقُضِىَ بَيْنَهُم بِٱلْحَقِّ وَقِيلَ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ 75
(75) Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mmlaikat berlingkar di sekeliling 'Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
(75)
Setelah menyebutkan keputusan-Nya terhadap ahli surga dan ahli neraka, bahwa Dia telah menempatkan masing-masing orang di tempat yang layak baginya. Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil dan tidak pernah zalim dalam keputusan-Nya. Lalu Allah Swt. menceritakan perihal malaikat-malaikat-Nya, bahwa mereka melingkar di sekitar 'Arasy membentuk lingkaran di sekitar 'Arasy yang agung, seraya bertasbih dan memuji Tuhannya dan mengagungkan-Nya serta menyucikan-Nya dari segala bentuk kekurangan dan kezaliman. Sedangkan Allah saat itu telah menyelesaikan peradilan-Nya dan memutuskan perkara di antara hamba-hamba-Nya dengan adil. Karena itu, disebutkanlah oleh firman-Nya:
وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ
أَيْ: بَيْنَ الْخَلَائِقِبِالْحَقِّ
dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil. (Az-Zumar:75)
Yakni di antara semua makhluk dengan adil. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
dan diucapkan, Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Az-Zumar:75)
Yaitu semua alam, baik yang berbicara maupun yang tidak dapat berbicara, semuanya dapat berbicara mengungkapkan pujian mereka kepada Allah Tuhan seru sekalian alam atas keputusan dan keadilanNya. Karena itulah maka diungkapkan dengan kalimat pasif dan tidak disandarkan kepada seorang pun, bahkan dimutlakkan. Hal ini menunjukkan bahwa semua makhluk menyaksikan bahwa Allah berhak dipuji atas semuanya itu.
Qatadah mengatakan bahwa Allah Swt. memulai penciptaan-Nya dengan hamdalah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأرْضَ
Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi. (Al-An'am:1)
Dan mengakhirinya dengan pujian pula, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan, Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Az-Zumar:75)
40 - غافر - Al-Ghaafir
The Forgiver
Meccan
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
حمٓ 1
(1) Haa Miim.
(1)
Mengenai huruf-huruf hija’i yang mengawali surat-surat Al-Qur'an telah diterangkan dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini.
Menurut suatu pendapat, Ha-Mim adalah salah satu dari asma-asma Allah; mereka yang berpendapat demikian memperkuatnya dengan ucapan seorang penyair yang mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
يُذَكِّرُني حامِيمَ والرمحُ شَاجر ... فَهَلا تَلَا حَاميمَ قَبْل التَّقدُّمِ ...
Dia mengingatkanku kepada Ha Mim (Allah) saat tombak telah beradu, maka mengapa dia tidak membaca (mengingatkanku kepada) Ha Mim sebelum maju perang.
Disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi melalui Ats-Tsauri, dari Abu Ishaq, dari Al-Muhalkan ibnu Abu Safrah yang mengatakan bahwa dia pernah menceritakan kepadanya sabda Rasulullah Saw. berikut ini dari orang yang mendengarnya langsung dari beliau Saw., yaitu:
"إِنْ بَيَّتم اللَّيْلَةَ فَقُولُوا: حم، لَا يُنْصَرُونَ"
Jika kalian mau mengadakan serangan malam ini, katakanlah, "Ha Mim, semoga mereka tidak mendapat pertolongan.”
Sanad hadis ini berpredikat sahih.
Abu Ubaid memilih riwayat yang menyebutkan, "Ha Mim, maka mereka tidak akan menang." Yakni jika kalian mengucapkan, "Ha Mim," niscaya mereka tidak akan mendapat kemenangan. Dia menjadikan lafaz layunsarun sebagai jawab dari faqulu.
***********
Firman Allah Swt.:
تَنزيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-Mu’min: 2)
Yakni penurunan kitab Al-Qur'an ini adalah dari Allah Yang Mempunyai Keperkasaan dan Pengetahuan, Zat-Nya tidak dapat dijangkau, dan tiada suatu atom pun yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun hijab penghalangnya berlapis-lapis.
**************
Firman Allah Swt.:
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ
Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mu’min: 3)
Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
شَدِيدُ الْعِقَابِ
lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 3)
Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-5)
Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat dalam Al-Qur'an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan rasa harap dan takut kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
ذِي الطَّوْلِ
Yang mempunyai karunia. (Al-Mu’min: 3)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keluasan dan kecukupan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Yazid ibnul Asam mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai kebaikan yang banyak.
Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia. Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri salah satu pun darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18)
Adapun firman Allah Swt.:
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mu’min: 3)
Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia.
إِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3)
Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya (Ar-Ra'd:41)
Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq As-Subai'i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah Umar ibnul Khattab, lalu lelaki itu bertanya, "Hai Amirul Mu’minin, sesungguhnya aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?" Maka Umar r.a. membacakan firman-Nya: Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata kepadanya, "Beramallah, janganlah kamu berputus asa."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini, juga Ibnu Jarir, sedangkan teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh). Dia biasa menghadap kepada Khalifah Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan bin Anu?" Orang-orang menjawab, "Wahai Amirul Mu’minin, dia sekarang gemar minum-minuman ini (khamr)." Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya (sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, "Tulislah, dari Umar ibnul Khattab kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat serta sangat keras hukuman-Nya Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan." Setelah itu Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka, semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Ketika surat itu sampai kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca berulang-ulang, lalu berkata, "Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat, Yang sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku."
Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im melalui hadis Ja'far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu. Ketika beritanya sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, "Cara inilah yang harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia, teguhkanlah hatinya, dan mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus'ab ibnuz Zubair r.a. di daerah pedalaman Kufah. Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mu’min hingga sampai pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3). Tiba-tiba ada seorang lelaki di belakangku yang mengendarai bagal berbulu blonde dengan mengenakan pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan, "Yang Mengampuni dosa, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa, ampunilah bagiku dosa-dosaku.” Dan jika engkau katakan, "Yang Menerima tobat, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Menerima tobat, terimalah tobatku.” Dan jika engkau katakan, "Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku." Maka aku menoleh ke belakang, dan ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, "Apakah kalian melihat seorang lelaki yang mengenakan kain burdah yamani?" Mereka menjawab, "Kami tidak melihat seorang pun." Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas a.s.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
تَنزِيلُ ٱلْكِتَٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ 2
(2) Diturunkan Kitab ini (Al Quran) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui,
(2)
تَنزيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui. (Al-Mu’min: 2)
Yakni penurunan kitab Al-Qur'an ini adalah dari Allah Yang Mempunyai Keperkasaan dan Pengetahuan, Zat-Nya tidak dapat dijangkau, dan tiada suatu atom pun yang tersembunyi bagi-Nya, sekalipun hijab penghalangnya berlapis-lapis.
غَافِرِ ٱلذَّنۢبِ وَقَابِلِ ٱلتَّوْبِ شَدِيدِ ٱلْعِقَابِ ذِى ٱلطَّوْلِ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ إِلَيْهِ ٱلْمَصِيرُ 3
(3) Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk).
(3)
غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ
Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat. (Al-Mu’min: 3)
Yaitu Yang mengampuni dosa yang telah lalu dan menerima tobat di masa mendatang bagi orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
شَدِيدُ الْعِقَابِ
lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 3)
Yakni terhadap orang yang membangkang, melampaui batas, memilih kehidupan dunia, menentang perintah-perintah Allah, dan bersikap menantang. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الألِيمُ
Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih. (Al-Hijr: 49-5)
Kedua sifat ini sering disebutkan secara berbarengan dalam berbagai tempat dalam Al-Qur'an, dimaksudkan agar seseorang hamba selalu berada dalam keadaan rasa harap dan takut kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
ذِي الطَّوْلِ
Yang mempunyai karunia. (Al-Mu’min: 3)
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah Yang mempunyai keluasan dan kecukupan.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah.
Yazid ibnul Asam mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai kebaikan yang banyak.
Ikrimah mengatakan bahwa Dzit Thaul artinya Yang mempunyai karunia. Qatadah mengatakan, Yang mempunyai nikmat dan keutamaan-keutamaan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang melimpahkan karunia kepada hamba-hamba-Nya yang merasa tidak puas dengan semua karunia dan nikmat yang telah ada pada mereka, yang semuanya itu tidak akan mampu mereka mensyukuri salah satu pun darinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. (An-Nahl: 18)
Adapun firman Allah Swt.:
لَا إِلَهَ إِلا هُوَ
Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (Al-Mu’min: 3)
Yakni tiada tandingan bagi-Nya dalam semua sifat yang dimiliki-Nya. Maka tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan tiada Rabb selain Dia.
إِلَيْهِ الْمَصِيرُ
Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3)
Yaitu kepada-Nyalah semuanya dikembalikan, lalu Dia akan memberikan balasan kepada setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
وَهُوَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
dan Dialah Yang Mahacepat hisab(perhitungan)-Nya (Ar-Ra'd:41)
Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq As-Subai'i mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Khalifah Umar ibnul Khattab, lalu lelaki itu bertanya, "Hai Amirul Mu’minin, sesungguhnya aku pernah membunuh (orang), maka masih adakah tobat bagiku?" Maka Umar r.a. membacakan firman-Nya: Ha Mim. Diturunkan Kitab ini (Al-Qur'an) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mengetahui, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya. (Al-Mu’min: 1-3) Lalu Khalifah Umar berkata kepadanya, "Beramallah, janganlah kamu berputus asa."
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan atsar ini, juga Ibnu Jarir, sedangkan teksnya menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ayyub, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Barqan, dari Yazid Al-Asam yang telah menceritakan bahwa dahulu ada seorang lelaki penduduk negeri Syam yang mempunyai kekuatan (berpengaruh). Dia biasa menghadap kepada Khalifah Umar r.a. sebagai perutusan kaumnya. Maka pada suatu hari Khalifah Umar merasa kehilangan dia, lalu menanyakan tentangnya, "Apakah yang telah dilakukan oleh si Fulan bin Anu?" Orang-orang menjawab, "Wahai Amirul Mu’minin, dia sekarang gemar minum-minuman ini (khamr)." Maka Khalifah Umar memanggil juru tulisnya (sekretarisnya), lalu berkata kepadanya, "Tulislah, dari Umar ibnul Khattab kepada Fulan bin Anu. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, sesungguhnya aku memuji kepada Allah dalam surat yang ditujukan kepadamu ini, bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah, Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat serta sangat keras hukuman-Nya Yang Mempunyai karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, dan hanya kepada-Nyalah makhluk dikembalikan." Setelah itu Khalifah Umar menyerukan kepada teman-temannya agar mendoakan buat teman mereka, semoga ia sadar dan kembali bertobat kepada Allah. Ketika surat itu sampai kepada lelaki yang dimaksud, maka ia langsung membacanya dan ia baca berulang-ulang, lalu berkata, "Yang Mengampuni dosa, Yang Menerima tobat, Yang sangat keras hukuman-Nya. Umar telah memperingatkan diriku akan hukum-Nya dan dia menjanjikan bahwa Allah akan memberikan ampunan bagiku."
Atsar yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im melalui hadis Ja'far ibnu Barqan yang dalam riwayatnya ditambahkan bahwa lelaki itu setelah menerima surat terus-menerus mengoreksi dirinya hingga ia menangis, lalu menghentikan perbuatannya dan bersikap baik dalam tobatnya itu. Ketika beritanya sampai kepada Khalifah Umar r.a., maka Umar r.a. berkata, "Cara inilah yang harus kalian lakukan bila kalian melihat ada seseorang dari teman kalian yang terjerumus ke dalam kekeliruan. Maka luruskanlah dia, teguhkanlah hatinya, dan mohonkanlah kepada Allah semoga Dia menerima tobatnya, dan janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya."
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Waqid, telah menceritakan kepada kami Abu Umar As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Mus'ab ibnuz Zubair r.a. di daerah pedalaman Kufah. Lalu ia memasuki sebuah kebun dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Ia membuka salatnya dengan membaca surat Ha Mim Al-Mu’min hingga sampai pada firman-Nya: Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk). (Al-Mu’min: 3). Tiba-tiba ada seorang lelaki di belakangku yang mengendarai bagal berbulu blonde dengan mengenakan pakaian burdah yamani. Lelaki itu berkata: Jika engkau katakan, "Yang Mengampuni dosa, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Mengampuni dosa, ampunilah bagiku dosa-dosaku.” Dan jika engkau katakan, "Yang Menerima tobat, " maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang Menerima tobat, terimalah tobatku.” Dan jika engkau katakan, "Yang keras hukuman-Nya, maka katakanlah olehmu, "Ya Tuhan Yang keras hukuman-Nya, janganlah Engkau menghukumku." Maka aku menoleh ke belakang, dan ternyata aku tidak melihat seorang manusia pun, lalu aku keluar menuju ke pintu kebun itu dan bertanya, "Apakah kalian melihat seorang lelaki yang mengenakan kain burdah yamani?" Mereka menjawab, "Kami tidak melihat seorang pun." Maka mereka berpendapat bahwa lelaki tersebut adalah Nabi Ilyas a.s.
Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur lain dari Sabit dengan lafaz yang semisal, hanya dalam riwayatnya kali ini tidak disebutkan Nabi Ilyas a.s. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
مَا يُجَٰدِلُ فِىٓ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فَلَا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِى ٱلْبِلَٰدِ 4
(4) Tidak ada yang memperdebatkan tentang ayat-ayat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. Karena itu janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu.
(4)
Allah Swt. berfirman bahwa tiada yang menolak perkara hak dan berani membantahnya sesudah perkara hak itu jelas dan buktinya telah ada.
إِلا الَّذِينَ كَفَرُوا
kecuali orang-orang yang kafir. (Al-Mu’min:4)
Yakni orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, hujah, dan bukti-bukti-Nya.
فَلا يَغْرُرْكَ تَقَلُّبُهُمْ فِي الْبِلادِ
Karena itu, janganlah pulang balik mereka dengan bebas dari suatu kota ke kota yang lain memperdayakan kamu. (Al-Mu’min:4)
Maksudnya, janganlah kamu teperdaya dengan harta benda, kemewahan, dan perhiasan yang dimiliki orang-orang kafir itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلادِ. مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
Jangan sekali-kali kamu teperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (Ali Imran:196-197)
Dan Firman Allah Swt.:
نُمَتِّعُهُمْ قَلِيلا ثُمَّ نَضْطَرُّهُمْ إِلَى عَذَابٍ غَلِيظٍ
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman:24)
Kemudian Allah Swt. berfirman, menghibur hati Nabi-Nya yang menghadapi sikap kaumnya yang mendustakannya, bahwa bukan hanya dia sendiri yang mengalami nasib tersebut, para nabi sebelumnya pun mengalami hal yang sama. Kaum mereka masing-masing telah mendustakannya dan menentangnya, bahkan tidak ada yang beriman dari kalangan mereka, melainkan hanya sedikit. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ
Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul). (Al-Mu’min:5)
Nuh a.s. adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk melarang penyembahan terhadap berhala.
وَالأحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ
dan juga golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka. (Al-Mu’min:5)
dari kalangan tiap-tiap umat sesudah kaum Nuh.
وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ
dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya. (Al-Mu’min:5)
Maksudnya, mereka berusaha keras untuk dapat membunuh rasul mereka dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan, dan di antara mereka ada yang dapat membunuh rasul mereka.
وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ
dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran. (Al-Mu’min:5)
Yakni mereka melakukan bantahan terhadap perkara yang hak dengan perkara yang syubhat (batil) untuk melenyapkan perkara hak yang sudah jelas dan terang.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا عَارِمٌ أَبُو النعمان، حدثنا مُعْتَمِر ابن سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ حَنَش، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مِنْ أَعَانَ بَاطِلًا لِيَدْحَضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا، فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Arim Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw yang telah bersabda: Barang siapa yang membantu perkara-perkara yang batil untuk melenyapkan perkara yang hak, maka sesungguhnya dia telah terbebas dari jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya.
**************
Firman Allah Swt.:
فَأَخَذْتُهُمْ
Karena itu, Aku azab mereka. (Al-Mu’min:5)
Yakni Aku binasakan mereka karena mereka telah melakukan dosa-dosa yang besar-besar itu.
فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ
Maka betapa (pedihnya) azab-Ku. (Al-Mu’min:5)
Artinya, kamu akan mendengar bahwa azab-Ku dan pembalasan-Ku terhadap mereka sangat keras, lagi menyakitkan dan sangat pedih.
Qatadah mengatakan bahwa demi Allah azab Allah itu amat keras.
***********
Firman Allah Swt.:
وَكَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ
Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. (Al-Mu’min:6)
Yaitu sebagaimana telah ditetapkan perintah azab atas orang-orang kafir dari kalangan umat-umat terdahulu, telah ditetapkan pula hal yang sama atas orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu, hai Muhammad. Bahkan mereka lebih berhak dan lebih diprioritaskan untuk menerima azab keras dari Allah. Karena orang yang mendustakan engkau, maka tidak lagi ada harapan untuk dapat mempercayai selain engkau. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍۢ وَٱلْأَحْزَابُ مِنۢ بَعْدِهِمْ ۖ وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍۭ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ ۖ وَجَٰدَلُوا۟ بِٱلْبَٰطِلِ لِيُدْحِضُوا۟ بِهِ ٱلْحَقَّ فَأَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ 5
(5) Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?
(5)
كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ
Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul). (Al-Mu’min:5)
Nuh a.s. adalah rasul yang mula-mula diutus oleh Allah untuk melarang penyembahan terhadap berhala.
وَالأحْزَابُ مِنْ بَعْدِهِمْ
dan juga golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka. (Al-Mu’min:5)
dari kalangan tiap-tiap umat sesudah kaum Nuh.
وَهَمَّتْ كُلُّ أُمَّةٍ بِرَسُولِهِمْ لِيَأْخُذُوهُ
dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya. (Al-Mu’min:5)
Maksudnya, mereka berusaha keras untuk dapat membunuh rasul mereka dengan segala macam cara yang dapat mereka lakukan, dan di antara mereka ada yang dapat membunuh rasul mereka.
وَجَادَلُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ
dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran. (Al-Mu’min:5)
Yakni mereka melakukan bantahan terhadap perkara yang hak dengan perkara yang syubhat (batil) untuk melenyapkan perkara hak yang sudah jelas dan terang.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ، حَدَّثَنَا عَارِمٌ أَبُو النعمان، حدثنا مُعْتَمِر ابن سُلَيْمَانَ قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي يُحَدِّثُ عَنْ حَنَش، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مِنْ أَعَانَ بَاطِلًا لِيَدْحَضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا، فَقَدْ بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ اللَّهِ وَذِمَّةُ رَسُولِهِ
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Arim Abun Nu'man, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan hadis berikut dari Hanasy, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., dari Nabi Saw yang telah bersabda: Barang siapa yang membantu perkara-perkara yang batil untuk melenyapkan perkara yang hak, maka sesungguhnya dia telah terbebas dari jaminan Allah dan jaminan Rasul-Nya.
**************
Firman Allah Swt.:
فَأَخَذْتُهُمْ
Karena itu, Aku azab mereka. (Al-Mu’min:5)
Yakni Aku binasakan mereka karena mereka telah melakukan dosa-dosa yang besar-besar itu.
فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ
Maka betapa (pedihnya) azab-Ku. (Al-Mu’min:5)
Artinya, kamu akan mendengar bahwa azab-Ku dan pembalasan-Ku terhadap mereka sangat keras, lagi menyakitkan dan sangat pedih.
Qatadah mengatakan bahwa demi Allah azab Allah itu amat keras.
وَكَذَٰلِكَ حَقَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّهُمْ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ 6
(6) Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka.
(6)
وَكَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّهُمْ أَصْحَابُ النَّارِ
Dan demikianlah telah pasti berlaku ketetapan azab Tuhanmu terhadap orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka adalah penghuni neraka. (Al-Mu’min:6)
Yaitu sebagaimana telah ditetapkan perintah azab atas orang-orang kafir dari kalangan umat-umat terdahulu, telah ditetapkan pula hal yang sama atas orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu, hai Muhammad. Bahkan mereka lebih berhak dan lebih diprioritaskan untuk menerima azab keras dari Allah. Karena orang yang mendustakan engkau, maka tidak lagi ada harapan untuk dapat mempercayai selain engkau. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
ٱلَّذِينَ يَحْمِلُونَ ٱلْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُۥ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِۦ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍۢ رَّحْمَةًۭ وَعِلْمًۭا فَٱغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا۟ وَٱتَّبَعُوا۟ سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ ٱلْجَحِيمِ 7
(7) (Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,
(7)
Allah Swt. menceritakan tentang malaikat yang terdekat dengan-Nya dari kalangan malaikat pemikul 'Arasy, yang semuanya ada empat, juga para malaikat Karubiyyin yang ada di sekitarnya. Bahwa mereka selalu bertasbih dan memuji Tuhan mereka, yakni mereka membarengkan tasbih yang artinya menafikan segala kekurangan dari Allah Swt. dan tahmid (pujian) yang artinya mengukuhkan sifat-sifat yang terpuji bagi Allah Swt.
وَيُؤْمِنُونَ بِهِ
mereka beriman kepada-Nya. (Al-Mu’min: 7)
Yakni tunduk patuh kepada-Nya dengan rendah diri di hadapan-Nya, dan bahwa mereka:
يَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman. (Al-Mu’min: 7)
dari kalangan penduduk bumi, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib. Allah Swt. telah menugaskan kepada malaikat-malaikat yang terdekat agar mendoakan kaum mukmin tanpa sepengetahuan mereka. Mengingat hal ini merupakan watak dari para malaikat, maka mereka selalu mengamini doa seorang mukmin kepada saudara semukminnya tanpa sepengetahuannya. Seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui salah satu hadisnya yang mengatakan:
"إِذَا دَعَا الْمُسْلِمُ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلِهِ"
Apabila seorang muslim mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan yang bersangkutan, maka malaikat mengamininya dan mendoakan, "Semoga bagimu hal yang semisal."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ -هُوَ ابْنُ أَبِي شَيْبَةَ -حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ، عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ عُتْبَةَ، عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ [رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ] أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدّق أُمَيَّةَ فِي شَيْءٍ مِنْ شِعْرِهِ، فَقَالَ:
رَجُلٌ وَثَور تَحْتَ رِجْل يَمينه ... وَالنَّسْرُ للأخْرَى وَلَيْثٌ مُرْصَدُ ...
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ". فَقَالَ:
وَالشمس تَطلعُ كُلَّ آخِرِ لَيْلةٍ ... حَمْراءُ يُصْبحُ لَونُها يَتَوَرّدُ ...
تَأبَى فَما تَطلُع لَنَا فِي رِسْلها ... إِلَّا معَذّبَة وَإلا تُجْلدَ ...
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "صَدَقَ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad alias Ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Ya'qub ibnu Atabah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Umayyah ibnu Abu Silt telah berkata benar dalam suatu bait syairnya. Lalu Nabi Saw. mengucapkan: Zuhal bin Saur berada di bawah kaki kanan-Nya, dan pada kaki lainnya terdapat Nisr dan Lais yang berjaga-jaga. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Dia benar." Lalu berkatalah beliau: Matahari terbit di akhir setiap malam dalam keadaan merah yang warnanya seperti bunga mawar. Ia menolak, dan bila ia tidak terbit untuk kita sesudah malam hari, maka tiada lain ia akan disiksa atau didera. Maka Rasulullah Saw. bersabda, "Benarlah apa yang dikatakannya."
Sanad hadis ini jayyid (baik). Dan ini memberikan pengertian bahwa para pemikul 'Arasy pada hari ini ada empat malaikat; dan bila hari kiamat telah terjadi, maka mereka menjadi delapan malaikat. Sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya:
وَيَحْمِلُ عَرْشَ رَبِّكَ فَوْقَهُمْ يَوْمَئِذٍ ثَمَانِيَةٌ
Dan pada hari itu delapan malaikat menjunjung 'Arasy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haqqah: 17)
Dari sini timbul pertanyaan bagaimanakah cara menggabungkan di antara pengertian yang tersimpulkan dari ayat ini dan hadis ini serta hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ الْبَزَّارُ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ أَبِي ثَوْرٍ، عَنْ سِماك، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمِيرة ، عَنِ الْأَحْنَفِ بْنِ قيس، عن العباس بن عبد الْمُطَّلِبِ، قَالَ: كُنْتُ بِالْبَطْحَاءِ فِي عِصَابَةٍ فِيهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرَّتْ بِهِمْ سَحَابَةٌ، فَنَظَرَ إِلَيْهَا فَقَالَ: "مَا تُسَمَّوْنَ هَذِهِ؟ " قَالُوا: السَّحَابَ. قَالَ: "وَالْمُزْنَ؟ " قَالُوا: وَالْمُزْنَ. قَالَ: "والعَنَان؟ " قَالُوا: وَالْعَنَانَ -قَالَ أَبُو دَاوُدَ: وَلَمْ أُتْقِنِ الْعَنَانَ جَيِّدًا -قَالَ: "هَلْ تَدْرُونَ بُعْدَ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ؟ " قَالُوا: لَا نَدْرِي. قَالَ: "بُعد مَا بَيْنَهُمَا إِمَّا وَاحِدَةٌ، أَوِ اثْنَتَانِ، أَوْ ثَلَاثٌ وَسَبْعُونَ سَنَةً، ثُمَّ السماء فوقها كذلك" حتى عَدّ سبع سموات "ثُمَّ فَوْقَ السَّمَاءِ السَّابِعَةِ بَحْرٌ ، بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ فَوْقَ ذَلِكَ ثَمَانِيَةُ أوْعَال، بَيْنَ أَظْلَافِهِنَّ ورُكبهن مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ عَلَى ظُهُورِهِنَّ الْعَرْشُ بَيْنَ أَسْفَلِهِ وَأَعْلَاهُ مِثْلُ مَا بَيْنَ سَمَاءٍ إِلَى سَمَاءٍ، ثُمَّ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ، فَوْقَ ذَلِكَ"
Yaitu bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnus Sabbah Al-Bazzar, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Abu Saur, dari Sammak, dari Abdullah ibnu Umairah, dari Al-Ahnaf, dari Qais, dari Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib r.a. yang menceritakan bahwa ketika ia berada di Bat-hah bersama dengan sekumpulan orang yang di antaranya terdapat Rasulullah Saw. berlalulah di atas mereka sekumpulan awan. Maka Rasulullah Saw. memandang ke arahnya dan bertanya, "Bagaimanakah kalian menamakan ini?" Mereka menjawab, "Sahab (awan)." Nabi Saw. bersabda, "Muzn (awan yang mengandung air hujan)." Lalu mereka menyebutkan Muzn. Dan Nabi Saw. bersabda," 'Anan (mendung)." Mereka menyebutnya 'Anan pula. Abu Daud mengatakan bahwa ia tidak biasa menyebut 'Anan. Lalu Nabi Saw. bertanya, "Tahukah kalian, berapa jauhkah jarak antara bumi dan langit?" Mereka menjawab, "Kami tidak mengetahui." Nabi Saw. bersabda, "Jarak di antara keduanya adalah tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua atau tujuh puluh tahun. Kemudian di atas langit itu ada langit lagi hingga tujuh lapis langit. Di atas tujuh lapis langit terdapat lautan yang antara dasar dan permukaannya sama dengan jarak antara suatu langit ke langit yang di atasnya. Kemudian di atas semuanya itu terdapat delapan ekor kambing gunung, yang jarak di antara kuku dan punggungnya sama dengan jarak antara satu langit ke langit yang lainnya. Kemudian di atas punggung delapan ekor kambing gunung itu terdapat 'Arasy yang jarak antara bagian bawahnya sampai bagian atasnya sama dengan jarak antara suatu langit ke langit yang lain. Kemudian di atas semuanya itu adalah Allah Swt."
Kemudian Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Ibnu Majah meriwayatkannya melalui Sammak ibnu Harb dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Ini menunjukkan bahwa malaikat penjunjung 'Arasy semuanya ada delapan, seperti yang dikatakan oleh Syahr ibnu Hausyab, bahwa para malaikat pemikul 'Arasy ada delapan; empat malaikat di antaranya selalu mengucapkan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepadaMu, bagi-Mu segala puji atas sifat Penyantun-Mu sesudah sifat 'ilmu-Mu." Dan empat malaikat lainnya selalu mengucapkan, "Mahasuci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada-Mu, bagi-Mu segala puji atas sifat Pemaaf-Mu yang dibarengi dengan sifat Kuasa-Mu."
Karena itulah apabila mereka memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman, mereka mengucapkan:
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا
Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu. (Al-Mu’min: 7)
Yakni rahmat-Mu memuat semua dosa dan kesalahan mereka, dan ilmuMu meliputi semua perbuatan, ucapan, gerakan, dan diamnya mereka.
فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ
maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau. (Al-Mu’min: 7)
Maksudnya, maafkanlah orang-orang yang berdosa bila mereka bertobat dan kembali taat kepada-Mu serta menghentikan perbuatan dosanya, dan mengikuti apa yang telah Engkau perintahkan kepada mereka, yaitu mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ
dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang bernyala-nyala. (Al-Mu’min: 7)
Yakni jauhkanlah mereka dari azab neraka Jahim yang sangat pedih lagi sangat menyakitkan itu.
رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ
Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka dan keturunan mereka semua. (Al-Mu’min: 8)
Artinya, kumpulkanlah mereka dengan orang-orang tersebut agar mereka senang karena berkumpul dengan keluarganya di tempat-tempat yang bersebelahan. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. (At-Thur: 21)
Yaitu Kami samakan di antara mereka dalam tempat tinggal agar hati mereka senang, tanpa Kami kurangi pahala orang yang banyak amalnya dengan pahala orang yang sedikit amalnya agar menjadi sama. Tetapi Kami tambahkan kepada orang yang sedikit amalnya sehingga menjadi sama dengan orang yang banyak amalnya dari kalangan mereka; maka meratalah pahala amal mereka; hal ini sebagai karunia dan kemurahan dari Kami.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa sesungguhnya seorang mukmin itu apabila masuk surga, maka ia menanyakan tentang kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya, di manakah mereka berada. Maka dikatakan kepadanya, bahwa sesungguhnya mereka tidak setingkat denganmu dalam amalannya. Maka berkatalah ia, "Sesungguhnya aku beramal untuk diriku dan untuk mereka." Maka digabungkanlah mereka dengannya dalam tingkatan yang sama. Kemudian Sa'id ibnu Jubair membaca ayat ini, yaitu firman Allah Swt.: Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Mu’min: 8)
Mutarrif ibnu Abdullah ibnusy Syikhkhir telah mengatakan bahwa hamba Allah yang paling mengharapkan kebaikan bagi orang-orang mukmin adalah para malaikat, kemudian dia membaca ayat ini: Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka. (Al-Mu’min: 8) Dan di antara hamba-hamba-Nya yang paling memperdayai orang-orang mukmin adalah setan.
***********
Firman Allah Swt.:
إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Mu’min: 8)
Yakni Yang tidak dapat dihalangi dan Yang tidak dapat dikalahkan; apa saja yang dikehendaki-Nya pasti ada, dan apa saja yang tidak dikehendaki-Nya pasti tiada. Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatanNya, yakni dalam semua syariat dan takdir-Nya.
وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ
dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. (Al-Mu’min: 9)
Yaitu dari perbuatan jahat atau dari balasan kejahatan yang dilakukannya.
وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ
أَيْ: يَوْمَ الْقِيَامَةِفَقَدْ رَحِمْتَهُ
Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu (hari kiamat), maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya. (Al-Mu’min: 9)
Yakni Engkau telah belas kasihan kepadanya dan Engkau selamatkan dia dari hukuman.
وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
dan itulah kemenangan yang besar. (Al-Mu’min: 9)