38 - ص - Saad

Juz : 23

The letter Saad
Meccan

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

صٓ ۚ وَٱلْقُرْءَانِ ذِى ٱلذِّكْرِ 1

(1) Shaad, demi Al Quran yang mempunyai keagungan.

(1) 

Penjelasan mengenai huruf-huruf hijaiah ini telah disebutkan di dalam permulaan tafsir surat Al-Baqarah dengan keterangan yang sudah cukup hingga tidak perlu diulangi lagi di sini.

Firman Allah Swt.:

وَالْقُرْآنِ ذِي الذِّكْرِ

demi Al-Qur'an yang mempunyai keagungan. (Shad: l)

Yakni Al-Qur'an yang mengandung peringatan bagi hamba-hamba-Nya dan manfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di hari kemudian nanti.

Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud sama dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:

لَقَدْ أَنزلْنَا إِلَيْكُمْ كِتَابًا فِيهِ ذِكْرُكُمْ

Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. (Al-Anbiya: 1)

Yaitu peringatan bagi kalian.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dan dipilih oleh Ibnu Jarir.

Ibnu Abbas r.a., Sa'id ibnu Jubair, Ismail ibnu Abu Khalid, Ibnu Uyaynah, Abu Husain, Abu Saleh, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya, "Ziz zikr" bahwa makna yang dimaksud ialah yang mempunyai keagungan, kemuliaan, dan kehormatan.

Tidak ada pertentangan di antara kedua pendapat tersebut, karena memang sesungguhnya Al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia yang di dalamnya terkandung peringatan, alasan, dan pelajaran.

Para ulama tafsir berbeda pendapat sehubungan dengan jawab dari qasam-nya; sebagian di antara mereka mengatakan bahwa jawab qasam-nya adalah firman Allah Swt.:

إِنْ كُلٌّ إِلا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ

Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku. (Shad: 14)

Menurut pendapat lain, jawab qasam-nya adalah firman Allah Swt.:

إِنَّ ذَلِكَ لَحَقٌّ تَخَاصُمُ أَهْلِ النَّارِ

Sesungguhnya yang demikian itu pasti terjadi, (yaitu) pertengkaran penghuni neraka. (Shad: 64)

Kedua pendapat ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dan pendapat yang kedua ini jauh dari kebenaran, dan dinilai da’if oIeh Ibnu jarir.

Qatadah mengatakan bahwa jawab qasam-nya ialah:


بَلِ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى عِزَّةٍۢ وَشِقَاقٍۢ 2

(2) Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit.

(2) 

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ

Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2)

Ibnu Jarir memillih pendapat ini.

Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkan dari sebagian ahli bahasa yang telah mengatakan sehubungan dengan jawab qasam ini, bahwa jawab-nya adalah Shad yang artinya benar lagi hak.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, jawab-nya adalah apa yang terkandung di dalam surat ini secara keseluruhan; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Firman Allah Swt.:

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ

Sebenarnya orang-orang kafir itu (berada) dalam kesombongan dan permusuhan yang sengit. (Shad: 2)

Yakni sesungguhnya Al-Our'an ini benar-benar merupakan peringatan bagi orang yang mau menerima peringatan dan menjadi pelajaran bagi orang yang mau menjadikannya sebagai pelajaran; dan sesungguhnya yang tidak mau mengambil manfaat dari Al-Qur'an itu hanyalah orang-orang kafir, karena sesungguhnya mereka selalu berada di dalam kesombongan, yakni sombong tidak mau menerimanya; dan lagi mereka berada dalam permusuhan yang sengit, yakni sangat menentang, mengingkari dan memusuhinya.

Kemudian Allah Swt. mempertakuti mereka dengan apa yang telah Dia lakukan terhadap umat-umat terdahulu sebelum mereka yang mendustakan rasul-rasul-Nya. Allah telah membinasakan mereka disebabkan mereka menentang para rasul dan mendustakan kitab-kitab yang diturunkan dari langit. Untuk itu Allah Swt. berfirman:



كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍۢ فَنَادَوا۟ وَّلَاتَ حِينَ مَنَاصٍۢ 3

(3) Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, lalu mereka meminta tolong padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri.

(3) 

كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ

Betapa banyaknya umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan (Shad: 3)

Maksudnya, umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.

فَنَادَوْا

lalu mereka meminta tolong (Shad: 3)

Yaitu pada saat azab datang menimpa mereka, mereka meminta tolong dan menyeru kepada Allah Swt. Tetapi hal itu tidak memberi faedah apa pun bagi mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَلَمَّا أَحَسُّوا بَأْسَنَا إِذَا هُمْ مِنْهَا يَرْكُضُونَ

Maka tatkala mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka lari tergesa-gesa darinya. (Al-Anbiya: 12)

Yakni melarikan diri dari azab itu.

لَا تَرْكُضُوا وَارْجِعُوا إِلَى مَا أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَاكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْأَلُونَ

Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada nikmat yang telah kamu rasakan dan kepada tempat-tempat kediamanmu (yang baik), supaya kamu ditanya (Al-Anbiya: 13)

Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Abu Ishaq, dari At-Tamimi yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Abbas r.a. tentang makna firman-Nya: lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yakni bukan saatnya berseru meminta tolong, bukan pula saatnya melarikan diri dari azab.

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah bukan saatnya meminta tolong.

Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa mereka berseru meminta tolong di saat tiada gunanya lagi meminta tolong, lalu ia mengutip ucapan penyair, "Laila ingat di saat tiada lagi gunanya mengingat."

Muhammad ibnu Ka'b telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Mereka menyerukan kalimah tauhid saat dunia berpaling dari mereka dan bertekad untuk bertobat saat dunia berpaling dari mereka.

Qatadah mengatakan bahwa ketika mereka menyaksikan datangnya azab, tergeraklah mereka untuk bertobat, tetapi bukan pada saatnya untuk berseru meminta pertolongan.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Lalu mereka meminta tolong, padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3) Yaitu bukan saatnya, untuk melarikan diri, bukan pula saatnya tobat diperkenankan.

Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abu Malik, Ad-Dahhak, Zaid ibnu Aslam, Al-Hasan, dan Qatadah.

Telah diriwayatkan pula dari Malik, dari Zaid ibnu Aslam tentang makna firman-Nya: padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melarikan diri. (§ad:3) Yakni meminta pertolongan di saat bukan waktunya meminta tolong.

Lafaz lata ini terdiri dari la nafi, lalu ditambahkan huruf ta, sebagaimana huruf ta, ditambahkan pada lafaz summa. Mereka mengatakan summata, dan ditambahkan pula pada rubba sehinggga menjadi rubbata: huruf ta ini bukan dari asalnya, dan boleh dilakukan waqaf terhadapnya. Di antara mereka ada yang meriwayatkan dari Mushaf Al-Imam (yakni Mushaf Usmani) menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Jarir, bahwa huruf ta ini bersatu dengan hina, sehingga tulisannya menjadi seperti berikut:

وَلَا تَحِينَ مَنَاصٍ

padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk melepaskan diri (Shad: 3)

Tetapi pendapat yang terkenal adalah yang pertama. Kemudian jumhur "ulama membaca nasab pada lafaz hina, yang arti panjangnya adalah "padahal saat itu bukanlah saat untuk melepaskan diri".

Di antara mereka ada yang membolehkan nasab berdasarkan dalil syair yang mengatakan:

تَذَكَّر حُب لَيْلَى لاتَ حِينَا ... وأَضْحَى الشَّيْبُ قَدْ قَطَع القَرينا

Engkau teringat akan cinta Laila, padahal bukan saatnya untuk bercinta, dan uban (usia tua) telah menjadi pemutus hubungan.

Di antara mereka ada yang membolehkannya dibaca jar berdasarkan dalil syair yang mengatakan:

طَلَبُوا صُلْحَنَا ولاتَ أوانٍ ... فأجَبْنَا أن ليس حينُ بقاءِ

Mereka meminta perdamaian dengan kami, padahal sudah bukan masanya lagi perdamaian. Maka kami jawab, bahwa tiada waktu lagi untuk melestarikan perdamaian.

Sebagian ulama mengatakan, "Padahal sudah bukan saatnya bagi penyesalan" (nasi telah menjadi bubur); dengan men-jar-kan lafaz As­ sa'ah. Ahli bahasa mengatakan An-Naus artinya terlambat, dan Al-bus maju. Disebutkan oleh firman-Nya:

وَلاتَ حِينَ مَنَاصٍ

padahal (waktu itu) bukanlah saat untuk lari melepaskan diri. (Shad: 3)

Yakni waktu itu bukanlah lagi saatnya melarikan diri dari azab.


وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌۭ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٌۭ كَذَّابٌ 4

(4) Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta".

(4) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang merasa heran dengan diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَبًا أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِنْهُمْ أَنْ أَنْذِرِ النَّاسَ وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِنْدَ رَبِّهِمْ قَالَ الْكَافِرُونَ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ مُبِينٌ

Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka, "Berilah peringatan kepada menusia dan gembirakanlah orang-orang beriman, bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka.” Orang-orang kafir berkata, "Sesungguhnya orang ini (Muhammad) benar-benar adalah tukang sihir yang nyata.” (Yunus: 2)

Adapun firman Allah Swt.:

وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka (Shad: 4)

Yakni manusia sama dengan mereka. Dan orang-orang kafir berkata:

وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ 

Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta. (Shad: 4)






أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌۭ 5

(5) Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.

(5) 

 أَجَعَلَ الآلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا

Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? (Shad: 5)

Maksudnya, apakah dia mengira bahwa Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu saja, yang tidak ada Tuhan selain Dia? Hal ini diungkapkan oleh orang-orang musyrik sebagai ungkapan rasa ingkar mereka terhadap keesaan Tuhan, semoga Allah melaknat mereka. Mereka merasa heran bila kemusyrikan yang selama ini harus mereka tinggalkan karenanya, padahal mereka telah menerimanya dari nenek moyang mereka —yaitu menyembah berhala-berhala—yang telah menjadi kecintaan mereka.

Ketika Rasulullah Saw. menyeru mereka untuk melenyapkan kecintaan menyembah berhala dari hati mereka, lalu menggantinya dengan mengesakan Allah Swt., maka mereka merasa heran dan merasa berdosa besar dengan hal tersebut. Karenanya mereka mengatakan:

 إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shad: 5)


وَٱنطَلَقَ ٱلْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ ٱمْشُوا۟ وَٱصْبِرُوا۟ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌۭ يُرَادُ 6

(6) Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.

(6) 

 وَانْطَلَقَ الْمَلأ مِنْهُمْ

Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka. (Shad: 6)

Yang dimaksud dengan al-mala ialah pemuka, pemimpin, dan pembesar mereka. Mereka pergi seraya mengatakan:

[أَنِ] امْشُوا

Pergilah kamu (Shad: 6)

Yakni tetaplah pada agama kalian

وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ

dan bertahanlah (menyembah) tuhan-tuhanmu (Shad: 6)

Artinya, janganlah kamu menuruti ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kamu. 

Firman Allah Swt.:

إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki (Shad: 6)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kita benar-benar dijadikannya sebagai sarana untuk meraih kedudukan yang tinggi di atas kalian, juga agar kalian semua menjadi pengikutnya, dan kita tidak akan mau menerima seruannya itu.

Latar Belakang Turunnya Ayat yang Mulia Ini

As-Saddi menceritakan bahwa sesungguhnya sejumlah orang Quraisy mengadakan suatu pertemuan, yang antara lain dihadiri oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, Al-As ibnu Wa'il, Al-Aswad ibnu Muttalib, dan Al-Aswad ibnu Abdu Yagus bersama sejumlah pemuka kabilah Quraisy.

Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain.”Marilah kita berangkat menuju tempat Abu Talib, kita harus berbicara kepadanya tentang keponakannya itu, mudah-mudahan kita terbebas dari gangguannya dan dia tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kita, maka kita akan membiarkan dia dan Tuhan yang disembahnya. Karena sesungguhnya kita khawatir bila syekh (Abu Talib) ini mati, lalu dia (Nabi Saw.) harus kita tangkap, maka orang-orang Arab akan mencela kita semua. Mereka akan mengatakan bahwa kita membiarkannya. Dan manakala Abu Talib mati meninggalkannya, baru kita berani menangkapnya.

Maka mereka mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib, lalu Al-Muttalib meminta izin masuk kepada Abu Talib untuk mereka, seraya mengatakan, "Mereka adalah para tetua kaummu dan para hartawannya ingin bertemu denganmu." Abu Talib menjawab, "Persilakanlah mereka masuk."

Setelah menemui Abu Talib, mereka berkata, "Hai Abu Talib, engkau adalah pemimpin dan penghulu kami, bebaskanlah kami dari ulah keponakanmu itu, perintahkanlah kepadanya agar dia menahan diri dan tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kami, maka kami akan membiarkan dia bebas bersama Tuhan yang disembahnya."

Abu Talib memanggil Nabi Saw. Ketika Rasulullah Saw. telah masuk menemuinya, maka Abu Talib berkata, "Hai Keponakanku, mereka adalah tetua kaummu dan orang-orang terhormatnya, mereka telah meminta agar kamu menahan diri dan menghentikan caci makimu terhadap sembahan-sembahan mereka, maka mereka akan membiarkanmu dan sembahanmu." Rasulullah Saw menjawab, "Hai Paman, apakah tidak boleh aku menyeru mereka kepada sesuatu yang lebih baik bagi mereka?" Abu Talib bertanya, "Apakah yang engkau serukan kepada mereka (untuk mengikutinya)?" Rasulullah Saw. menjawab, "Aku ajak mereka untuk mengucapkan suatu kalimah, yang dengan kalimah itu semua orang Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat menguasai orang-orang Ajam (non-Arab)."

Abu Jahal laknatullah yang ada di antara kaum berkata, Demi ayahmu, katakanlah apakah kalimah itu, sungguh kami akan memberikannya kepadamu dan sepuluh kali lipatnya."

Rasulullah Saw. bersabda:

تَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ"

Kalian ucapkan, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah.”

Mereka menolak dan mereka berkata, "Mintalah kepada kami selainnya!" Rasulullah Saw. bersabda:

"لَوْ جِئْتُمُونِي بِالشَّمْسِ حَتَّى تَضَعُوهَا فِي يَدِي مَا سَأَلْتُكُمْ غَيْرَهَا"

Sekiranya kalian dapat mendatangkan matahari kepadaku, lalu kalian letakkan di tanganku, aku tidak akan meminta kepada kalian selain darinya (kalimah tauhid itu)

Maka mereka pergi darinya dalam keadaan marah seraya berkata, "Demi Tuhan, kami benar-benar akan mencaci maki kamu dan Tuhanmu yang telah memerintahkanmu menyampaikan hal ini."

وَانْطَلَقَ الْمَلأ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ

Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), "Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki" (Shad: 6)

Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini, dan Ibnu Jarir dalam riwayatnya menambahkan, bahwa setelah para pemimpin Quraisy keluar, Rasulullah Saw. menyeru pamannya untuk mengucapkan kalimah, "Tidak ada Tuhan melainkan Allah Swt." Tetapi Abu Talib menolak, bahkan berkata, "Tidak, bahkan tetap pada agama para tetua." Lalu turunlah firman-Nya:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ

Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau sukai (Al-Qasas: 56)

Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Ibnu Waki'. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib sakit keras, serombongan orang-orang Quraisy datang menjenguknya, di antaranya terdapat Abu Jahal. Mereka berkata, "Sesungguhnya keponakanmu telah mencaci maki sembahan-sembahan kami dan melakukan serta mengatakan anu dan anu. Maka sebaiknya engkau panggil dia, lalu kita suruh dia agar menghentikan perbuatannya itu."

Abu Talib menyuruh seseorang untuk memanggilnya, dan ia (Nabi Saw) datang dan masuk ke dalam rumah. Saat itu terdapat jarak yang cukup untuk duduk seseorang antara mereka dan Abu Talib. Melihat kedatangan Nabi Saw, Abu Jahal merasa khawatir jika Nabi Saw. duduk di dekat Abu Talib. Maka Abu Talib akan lebih kasihan kepada keponakannya dan akan memihaknya. Abu Jahal cepat-cepat melompat dan menempati tempat itu, sehingga Rasulullah Saw. tidak menemukan tempat duduk yang terdekat dengan pamannya. Maka beliau terpaksa duduk di dekat pintu.

Abu Talib berkata kepadanya, "Hai Anak Saudaraku, mengapa kaummu ini mengadukan perihalmu, dan mereka menuduh bahwa kamu telah mencaci maki sembahan-sembahan mereka dan kamu katakan anu dan anu?" Maka berhamburanlah dari mereka kata-kata yapg menyudutkan Rasulullah Saw. Akhirnya Rasulullah Saw. angkat bicara dan berkata, "Hai paman, sesungguhnya aku menginginkan mereka kepada suatu kalimah yang harus mereka katakan, maka semua orang Arab akan tunduk patuh kepadanya dan orang-orang Ajam akan membayar Jizyah (upeti) kepada mereka berkat kalimah itu."

Mereka terkejut dengan jawaban yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw dan suatu kalimah yapg dikehendakinya itu. Maka mereka mengatakan, "Hanya satu kalimah saja, baiklah. Demi ayahmu, sepuluh pun kami sanggup." Mereka berkata, "Kalimah apakah itu?" Dan Abu Talib pun bertanya, "Benar, hai keponakanku, kalimah apakah itu?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Maka mereka berdiri dengan terkejut seraya menepiskan baju mereka, lalu berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shad: 8)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikianlah kisah turunnya ayat ini sampai dengan firman-Nya: dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku (Shad: 8)

Menurut lafaz yang dikemukakan oleh Abu Kuraib. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasai melalui hadis Muhammad ibnu Abdullah ibnu Namir; keduanya dari Abu Usamah, dari Al-A'masy, dari Abbad tanpa dinisbatkan kepadanya dengan lafaz yang semisal.

Imam Turmuzi, Imam Nasai, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula hadis ini, semuanya mengetengahkannya di dalam kitab tafsir masing-masing melalui Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy, dari Yahya ibnu Imarah Al-Kufi, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., lalu disebutkan hal yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan.


مَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِى ٱلْمِلَّةِ ٱلْءَاخِرَةِ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا ٱخْتِلَٰقٌ 7

(7) Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,

(7) 

Firman Allah Swt. yang menyitir ucapan mereka, yaitu:

مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي الْمِلَّةِ الآخِرَةِ

Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir. (Shad: 7)

Yakni kami belum pernah mendengar ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad ini dalam agama yang terakhir.

Menurut Mujahid, Qatadah, dan Abu Zaid, yang mereka maksudkan adalah agama orang-orang Quraisy.

Selain mereka mengatakan bahwa agama yang dimaksud adalah agama Nasrani, menurut Muhammad ibnu Ka'b dan As-Saddi. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah, "Kami belum pernah mendengar ini dalam agama yang terakhir, yakni agama Nasrani." Dan mereka mengatakan bahwa sekiranya Al-Qur'an ini benar, tentulah orang-orang Nasrani menceritakannya kepada kami.

إِنْ هَذَا إِلا اخْتِلاقٌ

Ini tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan. (Shad: 7)

Mujahid dan Qatadah mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dusta. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ikhtilaq ialah dugaan.


أَءُنزِلَ عَلَيْهِ ٱلذِّكْرُ مِنۢ بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِى شَكٍّۢ مِّن ذِكْرِى ۖ بَل لَّمَّا يَذُوقُوا۟ عَذَابِ 8

(8) mengapa Al Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya mereka ragu-ragu terhadap Al Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku.

(8) 

Firman Allah:

أَؤُنزلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنْ بَيْنِنَا

mengapa Al-Qur'an itu diturunkan kepadanya di antara kita? (Shad: 8)

Mereka menganggap mustahil bila Al-Qur'an hanya diturunkan kepada Muhammad saw. secara khusus di antara mereka semuanya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

لَوْلا نزلَ هَذَا الْقُرْآنُ عَلَى رَجُلٍ مِنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ

Mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekah dan Thaif) ini (Az-Zukhruf: 3,)

Dan firman Allah Swt.:

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَةَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam hidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat (Az-Zukhruf: 32)

Karena itulah ketika mereka mengatakan jawaban tersebut yang menunjukkan kebodohan mereka sendiri dan betapa dangkalnya akal mereka, sebab mereka menganggap mustahil Al-Qur'an diturunkan kepada rasul yang ada di antara mereka. Maka Allah Swt. berfirman.

بَلْ لَمَّا يَذُوقُوا عَذَابِ

sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku. (Shad: 8)

Yakni sesungguhnya mereka mengatakan demikian hanyalah karena sampai saat mereka mengucapkan kata-katanya itu masih belum merasakan azab dan pembalasan Allah. Maka kelak mereka akan mengetahui akibat dari apa yang mereka katakan dan apa yang; mereka dustakan itu, yaitu pada hari ketika itu mereka diseret ke neraka Jahanam dengan sebenar-benarnya.

Selanjutnya Allah Swt. berfirman, menjelaskan bahwa Dialah Yang mengatur kerajaan-Nya lagi Maha Berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya. Yang memberi siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendaki­Nya, Yang memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya, Yang menghinakan siapa Yang dikehendaki-Nya, Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya,-dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dia menurunkan Malaikat Jibril membawa perintah-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, dan Dia pulalah yang mengunci mati kalbu siapa yang dikehendaki-Nya. Karena itu, tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk selain Allah. Dan sesungguhnya semua hamba itu tidak memiliki sesuatu pun dari urusan ini, mereka tidak berhak untuk mengatur kerajaan ini, dan mereka tidak memiliki barang secuil pun dari apa yang ada padanya. Karena itulah maka Allah Swt. berfirman mengingkari kata-kata mereka itu:


أَمْ عِندَهُمْ خَزَآئِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ ٱلْعَزِيزِ ٱلْوَهَّابِ 9

(9) Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi?

(9) 

أَمْ عِنْدَهُمْ خَزَائِنُ رَحْمَةِ رَبِّكَ الْعَزِيزِ الْوَهَّابِ

Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Mahaperkasa lagi Maha Pemberi (Shad: 9)

Yakni Mahaperkasa yang Zat-Nya tidak dapat dijangkau lagi Maha Pemberi Yang memberi kepada siapa yang dikehendaki-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Ayat ini mirip maknanya dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:

أَمْ لَهُمْ نَصِيبٌ مِنَ الْمُلْكِ فَإِذًا لَا يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ وَكَفَى بِجَهَنَّمَ سَعِيرًا

Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia, ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu) ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahanam yang menyala-nyala apinya. (An-Nisa: 53-55)

Firman Allah Swt.:

قُلْ لَوْ أَنْتُمْ تَمْلِكُونَ خَزَائِنَ رَحْمَةِ رَبِّي إِذًا لأمْسَكْتُمْ خَشْيَةَ الإنْفَاقِ وَكَانَ الإنْسَانُ قَتُورًا

Katakanlah, "Kalau seandainya kamu mengusai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Isra: 1)

Demikian itu diungkapkan sesudah menceritakan perihal orang-orang yang kafir, bahwa mereka mengingkari diutusnya rasul manusia Saw. Hal yang sama disebutkan dalam kisah-Nya tentang kaum Saleh a.s. ketika mereka mengatakan:

أَؤُلْقِيَ الذِّكْرُ عَلَيْهِ مِنْ بَيْنِنَا بَلْ هُوَ كَذَّابٌ أَشِرٌ سَيَعْلَمُونَ غَدًا مَنِ الْكَذَّابُ الأشِرُ

Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. Kelak mereka akan mengetahui siapakah yang sebenarnya amat pendusta lagi sombong. (Al-Qamar: 25-26)


أَمْ لَهُم مُّلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا ۖ فَلْيَرْتَقُوا۟ فِى ٱلْأَسْبَٰبِ 10

(10) Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada), maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit).

(10) 

Adapun firman Allah Swt.:

أَمْ لَهُمْ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَلْيَرْتَقُوا فِي الأسْبَابِ

Atau apakah bagi mereka kerajaan langit dan bumi dan yang ada di antara keduanya? (Jika ada) maka hendaklah mereka menaiki tangga-tangga (ke langit). (Shad: 10)

Yakni jika mereka mempunyai hal tersebut, hendaklah mereka menaiki tangga menuju ke langit.

Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan makna yang dimaksud ialah jalan-jalan menuju ke langit.

Ad-Dahhak mengatakan bahwa hendaklah mereka menaiki langit sampai lapis yang ketujuh.

Dalam firman selanjutnya disebutkan:


جُندٌۭ مَّا هُنَالِكَ مَهْزُومٌۭ مِّنَ ٱلْأَحْزَابِ 11

(11) Suatu tentara yang besar yang berada disana dari golongan-golongan yang berserikat, pasti akan dikalahkan.

(11) 

جُنْدٌ مَا هُنَالِكَ مَهْزُومٌ مِنَ الأحْزَابِ

Suatu tentara yang besar yang berada di sana dari golongan-golongan yang bersekutu, pasti akan dikalahkan. (Shad: 11)

Yakni bala tentara yang mendustakan itu yang sekarang berada dalam kejayaan, kelak akan dikalahkan dan dihancurkan sebagaimana telah dihancurkan orang-orang yang sebelum mereka dari kalangan golongan-golongan yang bersekutu lagi mendustakan. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

أَمْ يَقُولُونَ نَحْنُ جَمِيعٌ مُنْتَصِرٌ سَيُهْزَمُ الْجَمْعُ وَيُوَلُّونَ الدُّبُرَ

Atau apakah mereka mengatakan, "Kami adalah satu golongan yang bersatu yang pasti menang.” Golongan itu pasti akan di­kalahkan dan mereka akan mundur ke belakang. (Al-Qamar: 44-45)

Hal tersebut terjadi dalam Perang Badar, lalu dalam firman selanjutnya disebutkan.

بَلِ السَّاعَةُ مَوْعِدُهُمْ وَالسَّاعَةُ أَدْهَى وَأَمَرُّ

Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka, dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit. (Al-Qamar: 46)


كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍۢ وَعَادٌۭ وَفِرْعَوْنُ ذُو ٱلْأَوْتَادِ 12

(12) Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak,

(12) 

Allah Swt. berfirman, menceritakan perihal umat-umat terdahulu dan apa yang telah menimpa mereka berupa azab, pembalasan, dan siksaan, karena mereka menentang para rasul dan mendustakan nabi-nabi Allah. Kisah-kisah mereka telah dijelaskan secara panjang lebar di berbagai tempat.

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ وَعَادٌ وَفِرْعَوْنُ ذُو الْأَوْتَادِ

Telah mendustakan (rasul-rasul pula) sebelum mereka itu kaum Nuh, 'Aad, Fir'aun yang mempunyai tentara yang banyak. (Shad:12)

Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:


وَثَمُودُ وَقَوْمُ لُوطٍۢ وَأَصْحَٰبُ لْـَٔيْكَةِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلْأَحْزَابُ 13

(13) dan Tsamud, kaum Luth dan penduduk Aikah. Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul).

(13) 

أُولَئِكَ الأحْزَابُ

Mereka itulah golongan-golongan yang bersekutu (menentang rasul-rasul). (Shad:13)

Yakni mereka lebih banyak bilangannya daripada kalian (orang-orang Quraisy) dan lebih kuat serta lebih banyak harta dan anak-anaknya, tetapi semuanya itu tidak dapat menolak mereka (menyelamatkan mereka) dari azab Allah barang sedikit pun, ketika datang kepada mereka azab Allah.


إِن كُلٌّ إِلَّا كَذَّبَ ٱلرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ 14

(14) Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku.

(14) 

إِنْ كُلٌّ إِلا كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ عِقَابِ

Semua mereka itu tidak lain hanyalah mendustakan rasul-rasul, maka pastilah (bagi mereka) azab-Ku (Shad:14)

Penyebab yang membinasakan mereka ialah karena mendustakan para rasul. Maka hendaklah waspada orang-orang yang diajak bicara oleh ayat ini, yakni janganlah mereka berbuat hal yang serupa.


وَمَا يَنظُرُ هَٰٓؤُلَآءِ إِلَّا صَيْحَةًۭ وَٰحِدَةًۭ مَّا لَهَا مِن فَوَاقٍۢ 15

(15) Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang.

(15) 


Firman Allah Swt.:

وَمَا يَنْظُرُ هَؤُلاءِ إِلا صَيْحَةً وَاحِدَةً مَا لَهَا مِنْ فَوَاقٍ

Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang tidak ada baginya saat berselang. (Shad:15)

Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam, makna yang dimaksud ialah tiada masa tangguh bagi mereka melainkan saat (detik-detik) datangnya kiamat menimpa mereka dengan sekonyong-konyong, karena sesungguhnya semua pertandanya telah ada. Dengan kata lain, hari kiamat itu telah dekat masanya. Dan teriakan yang dimaksud adalah tiupan yang mengejutkan, Allah memerintahkan kepada Malaikat Israfil agar memperpanjang tiupan yang pertama ini, sehingga tiada seorang pun dari kalangan penduduk langit dan bumi, melainkan terkejut terkecuali orang-orang yang dikecualikan oleh Allah Swt.


وَقَالُوا۟ رَبَّنَا عَجِّل لَّنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ ٱلْحِسَابِ 16

(16) Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab".

(16) 

Firman Allah Swt. mengutip ucapan mereka:

وَقَالُوا رَبَّنَا عَجِّلْ لَنَا قِطَّنَا قَبْلَ يَوْمِ الْحِسَابِ

Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami sebelum hari berhisab (Shad:16)

Hal ini merupakan ungkapan rasa tidak percaya kaum musyrik tehadap azab yang dijanjikan oleh Allah buat mereka, karenanya mereka meminta agar siksaan itu disegerakan bagi mereka. Lafaz qittun artinya ketetapan, menurut pendapat yang lain artinya bagian.

Ibnu Abbas r.a., Mujahid, Ad-Dahhak, Al-Hasan, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang menyebutkan bahwa mereka meminta agar azab disegerakan bagi mereka.

Qatadah menambahkan, bahwa semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya.

اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ

Ya Allah, jika betul (Al-Qur’an) ini dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah azab yang pedih. (Al-Anfal:32)

Menurut pendapat lain, mereka memita agar bagian dari surga disegerakan buat mereka, jika surga itu memang ada, agar mereka dapat merasakannya di dunia. Sesungguhnya hal ini diungkapkan oleh mereka hanyalah sebagai reaksi dari ketidakpercayaan mereka terhadapnya, dan bahwa itu mustahil terjadi.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa mereka meminta agar kebaikan atau keburukan yang berhak mereka terima disegerakan di dunia ini. Pendapat yang dikemukakannya cukup baik, dan berkisar pada pengertian inilah apa yang diikatakan oleh Ad-Dahhak dan Ismail ibnu Abu Khalid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.

Mengingat ucapan yang dikeluarkan oleh kaum musyrik ini mengandung cemoohan dan ungkapan rasa tidak percaya, maka Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya agar bersabar dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan itu, dan memberi kabar gembira kepadanya bahwa dengan kesabarannya itu iaakan mendapat kesudahan yang baik, pertolongan dari Allah, dan kemenangan.